• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Peningkatan Produktivitas Pertanian Tanaman Pangan Dan Pengaruhnya Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Peningkatan Produktivitas Pertanian Tanaman Pangan Dan Pengaruhnya Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN

TANAMAN PANGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP

PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI

TESIS

Oleh

PRIHATINAH

077003026/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

S

E K

O L A

H

P A

S C

A S A R JA N

(2)

ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN

TANAMAN PANGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP

PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

PRIHATINAH

077003026/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN

PENGARUHNYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Nama Mahasiswa : Prihatinah

Nomor Pokok : 077003026

Program Studi : Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedesaan (PWD)

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D) K e t u a

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) (Kasyful Mahalli, SE., M.Si)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 30 September 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D Anggota : 1. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE

2. Kasyful Mahalli, SE. M.Si 3. Drs. H.B Tarmizi, SU

(5)

PERNYATAAN

ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN

TANAMAN PANGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP

PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, September 2009

(6)

ABSTRAK

Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam membangun perekonomian nasional. Pembangunan Nasional abad ke-21 masih akan berbasis pertanian secara luas dengan kegiatan jasa dan bisnis yang berbasis agribisnis akan menjadi leading dalam pembangunan nasional.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa (kebijakan pemerintah, infrastruktur dan kelembagaan petani) yang mempengaruhi peningkatan produktivitas tanaman pangan (padi sawah) di Kabupaten Serdang Bedagai dan untuk mengetahui pengaruh produktivitas tanaman pangan (padi sawah) terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Untuk mengetahui pengaruh produktivitas tanaman pangan (padi sawah) terhadap pendapatan petani.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Adanya pengaruh dari peningkatan produktivitas (kebijakan pemerintah, infrastruktur dan kelembagaan) terhadap pendapatan petani dan pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai”.

Penentuan ukuran sampel didasarkan atas pertimbangan Roscoe (Sugiono, 2003) yang mengatakan: pertama, ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian sosial adalah antara 30 sampai dengan 500 sampel; kedua, bila sampel dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel tiap kategori minimal 30 dan diperoleh sebanyak 90 sampel dalam kategori 3 strata.

Data dikumpulkan dengan wawancara langsung dan daftar pertanyaan. Pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak SPSS Versi 12,50, dianalisis dengan analisis deskriptif dan pengujian hipotesis dengan regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara kebijakan pemerintah, infrastruktur pendukung dan kelembagaan petani terhadap peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan Kabupaten Serdang Bedagai. Hal ini terlihat dari hasil analisis uji linear berganda uji F (Annova) sebesar 36,625 dengan tingkat signifikansi 0.000. Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara kebijakan pemerintah, infrastruktur pendukung dan kelembagaan petani terhadap peningkatan produktivitas petanian tanaman pangan Kabupaten Serdang Bedagai. Hal ini terlihat dari hasil uji linear berganda uji t dengan tingkat signifikansi 0.010 dan 0.000. Besarnya koefisien determinasi atau angka R2 (R-square) adalah sebesar 0,561, yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas independen sebesar 56,10%. Jadi model cukup baik. Sedangkan sisanya 43,90% dijelaskan oleh variabel-variabel bebas lain yang tidak diteliti dan tidak dimasukkan ke dalam model regresi yang juga bisa meningkatkan produktivitas petanian tanaman pangan.

(7)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan karuniaNya kepada sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penyusunan tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang meneliti masalah: ANALISIS PENINGKATAN

PRODUKTIVITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN

PENGARUHNYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI”.

Penulis telah berusaha menampilkan tesis ini dalam kondisi yang terbaik dan setepat mungkin, namun karena keterbatasan dan kelemahan yang ada, kemungkinan masih terdapat kesalahan. Untuk itu penyusun mengharap masukan positif dari semua pihak.

Dengan penuh kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang langsung maupun tidak langsung, turut andil dan memotivasi penyelesaian tesis ini, antara lain kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H., Sp.A(K), yang telah memberi kesempatan kepada penyusun untuk dapat belajar dan menggali ilmu pada almamater yang beliau pimpin.

2. Direktur Sekolah Pascasarjana USU, Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B., M.Sc, yang telah mendorong penyusun dan juga mahasiswa pada umumnya agar mampu mengembangkan keilmuan khususnya tentang perencanaan wilayah.

3. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana USU.

(8)

5. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE dan Bapak Kasyful Mahalli, SE. M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing I dan II yang juga telah memberikan bantuan, bimbingan, saran dan masukan dalam penulisan tesis ini.

6. Seluruh Dosen Sekolah Pascasarjana USU, khususnya yang mengajar di Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan yang telah berkenan mentransfer dan membuka cakrawala ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Pemerintah Daerah Kab. Serdang Bedagai yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian pada kelompok P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air), GP3A (Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air), IP3A (Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air) di Kec. Pantai Cermin, Perbaungan dan Sei Bamban.

8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana USU yang sering berbagi wacana.

9. Rekan-rekan kerja pada BAPPEDA Kabupaten Serdang Bedagai.

Terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis (Almarhum H. Suhaimi Sagala dan Almarhumah Hj. Siti Maimunah Harahap) yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik dan mendoakan penulis serta kepada seluruh keluarga (abang/kakak) yang selalu mendukung dan memberi perhatian yang tiada hentinya kepada penulis dalam menempuh dan menjalani pendidikan.

Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada orang-orang yang penulis sayangi, yakni suamiku Drs. Muliadin Harahap yang setia membantu dan menemani serta anak-anakku Rafiqa Hamdiani, Muhammad Isrok Maulana, Ilfa Nindita dan Hafiza Yusra yang juga telah memberikan semangat dalam proses penyelesaian tesis ini.

Akhirnya, semoga tesis ini membawa manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Amin.

Medan, Desember 2009 Penulis

(9)

RIWAYAT HIDUP

Prihatinah dilahirkan di Lubuk Pakam pada tanggal 16 Nopember 1965, merupakan anak bungsu dari 9 bersaudara dari pasangan H. Suhaimi Sagala dan Hj. Siti Maimunah Harahap.

Jenjang pendidikan yang dilalui adalah Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Kebun Tanjung Garbus Lubuk Pakam lulus tahun 1977, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Lubuk Pakam lulus tahun 1981, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 223 Lubuk Pakam lulus tahun 1984, Institut Pertanian Bogor (IPB) lulus tahun 1990.

Pada tahun 1993-2004, menjadi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kotamadya Tebing Tinggi dan pada tahun 2004 pindah tugas ke Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai hingga sekarang.

(10)
(11)

2.5. Produktivitas Tanaman Pangan ... 2.6. Pengembangan Wilayah... 2.7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)... 2.8. Penelitian Terdahulu... 2.9. Kerangka Berpikir... 2.10. Hipotesa... BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...

(12)
(13)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 5.1. Kesimpulan ... 5.2. Saran ... DAFTAR PUSTAKA...

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai ... 17 3.1. Data Sampel pada Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan

Pantai Cermin... 24 3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 34 4.1. Letak dan Geografis Kabupaten Serdang Bedagai... 36 4.2. Banyak Desa/Kelurahan dan Jumlah Penduduk Menurut

Kecamatan Tahun 2007... 37 4.3. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah

Tahun 2007... 39 4.4. Mata Pencaharian Penduduk Sesuai Kecamatan Tahun 2008 …. 43 4.5. Hasil Uji Multikolinearitas... 49 4.6. Hasil Regresi Kebijakan Pemerintah, Infrastruktur dan

Kelembagaan Petani terhadap Produktivitas Tanaman Pangan .... 53 4.7. Hasil Uji Determinasi... 55 4.8. Hasil Uji Serempak ... 56 4.9. Hasil Uji Parsial ... 58 4.10. Daftar Kegiatan Bidang Irigasi Mulai 2006 Sampai dengan

Tahun 2008 ... 60 4.11. Daftar Kelompok Petani Pemakai Air P3A/GP3A/IP3A... 68 4.12. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kerangka Berpikir... 21 3.1. Elastisitas Produksi dan Daerah-daerah Produksi ………. 31 4.1. Jenis Kelamin Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban,

Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009 ... 40 4.2. Tingkat Umur Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban,

Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009 ... 41 4.3. Status Perkawinan Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban,

Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009 ... 41 4.4. Tingkat Pendidikan Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban,

Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009 ... 42 4.5. Tingkat Penglaman Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban,

Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009 ... 44 4.6. Status Kepemilikan Lahan Petani Padi di Kecamatan

Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009. ... 44 4.7. Luas Lahan Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban,

Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009 ... 45 4.8. Jumlah Tanggungan Petani Padi di Kecamatan

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 82

2. Tabulasi Skor Variabel Kebijakan ... 91

3. Tabulasi Skor Variabel Infrastruktur ... 94

4. Tabulasi Skor Variabel Kelembagaan ... 97

5. Tabulasi Skor Variabel Produktivitas ... 100

6. Uji Statistik ... 103

7. Hasil Analisis Uji Statistik ... 108

8. Gambar Histogram Dependen Variabel Produktivitas ... 113

9. Gambar Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual…….. 114

10. Scatter Plot Dependen Variabel Produktivitas ... 115

(17)

ABSTRAK

Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam membangun perekonomian nasional. Pembangunan Nasional abad ke-21 masih akan berbasis pertanian secara luas dengan kegiatan jasa dan bisnis yang berbasis agribisnis akan menjadi leading dalam pembangunan nasional.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa (kebijakan pemerintah, infrastruktur dan kelembagaan petani) yang mempengaruhi peningkatan produktivitas tanaman pangan (padi sawah) di Kabupaten Serdang Bedagai dan untuk mengetahui pengaruh produktivitas tanaman pangan (padi sawah) terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Untuk mengetahui pengaruh produktivitas tanaman pangan (padi sawah) terhadap pendapatan petani.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Adanya pengaruh dari peningkatan produktivitas (kebijakan pemerintah, infrastruktur dan kelembagaan) terhadap pendapatan petani dan pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai”.

Penentuan ukuran sampel didasarkan atas pertimbangan Roscoe (Sugiono, 2003) yang mengatakan: pertama, ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian sosial adalah antara 30 sampai dengan 500 sampel; kedua, bila sampel dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel tiap kategori minimal 30 dan diperoleh sebanyak 90 sampel dalam kategori 3 strata.

Data dikumpulkan dengan wawancara langsung dan daftar pertanyaan. Pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak SPSS Versi 12,50, dianalisis dengan analisis deskriptif dan pengujian hipotesis dengan regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara kebijakan pemerintah, infrastruktur pendukung dan kelembagaan petani terhadap peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan Kabupaten Serdang Bedagai. Hal ini terlihat dari hasil analisis uji linear berganda uji F (Annova) sebesar 36,625 dengan tingkat signifikansi 0.000. Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara kebijakan pemerintah, infrastruktur pendukung dan kelembagaan petani terhadap peningkatan produktivitas petanian tanaman pangan Kabupaten Serdang Bedagai. Hal ini terlihat dari hasil uji linear berganda uji t dengan tingkat signifikansi 0.010 dan 0.000. Besarnya koefisien determinasi atau angka R2 (R-square) adalah sebesar 0,561, yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas independen sebesar 56,10%. Jadi model cukup baik. Sedangkan sisanya 43,90% dijelaskan oleh variabel-variabel bebas lain yang tidak diteliti dan tidak dimasukkan ke dalam model regresi yang juga bisa meningkatkan produktivitas petanian tanaman pangan.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam membangun perekonomian nasional. Pembangunan Nasional abad ke-21 masih akan berbasis pertanian secara luas dengan kegiatan jasa dan bisnis yang berbasis agribisnis, ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani.

Saat ini pembangunan pertanian dilakukan melalui pola pemberdayaan masyarakat yang dikonsolidasikan dalam bentuk pengembangan kawasan agribisnis komoditas komersial unggulan. Sehingga diharapkan akan berkembang pusat-pusat pengembangan agribisnis yang menjadi andalan pertumbuhan di daerah.

Pembangunan pertanian juga merupakan penyumbang terbesar bagi devisa negara, penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan masyarakat. Selain itu sektor pertanian tanaman pangan juga dapat menjadi sumber input dan out put serta mempunyai keterkaitan yang cukup besar dengan sektor lain seperti dengan sektor industri baik industri hulu maupun industri hilir. Dampak yang cukup besar terhadap

multiplier effect sektor pertanian khususnya tanaman pangan terhadap sektor-sektor

(19)

Pada tahun 1984 - 1985 Indonesia pernah mencapai swasembada beras namun belum demikian halnya dengan palawija. Tercapainya peningkatan produksi dan produktivitas lahan sawah khususnya padi sawah disebabkan adanya adopsi dan pemakaian teknologi pertanian seperti penggunaan benih bermutu, pupuk, pemberantasan hama penyakit, pengaturan irigasi dan cara bercocok tanam yang teratur serta mekanisasi pertanian (Purwati, 1986). Namun hal ini tidak bertahan lama disebabkan adanya krisis global, kebijakan yang mempengaruhi harga pasar dan tingginya harga input produksi pertanian.

Kontribusi sektor pertanian tanaman pangan di Propinsi Sumatera Utara difokuskan kepada pengembangan agribisnis, ketahanan pangan serta peningkatan kesejahteraan petani melalui indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tahun 2005 sebesar 23,98% tahun 2006 sebesar 22,33%, tahun 2007 sebesar 22,56% dan penyerapan tenaga kerja sekitar 47,60% dari 5,28 juta penduduk yang tergolong angkatan kerja (BPS Prop SU, 2007).

Daerah yang memberikan kontribusi terbesar untuk tanaman padi sawah pada tahun 2006 adalah Kabupaten Simalungun 339,669 ton atau 11,83%, Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 334,675 ton atau 11,66%, Kabupaten Deli Serdang 329,291 ton atau 11,47%, Kabupaten Langkat 318,207 ton atau 11,08% dan Kabupaten Tapanuli Selatan sebesar 306,182 ton atau 11,08% (BPS, Prop SU, 2007).

(20)

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 mempunyai luas wilayah 1.900,22 km2 terdiri dari 17 kecamatan dan 243 desa/ kelurahan, mempunyai iklim tropis dengan curah hujan berkisar antara 120 - 331 mm per bulan dengan periodik tertinggi pada bulan Agustus - September (BPS Serdang Bedagai, 2008).

Luas lahan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Serdang Bedagai adalah 45% (84.160 hektar) dari luas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari pertanian sawah dan kering di samping adanya perkebunan besar maupun kecil (BPS Serdang Bedagai, 2008).

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2006 sebesar 12,34%, tahun 2007 11,84% dan diharapkan pada tahun 2010 akan menurun menjadi 8,35%. Untuk sasaran mengurangi kesenjangan antar wilayah diharapkan meningkatnya peran pedesaan, meningkatnya pembangunan pada daerah-daerah terbelakang dan tertinggal, meningkatnya pengembangan wilayah yang didorong oleh daya saing kawasan dan produk-produk unggulan daerah serta meningkatnya keseimbangan pertumbuhan pembangunan antara pantai barat dan pantai timur sebagai basis pertumbuhan perekonomian (RPJM, 2006).

(21)

perkebunan, perikanan dan kehutanan (RPJM, 2006). Pada tahun 2007 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Serdang Bedagai atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp 6.429,01 milyar dan sektor pertanian merupakan kontributor utama yaitu sebesar 40,97% (BPS Serdang Bedagai, 2008).

Di Kabupaten Serdang Bedagai, sektor-sektor pertanian tanaman pangan yang menjadi andalan adalah padi sawah di samping palawija yaitu jagung dan ubi kayu. Tiga daerah yang mempunyai luasan terbesar untuk menanami jenis tanaman tersebut adalah Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin. Atas dasar uraian di atas, penulis berniat melakukan penelitian dengan judul ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN

DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI”.

Adapun komoditi pertanian tanaman pangan yang menjadi bahan analisis adalah komoditi padi sawah sebagai komoditi yang dominan dengan lokasi penelitian di Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin dengan variabel penelitian kebijakan pemerintah, infrastruktur pendukung dan kelembagaan yang ada di petani.

1.2. Perumusan Masalah

Beberapa permasalahan yang ingin dianalisa dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah faktor-faktor kebijakan pemerintah, infrastruktur dan kelembagaan petani

(22)

2. Bagaimana pengaruh kebijakan pemerintah, infrastruktur dan kelembagaan terhadap peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan (padi sawah) di Kabupaten Serdang Bedagai?

3. Apakah peningkatan produktivitas tanaman pangan (padi sawah) mempengaruhi pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah faktor-faktor kebijakan pemerintah, infrastruktur dan kelembagaan petani mempengaruhi peningkatan produktivitas tanaman pangan (padi sawah) di Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kebijakan pemerintah, infrastruktur dan kelembagaan petani terhadap peningkatan produktivitas tanaman pangan (padi sawah) di Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Untuk mengetahui apakah peningkatan produktivitas tanaman pangan (padi sawah) mempengaruhi pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.

1.4. Manfaat Penelitian

(23)

2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi, masukan dan saran kepada pemerintah khususnya Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai selaku pengambil kebijakan dalam peningkatan produktivitas tanaman pangan yang berdampak langsung terhadap pendapatan petani dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Usaha Tani Tanaman Pangan

Usaha Tani merupakan kemampuan dari petani dalam mengorganisasikan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi yang dikuasainya dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian petani yang kurang mampu memanfaatkan benih, pupuk, luas lahan, tenaga kerja dan pestisida akan memiliki tingkat pendapatan yang relatif lebih rendah (Yusri, 2005).

Untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan dengan penanaman beberapa komoditi diperlukan perencanaan usaha tani. Di mana perencanaan usaha tani yang dimaksud adalah pengaturan kembali sumber daya usaha tani melalui penetapan tujuan-tujuan, penyusunan rencana dan program-program dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Bagi seorang petani, perencanaan usaha tani adalah bagaimana seharusnya mengalokasikan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu tetapi juga harus dapat meramalkan bagaimana mengalokasikan sumber daya dengan faktor-faktor tertentu seperti harga, permintaan, teknologi dan sebagainya. Soekartawi dkk (1986) menyatakan bahwa perencanaan usaha tani dapat digunakan untuk mengidentifikasi pedoman umum mengenai penggunaan sumber daya secara ekonomis untuk usaha tani di suatu daerah.

(25)

unit pengambilan keputusan yang melibatkan rumah tangga petani, sub sistem pertanian (dalam arti luas tanaman, hewan atau ikan) dan sub sistem sumber daya alam dan lingkungan yang hasilnya dapat dikonsumsi langsung oleh keluarga maupun dijual. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perencanaan usaha tani merupakan perencanaan petani dari awal hingga akhir dengan mengkombinasikan pemanfaatan segala potensi sumber daya yang ada dan mampu mengatasi kendala-kendala yang dihadapi guna menghasilkan suatu produk yang yang optimum.

Keadaan yang masih dijalani oleh umumnya petani kita adalah sebagian besar masih untuk memenuhi kebutuhan keluarga (pola subsistem) dan belum berorientasi pasar (market oriented) seperti halnya usaha tani di negara-negara maju (Danil, 2001).

Pada umumnya usaha tani petani yang ada di Indonesia adalah berlahan sempit, modal relatif kecil, tingkat pengetahuan yang rendah dan kurang dinamis sehingga mengakibatkan tingkat pendapatan usaha tani yang rendah (Soekartawi, 1989).

(26)

2.2. Kebijakan Pemerintah

Adanya kebijakan otonomi daerah memberikan peluang kepada daerah mempunyai kewenangan untuk melakukan penyuluhan terhadap petani dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan. Penyuluh pertanian diperlukan guna menyampaikan informasi dan teknologi bagi peningkatan produktivitas pertanian, namun adanya kelemahan kebijakan otonomi daerah bahwa penyuluh pertanian dapat berasumsi menjadi tenaga struktural dalam birokrasi pemerintahan, menyebabkan terhambatnya pelaksanaan tugas dan penyampaian informasi kepada petani. Oleh karena itu dalam implementasinya, hendaknya menempatkan tim pelayanan pada petani sebagai prioritas strategi pembangunan sistem pertanian yang transparan dan kondusif.

2.3. Infrastruktur

Pentingnya infrastruktur untuk pertumbuhan sektor pertanian sudah banyak diakui. Hal ini terlihat jelas bahwa infrastruktur fisik membawa dampak langsung bagi kemajuan sektor pertanian di negara berkembang maupun negara maju.

(27)

2.4. Kelembagaan

Kelembagaan memegang peranan penting untuk menjamin suatu program dapat berjalan terus-menerus dan mencapai tujuan. Kelembagaan pendukung sektor pertanian di pedesaan bersifat pasang surut dan tergantung kebutuhan. Kelembagaan dapat bersifat formal (disponsori dan dibantu pemerintah) dan non formal (terbentuk sebagai jawaban atas tuntutan kebutuhan aktual petani). Kelembagaan yang bersifat formal seperti penyuluh pertanian (WKBPP/WKPP, KUD) kurang berjalan karena batasan-batasan formal yang sering bergesekan dengan pemahaman petani.

Kelembagaan juga berfungsi sebagai penggerak, penghimpun, penyalur sarana produksi, pembangkit minat dan sikap serta menjamin keberhasilan agribisnis pertanian. Kelembagaan yang mampu berkembang adalah kelembagaan yang sesuai dengan kondisi lokal dan bersifat multi fungsi dan luwes.

Alan Foller (1992) tentang kelembagaan dan organisasi: “An institution is a complex norm and behavior that persist overtime by serving some socialy value

purpose, while an organization is a structure of recognize and accept roles”.

2.5. Produktivitas Tanaman Pangan

(28)

dalam satu satuan periode yang dibutuhkan. Hubungan antara produksi yang dihasilkan dengan pendapatan yang akan diterima petani sangat dipengaruhi oleh banyak faktor namun dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah faktor manajemen pengelolaan produksi seperti kebijakan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, kelembagaan dan infrastruktur pendukung.

Usaha peningkatan produksi padi sawah di Indonesia pada dasarnya ditempuh secara bersama-sama dengan dua cara yaitu: 1) Peningkatan hasil tiap satuan luas (Intensifikasi), 2) Perluasan areal tanaman (Ekstensifikasi). Peningkatan produktivitas tanah pada umumnya diutamakan dari perluasan areal pertanian, hal ini terjadi karena terbatasnya tanah yang tersedia dan sulitnya pemindahan penduduk dari tempat yang padat ke tempat yang renggang. Produktivitas tanah umumnya dilakukan melalui 1) perbaikan di bidang teknologi pertanian untuk meningkatkan daya produksi tanaman 2) mengusahakan cara bertanam baru yang memungkinkan sebidang tanah menghasilkan lebih dari satu macam tanaman pada waktu yang sama misalnya pertanaman Tumpang Sari (Syahwier, dkk, 1994).

Dalam pembangunan pertanian, peningkatan produksi seringkali diberi perhatian utama. Namun ada batas maksimal produktivitas ekosistem. Jika batas ini ini dilampaui ekosistem akan mengalami degradasi dan kemungkinan akan runtuh sehingga hanya sedikit orang yang bisa hidup dengan sumber daya yang tersisa (Kanisius, 1999).

(29)

unsur hara). Orang luar cenderung mengukur produktivitas usaha tani menurut total biomassa, hasil komponen-komponen tertentu (misalnya gabah, jerami, kandungan protein), hasil ekonomis atau keuntungan, seringkali memandang perlu untuk memaksimalkan hasil per satuan luas lahan (Kanisius, 1999).

2.6. Pengembangan Wilayah

Wilayah adalah unit tata ruang yang terdiri dari unsur-unsur tata ruang yaitu: jarak, lokasi, bentuk, ukuran dan skala. Sebagai inti tata ruang yang dimanfaatkan manusia penataan dan penggunaan wilayah dapat terpelihara (Hanafiah, 1982).

Pengembangan wilayah adalah suatu usaha untuk mengelola segala potensi yang ada pada suatu daerah dengan melaksanakan pembangunan di berbagai sektor melalui beberapa program kegiatan dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakatnya.

(30)

Beberapa pengertian tentang pengembangan wilayah adalah 1) bahwa pembangunan adalah suatu proses artinya dilakukan secara terus-menerus di mana proses itu dapat dibagi menjadi tahap-tahap tertentu, 2) pembangunan merupakan suatu usaha, 3) pembangunan dilakukan secara berencana dan berorientasi kepada pertumbuhan dan perubahan, 4) pembangunan mengarah kepada modernitas, 5) modernitas dicapai melalui pengembangan yang mencakup seluruh aspek kehidupan terutama aspek politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan serta administrasi, 6) seluruh pembangunan ditujukan kepada usaha membina bangsa secara berkelanjutan.

Saragih (2001) mengatakan pengembangan wilayah yang strategis untuk dikembangkan adalah dengan mengintegrasikan antar wilayah dengan pengembangan agribisnis yang merupakan paradigma baru pembangunan ekonomi yang berbasis pertanian (as a new way to seeing agriculture). Paradigma ini membangun keempat subsistem agribisnis yaitu: subsistem agribisnis hulu (downstream), subsistem agribisnis usaha tani (on-farm), subsistem agribisnis hilir (up-stream) dan subsistem jasa layanan pendukung (supporting institution). Dalam hubungan dengan pembangunan wilayah akan tercipta keunggulan komparatif dari setiap wilayah melalui pengembangan subsistem agribisnis.

(31)

competityve advantage). Dalam kerangka inilah maka pembangunan nasional di suatu

wilayah disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial ekonomi dari wilayah tersebut dengan tetap berpedoman pada tujuan nasional.

Untuk wilayah pedesaan yang umumnya identik dengan petani dan kemiskinan, maka dibutuhkan pembangunan di sektor pertanian. Pembangunan pertanian yang berhasil, jika terjadi pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi sekaligus terjadi perubahan masyarakat tani yang kurang baik menjadi lebih baik (Soekartawi, 1994).

(32)

oleh seorang kepala daerah guna mendorong terjadinya pengembangan wilayah (Miraza, 2006).

Tarigan (1998) menyebutkan bahwa pengembangan wilayah (ruang) memegang peranan sangat penting, khususnya dipandang dari sudut peningkatan pendapatan dan pelayanan sosial, di mana ruang memiliki 4 pilar utama yang meliputi:

1. Ruang sebagai Lokasi

Tingkat efisiensi kegiatan sangat tergantung dan dipengaruhi oleh lokasi sangat berpengaruh terhadap pasar, sistem transportasi, sarana pendidikan, komunikasi, pemerintahan dan utilitas yang dapat dimanfaatkan sebagai faktor produksi dan mendukung aktivitas kehidupan sosial dan ekonomi dalam memaksimalkan kepentingan dan partisipasi masyarakat di bidang ekonomi guna pengembangan wilayah dan pembangunan pada umumnya.

2. Ruang sebagai Geografi

(33)

3. Ruang sebagai Pusat Pemukiman dan Pusat Pertumbuhan

Walaupun wilayah mengutamakan perencanaan, fisik, jalan, bangunan, pemukiman, sarana-sarana fasilitas umum, keindahan kota dan lain-lain, namun sering timbul masalah dari daerah lainnya. Dengan demikian wilayah perlu direncanakan dengan rencana pengembangan daerah sekitarnya sehingga terdapat berbagai hirarki daerah/kota yang dapat mendukung pengembangan peningkatan perekonomian masyarakat sehingga mendukung peningkatan pendapatan masyarakat yang bermukim di wilayah tersebut.

4. Ruang sebagai unit ekonomi wilayah sangat tergantung pada berbagai faktor yang timbul seperti ongkos transportasi, sumber bahan baku, biaya bahan baku, perbedaan produktivitas, tenaga kerja, perbedaan permintaan dan kondisi terhadap pasar. Wilayah harus berspesialisasi terhadap kegiatan produksi yang mempunyai keunggulan komparatif sehingga perekonomiannya dapat berkembang dan sangat bergantung kepada pasar.

(34)

2.7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Salah satu data yang dapat digunakan sebagai indikator untuk perencanaan dan evaluasi hasil pembangunan regional adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Data PDRB ini dapat menunjukkan tingkat perkembangan perekonomian daerah secara makro, agregatif dan sektoral pada suatu periode (Parr, 1999). Berikut adalah data PDRB Kabupaten Serdang Bedagai mulai tahun 2004 sampai tahun 2006 atas dasar harga berlaku dan harga konstan.

Tabel 2.1. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai

PDRB Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga yang Berlaku (dalam Milyar Rp)

Lapangan Usaha 2004 2005 2006

Pertanian 1.888,61 2.086,28 2.339,18

PDRB Menurut Lapangan Usaha atas dasar Harga Konstan 2000 (dalam Milyar Rp)

Lapangan Usaha 2004 2005 2006

Pertanian 1.391,38 1.441,77 1.506,20

Ada dua metode yang dapat dipakai untuk menghitung yaitu: a) Metode Langsung

(35)

barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Pendekatan metode ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu:

1. Pendekatan Produksi

PDRB merupakan jumlah Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam suatu wilayah dalam suatu periode tertentu.

2. Pendekatan Pendapatan

PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di dalam suatu wilayah/region dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun.

3. Pendekatan Pengeluaran

PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor neto di dalam suatu wilayah/region dalam periode tertentu biasanya satu tahun. b) Metode Tidak Langsung/Alokasi

(36)

dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam suatu periode tertentu biasanya satu tahun yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan. Penghitungan atas dasar harga konstan pengertiannya sama dengan atas dasar harga berlaku tetapi penilaiannya dilakukan dengan harga suatu tahun dasar tertentu.

NTB atas dasar harga konstan ini hanya menggambarkan perubahan volume/ kuantum produk saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga suatu tahun dasar tertentu.

2.8. Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian sebelumnya yang sama persis belum ada ditemukan, namun penelitian yang bersifat mendukung penelitian sudah banyak didapati, antara lain:

(37)

2. Analisa Fungsi Produksi Usaha Tani Padi Sawah dan Pengaruhnya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk Pengembangan Wilayah di Kabupaten Deli Serdang (Yusri, M., 2005) mengatakan bahwa dari hasil observasi diperoleh bahwa rata-rata hasil produksi untuk petani lahan luas adalah sebesar 7,31 ton dengan rata-rata luas lahan 1,56 hektar. Sedangkan untuk lahan sempit adalah sebesar 1,59 ton dengan rata-rata luas lahan 0,35 hektar dan dapat disimpulkan bahwa variabel luas lahan, benih, pupuk organik berpengaruh nyata terhadap produksi usaha tani padi sawah pada tingkat keyakinan 95%.

(38)

2.9. Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 merupakan kerangka berpikir analisis peningkatan produktivitas tanaman padi sawah dan pengaruhnya terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 di atas menjelaskan bahwa produktivitas pertanian tanaman pangan khususnya padi sawah sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, infrastruktur pendukung dan kelembagaan petani yang pada akhirnya akan berdampak terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai.

Produktivitas petani sangat dipengaruhi oleh adanya kebijakan pemerintah baik kebijakan harga yang mempengaruhi pendapatan dan juga kebijakan non pemerintah berupa peraturan-peraturan yang mendukung sektor pertanian, infra struktur, lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat.

Kebijakan Pemerintah

Infrastruktur Pendukung

Kelembagaan Petani

Produktivitas

(39)

Dampak terakhir yang mungkin dapat dirasakan akibat adanya peningkatan pendapatan petani dan peningkatan produktivitasnya adalah terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perkembangan suatu wilayah melalui adanya kemudahan-kemudahan serta fasilitas yang dirasakan/diperoleh masyarakat di dalam kehidupan sebagai final effect dari usaha yang telah dilakukan.

2.10. Hipotesa

Sesuai dengan latar belakang masalah dan tujuan penelitian maka hipotesa yang diajukan guna pemecahan permasalahan-permasalahan di atas adalah:

1. Kebijakan Pemerintah berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan (padi sawah) di Kabupaten Serdang Bedagai. 2. Infrastruktur pendukung berpengaruh nyata terhadap peningkatan

produktivitas pertanian tanaman pangan (padi sawah) di Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Kelembagaan petani berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan (padi sawah) di Kabupaten Serdang Bedagai. 4. Peningkatan produktivitas tanaman pangan (padi sawah) memberikan

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Serdang Bedagai pada 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin mulai dilaksanakan bulan Mei sampai dengan Juni tahun 2009.

Alasan dipilihnya kabupaten ini sebagai lokasi penelitian adalah dikarenakan kabupaten ini merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 namun sudah mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap penyediaan produksi di Propinsi Sumatera Utara. Sedangkan ketiga kecamatan tersebut merupakan daerah yang mempunyai luas panen terbesar di Kabupaten Serdang Bedagai.

3.2. Jenis dan Sumber Data

(41)

3.3. Penentuan Populasi dan Sampel

Penentuan sampel diperlukan agar data yang diperoleh lebih akurat dengan biaya dan waktu yang lebih cepat dan biaya lebih murah. Penentuan ukuran sampel didasarkan atas pertimbangan Roscoe yang mengatakan: pertama, ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian sosial adalah antara 30 sampai dengan 500 sampel; kedua, bila sampel dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel tiap kategori minimal 30 (Sugiono, 2003).

Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode Stratified Sampel dibagi menurut strata berdasarkan luas lahan yang digarap dengan kondisi lahan persawahan sejenis sebanyak 30 (tiga puluh) orang yaitu:

1) Strata I adalah petani dengan luas lahan < 0,50 hektar. 2) Strata II adalah petani dengan luas lahan 0.5 – 1.00 hektar. 3) Strata III adalah petani dengan luas lahan > 1.00 hektar.

(42)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari petani responden melalui wawancara langsung petani dan pengisian daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan meliputi:

1. Identitas responden.

2. Kepemilikan lahan, kondisi usaha tani. 3. Sarana produksi pertanian.

4. Produksi.

5. Sistem pemasaran. 6. Manajemen usaha tani. 7. Pendapatan.

8. Data lain yang mendukung.

Sedangkan data sekunder yang berhubungan dengan objek penelitian dikumpulkan dan berasal dari Instansi Pemerintah seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Pertanian, Kantor Statistik, Kecamatan dan dinas terkait maupun sumber lainnya.

Selanjutnya keseluruhan data yang diperoleh diolah secara bertahap dengan metode tabulasi sesuai dengan urutan prioritasnya. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for

(43)

3.5. Model Analisis Data

3.5.1. Model Analisis Pengaruh Faktor-faktor Produksi Tanaman Pangan

Untuk mengetahui dan menganalisis peningkatan produktivitas dan pengaruhnya terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai di Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin digunakan model analisis yang secara matematis sederhana dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

Y = bo + X1b1 + X2b2 + X3b3 + eu

Model tersebut di atas merupakan bentuk persamaan linear berganda dengan menggunakan sumber data tidak terkontrol berasal dari hasil survey dan wawancara di lapangan, sedangkan data terkontrol (Soekartawi, 1994) adalah data yang diperoleh berdasarkan kontrol dari peneliti seperti percobaan di laboratorium, pemupukan dan sebagainya.

Di mana:

Y = Tingkat produktivitas (Skala 1 – 5) bo = Konstanta/intercept

b1 b2, b3 = Koefisien regresi untuk masing-masing variabel X1 = Kebijakan Pemerintah (Skala 1 – 5)

(44)

Untuk menganalisa pengembangan wilayah melalui peningkatan kesejahteraan masyarakat dilihat dengan banyaknya pengembangan fasilitas yang dibutuhkan masyarakat dan kehidupan sosial ekonomi yang semakin berkembang. 1. Pengujian Koefisien Regresi secara Serentak

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah faktor-faktor yang ada di dalam model mempengaruhi tingkat produktivitas secara bersama-sama, melalui uji “F”

dengan kriteria yaitu:

Hipotesa Ho : b1, b2, b3,... bn = 0

Atau b1 = b2 = b3...bn = 0 secara serentak berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi sawah.

H1 paling sedikit salah satu b1 ≠ 0 secara serentak tidak berpengaruh nyata

terhadap produktivitas padi sawah. Jika:

F hitung > F tabel maka : H1 diterima, Ho ditolak F hitung < F tabel maka : Ho diterima, H1 ditolak

(45)

Nilai koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar variasi variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen, nilai ini berkisar antara nol sampai satu (0 ≤ R2≤ 1). Semakin besar nilai R2 maka semakin besar pula variasi variabel dependen yang mampu menjelaskan variasi variabel independen.

2. Pengujian Koefisien Regresi secara Tunggal

Pengujian ini untuk melihat apakah masing-masing faktor yang ada dalam model mempengaruhi secara terpisah terhadap peningkatan produktivitas. Pengujian dengan menggunakan uji –t yaitu:

Hipotesa Ho : b1 = 0, ada hubungan masing-masing faktor H1 : b1 ≠ 0, tidak ada hubungan masing-masing faktor Jika t hitung > t tabel maka : H1 diterima, Ho ditolak Jika t hitung < t tabel maka : H1 ditolak, Ho diterima

Terima Ho berarti faktor Xn secara tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas padi sawah, sebaliknya tolak Ho berarti faktor Xn secara tunggal berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas padi sawah pada tingkat kepercayaan tertentu.

3. Pengujian Model Regresi dan Korelasi

Dengan menggunakan metode ordinary least square (OLS) akan diperoleh koefisien regresi masing-masing variabel melalui tahapan sebagai berikut:

(46)

3.2. Autokorelasi, dilakukan dengan cara menguji Durban-Watson (D-W test) yaitu: hipotesis : Ho : ß = 0

H1 : ß ≠ 0

a. Jika D-W hitung lebih kecil dari pada dL atau lebih besar dari pada (4-

dL) maka Ho ditolak dengan kata lain terdapat autokorelasi.

b. Jika D-W hitung terletak antara du dan (4- du) maka Ho diterima yang

berarti tidak ada autokorelasi.

c. Jika D-W hitung terletak antara dL dan du atau diantara (4- du) dan (4-

dL) maka uji D-W tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti

(inconclusive).

3.3. Heteroskedastisitas, pengujian dengan menggunakan cara Scatterplot antara nilai individual variabel bebas dengan variabel terikat.

3.4. Normalitas, pengujian ini menggunakan grafik yang menggambarkan distribusi nilai residiual variabel dependen dan independen dalam regresi yang akan digunakan. Dari hasil pengujian ini akan diperoleh distribusi residual berdistribusi normal apabila titik-titik penyebarannya mengikuti arah garis diagonal (Santosa, 1999). Asumsi klasik menyatakan bahwa model regresi harus memenuhi asumsi normalitas.

Untuk mengolah data yang diperoleh digunakan paket komputer Statistical

Package for Social Sciences (SPSS 13 for Windows).

(47)

Keunggulan fungsi ini adalah pangkat dari fungsi atau koefisien âi (i = 1, 2, …, n) merupakan elasititas produksi (Ep) yang dapat digunakan secara langsung dan penjumlahan dari koefisien dapat menduga bentuk skala usaha (return to scale) atau tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi. Dengan skala usaha (return to

scale) akan dapat diketahui apakah kegiatan suatu usaha tani yang diteliti dapat

mengikuti kaidah increasing, constant atau decreasing return to scale.

1. Increasing returns to scale, bila (b1 + b2 + . b5) > 1. Ini artinya bahwa proporsi penambahan faktor-faktor produksi akan menghasilkan tambahan hasil produksi yang proporsinya lebih besar. Jadi, misalnya masukan produksi ditambah 10 persen, maka produksi akan bertambah sebesar 20 persen.

2. Constant returns to scale, bila (b1 + b2 + . b5) = 1. Dalam keadaan demikian penambahan faktor-faktor produksi akan proporsional dengan penambahan hasil produksi yang diperoleh. Bila faktor produksi ditambah 20 persen, maka hasil produksi akan bertambah juga sebesar 20 persen.

3. Decreasing returns to scale, bila (b1 + b2 + . b5) < 1. Dalam keadaan demikian, dapat diartikan bahwa proporsi penambahan faktor-faktor produksi melebihi proporsi penambahan hasil produksi. Misalnya, bila penggunaan faktor-faktor produksi ditambah 20 persen, maka hasil produksi akan bertambah lebih kecil dari 20 persen.

(48)

Tahap I Tahap II Tahap III PM

Gambar 3.1. Elastisitas Produksi dan Daerah-daerah Produksi

PT = Produk Total PR = Produk Rata-rata PM = Produk Marjinal

Gambar ini menunjukkan hubungan produk total (PT), produk rata-rata (PR), produk marjinal (PM), elastisitas produksi (Ep), yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Daerah pertama menunjukkan, bahwa produk marjinal (PM) lebih besar dari produk rata-rata (PR). Pada daerah ini, produk rata-rata (PR) terus meningkat sampai mencapai maksimum. Produksi masih bisa ditingkatkan karena belum tercapainya tingkat efisiensi. Berdasarkan nilai dari elastisitas produksi, maka penambahan faktor produksi sebesar satu persen pada daerah ini akan

PT C

B

A Q

(49)

menyebabkan penambahan produk yang selalu lebih besar dari satu persen. Produksi masih dapat ditingkatkan selama produk rata-rata (PR) masih terus naik. 2. Daerah kedua menunjukkan produk marjinal (PM) lebih kecil dari produk rata-rata (PR). Pada daerah ini, efisiensi teknis dari faktor-faktor produksi telah tercapai. Berdasarkan nilai dari elastisitas produksi, penambahan faktor produksi sebesar satu persen pada daerah ini akan menyebabkan penambahan produk sebesar satu persen. Selain itu daerah ini merupakan daerah ekonomis yang sesuai dengan penggunaan faktor-faktor produksi. Untuk mendapatkan ketepatan penggunaan faktor-faktor produksi, terlebih dahulu diketahui harga faktor-faktor produksi itu sendiri dan harga produk.

3. Daerah ketiga menunjukkan produk marjinal (PM) lebih kecil dari nol. Keadaan ini terjadi pada saat antara input tetap dengan input variabel jumlahnya tidak seimbang, dan produk total (PT) akan menurun. Berdasarkan nilai dari elastisitas produksi, penambahan faktor produksi akan menyebabkan pengurangan produk.

3.5.2. Kontribusi Hasil Pertanian Tanaman Pangan Padi terhadap Pengembangan Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

(50)

3.6. Definisi Variabel Operasional

1. Produktivitas pertanian tanaman pangan dalam arti sempit dapat diartikan sebagai kemampuan berproduksi dalam satu satuan luas. Namun secara luas produktivitas diartikan sebagai pendapatan yang diperoleh dengan menggunakan segala potensi sumber daya yang ada disertai dengan kemampuan untuk meminimumkan segala resiko yang dapat memperkecil pendapatan tersebut dalam satu satuan periode yang dibutuhkan.

2. Petani dengan lahan luas adalah jika lahan yang dimiliki lebih dari 1 hektar, sedangkan petani lahan sedang jika memiliki lahan 0,5 –1 hektar dan petani lahan sempit adalah petani dengan lahan kurang dari 0,5 hektar.

3. Produksi adalah hasil (out put) yang dicapai oleh suatu pertanaman dalam satu kali musim tanam.

4. Kebijakan Pemerintah merupakan arahan ataupun keputusan peraturan yang ditujukan untuk meningkatkan produksi pertanian melalui berbagai cara, metode maupun program yang telah ditetapkan untuk dapat diaplikasikan di tengah-tengah masyarakat.

(51)

6. Kelembagaan adalah wadah/organisasi tempat berkumpulnya petani dalam memajukan bidang pertaniannya selain itu juga berfungsi sebagai sarana tukar menukar informasi, dan pengetahuan para petani.

7. Pengembangan wilayah adalah suatu usaha untuk mengelola segala potensi yang ada pada suatu daerah dengan melaksanakan pembangunan di berbagai sektor melalui beberapa program kegiatan dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Tabel 3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Indikator Pengukuran

Kebijakan Pemerintah (X1)

Merupakan arahan ataupun keputusan peraturan yang ditujukan untuk meningkatkan produksi pertanian melalui berbagai cara, metode maupun program yang telah ditetapkan untuk dapat diaplikasikan di tengah-tengah masyarakat.

Merupakan sarana dan prasarana yang berfungsi sebagai pendukung dicapainya suatu produksi optimum dari suatu pertanaman seperti misalnya sarana pendukung ketersediaan air irigasi, jalan-jalan desa guna memperlancar pengangkutan bahan/ hasil pertanian termasuk juga mesin-pertaniannya selain itu juga berfungsi sebagai sarana tukar menukar informasi, dan pengetahuan para

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Wilayah Serdang Bedagai

4.1.1. Letak Wilayah

Kabupaten Serdang Bedagai adalah salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Propinsi Sumatera Utara dan diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004.

Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 2o57”

(53)

Tabel 4.1. Letak dan Geografis Kabupaten Serdang Bedagai

No. Keterangan Geografis

1.

Letak di atas permukaan laut Batas – batasnya

Sumber : Serdang Bedagai Dalam Angka (2007)

(54)

Tabel 4.2. Banyak Desa/Kelurahan dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan

Sumber: Serdang Bedagai Dalam Angka (2007)

4.1.2. Iklim

Proses pengembangan wilayah memerlukan informasi klimatologi sebagai salah satu faktor pertimbangannya. Faktor iklim ini sangat menentukan produktivitas suatu tanaman yang secara langsung berpengaruh terhadap pengembangan wilayah. Faktor iklim ini meliputi antara lain curah hujan, kelembaban dan temperatur.

(55)

curah hujan berkisar antara 120 sampai dengan 331 mm perbulan dengan periodik tertinggi pada bulan September 2006, hari hujan per bulan berkisar 8-20 hari dengan periode hari hujan yang besar pada bulan Mei – Juni berkisar 0,42 m/dt dengan tingkat penguapan sekitar 3,9 mm/hari. Temperatur udara per bulan minimum 22,2o C dan maksimum 31,9o C.

4.1.3. Tanaman Pangan

Pada tahun 2007 produksi padi (sawah + ladang) di Kabupaten Serdang Bedagai mengalami peningkatan sebesar 108,87 persen, yaitu dari 334.704 ton di tahun 2006 menjadi 364.376 ton. Rata-rata produksi mengalami kenaikan dari 46 Kw/Ha menjadi 48,22 Kw/Ha.

Komoditi palawija yang terdiri dari jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah pada tahun 2006 mengalami fluktuasi penurunan dan kenaikan baik luas panen, rata- rata produksi dan produksinya. Tanaman jagung mengalami penurunan luas panen dari 6.747 Ha menjadi 5.070 Ha atau turun sebesar 24,85 persen.

Tanaman ubi kayu mengalami kenaikan luas panen sebesar 40,8 persen dari 7.639 Ha menjadi 10.756 Ha pada tahun 2006. Rata-rata produksinya meningkat dari 221,47 Kw/Ha menjadi 221,86 Kw/Ha demikian juga produksinya naik 19,92 persen dari 198.985 ton pada tahun 2005 menjadi 238.628 ton pada tahun 2006.

(56)

Tanaman kacang hijau mengalami penurunan baik luas panen maupun produksinya. Luas panen kacang tahun 2005 sebesar 706 Ha turun menjadi 506 Ha di tahun 2006 dan produksinya turun 26,28 persen, yakni dari 665 ton menjadi 490,22 ton. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah sentra perkebunan di Sumatera Utara Komoditi penting yang dihasilkan adalah karet, kelapa dan kelapa sawit seperti terlihat pada Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah Tahun 2007

(57)

4.2. Karakteristik Responden

4.2.1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden yang laki-laki sebanyak 55 orang (61,10%) dan wanita sebanyak 35 orang (38,90%).

Laki-Laki, 55, 61% Perempuan

, 35, 39%

Laki-Laki Perempuan

Gambar 4.1. Jenis Kelamin Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009

Dari Gambar 4.1 di atas terlihat bahwa responden yang paling banyak adalah laki-laki sebanyak 55 orang (61,10%), hal ini mengingat jenis dan sifat pekerjaan pada usaha pertanian didominasi laki-laki, di mana petani terlibat langsung di dalam pengelolaan pertanian tanaman pangan (padi sawah).

4.2.2. Tingkat Umur

(58)

< 30 Tahun 14%

31 - 40 Tahun

30% 41- 50 Tahun

37% > 51 Tahun

19%

< 30 Tahun 31 - 40 Tahun 41- 50 Tahun > 51 Tahun

Gambar 4.2. Tingkat Umur Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009

Dari Gambar 4.2 di atas terlihat bahwa umur responden yang paling banyak adalah umur antara 41-50 tahun (37%) dan 31-40 tahun (30%). Kalau dilihat dari distribusi umur petani, termasuk rentang usia produktif, artinya pada umur tersebut petani memulai usaha pertanian sebagai mata pencaharian utama.

4.2.3. Status Perkawinan

Status perkawinan responden yang sudah menikah sebanyak 85 orang (94,40%) dan belum menikah sebanyak 5 orang (5,60%)

Sudah Menikah

94% Belum Menikah

6%

Sudah Menikah Belum Menikah

(59)

Dari Gambar 4.3 di atas terlihat bahwa status perkawinan responden yang paling banyak adalah sudah menikah sebanyak 85 orang (94,40%). Hal ini biasanya disebabkan karena di daerah pada usia 25 tahun ke atas sudah menikah dan karena keterbatasan pendidikan menyebabkan mereka memilih menjadi petani sebagai mata pencarian utama.

4.2.4. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden yang memiliki pendidikan formal terakhir SMA sebanyak 32 orang (36%), SLTP sebanyak 43 orang (47%) dan sisanya SD sebanyak 15 orang (17%).

SD 17%

SMP 47% SMA

36%

SD SMP SMA

Gambar 4.4. Tingkat Pendidikan Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009

(60)

4.2.5. Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Perbaungan, Pantai Cermin dan Sei Bamban dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4. Mata Pencaharian Penduduk Sesuai Kecamatan Tahun 2008

Kecamatan No. Pekerjaan (orang)

Sei Bamban Perbaungan Pantai Cermin

1.

(61)

< 10 Tahun 18%

11 - 15 Tahun

38% 16 -20

Tahun 32%

> 21 Tahun 12%

< 10 Tahun 11 - 15 Tahun 16 -20 Tahun > 21 Tahun

Gambar 4.5. Tingkat Pengalaman Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009

Dari Gambar 4.5 di atas terlihat bahwa tingkat pengalaman responden paling lama 11-15 tahun sebanyak 36 orang (38%). Hal ini berarti bahwa mayoritas responden sudah lama menjadi petani, dan bertani merupakan mata pencaharian utama di daerah tersebut.

4.2.7. Status Kepemilikan

Mengenai status kepemilikan lahan dari seluruh responden yang ada 79 orang (88%) milik sendiri dan sisanya sebanyak 11 orang menyewa (12%).

Milik Sendiri 88% Menyewa

12%

Milik Sendiri Menyewa

(62)

Dari Gambar 4.6 di atas terlihat bahwa status kepemilikan lahan sawah paling banyak adalah milik sendiri yaitu sebanyak 79 orang (88%). Hal ini berarti bahwa mayoritas responden/petani sudah menjadi petani secara temurun dari orang tuanya, dan lahan bertani sekarang merupakan lahan dari orang tua atau sudah dibeli dari orang lain.

4.2.8. Luas Lahan

Mengenai besarnya luas lahan 50 orang (55%) memiliki 0,4-0,9 Ha, 24 orang (27%) memiliki 1-1,9 Ha dan sisanya 16 orang (18%) memiliki luas lahan di atas 2 Ha.

0,4 - 0,9 Ha 55% 1 - 1,9 Ha

27%

> 2 Ha 18%

0,4 - 0,9 Ha 1 - 1,9 Ha > 2 Ha

Gambar 4.7. Luas Lahan Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009

(63)

4.2.9. Jumlah Tanggungan

Mengenai besarnya jumlah tanggungan tiap responden, 27 orang (52%) memiliki 1-3 orang tanggungan, 56 orang (57%) memiliki 4-5 tanggungan, sisanya 7 orang (8%) memiliki 6-7 orang tanggungan.

1- 3 Orang 30%

4- 5 Orang 57% 6 -7 Orang

13%

1- 3 Orang 4- 5 Orang 6 -7 Orang

Gambar 4.8. Jumlah Tanggungan Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009

Dari Gambar 4.8 di atas terlihat bahwa jumlah tanggungan responden didominasi oleh 4-5 tanggungan yaitu sebanyak 56 orang orang (57%). Hal ini berarti bahwa mayoritas responden/petani memiliki tanggungan yang banyak dalam keluarganya.

4.3. Pengujian Asumsi Klasik

(64)

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

E

x

p

e

c

te

d

C

u

m

P

ro

b

Dependent Variable: Produktivitas

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

4.3.1. Uji Normalitas

Untuk pengujian normalitas data dalam penelitian ini dideteksi melalui analisa grafik dan statistik yang dihasilkan melalui perhitungan regresi dengan SPSS. Hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada Gambar 4.9 berikut:

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

(65)

Dari Gambar 4.9 di atas, dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan menunjukkan normal. Ghozali (2005) menyatakan bahwa, jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi nomalitas. Analisis dari grafik di atas terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Maka model regresi layak dipakai untuk memprediksi produktivitas tanaman pangan berdasarkan masukan variabel independen.

4.3.2. Uji Multikolinieritas

Uji mulitikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka

terdapat masalah multikolinieritas. Pada model regresi yang baik tidak terjadi korelasi

di antara variabel independen.

Hasil pengujian multikolinieritas data dalam penelitian ini menggunakan alat

(66)

Tabel 4.5. Hasil Uji Multikolinearitas

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Dari Tabel 4.5 menunjukkan nilai Tolerance tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungan Variance

Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal sama tidak ada satu variabel independen

yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel indenpenden dalam model regresi.

4.3.3. Uji Heteroskedastisitas

(67)

-4 -2 0 2 4

Hasil pengujian heteroskedastisitas data dalam penelitian ini menggunakan alat Bantu SPSS dengan mengamati pola yang terdapat pada Scatterplots, hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.10 sebagai berikut:

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Gambar 4.10. Hasil Uji Heteroskedastisitas

(68)

Menurut Ghozali (2005), jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk suatu pola yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas dan jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedistisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi keputusan memilih berdasarkan masukan dari variabel bebasnya.

4.4. Penjelasan Responden

Dalam penelitian ini, variabel terikat (dependent variable) yaitu produktivitas (Y) dan tiga variabel bebas (independent variable) terdiri dari: variabel kebijakan pemerintah (X1), variabel infrastruktur pendukung (X2) dan variabel kelembagaan

petani (X3).

4.4.1. Penjelasan Responden tentang Kebijakan Pemerintah

Definisi operasional variabel kebijakan pemerintah merupakan arahan ataupun keputusan peraturan yang ditujukan untuk meningkatkan produksi pertanian melalui berbagai cara, metode maupun program yang telah ditetapkan untuk dapat diaplikasikan di tengah-tengah masyarakat.

(69)

Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, walaupun terdapat sebagian responden yang merasakan kebijakan yang kurang tepat dari Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai dalam hal ini Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai.

4.4.2. Penjelasan Responden tentang Infrastruktur

Definisi operasional variabel ini adalah sarana dan prasarana yang berfungsi sebagai pendukung dicapainya suatu produksi optimum dari suatu pertanaman seperti misalnya sarana pendukung ketersediaan air irigasi, jalan-jalan desa guna memperlancar pengangkutan bahan/hasil pertanian termasuk juga mesin-mesin pengolah hasil pertanian.

Untuk butir pertanyaan-pertanyaan variabel infrastruktur, mayoritas responden memberikan opsi jawaban ke-2 dan ke-3, hal ini menunjukkan responden memberikan tanggapan yang positif terhadap infrastruktur yang diberikan, walaupun terdapat sebagian responden yang merasakan perlu lebih diperhatikan infrastruktur pendukung dalam peningkatan produktivitas tanaman pangan.

4.4.3. Penjelasan Responden tentang Kelembagaan

(70)

Untuk butir pertanyaan-pertanyaan variabel kelembagaan, mayoritas responden memberikan opsi jawaban ke-2 dan ke-3, hal ini menunjukkan responden memberikan tanggapan yang positif terhadap kelembagaan. Hal ini berarti bahwa tanggapan responden terhadap kelembagaan dalam peningkatan produktivitas petani cukup baik walaupun terdapat sebagian responden yang merasakan perlu lebih diperhatikan lagi kelembagaan dalam peningkatan produktivitas petani dengan memberikan komentar atas pertanyaan yang diberikan.

4.4.4. Penjelasan Responden tentang Produktivitas Pertanian Tanaman Pangan

Definisi operasional variabel ini adalah suatu usaha untuk mengelola segala potensi sumber daya yang ada pada suatu daerah dengan melaksanakan pembangunan di berbagai sektor melalui beberapa program kegiatan disertai kemampuan untuk meminimumkan segala resiko dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat pada suatu periode yang diperlukan.

(71)

4.5. Hasil Uji Statistik

Berdasarkan hasil regresi dari data yang diolah dengan menggunakan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.6. Hasil Regresi Kebijakan Pemerintah, Infrastruktur dan Kelembagaan Petani terhadap Produktivitas Tanaman Pangan

Coefficientsa

Sumber: Penelitian, 2009 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, dapat dibuat persamaan sebagai berikut:

Y = -1,381 + 0,293 X1 + 0,419 X2 + 0,434 X3

Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa koefisien regresi X1

Gambar

Gambar Histogram Dependen Variabel Produktivitas ......................       113
Tabel 2.1. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
Gambar 3.1. Elastisitas Produksi dan Daerah-daerah Produksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Kebutuhan Luas Lahan Pertanian Pangan dalam Pemenuhan Kebutuhan Pangan Penduduk Kabupaten Lampung Barat adalah karya

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa setiap perubahan permintaan akhir terhadap sektor pertanian dalam arti luas sebagai wujud pembangunan dalam sektor tersebut, akan

Bardasarkan hasil analisis komponen pertumbuhan komoditas tanaman pangan unggulan di tiap Kecamatan di Kabupaten Wonogiri Komoditas pertanian tanaman pangan yang

Aplikasi yang telah dibuat berisi menu untuk menampilkan luas lahan pertanian, hasil produksi pertanian tanaman pangan yang ada di Kabupaten Pekalongan,

Badan Litbang Pertanian telah berupaya melakukan pelepasan varietas unggul baru (VUB) untuk komoditas pangan seperti padi gogo, kedelai, dan jagung tahan naungan

Memprediksi hasil produktivitas tanaman pangan (padi, ubi kayu, jagung, kacang hijau, ubi jalar, kacang tanah kedelai) dengan unsur-unsur iklim (kelembaban udara rata-rata,

Walaupun demikian peluang peningkatan produktivitas padi masih cukup terbuka lebar mengingat kita memiliki inovasi teknologi pertanian diantaranya (1) padi

Berdasarkan hasil analisis, faktor penyebab kurang berkembangnya kawasan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Sampang antara lain yaitu infrastruktur pertanian, sumber daya