• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KOMODITI PERTANIAN TANAMAN PANGAN BERBASIS AGRIBISNIS KABUPATEN SIDRAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN KOMODITI PERTANIAN TANAMAN PANGAN BERBASIS AGRIBISNIS KABUPATEN SIDRAP"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017

PENGEMBANGAN KOMODITI PERTANIAN TANAMAN PANGAN

BERBASIS AGRIBISNIS KABUPATEN SIDRAP

Development Of Agricultural Commodities Plant-Based Food Sidrap Agribusiness Oleh

Rusida

E-mail : rusida_sida@ymail.com

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andi Djemma Palopo

ABSTRAK

Sektor pertanian merupakan sektor utama pendukung perekonomian Kabupaten Sidrap, khususnya subsektor pertanian tanaman pangan yang memiliki potensi cukup besar dalam peningkatan perekonomian daerah secara signifikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis komoditi yang menjadi potensi unggulan sektor pertanian tanaman pangan Kabupaten Sidrap dan mengetahui seberapa besar konstribusi sektor pertanian dalam arti luas terhadap PDRB Kabupaten Sidrap yang dilakukan melalui pendekatan agribisnis. Tahapan untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini yaitu analisis Location Question (LQ) dan Analisis Struktur Ekonomi (Shift Share).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditi yang menjadi potensi unggulan sektor pertanian tanaman pangan di Kabupaten Sidrap adalah jenis komoditi padi sawah berlokasi di Kecamatan Baranti, Panca Rijang, Maritengngae, Watang Sidenreng, Pitu Riawa, Dua Pitue dan Pitu Riase. Jenis komoditi jagung berlokasi di Kecamatan Panca Lautang, Tellu Limpoe, Watang Pulu, Panca Rijang dan Kulo. Jenis Komoditi ubi kayu berlokasi di Kecamatan Watang Pulu, Watang Sidenreng, Dua Pitue dan Pitu Riase. Jenis komoditi ubi jalar berlokasi di Kecamatan Baranti dan Pitu Riase. Jenis komoditi kacang kedelai berlokasi di Kecamatan Pitu Riawa. Jenis Komoditi kacang hijau berlokasi di Kecamatan Pitu Riawa. Dari hasil analisis Shift-Share, konstribusi sektor pertanian dalam arti luas terhadap PDRB Kabupaten Sidrap untuk sektor kegiatan ekonomi tahun 2013 sebesar 33,43% dan tahun 2014 sebesar 33,89% atau mengalami kenaikan sebesar 0,46%.

Kata Kunci : Komoditi Unggulan, Tanaman Pangan, Agribisnis ABSTRACT

The agricultural sector is the main sector of the economy supporting Sidrap, in particular subsector of food crops that has significant potential to increase significantly the regional economy. This study aims to determine the type of the commodity that is excellent potential crop farming sector Sidrap and know how big contribution of the agricultural sector in the broad sense to GRDP Sidrap made through agribusiness approach. Stages for reaching the goal of this research is the analysis of Location Question (LQ) and the Economic Structural Analysis (Shift Share).

The results showed that the commodity that is excellent potential in the agricultural sector Sidrap crop is paddy rice crop types are located in District Baranti, Panca Chert, Maritengngae, Watang Sidenreng, Pitu Riawa, Two Pitue and Pitu Riase. Corn crop types are located in the District of Panca Lautang, Tellu Limpoe, Watang Pulu, Panca Chert and Kulo. Commodity type of cassava located in District Watang Pulu, Watang Sidenreng, Two Pitue and Pitu Riase. Sweet potato crop types located in District Baranti and Pitu Riase. Soybean crop types are located in the district of Pitu Riawa. Type Commodity green beans are located in the district of Pitu Riawa. From the analysis Shift-Share, the agricultural sector's contribution to the GDP in the broad sense Sidrap to sectors of economic activity in 2013 amounted to 33.43% and in 2014 amounted to 33.89% or an increase of 0.46%.

(2)

Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara harfiah, pertanian dapat diartikan sebagai pemanenan sinar matahari, atau transformasi energi matahari menjadi energi organik. Ditinjau dari komoditasnya pertanian terdiri dari pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, hortikultura, peternakan dan perikanan, sedangkan ditinjau dari ilmu yang membangunnya, pertanian dibangun dari ilmu-ilmu keras (hard

sciences) dan ilmu-ilmu lunak (soft sciences)

baik pada kekuatan ilmu-ilmu dasar, terapan dan lanjutan maupun ilmu-ilmu kawinannya.

Pertanian dalam arti luas terdiri dari lima sub sektor, yaitu tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Sebagian besar hasil pertanian adalah bahan makanan terutama beras yang dikonsumsi sendiri dan seluruh hasil perkebunan adalah ekspor. Wilayah pedesaan yang bercirikan pertanian sebagai basis ekonomi sedangkan wilayah perkotaaan yang tidak lepas dari aktivitas ekonomi baik yang sifatnya industri, perdagangan maupun jasa mengalami pertentangan luar biasa di dalam rata-rata pertumbuhan pembangunan. Dengan kemajuan yang dicapai sektor pertanian tanaman pangan, maka pembangunan sektor industri yang didukung sektor pertanian juga semakin maju.

Pembangunan pertanian dikatakan berhasil, jika terjadi pertumbuhan sektor pertanian yang baik sekaligus terjadi perubahan masyarakat tani, dari yang kurang baik menjadi lebih baik (Soekartawi, 1996 : 24). Menurut Kartasasmita (1996 : 213), pembangunan sektor pertanian memerlukan dukungan sektor transportasi, keterkaitannya sangat penting dalam rangka mewujudkan pembangunan yang sesuai dengan fungsinya, untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduk yang jumlahnya besar dan sebagai sumber mata pencaharian yang besar pula bagi rakyat Indonesia.

Mubyarto (1994 : 232) telah menganalisis syarat-syarat pembangunan pertanian, yakni adanya pasar untuk hasil-hasil usahatani, teknologi, kegiatan gotong royong petani, tersedianya bahan-bahan dan alat produksi secara lokal, adanya perangsang produk bagi petani, dan tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu.

Disamping itu pembangunan pertanian juga tidak terlepas dari usaha intensifikasi.

Intensifikasi pertanian pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan produksi pertanian per kesatuan luas. Intensifikasi ini akan berhasil kalau faktor yang mempengaruhi adanya senjang produktivitas itu diketahui (Soekartawi 2000 : 35). Senjang produktivitas ini dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu senjang produktivitas I dan II. Senjang produktivitas I

(yield gap I) adalah senjang produktivitas

yang disebabkan karena perbedaan produktivitas yang dilakukan di lembaga eksprimen dan produktivitas secara potensial. Sedangkan senjang produktivitas II (yield gap

II) adalah perbedaan produktivitas antara

produktivitas potensial dengan produktivitas yang dihasilkan oleh petani.

Sebagai kegiatan ekonomi, pertanian dapat dipandang sebagai suatu sistem yang dinamakan agribisnis. Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain). Dalam kerangka berpikir sistem ini, pengelolaan tempat usaha pembibitan, penyediaan input produksi, dan sarana produksi, biasa diistilahkan sebagai aspek “hulu”. Sementara kegiatan pasca panen seperti ; distribusi, pengolahan, dan pemasaran dimasukkan dalam aspek “hilir”. Sedangkan Budidaya dan pengumpulan hasil merupakan bagian dari aspek proses produksi. Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Agribisnis merupakan sistem yang utuh mulai sub-sistem penyediaan sarana produksi dan peralatan pertanian; sub-sistem usahatani; sub-sistem pengolahan atau agroindustri dan sub-sistem pemasaran. Agar sub-sistem ini bekerja dengan baik maka diperlukan dukungan sub-sistem kelembagaan sarana dan prasarana serta sub-sistem penunjang dan pembinaan.

Perkembangan komoditas pertanian yang sesuai dalam suatu zone agroekologi

(3)

Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017

bercirikan: dapat dikembangkan dalam skala

besar (melibatkan banyak petani), mempunyai daya tarik kebelakang (bacward linkage) dan daya dorong ke depan (forward linkage) yang cukup besar, sehingga mampu memacu pertumbuhan sektor-sektor yang lain, serta memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif.

Perkembangan sektor pertanian tanaman pangan di Kabupaten Sidrap, masih memiliki berbagai permasalahan antara lain sebagai berikut :

a. Aspek Produksi

Produktivitas tanaman pangan masih belum maksimal yang disebabkan oleh penguasaan teknologi yang kurang dan lemahnya ketrampilan dalam usahatani. Selain itu, modal usahatani terbatas, tidak semua penduduk yang petani memiliki lahan pertanian, lahan pertanian belum seluruhnya memiliki pengairan, penghasilan masyarakat masih tergantung pada usaha pertanian, pengelolaan pertanian masih bersifat tradisional, sulitnya mencari pupuk murah, dan sebagainya.

b. Aspek Pengelolaan Hasil Pertanian Petani umumnya memproses sendiri hasil produksinya dan sebagian dijual di wilayah sekitarnya, kurangnya inovasi dalam mengolah produk, produksi pertanian habis terjual dalam sekali masa panen, dan industri pengolahan bahan makanan masih minim jumlahnya.

c. Aspek Pemasaran

Nilai hasil produksi tidak sebanding dengan biaya produksi dan mekanisme pasar yang belum maksimal dan hanya mencakup wilayah lokal sehingga petani mendapatkan harga yang ditentukan oleh pihak lain relatif rendah. Selain itu, petani tanaman pangan masih belum mampu bersaing di pasaran. Hal ini mengakibatkan tingkat produksi pertanian yang ada belum mampu mengangkat perekonomian masyarakat sekitar.

Melihat kondisi demikian diperlukan adanya upaya komplementasi antara sektor pertanian tanaman pangan dengan potensi lain dalam melanjutkan pembangunan. Cerminan ini menyiratkan bahwa pentingnya pengembangan sektor pertanian tanaman pangan yang berfungsi sebagai penyediaan lapangan kerja, penyediaan keanekaragaman komoditas, dan mengurangi penduduk miskin dengan konteks kelokalan dan modernisasi

serta berorientasi pada pasar. Untuk itu perlu adanya pengembangan sektor pertanian tanaman pangan melalui konsep agribisnis guna mendukung perekonomian Kabupaten Sidrap.

Konsep agribisnis sendiri adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengelolaan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Keberhasilan pembangunan di Kabupaten Sidrap tentunya masih perlu ditingkatkan melalui pengembangan pertanian tanaman pangan, mengingat produksi pertanian tanaman pangan per kesatuan luas (produktivitas) belum seperti yang diharapkan dan masih banyak potensi pertanian yang belum tergarap dengan baik seiring dengan berkembangnya industrialisasi.

Kabupaten Sidrap Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan salah satu wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI), yang membutuhkan prioritas pembangunan, khususnya disektor pertanian. Jumlah produksi komoditi pertanian tanaman pangan tahun 2015 sebesar 562.846,51 ton. Untuk mendukung hal tersebut dibutuhkan data dan informasi sumberdaya lahan yang handal dan mutakhir sebagai informasi dasar perencanaan pengembangan pertanian yang terarah.

Pengembangan khususnya komoditi pertanian tanaman pangan Kabupaten Sidrap akan memerlukan penanganan dan pengendalian pemanfaatan lahan, melalui upaya optimalisasi pemanfaatan kawasan budidaya. Mengantisipasi hal tersebut, Kabupaten Sidrap akan memerlukan konsep pengembangan pertanian dalam arti luas dengan mempertimbangkan potensi, kendala, dan kondisi lingkungan serta peluang-peluang yang dapat diraih dimasa yang akan datang.

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui komoditi yang menjadi potensi unggulan sektor pertanian tanaman pangan Kabupaten Sidrap

b. Untuk mengetahui seberapa besar konstribusi sektor pertanian dalam arti luas terhadap PDRB Kabupaten Sidrap

(4)

Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017

a. Bahan masukan bagi pemerintah

daerah dalam upaya pengembangan potensi komoditi pertanian tanaman pangan Kabupaten Sidrap

b. Acuan bagi Pemerintah Kabupaten Sidrap dalam mewujudkan kebijakan pembangunan pertanian secara berkelanjutan (sustainable development)

II. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian eksploratif dengan dasar penelitian dengan pendekatan survei. Penelitian eksploratif dimaksudkan untuk menjajaki (menggali) secara luas tentang sebab-sebab atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu (Nasution S, 2001 : 24), dalam hal ini menjajaki secara cermat pengembangan komoditi pertanian tanaman pangan Kabupaten Sidrap berbasis agribisnis.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari Desember 2015 sampai dengan Pebruari 2016, termasuk analisis data dan penyusunan laporan. Lokasi penelitian dilaksanakan di semua kecamatan dalam wilayah Kabupaten Sidrap.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan satuan analisis yang merupakan sasaran penelitian (Gulo. W, 2002 : 77). Populasi yang tercakup dalam penelitian ini adalah wilayah Kabupaten Sidrap, yang meliputi semua wilayah kecamatan. Obyek pengamatan meliputi sumberdaya pertanian tanaman pangan, produksi dan produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Sidrap. D. Teknik Pengupulan Data dan Analisis

Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi, yaitu teknik yang dipergunakan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan melalui observasi langsung terhadap obyek yang ditiliti. b. Wawancara, yaitu teknik yang

dipergunakan untuk memperoleh informasi dari informan secara mendalam guna melengkapi data hasil observasi.

c. Dokumentasi, untuk mendapatkan data sekunder dari berbagai instansi berupa dokumen-dokumen yang dibutuhkan. 2. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab rumusan masalah pertama, digunakan analisis Location Quotient (LQ), analisis ini merupakan alat

bantu permulaan untuk mengetahui suatu wilayah/kawasan terhadap sektor kegiatan tertentu. Dalam menggunakan metode LQ disajikan perbandingan relatif antara kemampuan sektor yang sama pada wilayah/kawasan yang lebih luas (Warpani, Suwarjoko 1984 : 68). Analisis LQ mempunyai formulasi sebagai berikut : Si/Ni Si/S

LQ = atau

S/N Ni/N Dimana :

Si = Jumlah produksi pertanian tanaman pangan di daerah i yang diselidiki

Ni = Total produksi pertanian tanaman pangan di daerah i yang diselidiki

S = Jumlah seluruh produksi pertanian tanaman pangan di daerah

N = Total seluruh produksi pertanian tanaman pangan di seluruh daerah

Untuk menjawab rumusan masalah kedua digunakan analisis Shift-Share.

Analisis Shift-Share bertitik tolak pada asumsi pertumbuhan sektor kabupaten yang sama dengan tingkat nasional, membagi perubahan atau pertumbuhan kinerja ekonomi lokal/kabupaten dalam tiga komponen (Amien, Mappadjantji : 1996), sebagai berikut :

▪ Komponen pertumbuhan nasional (national growth component); mengukur perubahan kinerja ekonomi pada perekonomian acuan.

▪ Komponen pertumbuhan proforsional

(mix-industry or profetional shift component); mengukur perbedaan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi acuan dengan pertumbuhan agregat.

▪ Komponen pergeseran atau pertumbuhan pangsa wilayah (differential shift atau

regional share); mengukur kinerja

sektor-sektor lokal terhadap sektor-sektor-sektor-sektor yang sama pada perekonomian acuan.

Metode ini pada hakekatnya merupakan teknik yang relatif sederhana untuk menganalisis perubahan struktur perekonomian lokal dalam kaitan dengan

(5)

Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017

perekonomian acuan yang lebih besar.

Perekonomian lokal dapat berupa kota, kabupaten dan provinsi sedangkan perekonomian acuan dapat berupa provinsi atau negara.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Location Quetion (LQ)

Metode Location Question (LQ) digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor pada wilayah yang ditinjau atau sektor-sektor apa saja yang merupakan sektor basis atau sektor leading. Hasil penilaian ini merupakan dasar untuk menetapkan lokasi kegiatan sektor yang

memiliki peluang ekonomi dimasa yang akan datang. Dengan demikian untuk mengetahui keunggulan masing-masing kegiatan sektor perekonomian di Kabupaten Sidrap dinilai dengan menghitung nilai LQ masing-masing sub sektor pertanian tanaman pangan. Komoditi pertanian tanaman pangan yang diusahakan masyarakat di Kabupaten Sidrap terdiri dari jenis komoditi padi sawah, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau. Jenis komoditi pertanian tanaman pangan yang merupakan potensi unggulan (sektor basis) di Kabupaten Sidrap dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 1.

Nilai LQ Komoditi Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sidrap

No Jenis Komoditi Produksi Kecamatan (Ton) Produksi Kabupaten (Ton) Nilai LQ

1 2 3 4 5

A Kecamatan Panca Lautang

1 Padi Sawah 52.790,00 488.882,72 0,98 2 Jagung 8.921,21 72.026,75 1,08 3 Ubi Kayu - 717,46 0,00 4 Ubi Jalar - 219,79 0,00 5 Kacang Tanah - 442,70 0,00 6 Kacang Kedelai - 519,16 0,00 7 Kacang Hijau - 37,93 0,00

B Kecamatan Tellu Limpoe

1 Padi Sawah 21.639,96 488.882,72 0,61 2 Jagung 18.962,93 72.026,75 3,62 3 Ubi Kayu 35,00 717,46 0,90 4 Ubi Jalar - 219,79 0,00 5 Kacang Tanah 8,00 442,70 0,25 6 Kacang Kedelai 5,71 519,16 0,11 7 Kacang Hijau 10,464 37,93 0,37

C Kecamatan Watang Pulu

1 Padi Sawah 34.111,24 488.882,72 0,95 2 Jagung 6.166,46 72.026,75 1,15 3 Ubi Kayu 87,50 717,46 2,00 4 Ubi Jalar 161,95 219,79 0,10 5 Kacang Tanah 433,00 442,70 0,13 6 Kacang Kedelai - 519,16 0,00 7 Kacang Hijau 5,232 37,93 0,001 D Kecamatan Baranti 1 Padi Sawah 40.295,18 488.882,72 1,14 2 Jagung 232,67 72.026,75 0,05 3 Ubi Kayu 52,50 717,46 1,00 4 Ubi Jalar 34,70 219,79 2,25 5 Kacang Tanah - 442,70 0,00 6 Kacang Kedelai - 519,16 0,00 7 Kacang Hijau - 37,93 0,00

E Kecamatan Panca Rijang

1 Padi Sawah 20.087,10 488.882,72 1,01 2 Jagung 3.049,25 72.026,75 1,08 3 Ubi Kayu - 717,46 0,00 4 Ubi Jalar - 219,79 0,00 5 Kacang Tanah - 442,70 0,00 6 Kacang Kedelai - 519,16 0,00 7 Kacang Hijau - 37,93 0,00 F Kecamatan Kulo 1 Padi Sawah 35.485,85 488.882,72 0,83 2 Jagung 13.782,87 72.026,75 2,15

(6)

Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017

3 Ubi Kayu - 717,46 0,00 4 Ubi Jalar - 219,79 0,00 5 Kacang Tanah - 442,70 0,00 6 Kacang Kedelai - 519,16 0,00 7 Kacang Hijau - 37,93 0,00 G Kecamatan Maritenggae 1 Padi Sawah 56.008,80 488.882,72 1,11 2 Jagung 1.549,82 72.026,75 0,23 3 Ubi Kayu - 717,46 0,00 4 Ubi Jalar - 219,79 0,00 5 Kacang Tanah - 442,70 0,00 6 Kacang Kedelai - 519,16 0,00 7 Kacang Hijau - 37,93 0,00

H Kecamatan Watang Sidenreng

1 Padi Sawah 67.565,64 488.882,72 1,01 2 Jagung 8.474,83 72.026,75 0,85 3 Ubi Kayu 314,98 717,46 4,00 4 Ubi Jalar - 219,79 0,00 5 Kacang Tanah 2,00 442,70 0,04 6 Kacang Kedelai - 519,16 0,00 7 Kacang Hijau - 37,93 0,00

I Kecamatan Pitu Riawa

1 Padi Sawah 72.478,60 488.882,72 1,06 2 Jagung 6.086,26 72.026,75 0,62 3 Ubi Kayu 17,50 717,46 0,20 4 Ubi Jalar - 219,79 0,00 5 Kacang Tanah - 442,70 0,00 6 Kacang Kedelai 513,00 519,16 6,67 7 Kacang Hijau 22,236 37,93 4,29

J Kecamatan Dua Pitue

1 Padi Sawah 58.222,28 488.882,72 1,13 2 Jagung 820,48 72.026,75 0,08 3 Ubi Kayu 122,49 717,46 2,00 4 Ubi Jalar - 219,79 0,00 5 Kacang Tanah - 442,70 0,00 6 Kacang Kedelai - 519,16 0,00 7 Kacang Hijau - 37,93 0,00

K Kecamatan Pitu Riase

1 Padi Sawah 30.197,76 488.882,72 1,01 2 Jagung 3.979,95 72.026,75 0,92 3 Ubi Kayu 87,50 717,46 2,00 4 Ubi Jalar 23,14 219,79 1,75 5 Kacang Tanah - 442,70 0,00 6 Kacang Kedelai - 519,16 0,00 7 Kacang Hijau - 37,93 0,00

Sumber : Hasil Olahan Data, 2016

Dari Tabel 1 di atas, menunjukkan

bahwa komoditi padi sawah memiliki nilai LQ > 1 disebut sektor basis yakni sektor yang

tingkat spesialisasinya lebih tinggi dari tingkat kabupaten berlokasi di Kecamatan Baranti, Panca Rijang, Maritengngae, Watang Sidenreng, Pitu Riawa, Dua Pitue dan Pitu Riase. Komoditi jagung memiliki nilai LQ>1 berlokasi di Kecamatan Panca Lautang, Tellu Limpoe, Watang Pulu, Panca Rijang dan Kulo. Komoditi ubi kayu memiliki nilai LQ>1 berlokasi di Kecamatan Watang Pulu, Watang Sidenreng, Dua Pitue dan Pitu Riase. Komoditi ubi jalar memiliki nilai LQ>1 berlokasi di Kecamatan Baranti dan Pitu Riase. Komoditi kacang kedelai memiliki nilai LQ>1 berlokasi di Kecamatan Pitu

Riawa. Komoditi kacang hijau memiliki nilai LQ>1 berlokasi di Kecamatan Pitu Riawa. Komoditi ubi kayu memiliki nilai LQ = 1 cukup untuk kebutuhan komsumsi lokal berlokasi di Kecamatan Baranti. Sedangkan komoditi yang memiliki nilai LQ < 1 disebut sektor non basis, yakni sektor yang tingkat spesialisasinya lebih rendah dari tingkat kabupaten.

B. Analisis Shift-Share

Analisis Shift-Share digunakan untuk menjawab seberapa besar konstribusi sektor pertanian dalam arti luas terhadap PDRB Kabupaten Sidrap. Metode Shift-Share pada prinsipnya adalah untuk mengetahui kinerja perekonomian wilayah, pergeseran struktur, posisi relatif sektor-sektor ekonomi

(7)

Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017

dan identifikasi sektor-sektor unggulan

dalam kaitannya dengan perekonomian acuan

dalam dua atau lebih titik waktu.

Tabel 2.

PDRB Kabupaten Sidrap Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2013/2014 dan PDB Sulawesi Selatan Tahun 2013/2014

No Sektor Ekonomi Data Kabupaten Sidrap Data Provinsi Sul-Sel

PDRB/2013 PDRB/2014 PDB/2013 PDB/2014

1 2 3 4 5 6

1 Pertanian 1.894.112,7 2.069.134,5 46.446,73 51.084,08

2 Pertambangan 179.041,9 205.034,9 13.235,56 14.748,27

3 Industri 791.373,0 867.015,1 30.545,26 33.432,89

4 Gas, Listirk dan Air Bersih 8.570,2 9.347,4 495,59 522,99

5 Bangunan 787.897,2 819.174,0 26.029,53 27.627,86

6 Perdagangan, Hotel dan Restauran 609.956,3 656.488,5 30.189,90 32.363,41

7 Angkutan dan Komunikasi 710.503,4 769.227,2 25.182,88 26.384,96

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 630.543,7 652.373,3 42.756,98 44.976,34

9 Jasa-Jasa 53.200,1 56.953,7 2.736,03 2.943,17

PDRB/PDB 5.665.198,5 6.104.748,7 217.618,45 234.083,97

Pertumbuhan PDRB/PDB 7,76% 7,57%

Sumber : Hasil Olahan Data,2016

Dari persentase PDRB Provinsi Sulawesi Selatan dan PDRB Kabupaten Sidrap berdasarkan harga konstan tahun 2014, persentase yang terbesar bersumber dari konstribusi sektor pertanian mencapai 9,98%. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB yang berhasil diciptakan dari tahun ke

tahun terus meningkat, dimana pada tahun 2014 persentase terbesar bersumber dari sektor pertanian dengan nilai sebesar 9,24%. Selanjutnya perubahan PDRB Kabupaten Sidrap tahun 2013-2014 berdasarkan harga konstan sebagai berikut :

Tabel 3

Perubahan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sidrap

No Sektor Ekonomi Data Kabupaten Sidrap 2013 2014 Perubahan PDRB

1 2 3 4 5

1 Pertanian 1.894.112,7 2.069.134,5 1.750.021,8

2 Pertambangan Galian 179.041,9 205.034,9 25.993,0

3 Industri Pengolahan 791.373,0 867.015,1 75.642,1

4 Gas, Listirk dan Air Bersih 8.570,2 9.347,4 777,2

5 Bangunan 787.897,2 819.174,0 31.276,8

6 Perdagangan, Hotel dan Restauran 609.956,3 656.488,5 46.532,2

7 Angkutan dan Komunikasi 710.503,4 769.227,2 58.723,8

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 630.543,7 652.373,3 21.829,6

9 Jasa-Jasa 53.200,1 56.953,7 3.753,6

PDRB/PDB 5.665.198,5 6.104.748,7 439.550,2

Sumber : Hasil Olahan Data,2016

Tabel 4.

Hasil Perhitungan Komponen KPN, KPP, KPK dan PN

No Sektor Ekonomi KPN KPP KPK PN

1 2 3 4 5 6

1 Pertanian 0.08 0.02 1.12 1.14

2 pertambangan 0.08 0.04 1.18 1.22

3 Industri 0.08 0.02 1.11 1.13

4 Gas, Listirk dan Air Bersih 0.08 -0.02 1.07 1.05

5 Bangunan 0.08 -0.01 1.03 1.01

6 Perdagangan, Hotel dan Restauran 0.08 0.00 1.07 1.07

7 Angkutan dan Komunikasi 0.08 -0.03 1.05 1.03

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.08 -0.02 1.01 0.99

9 Jasa-Jasa 0.08 0.00 1.07 1.07

(8)

Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017

Tabel 5.

Nilai Absolut Komponen KPN, KPP, KPK, PEK

No Sektor Ekonomi KPN KPP Nilai Absolut KPK PEK

1 2 3 4 5 6

1 Pertanian 143.312,90 45.799,74 2.114.934,24 175.021,80

2 Pertambangan 13.546,72 6.916,22 299.951,12 25.993,00

3 Industri 59.877,09 14.936,23 881.951,33 75.642,10

4 Gas, Listirk dan Air Bersih 684,44 -174,61 9.172,79 777,20

5 Bangunan 59.614,10 -11.233,68 807.940,32 31.276,80

6 Perdagangan, Hotel dan Restauran 46.150,69 -2.237,12 654.251,38 46.532,20

7 Angkutan dan Komunikasi 53.758,31 -19.843,13 749.384,07 58.723,80

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 47.708,38 -14.979,14 637.394,16 21.829,60

9 Jasa-Jasa 4.025,24 2,44 56.956,14 3.753,60

Sumber : Hasil Olahan Data,2016

Tabel 6.

Komponen Pertumbuhan Sektor Kegiatan di Kabupaten Sidrap

No Komponen Sektor

Pertumbuhan Kabupaten Daya Saing Kabupaten

I Sektor Positif I Sektor Positif

▪ Pertanian ▪ Pertambangan ▪ Industri ▪ Jasa-Jasa ▪ Pertanian ▪ Pertambangan ▪ Industri

▪ Gas, Listrik dan Air Bersih ▪ Bangunan

▪ Perdagangan, Hotel dan Restauran ▪ Angkutan dan Komunikasi ▪ Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan ▪ Jasa - Jasa

II Sektor Negatif II Sektor Negatif

▪ Gas, Listrik dan Air Bersih ▪ Bangunan

▪ Perdagangan, Hotel dan Restaurant ▪ Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan

-

Sumber : Hasil Olahan Data,2016

Dari hasil analisis sesuai Tabel tersebut di atas, menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang menjadi andalan Kabupaten Sidrap dalam penerimaan konstribusi PAD. Konstribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Sidrap sebesar Rp. 1.894.112,7 tahun 2013 dan mengalami kenaikan sebesar Rp. 2.069.134,5 tahun 2014 atau mengalami peningkatan sebesar 9,24%. Sedangkan konstribusi sektor pertanian dalam arti luas terhadap PDRB Kabupaten Sidrap untuk sektor kegiatan ekonomi tahun 2013 sebesar 33,43% dan tahun 2014 sebesar 33,89% atau mengalami kenaikan sebesar 0,46%.

IV.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil analisis LQ untuk komoditi sub sektor pertanian tanaman pangan Kabupaten Sidrap diperoleh komoditi yang memiliki potensi pengembangan serta menjadi sektor andalan pada masing-masing kecamatan, sebagai berikut : a. Kecamatan Panca Lautang, sektor

andalan adalah jenis komoditi jagung b. Kecamatan Tellu Limpoe, sektor

andalan adalah jenis komoditi jagung c. Kecamatan Watang Pulu, sektor

andalan adalah jenis komoditi jagung dan ubi kayu

d. Kecamatan Baranti, sektor andalan adalah jenis komoditi padi sawah dan ubi jalar

(9)

Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017

e. Kecamatan Panca Rijang, sektor

andalan adalah jenis komoditi padi sawah dan jagung

f. Kecamatan Kulo, sektor andalan adalah jenis komoditi jagung

g. Kecamatan Maritengngae, sektor andalan adalah jenis komoditi padi sawah

h. Kecamatan Watang Sidenreng, sektor andalan adalah jenis komoditi padi sawah dan ubi kayu

i. Kecamatan Pitu Riawa, sektor andalan adalah jenis komoditi padi sawah, kacang kedelai dan kacang hijau j. Kecamatan Dua Pitue, sektor andalan

adalah jenis komoditi padi sawah dan ubi kayu

k. Kecamatan Ptu Riase, sektor andalan adalah jenis komoditi padi sawah, ubi kayu dan ubi jalar

2. Dari hasil analisis Shift-Share terhadap sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Sidrap sebesar Rp. 1.894.112,7 (dalam jutaan) tahun 2013 dan mengalami kenaikan sebesar Rp. 2.069.134,5 tahun 2014 atau mengalami peningkatan sebesar 9,24%. Sedangkan konstribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Sidrap untuk sektor kegiatan ekonomi sebesar 33,89% untuk tahun 2014.

B. Saran

1. Untuk peningkatan produksi pertanian tanaman pangan Kabupaten Sidrap, peningkatan infrastruktur pertanian harus mendapat skala prioritas untuk pembangunannya, hal ini dimungkinkan karena hasil-hasil pertanian tanaman pangan berasal dari desa-desa yang berada di kecamatan dalam wilayah Kabupaten Sidrap.

2. Belum dikaji luas lahan produktif untuk pengembangan komoditi pertanian tanaman pangan unggulan Kabupaten Sidrap, oleh karena itu diharapkan peneliti lanjutan mengkajinya.

DAFTAR PUSTAKA

Ambardi, U.M. 2002. Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah, Kajian Konsep dan Pengembangan, Pusat

Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah, Jakarta.

Amien, Mappadjantji. 2002. Penataan Ruang

Untuk Pembangunan Wilayah, Pusat

Studi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Lembaga Penelitian UNHAS, Ujung Pandang.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidrap. Kabupaten Sidrap Dalam Angka Tahun 2015.

Djakapermana, R. D. (2010). Pengembangan

Wilayah Melalui Pendekatan Kesisteman. Bogor: IPB Press

Firdaus, Muhammad. (2007). Manajemen

Agrbisnis. Jakarta: Penerbit Bumi

Aksara

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Pembangunan

Untuk Rakyat Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan, Pustaka

Cidesindo, Jakarta.

Kartasapoetra, A.G. 1988. Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian, Bina

Aksara, Jakarta

Mubyarto, 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, Jakarta.

Nasution, S. 2001. Metode Research, Penelitian Ilmiah, Bumi Aksara, Jakarta.

Pasaribu A.M. (2012). Kewirausahaan Berbasis Agribisnis. Yogyakarta: Penerbit ANDI Yogyakarta.

Soekartawi, 1996. Paduan Membuat Usulan

Proyek Pertanian dan Pedesaan, Andi,

Yogyakarta.

Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar Ekonomi

Pertanian, Teori dan Aplikasi, PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

Warpani, Suwarjoko. 1984. Analisis Kota dan

Referensi

Dokumen terkait

Produktivitas pertanian tanaman pangan (padi dan palawija) dalam arti sempit dapat diartikan sebagai kemampuan berproduksi dalam satu satuan luas. Namun secara luas

Sub sektor tanaman pangan yang potensial dikembangkan di tiap kecamatan di Kabupaten Pati dapat menjadi arah pengembangan produksi komoditas sub sektor tanaman pangan

Penentuan komoditas unggulan tanaman pangan (padi sawah, jagung, ubi kayu, ubi jalar) dan ternak ruminansia (sapi potong, kambing, domba) di Kabupaten Tasikmalaya

pada pembangunan subsektor tanaman pangan komoditi unggulan masing-masing dengan asumsi tingkat keberhasilan yang memberikan jumlah produksi melebihi kebutuhan di

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : (i) menganalisis tingkat ketahanan pangan berdasarkan kategori pangan : sumber karbohidrat (beras dari padi sawah, beras dari

Sedangkan prioritas wilayah yang diarahkan untuk pengembangan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan mengikuti kriteria seperti yang telah dikemukakan pada

Sub sektor tanaman pangan merupakan sub sektor pertanian unggulan yang menjadi prioritas utama dalam pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Parigi Moutong

Dengan demikian pegembangan pertanian melalui pengelolaan komoditi unggulan dalam rangka pembangunan berkelanjutan sejalan dengan konsep yang disampaikan oleh The Agricultural