• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

E. Validasi Metode Standar Adisi

5. Pengaruh Prosedur Analisis

Fungsi melihat pengaruh prosedur analisis adalah melihat apakah proses yang dilakukan memberikan pengaruh terhadap hasil akhirnya. Ketika pengujian larutan baku untuk kalibrasi (penentuan linearitas) perlu dilakukan perbandingan

slope dengan kurva adisi untuk melihat apakah terdapat perbedaan sensitivitas

dari instrumen yang digunakan. Selain itu juga melihat ketepatan estimasi antara kurva baku dengan kurva adisi terhadap jumlah dan distribusi dari titik-titik pengukuran (Ermer, Hon dan Miller, 2005).

Gambar 14. Gabungan Kurva baku dan kurva standar adisi rep 1 Baku y = 0,0126x + 0,0027 Adisi y = 0,0102x + 0,0032 0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Abso rb an si Konsentrasi (µg/mL)

Kurva Baku dan Kurva Adisi Rep 1

Konsentrasi vs Absorbansi

Baku

Gambar 15. Gabungan Kurva baku dan kurva standar adisi rep 2

Gambar 16. Gabungan Kurva baku dan kurva standar adisi rep 3

Jika dilihat dari gambar 14, 15 dan 16 terlihat adanya perbedaan dari kurva baku dengan kurva standar adisi. Untuk mengetahui hal tersebut maka perlu dilakukan uji signifikasi terhadap slope kurva baku dan kurva adisi. Uji signifikasi

yang dilakukan adalah uji t (t-test) untuk melihat apakah ada signifikansi antara

kurva baku dan kurva adisi.

Baku y = 0,0126x + 0,0027 Adisi y = 0,0103x + 0,0028 0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 0,035 0,04 0,045 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Abs o rba ns i Konsentrasi (µg/mL)

Kurva Baku dan Kurva Adisi Rep 2

Konsentrasi vs Absorbansi

Baku Rep 2 Baku y = 0,0126x + 0,0027 Adisi y = 0,0092x + 0,0032 0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 0,035 0,04 0,045 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Abs o rba ns i Konsentrasi (µg/mL)

Kurva Baku dan Kurva Adisi Rep 3

Konsentrasi vs Absorbansi

Baku

Sebelum uji t dilakukan perlu dilakukan uji signifikasi dari standar deviasi slope kurva baku dan kurva adisi dengan uji F dan dilihat apakah hasilnya

berbeda signifikan atau tidak. Dari hasil perhitungan yang ditunjukkan dalam tabel IX dapat disimpulkan standar deviasi slope kurva adisi tidak ada perbedaan

yang signifikan dengan slope kurva baku.

Tabel IX. Uji F standar deviasi baku dan adisi

F Hitung α F Tabel Kesimpulan

Replikasi 1 2,778

0,05 7,146

Tidak signifikan Replikasi 2 1,778 Tidak signifikan Replikasi 3 5,444 Tidak signifikan

Tahap selanjut dilakukan uji t persamaan: t =

Dimana b1 merupakan slope kurva adisi dan b2 slope kurva baku. Selain itu perlu

dilakukan perhitungan degree of freedom dengan persamaan:

Hasil perhitungan yang ditunjukkan dalam tabel X dapat disimpulkan

slope dari tiap replikasi kurva adisi memberikan hasil yang signifikan terhadap

kurva baku. Pada kurva adisi, semakin besar konsentrasi maka semakin menjauhi kurva baku. Hal ini dapat disebabkan karena suhu untuk atomisasi tidak optimal sehingga tidak semua Pb pada larutan adisi dapat teratomisasi. Maka perlu adanya optimasi yang dilakukan terhadap suhu pembakaran.

Tabel X Uji signifikasi slope kurva baku dan kurva adisi t Hitung α t Tabel Kesimpulan

Replikasi 1 10,081 0,05 2,228 Signifikan Replikasi 2 9,241 Signifikan Replikasi 3 7,063 Signifikan F. Penetapan Kadar

Setelah metode yang akan diuji tervalidasi maka bisa dilanjutkan ketahap berikutnya yaitu penetapan kadar. Dalam penetapan kadar ini peneliti ingin melihat apakah dari pangan yang dicemari dapat terjadi bioakumulasi dalam tubuh cacing Lumbricus rubellus. Hal ini berkaitan ditemukannya kadar timbal pada

sediaan kapsul cacing Lumbricus rubellus tanpa adanya izin edar dari pom yang

diteliti oleh Suryasmi (2013).

1. Perlakuan Sampel

Perlakuan sampel dilakukan dengan menempatkan cacing Lumbricus rubellus pada media serbuk kayu. Digunakan media serbuk kayu bukan kotoran

ternak agar ketika diberi pangan dapat diyakinkan cacing tersebut makan dari pangan yang diberikan. Ketika media yang digunakan kotoran ternak maka media tersebut yang menjadi bahan pangan sehingga pangan yang diberikan tidak akan dimakan. Jumlah pangan yang diberikan sama dengan jumlah cacing yang ada di dalam media (1:1).

Kedalaman media juga perlu diperhatikan. Dalamnya media diusahakan serendah mungkin (minimal 7 cm) agar pertukaran udara cepat terjadi dan cacing merasa nyaman selain itu kelembaban dari media perlu dijaga. Pada malam hari

perlu diberinya penerangan agar cacing tidak keluar dari media dan diberi penutup agar tidak diganggu oleh hama.

Pengambilan sampel dilakukan mulai dari minggu 0 sampai minggu 8. Sebelum cacing Lumbricus rubellus didestruksi, perlu dilakukan prosedur

membunuh cacing tersebut. Caranya adalah dengan merebusnya dengan air hangat. Ditunggu hingga cacing tersebut tidak bergerak lagi, diangkat dan dikering anginkan.

2. Penetapan Kadar

Cacing yang sudah kering kemudian ditimbang dan dilakukan proses destruksi dengan suhu 1300C tanpa adanya pemberian adisi kemudian disaring dan disimpan. Proses pembacaan hasil dilakukan pada minggu ke 8 agar tidak ada variasi hasil karena perbedaan hari. Kalibrasi alat akan berubah setiap kali akan digunakan. Jadi dilakukan sekali pembacaan agar kondisi alat pada hari tersebut sama dan mengurangi resiko sistematic error dan random error.

Dalam proses destruksi wadah yang digunakan adalah Pyrex®. Pengerjaan dan penyimpanan menggunakan polyethylene, Pyrex®, atau gelas borosilikat dapat stabil dalam beberapa minggu dan ketika digunakan gelas tipe lain dapat menyebabkan hilangnya sampel karena adsorpsi. Proses adsorpsi terjadi karena terjadinya pertukaran anion dari sampel dengan gugus SiOH pada permukaan kaca. Penyimpanan digunakan botol plastik bisa menjadi alternatif kerana dapat mengurangi leaching dari sampel. Untuk menjaga kestabilan dalam

proses penyimpanan perlu adanya penambahan asam untuk mencegah proses absorpsi (Twyman, 2005).

Dari hasil perhitungan yang ditunjukkan pada lampiran 16, hasil pengujian tidak dapat digunakan karena banyaknya data yang tidak terdekteksi karena data yang didapatkan dibawah nilai LOQ. Sehingga tidak bisa dibandingkan antara blanko dan perlakuan apakah ada perbedaan yang signifikan atau tidak dan tidak dapat diukur BAC (bioaccumulation concentration) yaitu

perbandingan antara konsentrasi timbal ditubuh cacing dibagi konsentrasi timbal di daun sehingga dapat diperkirakan perpindahan timbal dari pangan ke tubuh cacing.

Dari hasil penelitian Endrastiana (2013) jumlah timbal pada pangan jumlahnya berkurang sangat banyak dari yang diberikan pada saat penyemprotan karenaadanya peran bakteri asam laktat yang terdapat pada cairan pemfermentasi EM-4. Bakteri asam laktat tersebut menghasilkan exopolysaccharide (EPS) yang

dapat digunakan sebagai penjerap logam berat. Berdasarkan hasil analisis spektra dari Fourier Transform-Infrared Spectroscopy (FT-IR) yang dilakukan pada

permukaan exopolysaccharide (EPS), diketahui bahwa ternyata permukaan exopolysaccharide (EPS) mengandung gugus-gugus yang bermuatan negatif

seperti –OH, COO-, C=O dan –NH. Penyerapan timbal (Pb) oleh

exopolysaccharide (EPS) dapat terjadi karena adanya interaksi antara kation dari

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Spektroskopi serapan atom dengan kondisi optimum memberikan hasil validasi dengan parameter linearitas (r=0,999 dengan kisaran 0,1-3 µg/mL), sensitifitas (LOD= 0,1309 µg/mL), akurasi (bervariasi dari 81-93%), presisi (bervariasi dari 1-6%) dan LOQ (4,146 µg/g sampel) untuk penetapan kadar Pb dalam matriks cacing Lumbricus rubellus.

Untuk perlakuan terhadap sampel hasilnya tidak dapat dilihat dikarenakan data yang didapatkan dibawah nilai LOQ (4,146 µg/g sampel) sehingga tidak dapat ditentukan apakah ada akumulasi kadar timbal atau tidak.

Dokumen terkait