• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh Pupuk Slow Release dan Terak Baja Terhadap

Hasil analisis sidik ragam (Tabel Lampiran 6) menunjukkan kadar hara N, P, K, Mg dan Cu daun kelapa sawit tidak nyata pada taraf α=0.05. Kadar Ca daun kelapa sawit (Tabel Lampiran 6) sangat nyata pada taraf α=0.01 untuk perlakuan tunggal pupuk slow release. Perlakuan tunggal terak baja berpengaruh sangat nyata (α=0.01) terhadap kadar Zn daun kelapa sawit. Kombinasi antara pupuk slow release dan terak baja tidak berpengaruh nyata terhadap kadar Ca dan Zn daun kelapa sawit. Hasil uji lanjut kadar Ca dan Zn serta rata-rata kadar hara N, P, K, Mg dan Cu daun kelapa sawit disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Pengaruh Perlakuan Pupuk Slow Release dan Terak Baja Terhadap Kadar Hara Daun Kelapa Sawit

PERLAKUAN Kadar Hara N P K Ca Mg Cu Zn - - - (%) - - - - - - ppm - - - Standar P0 2.18 0.14 1.36 0.25a 0.42 9.0 16.0

Pupuk Slow Release

P1 2.12 0.14 1.07 0.24a 0.40 7.2 19.3 P2 2.01 0.14 1.01 0.24a 0.39 10.3 23.0 P3 2.12 0.14 1.16 0.21ab 0.35 8.2 21.2 P4 2.06 0.14 1.06 0.16bc 0.36 7.0 14.0 P5 2.13 0.15 1.04 0.11c 0.37 9.0 17.2 Terak Baja (T) T0 2.09 0.14 1.09 0.20 0.39 8.7 15.3b T1 2.11 0.14 1.10 0.19 0. 37 8.0 22.7a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Kadar hara nitrogen (N) kategori cukup pada tanaman kelapa sawit muda (<6 tahun) berkisar antara 2.60 – 2.90% (Von Uexkull dan Fairhust, 1991). Berdasarkan kisaran kecukupan N kelapa sawit tersebut, kadar nitrogen daun kelapa sawit masih berada di bawah kadar kecukupan (defisiensi). Hal ini diduga disebabkan unsur nitrogen sangat mobil di dalam tanah, sehingga rendahnya kadar

24

nitrogen dapat disebabkan oleh kehilangan akibat pencucian oleh air hujan, aliran permukaan, dan penguapan atau volatilisasi. Disamping itu, kehilangan hara nitrogen terutama pada tanah gambut disebabkan oleh rendahnya daya pegang terhadap kation yang dipertukarkan karena secara umum KTK tanah gambut rendah, sehingga nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman tidak tersedia dalam jumlah yang mencukupi.

Kadar kecukupan P daun kelapa sawit yang berumur <6 tahun menurut Von Uexkull dan Fairhust (1991) berkisar antara 0.16 – 0.19%. Dari hasil percobaan yang dilakukan, terlihat bahwa secara keseluruhan tanaman kelapa sawit mengalami kekurangan hara P menurut selang kecukupan yang ditetapkan. Kadar hara P pada tanaman kelapa sawit adalah 0.14%. Kekurangan hara P pada tanaman kelapa sawit sangat banyak dijumpai di tanah gambut. Hal ini diduga disebabkan karena bentuk P yang terdapat di dalam tanah adalah P-Organik yang tidak tersedia bagi tanaman. Agar dapat tersedia bagi tanaman, P-Organik tersebut harus melalui proses mineralisasi yang melibatkan reaksi enzim. Selain itu, rendahnya efisiensi pemupukan P pada tanah gambut juga mempengaruhi rendahnya kadar hara P yang terdapat pada daun tanaman kelapa sawit. Salah satu upaya dalam mencegah kekurangan hara P pada tanah gambut adalah penggunaan pupuk yang tersedianya lambat seperti fosfat alam atau menggunakan pupuk yang bersifat slow release.

Kalium merupakan hara yang sangat penting pada saat proses inisiasi atau pembungaan tanaman kelapa sawit karena akan berpengaruh terhadap jumlah dan ukuran tandan buah kelapa sawit. Dari hasil percobaan yang dilakukan, kadar hara kalium daun kelapa sawit pada semua perlakuan >1.00%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar hara kalium daun kelapa sawit berada dalam kondisi kecukupan. Menurut Von Uexkull dan Fairhust (1991), selang kecukupan hara tanaman kelapa sawit muda yang berumur <6 tahun berkisar antara 1.10 – 1.13% dan tanaman akan kekurangan (defisiensi) hara jika kadar kalium pada daun <1.00%. Unsur hara utama yang perlu ditambahkan untuk berbagai tanaman tahunan di lahan gambut terutama adalah unsur P dan K. Tanpa unsur tersebut

25

pertumbuhan tanaman sangat merana dan hasil tanaman yang diperoleh sangat rendah (Agus dan Subiksa, 2008).

Kalsium (Ca) merupakan unsur hara yang berperan penting dalam penyerbukan dan pertumbuhan serta mengaktifkan enzim dalam proses mitosis sel, pembelahan dan pemanjangan sel. Kalsium juga penting dalam sintesis protein dan transfer karbohidrat (Jones Jr. et al., 1991). Hasil percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa perlakuan tunggal pupuk slow release sangat nyata (α=0.01) menurunkan kadar hara kalsium daun kelapa sawit. Hal ini disebabkan adanya persaingan unsur hara K, Mg dan Ca di dalam tanah. Dari hasil uji lanjut dan rata-rata kadar hara (Tabel 6) dapat dilihat bahwa kadar hara K>Mg>Ca. Rendahnya kadar hara Ca tanaman disebabkan karena adanya persaingan dengan K dan Mg di dalam tanah. Jones Jr. et al. (1991) menyebutkan bahwa tingginya konsentrasi K di dalam tanah akan menyebabkan defisiensi Mg, selanjutnya ketidakseimbangan K dan Mg di dalam tanah akan menyebabkan defisiensi Ca. Semakin tinggi dosis pupuk slow release yang diberikan terhadap tanaman menyebabkan kadar hara kalsium daun kelapa sawit semakin menurun seperti yang tertera pada Gambar 3.

Gambar 2. Kadar Kalsium (Ca) Daun Kelapa Sawit pada Setiap Perlakuan Pupuk Slow Release

0.25 0.24 0.24 0.21 0.16 0.11 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 P0 P1 P2 P3 P4 P5 Kadar Ca (% ) Perlakuan

26

Hasil penelitian menunjukkan, kadar hara kalsium daun kelapa sawit berada pada kondisi kekurangan (defisiensi) yaitu <0.30%. Von Uexkull dan Fairhust (1991) menyebutkan kecukupan kadar kalsium kelapa sawit (<6 tahun) berkisar antara 0.50 – 0.70% dan berada pada kondisi defisiensi jika kadar hara kalsium <0.50%, sedangkan jika kadar kalsium >0.70% tanaman akan kelebihan hara kalsium. Kekurangan hara kalsium akan menyebabkan daun tanaman menjadi keriting dan pinggir daun berwarna kecokelatan, daun muda menempel pada bagian pinggir daun. Pada kelapa sawit tanaman menghasilkan, kekurangan Ca menyebabkan kualitas buah akan menurun akibat kerusakan bunga (Jones Jr.

et al., 1991).

Magnesium (Mg) merupakan unsur makro yang membentuk molekul klorofil (Jones Jr. et al., 1991). Kadar kecukupan magnesium daun kelapa sawit berkisar antara 0.30 – 0.45%, defisiensi jika kadar magnesium <0.20% dan kelebihan jika kadar magnesium >0.70%. Dari hasil percobaan terlihat bahwa kadar hara magnesium daun kelapa sawit berkisar antara 0.35 – 0.42%. Hal ini menunjukkan kadar hara Mg tanaman kelapa sawit berada pada selang kecukupan hara. Menurut Mutert et al. (1999), pada dasarnya defisiensi magnesium (Mg) pada tanah gambut tidak umum ditemui, tetapi pemupukan Mg diperlukan untuk memperbaiki defisiensi Mg akibat pemupukan K dalam jumlah yang besar. Pada umumnya terak baja mengandung Ca, Mg dan beberapa unsur mikro, sehingga penambahan terak baja dapat meningkatkan ketersediaan hara Mg pada tanaman kelapa sawit (Suwarno dan Goto, 1997).

Unsur hara esensial yang juga berperan sangat penting dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit adalah unsur mikro, yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang lebih sedikit. Tembaga (Cu) dan Seng (Zn) merupakan unsur hara mikro esensial yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit. Kadar Cu berdasarkan hasil percobaan >7 ppm pada semua perlakuan dan berada pada selang kecukupan hara. Selang kecukupan hara Cu yang ditetapkan Von Uexkull dan Fairhust (1991) pada tanaman kelapa sawit yang berumur <6 tahun berkisar antara 5 – 8 ppm, gejala defisiensi terjadi jika kadar Cu <5 ppm, sedangkan kelebihan hara jika kadar Cu daun kelapa sawit >15

27

ppm. Gejala defisiensi Cu sedikit terjadi pada tanaman perkebunan di tanah mineral, namun sering terjadi pada tanaman kelapa sawit yang ditanam di tanah gambut. Cu merupakan unsur hara mikro yang ketersediannya sangat rendah pada tanah gambut dalam (Mutert et al., 1999). Oleh karena itu, penambahan terak baja sebagai bahan amelioran dan pupuk mikro dapat meningkatkan ketersediaan hara Cu pada kelapa sawit. Secara umum, kecukupan unsur Zn berkisar antara 12 – 18 ppm, gejala defisiensi terlihat jika kadar Zn <12 ppm dan tanaman akan kelebihan hara jika kadar Zn >80 ppm. Kadar hara Zn daun kelapa sawit percobaan dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Kadar Hara Zn Daun Kelapa Sawit Akibat Perlakuan Terak Baja

Hasil percobaan menunjukkan pemberian terak baja pada tanaman kelapa sawit berpengaruh sangat nyata (α=0.01) terhadap kadar hara Zn daun kelapa sawit. Kadar hara Zn pada perlakuan terak baja yaitu 22.67 ppm, sedangkan kadar hara Zn tanpa pemberian terak baja yaitu 15.33 ppm (Gambar 4). Unsur hara seng (Zn) berperan penting dalam aktivitas enzimatis, sintesa triptopan. Zn diserap tanaman dalam bentuk Zn2+. Kekahatan Zn banyak terjadi di tanah gambut. Gejala kekahatan Zn, yakni bentuk daun muda berukuran tidak normal dan matinya jaringan tanaman (Mangoensoekarjo, 2007). Gejala defisiensi Zn juga dilaporkan terjadi pada tanah gambut dangkal yang langsung berbatasan dengan pasir (Von Uexkull dan Fairhust, 1999).

15.3 22.7 0 5 10 15 20 25 T0 T1 Kadar Z n (ppm) Perlakuan

28

4.2. Pengaruh Pupuk Slow Release dan Terak Baja Terhadap Serapan Hara Kelapa Sawit

Analisis serapan hara pada kelapa sawit tanaman menghasilkan (TM) pada umumnya dilakukan pada pelepah ke-3. Berbeda dengan analisis kadar hara yang hanya dilakukan pada daun, contoh tanaman kelapa sawit pada analisis serapan hara terdiri dari daun dan sebagian pelepah. Hasil analisis sidik ragam (Tabel Lampiran 7) menunjukkan serapan hara N, P dan K tanaman kelapa sawit tidak nyata pada taraf α=0.05. Rata-rata serapan hara N, P dan K tanaman kelapa sawit akibat perlakuan pupuk slow release dan terak baja tertera pada Tabel 7.

Tabel 7. Serapan Hara N, P dan K Tanaman Kelapa Sawit

PERLAKUAN Serapan Hara (g/10 plph/pokok) N P K Standar P0 138.6 24.5 83.8

Pupuk Slow Release

P1 95.6 13.8 66.1 P2 127.5 10.5 63.6 P3 116.8 10.5 73.2 P4 107.7 9.4 57.3 P5 117.1 14.6 73.9 Terak Baja (T) T0 115.9 13.4 68.7 T1 114.6 12.4 67.9

Serapan hara tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh faktor iklim seperti curah hujan, suhu, dan sinar matahari efektif. Oleh karena itu, besarnya serapan hara juga berbeda-beda pada setiap tempat. Serapan hara tanaman kelapa sawit di daerah yang memiliki keadaan iklim yang keras seperti musim kering yang panjang dan penyinaran matahari yang terbatas akan lebih rendah dibanding daerah yang tidak mengalami tekanan iklim.

Rata-rata tertinggi serapan hara N, P dan K tanaman kelapa sawit percobaan selama satu tahun pengamatan terdapat pada perlakuan P0 (pemupukan standar) berturut-turut yaitu 138.6 g/plph/pokok, 24.5 g/plph/pokok dan 83.8

29

g/plph/pokok. Hal ini diduga disebabkan oleh penggunaan pupuk konvensional pada perlakuan standar yang cenderung lebih cepat terlarut sehingga lebih cepat diserap oleh tanaman kelapa sawit. Berbeda halnya dengan penggunaan pupuk

slow release, dimana serapan hara N, P dan K cenderung lebih rendah, yang diduga karena sifat slow release yang terdapat pada pupuk tablet tersebut menyebabkan kelarutannya yang rendah, namun dapat menyediakan hara secara berkelanjutan (continuous) dalam waktu yang lebih lama.

Pengaruh perlakuan terak baja juga tidak berbeda dengan pupuk slow release dalam hal serapan hara N, P dan K. Dari hasil percobaan yang tertera pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa rata-rata serapan hara sedikit lebih tinggi pada perlakuan T0 (tanpa terak baja) dibanding dengan perlakuan T1 (1.25 kg terak baja per pokok/semester) walaupun perbedaan rata-rata serapan pada kedua perlakuan tersebut sangat kecil sekali. Hal ini disebabkan karena terak baja bukan merupakan sumber hara N dan K sedangkan di dalam terak baja masih terkandung P2O5 tetapi dengan kadar yang sangat rendah yaitu sekitar 0.37% (Tabel 5).

Ng dan Tamboo (1967) menunjukkan bahwa serapan hara pada tanaman kelapa sawit dewasa sangat beragam terutama sekali bergantung pada potensi produksi dan faktor iklim. Dalam penelitian yang dilakukan di Malaysia, total serapan hara tanaman kelapa sawit/pokok/tahun yaitu 1.29 kg N, 0.18 kg P dan 1.79 kg K. Merujuk pada serapan hara tersebut di atas, rata-rata serapan hara hasil penelitian yang tertera pada Tabel 7 tergolong masih rendah.

4.3. Pengaruh Pupuk Slow Release dan Terak Baja Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit

Pertumbuhan tanaman kelapa sawit merupakan salah satu variabel pengamatan yang langsung dapat diamati secara visual di lapangan. Variabel pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang diamati meliputi panjang pelepah dan luas daun. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa panjang pelepah dan luas daun kelapa sawit cukup bervariasi. Hasil uji sidik ragam (Tabel Lampiran 8) menunjukkan bahwa perlakuan tunggal pupuk slow release nyata

30

(α=0.05) mempengaruhi luas daun semester I. Hasil uji lanjut luas daun semester I serta rata-rata panjang pelepah dan luas daun semester II tertera pada Tabel 8.

Tabel 8. Panjang Pelepah dan Luas Daun Kelapa Sawit

PERLAKUAN

Pertumbuhan Kelapa Sawit panjang pelepah semester I panjang pelepah semester II LD semester I LD semester II - - - (cm) - - - - - - (m2) - - - Standar P0 363 371 3.69a 4.13

Pupuk Slow Release

P1 334 348 2.82b 3.31 P2 338 356 3.05ab 3.56 P3 356 375 3.48a 3.95 P4 347 354 3.37ab 3.59 P5 357 373 3.66a 4.04 Terak Baja (T) T0 343 360 3.19 3.66 T1 354 365 3.46 3.81

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Secara umum pertumbuhan tanaman kelapa sawit pada percobaan yang dilakukan cukup baik, terlihat dari pertambahan panjang pelepah dan luas daun yang cukup signifikan seperti tertera pada Gambar 4.

Gambar 4. Luas Daun Kelapa Sawit Semester I Akibat Perlakuan Pupuk

Slow Release 3.69 2.82 3.05 3.48 3.37 3.66 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 P0 P1 P2 P3 P4 P5 Luas Daun (m 2) Perlakuan

31

Hal ini juga menunjukkan bahwa pemberian pupuk slow release dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kelapa sawit dan tidak berbeda dengan penggunaan pupuk standar kecuali pada perlakuan P1 sedangkan dosis pupuk

slow release lebih rendah dari pada pupuk standar (Tabel 8 dan Gambar 4). Panjang pelepah tanaman kelapa sawit pada umur tanam yang sama sangat beragam dan juga dipengaruhi oleh faktor genetik dari kelapa sawit itu sendiri. Luas daun kelapa sawit juga sangat dipengaruhi oleh panjang pelepah, jumlah daun, panjang daun dan lebar daun. Pengamatan kedua parameter pertumbuhan tersebut secara umum hanya bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan tanaman kelapa sawit evaluasi pemupukan yang dilakukan setiap satu semester.

4.4. Pengaruh Pupuk Slow Release dan Terak Baja Terhadap Produksi Tanaman Kelapa Sawit

Hasil analisis sidik ragam pada Tabel Lampiran menunjukkan bahwa perlakuan pupuk slow release sangat nyata (α=0.01) mempengaruhi bobot janjang rata-rata (BJR) dan tidak ada interaksi antara pupuk slow release dan terak baja terhadap BJR kelapa sawit. Hasil uji lanjut BJR serta rata-rata jumlah tandan dan produksi kelapa sawit tersaji pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Tandan, BJR dan Produksi Kelapa Sawit

PERLAKUAN

Produksi Kelapa Sawit jlh. Tandan semester I jlh. tandan semester II BJR (kg) Produksi (ton/ha/thn) Standar P0 150 216 4.43c 14.5

Pupuk Slow Release

P1 149 181 4.81b 14.2 P2 149 182 5.03a 14.9 P3 153 183 5.02a 15.1 P4 154 180 5.03a 15.0 P5 146 187 5.05a 15.0 Terak Baja (T) T0 153 184 4.92 14.8 T1 148 187 4.95 14.8

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

32

Produksi kelapa sawit yang tinggi merupakan tujuan akhir dari tindakan agronomis, mulai dari pemeliharaan sampai dengan pemupukan yang dilakukan dalam budidaya kelapa sawit. Variabel produksi yang diamati untuk mengetahui produktivitas kelapa sawit meliputi jumlah tandan, bobot janjang rata-rata (BJR) dan produksi. Jumlah tandan dan BJR kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh faktor iklim (curah hujan, lama penyinaran matahari, dan suhu) dan kecukupan hara pada saat proses inisiasi.

Jika dilihat dari hasil percobaan seperti yang tertera pada Tabel 9, rata-rata jumlah tandan kelapa sawit perlakuan pupuk slow release maupun terak baja pada semester I dan semester II lebih rendah daripada perlakuan standar, tetapi secara statistik pengaruh pupuk slow release maupun terak baja tidak berbeda dengan pupuk standar. Meskipun jumlah tandan kelapa sawit perlakuan pupuk

slow release lebih rendah daripada pupuk standar, tetapi menghasilkan BJR yang lebih tinggi. Perlakuan pupuk slow release sangat nyata meningkatkan BJR kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat pada dosis P1 (16 set pupuk slow release) BJR yang dihasilkan tanaman kelapa sawit lebih tinggi daripada pupuk standar seperti yang tertera pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik BJR Kelapa Sawit Selama 1 Tahun Pengamatan

Rata-rata produksi kelapa sawit pada perlakuan pupuk slow release lebih tinggi daripada perlakuan pupuk standar kecuali pada perlakuan P1. Produksi

4.43 4.81 5.03 5.02 5.03 5.05 4 4.2 4.4 4.6 4.8 5 5.2 P0 P1 P2 P3 P4 P5 BJR (kg) Perlakuan

33

kelapa sawit pada percobaan tersebut cukup tinggi untuk tanaman menghasilkan satu tahun (TM-1) pada tanah gambut yang hampir menyamai produksi tanaman kelapa sawit pada tanah mineral seperti yang dipublikasikan Pahan (2008) yaitu sekitar 16 ton/ha/tahun dengan umur tanaman yang sama.

Berdasarkan produktivitas kelapa sawit, penggunaan pupuk slow release

dengan dosis 18 set menghasilkan produksi yang lebih besar dari produksi dengan menggunakan pupuk standar (Tabel 9). Pada dosis tersebut jumlah N, P, K, Mg dan Ca per tahun yang diberikan kepada tanaman berturut-turut adalah 180 gram, 30.46 gram, 153.27 gram, 23.37 gram dan 7.45 gram. Dosis tersebut jauh lebih rendah dengan penggunaan pupuk standar per tahun yaitu 460 gram N, 121.6 gram P dan 420 gram K. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk slow release jauh lebih efektif daripada penggunaan pupuk konvensional (pupuk standar). Selanjutnya, pemberian terak baja juga diduga dapat memperbaiki kondisi lingkungan yang meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman.

34

Dokumen terkait