• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Putusan Pengadilan Tentang Transaksi Jual Beli Atas Tanah Terkait dengan Permohonan Serifikat Hak Milik

HASIL PENELITIAN

3.1   Pengaruh Putusan Pengadilan Tentang Transaksi Jual Beli Atas Tanah Terkait dengan Permohonan Serifikat Hak Milik

  BAB III HASIL PENELITIAN

3.1  Pengaruh Putusan Pengadilan Tentang Transaksi Jual Beli Atas Tanah Terkait dengan Permohonan Serifikat Hak Milik

        Apabila timbul sengketa antara pihak, maka yang termuat dalam akta otentik merupakan bukti yang sempurna sehingga tidak perlu lagi dibuktikan dengan alat-alat

pembuktian lainnya, dimana dalam praktek hukum memudahkan pembuktian dan memberikan kepastian hukum yang lebih kuat. Berbeda dengan akta di bawah tangan yang masih dapat disangkal dan baru mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna apabila diakui oleh kedua belah pihak, atau dikuatkan lagi dengan alat bukti lainnya. Oleh karenanya, dikatakan bahwa akta di bawah tangan merupakan permulaan bukti tertulis.

        Akta jual beli merupakan dokumen yang membuktikan adanya peralihan hak atas tanah dari pemilik sebagai penjual kepada pembeli sebagai pemilik baru. Pada prinsipnya jual beli

tanah bersifat terang dan tunai, yaitu dilakukan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan harganya telah dibayar lunas.

Hal yang dilakukan PPAT sebelum transaksi dilakukan adalah pemeriksaan sertifikat hak atas tanah yang bertujuan agar memastikan bahwa tanah tersebut tidak sedang terlibat sengketa hukum, tidak sedang dijaminkan, atau tidak sedang dalam penyitaan pihak berwenang.

        Timbulnya sengketa hukum mengenai tanah berawal dari pengaduan satu pihak (orang atau badan hukum) yang berisi keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas tanah baik terhadap status tanah, prioritas maupun kepemilikannya dengan harapan dapat memperoleh

penyelesaian secara administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Alasan yang sebenarnya menjadi tujuan akhir dari sengketa adalah ada pihak yang lebih berhak dari yang lain (prioritas) atas tanah yang disengketakan, oleh karena itu penyelesaian sengketa hukum terhadap sengketa tersebut tergantung dari sifat permasalahan yang diajukan dan prosesnya akan memerlukan beberapa tahap tertentu sebelum diperoleh suatu keputusan. Mengenai tata cara dan prosedur penyelesaian sengketa hukum atas tanah belum diatur secara konkrit, seperti mekanisme pemohonan hak atas tanah (Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 9 Tahun 1999), oleh karena itu penyelesaian kasus tidak dilakukan dengan pola penyelesaian yang seragam tetapi dari beberapa pengalaman

 

        Apabila terjadinya suatu transaksi jual beli tanah hingga menimbulkan suatu perkara sampai ke Pengadilan maka sebelum akan menjatuhkan putusannya, hakim harus melakukan tiga tindakan secara bertahap yaitu mengkonstatir, mengkualifisir, dan kemudian mengkonstituir agar putusan yang diberikan oleh hakim dapat memberikan pertimbangan tentang benar

tidaknya suatu peristiwa atau menentukan hukumnya.

        Mengkonstatir artinya melihat, mengakui atau membenarkan bahwa telah terjadi peristiwa yang diajukan kepadanya. Untuk sampai kepada konstatir, hakim harus mempunyai

kepastian sehingga konstateringnya itu tidak hanya sekedar dugaan atau gegabah tentang adanya peristiwa yang bersangkutan, untuk itu hakim harus melakukan pembuktian dengan alat-alat bukti yang tersedia untuk mendapatkan kepastian tentang peristiwa yang diajukan kepadanya. 10  

kemudian ialah mengkualifisir peristiwanya itu. Mengkualifisir berarti menilai peristiwa yang benar-benar telah dianggap terjadi, termasuk ke dalam hubungan hukum yang mana. Dengan kata lain menemukan hukumnya bagi peristiwa yang telah dikonstatir. Dalam tahap akhir sesudah mengkonstatir dan mengkualifisir peristiwa, maka hakim harus mengkonstituir atau memberi konstitusinya. Ini berarti hakim akan menetapkan hukumnya kepada yang

bersangkutan dan memberi keadilan.

        Terhadap perkara transaksi jual beli tanah yang belum mempunyai akta jual beli dalam rangka memperoleh sertifikat tanah, maka perkara tersebut akan diselesaikan sesuai dengan tugasnya berdasarkan ketentuan undang-undang yang berlaku. Dalam hal ini, pengadilan tidak boleh menciptakan hukum melainkan hanya mencari dan menyatakan adanya peraturan

hukum.

        Putusan hakim dalam hubungannya dengan pembuatan sertifikat tanah adalah untuk dapat dipakai sebagai dasar dalam memohon sertifikat hak atas tanah, tetapi hal ini tergantung dari isi putusan. Apabila isi putusan itu mengesahkan suatu jual beli, maka putusan pengadilan tersebut dapat dipakai dasar untuk memohon sertifikat tanah. Fungsi dari putusan pengadilan yaitu mengesahkan suatu proses jual beli tanah yang sama fungsinya dengan akta jual beli yang dibuat oleh PPAT. Oleh karena baik dari akta PPAT maupun putusan pengadilan adalah sama-sama merupakan alat bukti otentik tentang terjadinya transaksi jual beli tanah.

11

 

Kekuatan Hukum Sertifikat Hak Milik Atas Tanah Yang Dibuat Berdasarkan Putusan Pengadilan Dalam Hal Transaksi Jual Beli

Usaha yang menuju kearah kepastian hukum atas tanah tercantum dalam ketentuan-ketentuan

dari pasal-pasal yang mengatur tentang pendaftaran tanah, dalam Pasal 19 UUPA disebutkan untuk menjamin kepastian hukum dari hak-hak atas tanah, UUPA mengharuskan pemerintah untuk mengadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia. Artinya yang bertujuan menjamin kepastian hukum, dengan di selenggarakannya pendaftaran tanah, maka pihak-pihak yang bersangkutan dengan mudah dapat mengetahui status hukum daripada tanah tertentu yang dihadapinya, letak, luas dan batas-batasnya, siapa yang memiliki dan

beban-beban apa yang melekat di atas tanah tersebut.

Menurut ketentuan Pasal 19 UUPA tersebut, sudah dinyatakan bahwa pemerintah akan

memberikan jaminan perlindungan hukum dan kepastian hak atas tanah yang didaftar dengan memberikan surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang “kuat”. Makna “kuat” dalam konteks ini harus disandingkan dengan makna “mutlak” atau tidak dapat

diganggu gugat. Makna kuat artinya tidaklah mutlak atau masih dapat diganggu gugat. Makna kuat ini lah yang selalu dijadikan persoalan hukum bagi pihak-pihak yang kepentingannya dirugikan.

Kekuatan hukum sertifikat hak atas tanah yang dibuat berdasarkan akta otentik adalah jika tidak dapat dibuktikan sebaliknya perbuatan hukum (akta otentik) yang menjadi dasar dikeluarkannya sertifikat hak atas tanah itu. Pada saat lahirnya sertifikat hak milik berdasarkan putusan

pengadilan, pada saat itu juga akta otentik lain yang isinya bertentangan dengan putusan

pengadilan yang menyangkut obyek yang sama menjadi gugur. Kepala kantor Pertanahan akan mencatat putusan pengadilan tersebut dalam daftar buku tanah dan dalam sertifikat yaitu

tentang pemilik sesungguhnya dari tanah yang telah ada sertifikat hak milik sebelumnya.

12

 

Kasus jual beli tanah yang belum sampai pembuatan akta jual beli, jika didasarkan oleh bukti-bukti yang dimiliki oleh pembeli tanah tersebut, pembuatan sertifikat hak milik atas

tanahnya dapat terlaksana dengan didasarkan atas putusan pengadilan tersebut. Jadi kekuatan hukum sertifikat hak milik atas tanah yang dibuat berdasarkan putusan pengadilan adalah sama dengan kekuatan hukum sertifikat hak milik atas tanah yang dibuat berdasarkan akta jual beli yang dibuat oleh PPAT.

13   BAB IV PENUTUP 36 / 53

4.1       Simpulan

        Berdasarkan latar belakang dan kajian yang diuraikan diatas maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Pengaruh putusan pengadilan tentang transaksi jual beli atas tanah terkait dengan permohonan serifikat hak milik adalah dapat dijadikan dasar untuk menerbitkan sertifikat hak milik atas tanah oleh Kantor Pertanahan, bilamana putusan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dengan demikian putusan pengadilan tersebut memiliki kekuatan hukum yang

sama dengan akta jual beli tanah yang dibuat dihadapan PPAT.

2. Kekuatan hukum sertifikat hak milik atas tanah yang dibuat berdasarkan putusan pengadilan dalam hal transaksi jual beli yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap adalah sama dengan kekuatan hukum sertifikat hak milik atas tanah yang dibuat berdasarkan akta yang dibuat dihadapan PPAT.

14   38 / 53

4.2       Saran-saran

        Mengingat pentingnya sertifikat hak atas tanah, khususnya yang menyangkut hak milik, maka peneliti mengemukakan beberapa saran, sebagai gambaran dalam perolehan sertifikat hak milik atas tanah sebagai berikut :

1. Bagi masyarakat, bilamana melakukan transaksi jual beli hak milik atas tanah maka sedapat mungkin dilakukan dihadapan PPAT, hal ini untuk menghindari adanya permasalahan dikemudian hari di antara para pihak.

2. Bagi pemerintah, hendaknya dapat meningkatkan upaya sosialisasi tentang proses transaksi jual beli hak atas tanah dan proses penerbitan sertifikatnya, demi terjaminnya

kepastian hukum. 15  

Dokumen terkait