• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Hipotesis Penelitian

2.5.2 Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap

Teori keagenan menjelaskan bahwa sistem pengendalian intern juga dapat dikaji melalui teori keagenan yaitu melalui hubungan antara pengawas (General Manajer) dan pihak yang diawasi (Manajer Operasional) ketat atau longgarnya sistem pengendalian tergantung pada kepercayaan pimpinan terhadap bawahannya.

Dalam teori agen salah satu pendekatan yang digunakan ialah monitoring, mendesain sistem pengendalian, melakukan eksternal audit (external monitoring), dan menyediakan sistem informasi yang baik serta bermanfaat untuk mengurangi asimetri informasi (Sumarno, 2006) (Djajadikerta, 2004)

Tujuan utama dari sistem pengendalian intern menurut teori keagenan ialah tercapainya tujuan organisasi. Semakin handal sistem pengendalian intern maka akan semakin baik kinerja suatu organisasi dan makin mudahnya tercapai tujuan organisasi. Serta dengan adanya sistem pengendalian intern akan mengurangi tingkat tekanan yang dirasakan karyawan karena adanya risk sharing, dan kurangnya tekanan akan meningkatkan kinerja manajerial (Djajadikerta, 2004).

Hasil penelitian Kresnayana, et .al., (2020), Afrida, (2013), Candrakusuma dan Jatmiko, (2017), menyatakan bahwa sistem pengendalian intern memiliki pengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Sistem pengendalian intern pemerintah seharusnya mampu membuat kinerja manajerial pemerintahan kian memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat karena dengan adanya sistem

pengendalian intern pemerintah akan membuat keteraturan lebih, dalam kinerja karyawan.

Penjelasan diatas menyimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H2 : Sistem Pengendalian Intern berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

2.5.3 Pengaruh Partisipasi Anggaran dengan Komite Organisasi sebagai Variabel Moderasi Terhap Kinerja Manajerial

Komitmen organisasi yang kuat dalam diri individu akan membuat individu berusaha keras untuk mencapai tujuan organisasi. Sebaliknya, individu dengan komitmen organisasi yang rendah akan mempunyai perhatian yang rendah pada pencapaian tujuan organisasi dan cenderung berusaha memenuhi kepentingan pribadinya. Partisipasi anggaran tidak hanya secara langsung meningkatkan prestasi kerja, tetapi juga secara tidak langsung (moderasi) melalui komitmen organisasi (Bambang Sardjito dan Osmad Muthaher, 2007), oleh sebab itu peneliti menduga komitmen organisasi dapat memoderasi partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial.

Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho dan Sumiyanti, (2017), Suardana Suryanawa, (2010), Putri, (2013), menyatakan bahwa komitmen organisasi sebagai variabel moderasi mampu menguatkan variabel partisipasi anggaran terhadap kinerja maanajerial.

Penjelasan diatas menyimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H3 : Komitmen organisasi dapat memoderasi hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial

2.5.4 Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Komite Organisasi sebagai Variabel Moderasi Terhap Kinerja Manajerial

Goal Setting Theory merupakan teori penetapan tujuan dikemukakan oleh Locke (1968), yang menunjukkan adanya keterkaitan antara tujuan dan kinerja seseorang terhadap tugas. Latham dan Yukl (1975) menyatakan sebuah goal merupakan sesuatu yang ingin dilakukan secara sadar. Jika seorang individu memiliki komitmen untuk mencapai tujuannya, maka komitmen tersebut akan mempengaruhi tindakannya dan mempengaruhi konsekuensi kinerjanya.

Dukungan sistem pengendalian intern yang memadai, sumber daya manusia akan menggunakan kemampuannya untuk memper tanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Kedua konsep diatas menggambarkan bahwa komitmen oganisasi merupakan faktor internal (internal side) dalam diri setiap pegawai yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai bersangkutan dalam pencapaian tujuan suatu organisasi.

Sedangkan sistem pengendalian intern merupakan faktor eksternal (eksternal side) yang dirancang untuk dilaksanakan oleh setiap pegawai agar tujuan dan sasaran organisasi dapat tercapai secara efektif dan efesien, oleh sebab itu peneliti menduga bahwa komitmen organisasi mampu memoderasi sistem pengendalian intern terhadap kinerja manajerial.

Penelitian oleh Pertiwi dan Utami, (2020) menyimpulkan bahwa komitmen organisasi mampu memperkuat variabel sistem pengendalian internal terhadap kinerja manajerial. Penjelasan diatas menyimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H4 : Komitmen organisasi dapat memoderasi hubungan antara sistem pengendalian intern dan kinerja manajerial.

2.6 Penyebab Inkonsistensi Hasil pada Variabel Partisipasi Anggaran Faktor terbesar adanya inkonsistensi hasil dari variabel partisipasi anggaran ialah kurang berjalannya partisipasi penyusunan anggaran dalam sebuah organisasi, sehingga manajer tingkat bawah tidak benar-benar diikut sertakan dalam penyusunan anggaran secara penuh, sehingga partisipasi anggaran tidak mempengaruhi kinerja manajerial karena kurang adanya rasa tanggungjawab dari setiap individu dalam organisasi sebab individu-individu tersebut tidak diberikan kesempatan untuk turut serta dalam penyusunan anggaran yang dalam organisasi juga merupakan tujuan dari organisasi (Nengsy, 2019), (Rahmawati, 2013), (Candrakusuma dan Jatmiko, 2017), (Puspita, 2018).

Faktor lainnya yang menyebabkan partisipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial karena adanya kondisi lain yang ikut mempengaruhi, kondisi lain itu berupa variabel moderasi atau variabel intervening yang mampu mempengaruhi variabel partisipasi anggaran bisa menjadi berpengaruh ke kinerja manajerial. Oleh sebab itu didalam penelitian ini juga disertakan variabel moderasi yang diduga akan memperkuat variabel partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial (Jannah dan Rahayu, 2015).

42 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari sumbernya, dalam penelitian ini sumber data berasal dari hasil kuesioner yang telah disebarkan sedangkan data sekunder adalah data yang tidak diperoleh langsung dari sumbernya.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi Sekaran, (2013). Populasi dalam penelitian ini adalah Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) Provinsi Jambi, di Provinsi Jambi terdapat 43 Organisasi Perangkat Daerah baik itu dinas dan badan. Dalam penelitian ini peneliti memilih bagian pemerintahan urusan wajib yang berkaiatan dengan pelayanan dasar sebagai tempat penelitian, berjumlah lima OPD.

Alasan peneliti memilih lima OPD ini ialah karena pelayanan dasar ini merupakan pelayanan yang pada orde pemerintahan manapun akan sangat dibutuhkan dan sangat dekat dengan masyarakat yaitu pendidikan, kesehatan, keamanan, dan sosial untuk pekerjaan umum karena pada pemerintahan sekarang ini sektor infrastruktur sedang diunggulkan untuk ditingkatkan kinerjanya. Terlebih dalam keadaan pandemi seperti sekarang ini lima pelayanan dasar itu lah yang paling membantu dan paling berperan kepada masyarakat. Untuk kinerja yang maksimal kita tahu bahwa ada faktor-faktor yang akan mempengaruhi setiap

kinerja. Lima OPD tersebut ialah Dinas Pendidkan, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, dan Satuan Polisi Pamong Praja.

Sekaran, (2013) menjelaskan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, menurut Sekaran, (2013) purposive sampling adalah desain terbatas untuk orang-orng spesifik yang dapat memberikan informasi yang diperlukan karena hanya mereka yang memeiliki informasi atau memenuhi kriteria yang ditetapkan penelitian. Dalam penelitian ini kriteria yang dijadikan sampel yaitu : 1. Middle-Low managers, dan

2. Pernah mengikuti penyusunan anggaran.

3. Bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner.

Distribusi kuesioner yang disebar sebanyak 125 kuesioner dengan tingkat pengembalian 96% atau 120 kuesioner. Tabel 3.1 di bawah ini menunjukkan rincian penyebaran dan pengembalian kuesioner, tabel tersebut juga menginformasikan tingkat pengembalian (response rate). Tingkat pengembalian yang cukup tinggi ini mungkin terjadi karena peneliti mendapat kesempatan untuk menitipkan kuesioner kepada kepala bagian di beberapa kantor OPD, oleh sebab itu mungkin adanya rasa segan dari para narasumber di setiap kantor. Dan adanya kepedulian dari para narasumber untuk memajukan pendidikan di Indonesia khususnya di Jambi melalui penelitian-penelitian dalam tugas akhir pendidikan.

Rincian penyebaran dan pengembalian kuesioner dalam penelitian ini ditunjukkan dalam tabel 3.1. dibawah ini:

Tabel 3.1.

Rincian penyebaran dan pengembalian kuesioner No. Nama Instansi Kuesioner

Dikirim

Kuesioner Kembali

Kuesioner yang Digunakan

1. Dinas Pendidikan 25 25 25

2. Satuan Polisi Pamong Praja

25 24 23

3. Dinas sosial 25 25 19

4. Dinas Pekerjaan Umum 25 22 21

5. Dinas Kesehatan 25 24 24

Total 125 120 112

Tingkat pengembalian kuesioner (120/125 x 100%) 96%

Tingkat pengembalian yang digunakan (112/120 x 100%) 93,3%

(Sumber : Data Primer yang Diolah, 2021)

Tingkat pengembalian kuesioner (responserate) sebesar 96% atau 120 kuesioner dengan rincian 112 kuesioner dapat digunakan, 9 kuesioner tidak dapat digunakan karena adanya pernyataan yang tidak diisi dan identitas responden yang kosong, dan 5 kuesioner tidak kembali karena keterlambatan responden dalam mengembalikan kuesioner.

3.3 Definisi Operasional Variabel

3.3.1 Variabel Terikat (Dependent Variabel) 1. Kinerja manajerial

Dimensi dalam variabel kinerja manajerial menurut Anidar dan Indarti, (2015) ialah kemampuan dan kedisiplinan yang dibagi kedalam dua indikator yaitu kemampuan bekerja sama dan kehadiran dalam bekerja. Dimensi yang kedua menurut Mulyadi, (2016) ialah pencapaian dan pelaksanaan yang dibagi kedalam tiga indikator yaitu perencanaan, investigasi, koordinasi.

3.3.2 Variabel Bebas (Independent Variabel) 1. Partisipasi anggaran

Dimensi pertama dalam variabel partisipasi anggaran menurut (Rahmat, et al., 2017) ialah tingkat partisipasi pegawai yang dibagi menjadi tiga indikator yaitu keterlibatan pegawai, pemberian saran, dan frekuensi penyampaian pendapat.

Dimensi kedua dalam variabel ini ialah prinsip-prinsip didalam anggaran sektor publik yang dijelaskan oleh (Bastian, 2010 ) yang terdiri dari tujuh indikator, namun dalam penelitian ini digunakan lima indikator yang berpengaruh langsung terhadap masyarakat yaitu kejelasan, dan transparansi, akurat, periodik, dan komprehensif

2. Sistem pengendalian intern

Dimensi dalam variabel ini menurut PP No. 60 tahun 2008 dan penelitian Anugerah, (2016) terdiri dari lima dimensi pertama, lingkungan pengendalian yang dibagi kedalam dua indikator yaitu penyampaian peraturan dan struktur organisasi.

Dimensi kedua, penilaian resiko yang terdiri dari dua indikator yaitu, minimalisir masalah dan cara mengatasi masalah.

Dimensi ketiga, aktivitas pengendalian yang terbagi pengendalian tugas dan evaluasi kerja. Dimensi keempat, informasi dan komunikasi yang terdiri atas tindakan korektif dan pengkomunikasian informasi. Dimensi kelima pemantauan, terdiri atas pemantauan berkala dan tindak lanjut.

3.3.3 Variabel Moderasi 1. Komitmen Organisasi

Dimensi dalam variabel ini menurut (Mowday, et al., 1979) yang pertama ialah sikap mendukung penuh organisasi yang dibagi menjadi dua indikator mensukseskan organisasi dan kepedulian terhadap organisasi. Dimensi kedua ialah keinginan untuk tetap dalam organisasi dibagi menjadi dua indikator yaitu, merasa bahwa permasalahan organisasi adalah permasalahan bersama dan menganggap organisasi merupakan tempat paling baik untuk berprestasi.

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel

Variabel Dimensi Indikator

Partisipasi Anggaran 1. Tingkat Partisipasi Pegawai

d. periodik

4. Informasi dan Komunikasi : a. tindakan korektif Komitmen Organisasi 1.Affective

Commitment 2. Continuance Commitment 3. Normative Commitment

1. Affective Commitment 2. Continuance Commitment 3. Normative Commitment ( Referensi : Meyer and Allens, 1997)

Kinerja Manajerial 1. Kemampuan dan Kedisiplinan 2. Pencapaian dan Pelaksanaan

1. Kemampuan dan Kedisiplinan:

a. kecakapan b. pengalaman c. kesungguhan d. waktu

(Referensi : Anidar dan Indarti, 2015)

2. Pencapaian dan pelaksanaan : a. perencanaan

b. investigasi c. koordinasi d. evaluasi e. supervisi (Mulyadi, 2016)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini merupakan Cross section data, yaitu data yang dikumpulkan dengan metode kuesioner (Mudrajad, 2003).

Pengiriman kuesioner yang dibagikan secara langsung kepada pihak terkait di Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) bagian pemerintahan urusan wajib yang berkaiatan dengan pelayanan dasar. Pengiriman kuesioner tersebut dilakukan sendiri oleh peneliti dengan tujuan agar tingkat pengembalian (responserate) kuesioner dapat lebih tinggi, sedangkan untuk pengambilan kuesioner yaitu dengan penetapan batas akhir tanggal pengambilan kuesioner.

3.5 Metode Analisis Data

Alat analisis yang digunakan adalah Moderated Regression Analysis (MRA) atau uji interaksi dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS). Adapun alasan penggunaan Moderated Regression Analysis (MRA) adalah karena penelitian ini menggunakan variabel moderasi.

Untuk menganalisis jawaban kuesioner dari responden, diberi nilai dengan menggunakan ketentuan modifikasi skala Likert sebagai berikut:

Bobot Nilai = 4 (Sangat Setuju )

Bobot Nilai = 3 (Setuju) Bobot Nilai = 2 (Tidak Setuju)

Bobot Nilai = 1 (Sangat Tidak Setuju)

Modifikasi skala likert dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala lima tingkat, modifikasi skala Likert meniadakan kategori jawaban yang di tengah berdasarkan tiga alasan yaitu:

1. Kategori tersebut memiliki arti ganda, biasanya diartikan belum dapat memutuskan atau memberikan jawaban, dapat diartikan netral, setuju tidak, tidak setujupun tidak, atau bahkan ragu-ragu.

2. Tersediannya jawaban ditengah itu menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah.

3. Maksud katagori SS-S-TS-STS adalah terutama untuk melihat kecenderungan pendapat responden, ke arah setuju atau ke arah tidak setuju.

Instrument penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist atau cross pada pilihan yang telah diberikan.

Keuntungan skala Likert adalah:

1. Mudah dibuat dan diterapkan.

2. Terdapat kebebasan dalam memasukkan pertanyaan-pertanyaan, asalkan masih sesuai dengan konteks permasalahan.

3. Jawaban suatu item dapat berupa alternatif, sehingga informasi mengenai item tersebut diperjelas.

4. Reliabilitas pengukuran bisa diperoleh dengan jumlah item tersebut diperjelas.

3.6 Pengujian Kualitas Data

Dalam penelitian ini, jawaban dari responden pada kuesioner merupakan ukuran yang akan diuji. Agar data yang didapatkan dari para responden dapat menggambarkan secara tepat konsep yang diukur, maka dilakukan dua macam tes yaitu uji validitas dan uji realibilitas.

3.6.1 Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan untuk menetukan taraf sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Indriantoro dan Supomo, 2002). Validitas menunjukkan tingkat kemampuan suatu instrument untuk mengungkapkan sesuatu menjadi sasaran pokok pengukuran yang dilakukan dengan instrument tersebut. Suatu instrument dinyatakan valid jika instrumen tersebut mampu mengukur apa saja yang hendak diukurnya.

Data yang valid tergantung dari:

1. Ketepatan penelitian dalam memilih responden sebagai sampel penelitian.

2. Kepatuhan para responden dalam mengikuti petunjuk yang ditetapkan dalam kuesioner.

3. Keadaan para responden pada saat mengisi kuesioner .

Uji validitas untuk penelitian ini menggunakan korelasi Pearson. Alasan digunakan teknik ini karena statistik ini sudah sangat luas dan interprestasinya tidak terlalu rumit, selain itu model tersebut dapat digunakan untuk mengkorelasikan skor per item dengan skor totalnya. Cara penentuan validitas data adalah dengan membandingkan jawaban pertanyaan dan total jawaban pada setiap variabel penelitian saling dikorelasikan.

Hasil dari korelasi tersebut dibandingkan dengan r tabel pada tingkat signifikan 0,05. Apabila r hitung lebih besar dari pada r tabel, maka instrument tersebut adalah valid, sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari pada r tabel maka instrument tersebut tidak valid.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh pernyataan. Istilah reliabilitas disamakan dengan konsisten, stabil atau dapat dipercaya, yang pada prinsipnya menunjukkan sejauh mana pengukuran itu dapat memperoleh hasil yang relatif tidak berbeda jika dilakukan pengukuran kembali terhadap subjek yang sama. Meskipun demikian reliabilitas alat ukur tidak harus selalu diuji dengan melakukan tes ulang, karena berbagai teknik telah memungkinkan pengujian reliabilitas yang tidak memerlukan lebih dari satu kali pengukuran. Untuk melihat reliabilitas dari instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, akan dihitung Croncbach Alpha masing-masing instrumen.

Variabel tersebut akan dikatakan reliabel jika Croncbach Alpha memiliki nilai lebih besar dari 0,6. Sebaliknya jika koefisien alpha instrumen lebih rendah dari 0,6 maka instrumen tersebut tidak reliabel untuk digunakan dalam penelitian ini (Indrianto dan Supomo, 2002).

3.7 Uji Asumsi Klasik

Untuk mendukung kebenaran model regresi berganda, maka perlu dilaksanakan pengujian terhadap asumsi-asumsi persamaan regresi. Asumsi yang termasuk kedalam asumsi klasik terdiri dari:

3.7.1 Uji Normalitas

Uji normalitas data ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Ghozali, (2018) menjelaskan uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah pada suatu model regresi, suatu variabel independen dan variabel dependen ataupun keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak normal. Apabila suatu variabel tidak berdistribusi secara normal, maka hasil uji statistik akan mengalami penurunan.

Uji normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov Smirnov yaitu dengan ketentuan apabila nilai signifikansi diatas 5%

atau 0,05 maka data memiliki distribusi normal. Sedangkan jika hasil uji One Sample Kolmogorov Smirnov menghasilkan nilai signifikan dibawah 5% atau 0,05 maka data tidak memiliki distribusi normal.

3.7.2 Uji Multikolinearitas

Ghozali, (2018), pengujian multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent atau variable bebas. Efek dari multikolinearitas ini adalah menyebabkan tingginya variabel pada sampel. Hal tersebut berarti standar error besar, akibatnya ketika koefisien diuji, t-hitung akan bernilai kecil dari t-tabel. Hal ini menunjukkan tidak

adanya hubungan linear antara variabel independen yang dipengaruhi dengan variabel dependen.

Multikolinearitas pada model regresi dapat diketahui dari nilai toleransi dan nilai variance inflation factor (VIF). Nilai Tolerance mengukur variabilitas dari variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.

Jadi nilai tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi, dikarenakan VIF = 1/tolerance, dan menunjukkan terdapat kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off yang digunakan adalah untuk nilai tolerance 0,10 atau nilai VIF diatas angka 10.

3.7.3 Uji Heteroskedastisitas

Ghozali, (2018), uji ini bertujuan untuk melakukan uji apakah pada sebuah model regresi terjadi ketidaknyamanan varian dari residual dalam satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Apabila varian berbeda, disebut heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model regresi linier berganda, yaitu dengan melakukan uji glejser yang bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dasar pengembalian keputusannya ialah nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi gejala heterokedastisitas.

3.8 Pengujian Hipotesis 3.8.1 Uji Parsial(uji t)

Pengujian ini bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dasar pengambilan keputusan adalah:

1) Jika t hitung < t tabel, maka Ha ditolak

Jika t hitung > t tabel, maka Ha diterima

2) Berdasarkan nilai probabilitas (signifikan) dasar pengambilan keputusan adalah:

Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima 3.8.2 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dapat menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2018)

Banyak ahli peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi yang terbaik. Nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model penelitian (Ghozali, 2018) atau dapat dikatakan nilai Adjusted R2 digunakan jika variabel independen lebih dari satu.

3.8.3 Analisis Regresi linier

Bertujuan untuk melihat pengaruh komitmen organisasi terhadap hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial, serta hubungan antara sistem pengendalian intern dan kinerja manajerial. Sebelum memasuki rumus analaisis regresi dengan variabel moderasi terlebih dahulu kita mengetahui persamaan analsisi regresi linier berganda yaitu, sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 + e

Keterangan :

Y = kinerja manajerial a = konstanta

β1 = koefisien regresi partisipasi penyusunan anggaran X1 = partisipasi penyusunan anggaran

β2 = koefisien regresi sistem pengendalian intern X2 = sistem pengendalian intern

Persamaan regresi yang digunakan untuk pengaruh partisipasi anggaran dengan komitmen organisasi sebagai variabel moderasi terhadap kinerja manajerial adalah sebagai berikut.

Keterangan:

Y = kinerja manajerial a = konstanta

b1 = koefisien regresi partisipasi penyusunan anggaran b3 = koefisien regresi komitmen organisasi

b4 = koefisien regresi interaksi partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi

X1 = partisipasi penyusunan anggaran X3 = komitmen organisasi

(X1.X3)| = Interaksi perkalian antara partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi

Y = a + b1X1 +b3X3+ b4 (X1.X3) ...

Persamaan regresi yang digunakan untuk pengaruh sistem pengendalian intern dengan komitmen organisasi sebagai variabel moderasi terhadap kinerja manajerial adalah sebagai berikut.

Keterangan:

Y = kinerja manajerial a = konstanta

b2 = koefisien regresi sistem pengendalian intern b3 = koefisien regresi komitmen organisasi

b5 = koefisien regresi interaksi sistem pengendalian intern dan komitmen organisasi

X2 = sistem pengendalian intern X3 = komitmen organisasi

(X2.X3) = Interaksi perkalian antara sistem pengendalian intern dan komitmen organisasi

Komitmen organisasi mampu memperkuat hubungan antara sistem pengendalian intern dan kinerja manajerial, jika koefisien b5 pada tingkat kesalahan 5% signifikan secara statistik.

Y = a + b2X2 +b3x3 + b5(X2.X3) ...

57 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Responden

Data penelitian dikumpulkan dengan mengirimkan kuesioner yang diantar langsung ke Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Provinsi Jambi. Profil responden peneliti bagi ke dalam tiga karakteristik yaitu usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Pembagian kuesioner ini dilakukan secara langsung oleh peneliti ke Organisasi Perangkat Daerah (OPD), dengan batas pengembalian 2-3 minggu setelah penyebaran kuesioner.

4.1.1. Usia

Responden yang dikelompokkan berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1.

Karakteristik responden berdasarkan usia

Umur Jumlah Persentase

(Sumber : Data Primer yang Diolah, 2021)

Keterangan pada tabel 4.2 tersebut menunjukkan bahwa responden yang dikelompokkan berdasarkan usia 20-29 tahun sebanyak 10 orang atau 8,93%, usia 30-39 tahun sebanyak 19 orang atau 16,97%, usia 40-49 tahun sebanyak 51 orang atau 45,53%, usia 50-59 tahun sebanyak 32 orang atau 28,57 %, usia >60 tahun sebanyak 0 orang atau 0%. Berdasarkan tabel 4.2 distribusi sampel didominasi oleh

responden dengan usia 40-49 tahun dan responden usia 50-59 tahun. Hal ini menunjukkan responden yang menjadi sampel memiliki pengalaman yang cukup baik untuk dapat menjawab kuesioner penelitian.

4.1.2. Jenis Kelamin

Data responden yang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.3.

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-Laki 69 61,6%

Perempuan 43 38,4%

Total 112 100%

(Sumber: Data Primer yang Diolah, 2021)

Keterangan pada tabel 4.3 tersebut menunjukkan bahwa responden penelitian didominasi oleh laki-laki dengan jumlah 69 orang atau sekitar 61,6%

sedangkan responden perempuan sejumlah 43 orang atau sekitar 38,4%.

Berdasarkan keterangan tersebut terlihat bahwa jumlah responden laki-laki lebih mendominasi jika dibandingkan dengan reponden perempuan.

4.1.3. Tingkat Pendidikan

Data responden yang dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.4.

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

S1 62 55,36%

S2 23 20,53%

S3 0 0%

Lainnya 27 24,11%

Total 112 100%

(Sumber: Data Primer yang Diolah, 2021)

Keterangan pada tabel 4.4. tersebut menunjukkan bahwa distribusi sampel

Keterangan pada tabel 4.4. tersebut menunjukkan bahwa distribusi sampel

Dokumen terkait