• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JAMBI TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JAMBI TAHUN"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI TERHADAP KINERJA

MANAJERIAL PADA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (OPD) DI PROVINSI JAMBI

Oleh : Syindy Cantika NIM. C1C017092

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN 2021

(2)

i

(3)

ii

(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Syindy Cantika

NIM : C1C017092

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Akuntansi

Judul Skripsi : Pengaruh Partisipasi Anggaran, dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderasi Terhadap Kinerja Manajerial Pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Provinsi Jambi

Dengan ini menyatakan:

1. Skripsi ini adalah karya asli penulis, selama proses penulisan penulis tidak melakukan kegiatan plagiat atas karya ilmiah orang lain, semua petikan yang saya ajukan dalam skripsi ini sesungguhnya ada dan disiapkan dengan kaedah ilmu penulisan.

2. Apabila dikemudian hari didapati ketidaksesuaian sebagaimana yang tercantum dalam poin (1), maka saya siap menerima sanksi berupa pencabutan gelar kesarjanaan yang saya telah peroleh.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Jambi, 24 Juni 2021

Yang membuat pernyataan

Syindy Cantika

NIM. C1C017092

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, sengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderasi terhadap Kinerja Manajerial Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Provinsi Jambi” ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Jambi.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bekal ilmu dan pengetahuan serta bimbingan yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universita Jambi, maka skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa dukungan dan bantuan tersebut dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Karena itu, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Drs. H. Sutrisno, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Jambi.

2. Bapak Dr. H. Junaidi, S.E., M.Si selaku Dekan beserta Wakil Dekan Bidang Akademik, Kerjasama dan Sistem Informasi, Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan, dan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

3. Ibu Enggar Diah Puspa Arum, S.E., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

4. Ibu Hj. Fitrini Mansur, S.E., M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

5. Bapak Dr. Mukhzarudfa, S.E., M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama

Skripsi yang telah membimbing dengan sangat baik dan bersedia meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran serta memberika masukan untuk mengarahkan

(6)

v

peneliti selama proses penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Gandy Wahyu Maulana Zulma, M.S.,AK selaku Dosen Pembimbing Pendamping Skripsi yang juga telah membimbing dengan sangat baik dan bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberika masukan untuk mengarahkan peneliti selama proses penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Dr. Muhammad Gowon, S.E., M.Si., Ak, CA selaku Ketua Penguji yang telah memberikan arahan dan saran, sehingga skripsi ini mejadi lebih baik.

8. Ibu Wiwik Tiswiyanti, S.E., M.M., Ak, CA selaku Penguji Utama yang telah memberikan saran dan perbaikan kepada peneliti, sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

9. Bapak Muhammad Ridwan, S.E., M.Sc. selaku Sekretaris Penguji yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan saran.

10. Ibu Dewi Fitriyani, S.E., M.Sc. dan Ibu Dr.Wira Lestari, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik peneliti yang telah memberikan bimbingan serta membantu dalam proses mengontrak perkuliahan.

11. Bapak/Ibu Dosen Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi yang telah memberikan ilmu dan mendidik peneliti selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

12. Bapak/Ibu Pegawai di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Jambi yang telah membantu dan memberikan arahan kepada penliti untuk

mengurus berbagai urusan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Jambi.

(7)

vi

13. Keluarga peneliti Ayah (M. Yusuf, S.E), Mama (Surianita S), Kakak (Ns.

Yunistera, S.Kep. dan Abdulah Pauzan ), Abang ( Bayu Putra, S.T), dan ponakan tersayang tih (Adit,Rara, Dipa,Fiza) serta seluruh keluarga besar peneliti yang terus mensupport sampai pneliti berada di titik ini sekarang, I LOVE U SO MUCH.

14. Sahabat peneliti yang terus berkontak dari SMA ( Suci Dewi Asma, S.Pd dan Thahirah Ashilah Wardani S.Psi (aamiin, semoga Allah lancarkan)) terimakasih untuk dukungannya, dan semangatnya bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

15. Nora Triandini, S.E (aamiin, semoga Allah lancarkan) sebagai sobat skripsi peneliti karena Alhamdulillah kami disamakan jadwal saat sempro sehingga sering bersama melalui segala hal, terseok, tertawa, sedih dan pusing bersama.

16. Anah Raudotul Janah, S.E (aamiin, semoga Allah lancarkan) teman dari awal perkuliahan yang tidak tau mengapa peneliti merasa senang berteman dengannya, terimakasih untuk mau mengerti peneliti ya dari semester awal.

17. Wanita Sholehah (Syindy Cantika, S.E, Anah Raudotul Janah, S.E, Nora Triandini, S.E, Dina Anggraini Putri, S.E, Ayu Dahlia, S.E, Hamidah, S.E (aamiin, semoga Allah lancarkan)) yang tau kerempongan peneliti selama perkuliahan dan sering kulineran bareng peneliti, karena peneliti suka makan.

18. Imam dan Anak-anak masa depan peneliti jika Allah mengizinkan tiba

ditahap itu, aamiin. Terimakasih karena secara sengaja maupun tidak kalian

pasti sangat menjadi motivasi bagi peneliti untuk terus menjadi lebih baik.

(8)

vii

19. Teman seperjuangan Jurusan Akuntansi Angkatan 2017 yang selama ini membantu dan memberi dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

20. Seluruh pihak yang telah ikut memberikan bantuan, semangat, motivasi, dalam proses penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga segala saran, masukan dan kritik yang konstruktif sangat peneliti harapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada peneliti mendapat balasan dari Allah SWT. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta memberikan manfaat yang sangat besar bagi peneliti khususnya, dan bagi para pembaca.

Jambi,……… 2021 Peneliti

Syindy Cantika

NIM. C1C017092

(9)

viii

ABSTRAK

Penelitian ini meneliti pengaruh partisipasi anggaran, sistem pengendalian intern pemerintah dengan komitmen organisasi sebagai variabel moderasi terhadap kinerja manajerial. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari variabel diatas baik pengaruh parsial maupun moderasi. Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Dari lima OPD yang masuk ke dalam urusan pemerintah wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar sebanyak 120 orang pegawai sebagai responden dalam penelitian ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis regresi linie berganda dan moderated regression analisys (MRA). Software yang digunakan untuk mengolah data pada penelitian ini ialah SPSS versi 25. Hasil dari penelitian ini partisipasi anggaran berpengaruh positif dan siggnifikan terhadap kinerja manajerial, sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial, komitmen organisasi tidak mampu memperkuat pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial, dan komitmen organisasi tidak mampu memperkuat pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah terhadap kinerja manajerial.

Kata kunci : Partisipasi Anggaran, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah,

Komitmen Organisasi, Kinerja Manajerial.

(10)

ix

ABSTRACK

This study examines the effect of budgetary participation, government internal control systems with organizational commitment as a moderating variable on managerial performance. The purpose of this study was to determine the effect of the above variables, either partial or moderation. The population of this study were all employees of the Regional Apparatus Organization (OPD) of mandatory government affairs related to basic services. The sampling technique used purposive sampling. Of the five OPDs that are included in mandatory government affairs related to basic services, there are 120 employees as respondents in this study. The method used in this research is multiple linear regression analysis and moderated regression analysis (MRA). The software used to process data in this study is SPSS version 25. The results of this study that budget participation has a positive and significant effect on managerial performance, government internal control systems have a positive and significant effect on managerial performance, organizational commitment is unable to strengthen the effect of budget participation on performance. managerial, and organizational commitment is not able to strengthen the influence of the government internal control system on managerial performance.

Keywords: Budget Participation, Government Internal Control System,

Organizational Commitment, Managerial Performance.

(11)

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... viii

ABSTRACK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Tinjauan Teoritis ... 13

2.1.1 Teori Keagenan ... 13

2.1.2 Teori Motivasi ... 14

2.1.3 Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting Theory) ... 15

2.1.4 Anggaran ... 16

2.1.4.1 Pengertian Anggaran ... 16

2.1.4.2 Tujuan Anggaran ... 16

2.1.4.3 Fungsi Anggaran ... 17

2.1.4.4 Partisipasi Anggaran ... 18

2.1.5 Anggaran Sektor Publik ... 19

2.1.5.1 Pengertian Anggaran Sektor Publik ... 19

2.1.5.2 Fungsi Anggaran Sektor Publik ... 19

2.1.5.3 Karakteristik Anggaran Sektor Publik ... 20

2.1.5.4 Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik ... 20

2.1.5.5 Jenis Anggaran Sektor Publik ... 21

2.1.6 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah ... 22

2.1.6.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern Pemerintah ... 22

(12)

xi

2.1.6.2 Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Intern ... 23

2.1.7 Komitmen Organisasi ... 25

2.1.8 Kinerja Manajerial Sektor Publik ... 26

2.1.8.1 Tujuan Kinerja Manajerial ... 27

2.1.8.2 Pengukur Kinerja Manajerial ... 27

2.2 Penelitian Terdahulu ... 28

2.3 Kerangka Pemikiran ... 31

2.3.1 Hubungan Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial ... 31

2.3.2 Hubungan Sistem Pengendalian Intern terhadap Kinerja Manajerial ... 32

2.3.3 Hubungan Partisipasi Anggaran dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderasi terhadap Kinerja Manajerial ... 34

2.3.4 Hubungan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderasi terhadap Kinerja Manajerial ... 35

2.4 Model Penelitian ... 36

2.5 Hipotesis Penelitian ... 36

2.5.1 Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial ... 36

2.5.2 Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kinerja Manajerial ... 38

2.5.3 Pengaruh Partisipasi Anggaran dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderasi terhadap Kinerja Manajerial ... 39

2.5.4 Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderasi terhadap Kinerja Manajerial ... 40

2.6 Penyebab Inkonsistensi Hasil Variabel Independent ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1 Jenis dan Sumber Data ... 42

3.2 Populasi dan Sampel ... 42

3.3 Definisi Operasional Variabel ... 45

3.3.1 Variabel Terikat(Independent Variabel)... 45

3.3.2 Variabel Bebas (Dependent Variabel) ... 45

3.3.3 Variabel Moderasi ... 46

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.5 Metode Analisis Data ... 48

3.6 Pengujian Kualitas Data ... 50

3.6.1 Uji Validitas ... 50

3.6.2 Uji Reliabilitas ... 51

3.7 Uji Asumsi Klasik ... 52

(13)

xii

3.7.1 Uji Normalitas ... 52

3.7.2 Uji Multikolinearitas ... 52

3.7.3 Uji Heteroskedastisitas ... 53

3.8 Pengujian Hipotesis... 53

3.8.1 Uji Parsial (t) ... 53

3.8.2 Uji Koefisien Determinasi (R

2

) ... 54

3.8.3 Analisis Regresi Linier ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1. Profil Responden ... 57

4.1.1. Usia ... 57

4.1.2. Jeis Kelamin ... 58

4.1.3. Tingkat Pendidikan ... 58

4.2. Deskriptif Data ... 59

4.3. Pengujian Kualitas Data ... 61

4.3.1. Uji Validitas ... 61

4.3.2. Uji Reliabilitas ... 63

4.4. Uji Asumsi Klasik ... 64

4.4.1. Uji Normalitas ... 64

4.4.2. Uji Multikoleniaritas ... 64

4.4.3. Uji Heterokedastisitas ... 65

4.5. Analisis Data ... 66

4.5.1. Analisis Regresi Linier Berganda ... 66

4.5.2. Analisis Regresi dengan Variabel Moderasi ... 68

4.6. Pengujian Hipotesis ... 70

4.7. Uji Koefisien Determinasi ... 73

4.8. Pembahasan ... 74

4.8.1. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial . 74 4.8.2. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kinerja Manajerial ... 76

4.8.3. Pengaruh Partisipasi Anggaran dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderasi terhadap Kinerja Manajerial ... 78

4.8.4. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderasi terhadap Kinerja Manajerial ... 81

BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan ... 83

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 84

(14)

xiii

5.3. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

No. Gambar Judul Halaman

1.1. Realisasi Capaian Indikator Kinerja Utama Provinsi Jambi sampai dengan

Tahun 2019 ... 6

3.1. Rincian penyebaran dan pengembalian kuesioner ... 44

3.2. Definisi Operasional Variabel ... 45

4.1. Karakteristik responden berdasarkan usia ... 57

4.2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 58

4.3. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 59

4.4. Hasil analisis deskriptif statistik ... 59

4.5. Uji Validitas ... 61

4.6. Uji Reliabilitas ... 63

4.7. Uji Normalitas ... 64

4.8. Uji Multikolinearitas ... 65

4.9. Uji Heterokedastisitas ... 66

4.10. Hasil Regresi Linier Berganda Partisipasi Anggaran dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kinerja Manajerial ... 67

4.11. Hasil Regresi dengan Variabel Moderasi Uji Interaksi MRA Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial dengan Moderasi Komitmen Organisasi ... 68

4.12. Hasil Regresi dengan Variabel Moderasi Uji Interaksi MRA Sistem Pengendalian Intern terhadap Kinerja Manajerial dengan Moderasi Komitmen Organisasi ... 69

4.13. Hasil Pengujian Hipotesis ... 71

4.14. Uji koefisien determinasi ... 73

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Model Penelitian ... 36

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Gambar Judul Halaman

1.1. Kuesioner ... 93

1.2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 98

1.3. Tabulasi Data ...103

1.4. Output SPSS ...116

1.5. R tabel ...127

1.6. Tabel t ...128

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah menjadikan pemerintah daerah menyelenggarakan desentralisasi, desentralisasi merupakan pelimpahan kewenangan dari pusat ke daerah untuk mengatur daerahnya sendiri secara otonom.

Tanggungjawab kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat untuk dapat mengurus rumah tangganya sendiri, membuat pemerintah daerah harus menciptakan perwujudan berupa visi, misi, dan tujuan daerah, yang nantinya akan dijadikan tolak ukur untuk menghasilkan pencapaian yang baik disetiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat daerah tersebut. Dalam organisasi baik itu pemerintahan maupun swasta pencapain disebut dengan kinerja manajerial (Bastian, 2010).

Kinerja manajerial adalah pencapaian yang dicapai oleh individu atau kelompok dalam sebuah organisasi atas dijalankannya kegiatan-kegiatan manajerial yaitu perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negosiasi, dan perwakilan atau representasi demi tercapainya tujuan organisasi (Harefa, 2008).

Kinerja manajerial yang baik tentunya merupakan tujuan dari setiap

organisasi begitu pula dengan organisasi pemerintahan, kinerja manajerial yang

baik akan membuahkan hasil, berupa pelayanan terhadap masyarakat yang

(19)

efektif dan efisien sebagai sebuah organisasi sektor publik, memberikan pelayanan publik bukan memaksimalkan laba merupakan tujuan utama dari sektor publik (Bastian, 2010).

Faktor yang membuat kinerja manajerial menjadi lebih baik salah satunya ialah adanya partisipasi anggaran, partisipasi anggaran adalah terdapatnya kesempatan berkomunikasi antara kepala bagian dan staf-stafnya dalam penyusunan anggaran (Usman, 2017). Dalam penyusunan anggaran keterlibatan beberapa pihak disebut patisipasi anggaran (Anggasta dan Murtini, 2014).

Anggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan alokasi dana untuk setiap program dan kegiatan dalam satuan moneter penggunaan dana publik

.

(Mardiasmo, 2009). Anggaran pemerintah dirancang untuk mengetahui kemampuan pemerintah dalam mengelola keuangan daerah dengan memperhatikan tujuan pemerintah dan kepentingan masyarakat (Anggasta dan Murtini, 2014).

Anggaran memegang peranan penting sebagai alat untuk mengontrol jalannya organisasi, sehingga strategi yang ditetapkan dapat digunakan untuk mencapai tujuan organisasi (Triana, et al., 2012) dan tujuan yang disusun secara bersama atau partisipasi anggaran akan memunculkan rasa tanggungjawab dari masing-masing individu untuk melakukan kinerja yang lebih baik.

Variabel partisipasi anggaran akan mempengaruhi kinerja manajerial

berdasarkan penelitian oleh Usman, (2017) berjudul “Participation, goal clarity

budget to performance apparatus with environmental uncertainly and individual

(20)

culture as a moderating variabels” didapat kesimpulan bahwa penerapan partisipasi anggaran yang baik dan efektif berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada perusahaan atau organisasi.

Penelitian yang memberikan kesimpulan yang berbeda, seperti penelitian Candrakusuma dan Jatmiko (2017), Puspita (2018), Rahmawati (2013), Nengsy (2019), Jannah dan Rahayu (2015) memberikan kesimpulan bahwa partisipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja pemerintahan daerah.

Variabel selanjutnya yang juga mempengaruhi kinerja manajerial ialah sistem pengendalian di dalam organisasi, karena sistem pengendalian intern bisa menjadi tolak ukur dalam melakukan apapun untuk kepentingan organisasi. Sistem pengendalian intern pada pemerintah sangat diperlukan guna mendapatkan kinerja aparat pemerintahan yang baik.

Mandat Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008, sistem pengendalian intern pada pemerintah dikenal dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Untuk meningkatkan kinerja pemerintah, perlu dibentuk sistem pengendalian internal pemerintah agar instansi pemerintah dapat memahami dana publik mana saja yang digunakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Sistem pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan prosedur yang

dirancang untuk memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa organisasi

telah mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan dan prosedur inilah yang sering

disebut dengan pengendalian. Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006 menyatakan

bahwa kinerja manajerial akan meningkat apabila tujuan dan sasaran organisasi

telah tercapai.

(21)

Sistem pengendalian internal yang diterapkan dengan baik tentu saja akan membuat kinerja manajerial kian berjalan baik guna mencapai tujuan organisasi.

Hal ini sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Candrakusuma dan Jatmiko (2017), Jannah dan Rahayu (2015), dan Putri (2013) yang menyimpulkan bahwa sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD.

Partisipasi anggaran yang melibatkan berbagai pihak dalam menyusun anggaran dan sistem pengendalian yang memberikan jaminan akan kelayakan bahwa organisasi telah mencapai tujuannya akan menyebabkan adanya tingkatan mengenai seberapa jauh karyawan setia pada sebuah organisasi dan tujuan- tujuannya, tingkatan ini disebut dengan komitmen organisasi.

Salah satu variabel yang dapat memperkuat hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial, dan diharapkan juga mampu melakukan hal yang sama pada sistem pengendalian intern dan kinerja manajerial ialah variabel komitmen organisasi.

Meningkatnya kinerja sektor publik dapat dibuktikan dengan kuatnya

komitmen organisasi sebuah organisasi pemerintahan yang dapat diperlihatkan

kepada masyarakat, (Mahmudi, 2007). Komitmen organisasi yang tinggi akan

menyebabkan loyalitas yang tinggi pula kepada organisasi dengan

mengesampingkan kepentingan pribadi dan mementingkan urusan organisasi,

begitu juga sebaliknya.

(22)

Kepercayaan dan dukungan yang kuat untuk nilai dan sasaran (goal) yang ditargetkan oleh organisai sering dikenal sebagai komitmen organisasi (Mowday et.al., 1984). Mengikut sertakan individu yang nilai-nilainya tidak sejalan dengan organisasi yang ada akan menghasilkan karyawan yang cenderung kurang mempunyai motivasi dan komitmen (Sumarno, 2006). Komitmen organisasi yang kuat akan mendorong para manajer bawah berusaha keras mencapai tujuan oraganisasi dan meningkatkan kinerja organisasi.

Komitmen organisasi akan mampu memperkuat pengaruh variabel partisipasi anggaran dan sistem pengendalian intern terhadap kinerja manajerial , hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho dan Sumiyanti, (2017) yang menyatakan bahwa komitmen organisasi memperkuat pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Jawa Tengah.

Kinerja pemerintahan akan selalu dievaluasi untuk mencapai kinerja yang semakin baik dikemudian hari, berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II tahun 2019 yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Keuangan (BPK) menyampaikan bahwa hasil pemeriksaan kinerja pemerintah pusat secara umum mengungkapkan masih terdapat permasalahan, yang apabila tidak segera diperbaiki dapat mempengaruhi efektivitas pelaksanaan program/kegiatan di daerah.

BPK mengungkapkan 4.094 temuan yang memuat 5.480 permasalahan,

meliputi 971 (18%) permasalahan kelemahan sistem pengendalian intern (SPI) dan

1.725 (31%) permasalahan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan

perundang-undangan sebesar Rp6,25 triliun, serta 2.784 (51%) permasalahan

(23)

ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan sebesar Rp1,35 triliun (Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II Tahun 2019 BPK).

Permasalahan ini merupakan permasalahan dari kinerja organisasi baik itu pemerintah pusat maupun daerah hal ini mengisyaratkan bahwa masih harus dilakukan pembenahan terhadap kinerja manajerial agar mendapatkan hasil yang baik untuk periode-periode selanjutnya. Terlebih lagi pada tahun 2020 kita dihadapkan pada situasi pandemi covid-19 yang menuntut agar pemerintah tetap dapat menghasilkan kinerja manajerial yang maksimal (Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II Tahun 2019 BPK).

Permasalahan kinerja juga dihadapi oleh pemerintah daerah, begitu juga pemerintah daerah Provinsi Jambi meskipun secara garis besar capaian kinerja berdasarkan indikator kinerja umum Provinsi Jambi mengalami kenaikan dan mencapai target, tetapi terdapat beberapa indikator yang belum maksimal dan bahkan masih terbilang rendah pencapainnyan (Laporan Kinerja (LKj) Provinsi Jambi tahun 2019).

Tabel 1.1 Realisasi Capaian Indikator Kinerja Utama Provinsi Jambi sampai dengan Tahun 2019

No Indikator

Kondisi Awal (2015)

2019 Target Akhir (2021)

Capaian s/d 2019 terhadap 2021 (%) Target Realisasi %

Realisa si 1

Indeks Reformasi Birokrasi

CC B B 100 B 100

2 Indeks Pembangunan Manusia

68,24 71 71,26 100,037 71,8 99,25

(24)

Sumber : Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi Jambi Tahun 2019

3 IDG 61.93 65 67,78 104,1 67,01 101,14

4

Indeks Demokrasi Indonesia

70,68 76 68,71* 89,39 79 85,024

5

Total Factor Productivity (TFP)

NA 1,3 4,08 313,85 1,5 272,00

6

Persentase share sektor Sekunder

terhadap PDRB 18,38% 21,00% 17,77% 84,62% 22,00% 80,77%

7 Ketersediaan Energi

(kkal/kap/hari) 3.204 3.213 3.047 94,83 3.217 94,72

8

Jalan Provinsi dalam

kondisi mantap 75,56% 78,07% 77,93% 99,82% 79,54% 97,97%

9 Rasio Elektrifikasi

81,5 94 99,89 106,27 96 104,05

10

Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak, perkotaan dan pedesaan

62,75% 70% 66,66% 95,23% 80% 83,33%

11

Persentase jaringan irigasi dalam kondisi

baik 66,35 80,00 73,3 91,63 91 80,55

12

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup

52,72 64,5 71* 110,08 66 107,58

13 Angka Kemiskinan 9,12% 7,70% 7,51% 101,32 7,4 97,37

14

Tingkat pengangguran Terbuka

4,20% 3,20% 4,19% 65,31% 2,80% 57,15%

15

Laju Pertumbuhan

Penduduk 2,24 1,98 1,55* 127,94 1,82 117,6

(25)

Keterangan Kriteria Penilaian Realisasi Kinerja : : Sangat Tinggi

: Tinggi : Rendah

Tabel 1.1 menjelaskan fenomena yang terjadi di Provinsi Jambi mengenai capaian kinerja Provinsi Jambi sesuai Indikator Kinerja Utama (IKU) yang terukur, dari 15 indikator rata-rata pencapaian sangat baik, tetapi masih ada pencapaian yang belum maksimal dan bahkan rendah, oleh karena itu pembenahan dan kelanjutan atas evaluasi harus dilakukan guna untuk memperbaiki kinerja di tahun-tahun berikutnya. Beberapa Penyebab dari belum maksimalnya pencapaian ialah kurangnya partisipasi anggaran sehingga terjadi asimetri informasi, kurangnya sistem pengendalian sehingga target yang ingin dicapai masih belum maksimal, dan beberapa penyebab lainnya.

Tujuan otonomi daerah yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, akan terwujud jika daerah mampu meningkatkan pelayanan dan membiayai pembangunan dari sumber pembiayaan sendiri. Penerimaan daerah dari PAD seharusnya dapat menjadi sumber penerimaan utama bagi daerah, karena pendapatan ini digali dari potensi daerah dan daerah mempunyai kewenangan penuh dalam pemanfaatannya sesuai kebutuhan dan prioritas daerah (Statistik Keuangan Daerah Provinsi Jambi, 2019).

Fenomena lain yang ada mengenai anggaran ialah penerimaan daerah dari

PAD pemerintah kabupaten/kota se-Provinsi Jambi masih sangat rendah. Pada

tahun 2018, PAD dari seluruh kabupaten/kota se-Provinsi Jambi sebesar 1,25 triliun

rupiah atau naik 25,45 persen dari tahun sebelumnya. Tetapi rasio PAD terhadap

total pendapatan daerah pada tahun 2018 hanya sebesar 9,31 persen. Hal ini

(26)

menunjukkan bahwa tingkat kemandirian pemerintah kabupaten/kota se-Provinsi Jambi masih sangat tergantung pada dana transfer dari pemerintah pusat (Statistik Keuangan Daerah Provinsi Jambi, 2019).

Penelitian ini peneliti lakukan di Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Provinsi Jambi pada bagian pemerintahan urusan wajib yang berkaiatan dengan pelayanan dasar, menurut UU 23 tahun 2014 Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar ialah pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum dan penataan ruang, perumahan rakyat dan kawasan permukiman, ketenteraman, ketertiban umum, & pelindungan masyarakat, dan Sosial.

OPD Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar diatas peneliti jadikan tempat untuk meneliti karena pelayanan dasar ini merupakan pelayanan yang pada orde pemerintahan manapun akan sangat dibutuhkan dan sangat dekat dengan masyarakat yaitu pendidikan, kesehatan, keamanan, dan sosial untuk pekerjaan umum karena pada pemerintahan sekarang ini sektor infrastruktur sedang diunggulkan untuk ditingkatkan kinerjanya.

Variabel partisipasi anggaran menarik untuk diteliti karena hasil penelitian antara variabel partisipasi anggaran dan kinerja manajerial masih belum konsisten, beberapa peneliti menemukan hasil bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan namun ada juga penelitian yang menyatakan sebaliknya.

Karena munculnya Research GAP inilah yang membuat peneliti mengambil variabel partisipasi anggaran untuk kembali diteliti.

Penelitian ini mengacu pada penelitian Usman, 2017 yang berjudul

Participation, goal clarity budget to performance apparatus with environmental

(27)

uncertainty and individual culture as a moderating variables. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data Cross section data, yaitu data yang dikumpulkan dengan metode kuesioner (Mudrajad, 2003). Dalam setiap pertanyaan kuesioner sudah ditetapkan dimensi agar pertanyaan yang ditanyakan sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti, dari setiap dimensi juga dipecah menjadi beberapa indikator, indikator-indikator inilah yang nantinya disusun menjadi butir pertanyaan.

Kontribusi dari isi laporan penelitian ini ialah, pertama penelitian ini menggabungkan beberapa indikator kuesioner dari beberapa penelitian, kedua penelitian ini akan membahas mengenai penyebab inkonsistensi atau penyebab variabel partsipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada literatur-literatur sebelumnya.

Penelitian ini menggunakan variabel moderasi berupa komitmen organisasi, untuk mengetahui apakah variabel-variabel independent pada penelitian ini, dapat diperkuat dengan adanya varibel moderasi berupa komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial. Untuk mengatasi ketidak konsistenan hasil-hasil penelitian mengenai partisipasi anggaran diperlukan pendekatan kontijensi.

Pendekatan ini memberikan suatu gagasan bahwa sifat hubungan yang ada

antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial mungkin berbeda

pada setiap kondisi, begitu pula dengan variabel sistem pengendalian intern. Salah

satu pendekatan kontijensi yang mungkin ialah variabel moderasi, dalam penelitian

ini berupa komitmen organisasi.

(28)

Perbedaan kedua adalah pada objek penelitian , penelitian terdahulu menjadikan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Pangkep sebagai objek penelitian sedangkan penelitian ini memilih Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Provinsi Jambi menjadi objek penelitian. Penelitian ini penting karena membahas mengenai kinerja manajerial pemerintahan, dimana semakin baiknya kinerja manajerial pemerintahan daerah khususnya di Provinsi Jambi maka akan semakin baik juga pelayanan terhadap kepentingan masyarakat di Provinsi Jambi.

Penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kinerja manajerial dengan judul ”Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderasi Terhadap Kinerja Manajerial Pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Provinsi Jambi”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial ? 2. Apakah Sistem Pengendalian Intern berpengaruh terhadap kinerja manajerial ? 3. Apakah komitmen organisasi memoderasi pengaruh partisipasi anggaran

terhadap kinerja manajerial ?

4. Apakah komitmen organisasi memoderasi pengaruh sistem pengendalian intern terhadap kinerja manajerial ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial.

2. Untuk mengetahui pengaruh sistem pengendalian intern terhadap kinerja

manajerial.

(29)

3. Untuk mengetahui pengaruh partisipasi anggaran dengan variabel moderasi komitmen organisai terhadap kinerja manajerial.

4. Untuk mengetahui pengaruh sistem pengendalian internal dengan variabel moderasi komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial

1.4 Manfaat penelitian

1. Memberikan manfaat bagi penulis untuk menambah pengetahuan tentang pengaruh partisipasi anggaran, dan sistem pengendalian intern terhadap kinerja manajerial di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jambi.

2. Dapat memberikan kontribusi kepada pemerintah dalam meningkatkan kinerja pemerintah daerah.

3. Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu dan riset dimasa yang akan

datang.

(30)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Keagenan

Hubungan antara pihak manajemen suatu entitas (agen) dengan pemilik entitas (principal) merupakan hal yang dijelaskan dalam teori keagenan. Pemilik entitas memberikan amanat kepada manajemen entitas untuk melakukan suatu jasa atas nama pemilik, sementara manajemen entitas merupakan pihak yang diamanatkan mandate oleh pemilik. Dalam hal ini pihak manajemen memiliki wewenang untuk mengambil keputusan, sedangkan pemilik mengevaluasi informasi (Adikusuma dan Mukhzarudfa, 2017).

Teori keagenan dalam pemerintahan digambarkan, pemerintah (agent) diberikan amanah oleh masyarakat (principal) untuk menyelenggarakan kegiatan pemerintahan yang baik dan transparan, namun dalam hal ini kepala-kepala dalam pemerintahan membutuhkan koordinasi dengan bawahan agar tujuan dapat tercapai salah satu bentuk koordinasi itu ialah dengan mengikut sertakan bawahan dalam penyusunan anggaran, dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat (Medina, 2012).

Partisipasi dalam penyusunan anggaran melibatkan bawahan untuk ikut serta

dalam penyusunan anggaran. Keikut sertaan ini akan meningkatkan komitmen

mereka terhadap tujuan sasaran anggaran. Peningkatan usaha dalam memperoleh

dan menggunakan informasi yang relevan yang mendukung pembuatan keputusan

akan mudah dilakukan dengan adanyaa koordinasi antara atasan dan bawahan yang

(31)

memiliki komitmen terhadap sasaran anggaran. Kinerja agent akan meningkat dengan adanya penggunaan informasi yang relevan (Kawinda, 2014).

Sistem pengendalian dapat dilihat melalui hubungan antara pengawas (General Manajer) dan pihak yang diawasi (Manajer Operasional). Dengan adanya hubungan ini sistem pengendalian dapat dikaji dan didesain. Keyakinan pimpinan perusahaan kepada manajer operasional mempengaruhi seberapa ketat atau longgarnya sistem pengendalian. Jika manajer operasional tidak dipercaya maka biasanya sistem pengendalian akan sangat ketat, sedangkan jika manajer operasional dipercaya maka akan sedikit lebih longgar (Sumarno, 2006).

Pendekatan yang digunakan dalam teori agensi salah satunya adalah dengan melakukan monitoring, mendesain sistem pengendalian, melakukan eksternal audit (external monitoring), dan menyediakan sistem informasi yang baik serta bermanfaat untuk mengurangi asimetri informasi atau membuat kontrak dengan sistem insentif untuk mencapai goal congruence atau dengan kata lain melakukan risk sharing. Dalam lingkup akuntansi semua hal tersebut dikenal sebagai pengendalian internal dan atau pengendalian manajemen (Djajadikerta, 2004).

2.1.2 Teori Motivasi

Teori selanjutnya yang menjelaskan tentang partisipasi anggaran ialah teori motivasi, teori motivasi menganggap bahwa penganggaran partisipatif menyediakan pertukaran informasi antara atasan dan bawahan (Locke and Latham, 1990 dalam Sumarno, 2006).

Teori motivasi menjelaskan bahwa ada dua alasan utama mengapa

penganggaran partisipatif diperlukan (Brownell, 1981 dalam Sumarno, 2006) yaitu:

(32)

1. Keterlibatan atasan dan bawahan dalam penganggaran partisipatif mendorong pengendalian informasi yang tidak simetris dan ketidakpastian tugas;

2. Melalui penganggaran partisipatif dapat mengurangi tekanan dalam tugas dan mendapatkan kepuasan kerja, selanjutnya dapat meningkatkan kinerjanya.

Teori-teori ini baik keagenan maupun motivasi membuat suatu kesatuan yang menyatakan kinerja manajerial dipengaruhi oleh partisipasi penyusunan anggaran dan sistem pengendalian internal, karena didalam teori keagenan baik buruknya kinerja manajerial kembali lagi kepada tanggungjawab yang didapat oleh bawahan dari atasan yang dijadikannya motivasi untuk meningkatkan kinerjanya sedangkan ketat longgarnya sistem pengendalian internal tentu saja dibuat dari tingkat kepercayaan atasan kepada bawahannya terhadap kinerja mereka (Medina, 2012 dan Sumarno, 2006).

2.1.3 Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting Theory)

Teori penetapan tujuan Locke (1968), menemukan bahwa penetapan tujuan dalam organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan dalam organisasi publik.

Salah satu bentuk nyata dari implementasi teori penetapan tujuan ini adalah anggaran. Anggaran tidak hanya berisi rencana yang ingin dicapai dan nominal jumlah yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas, tetapi juga berisi tujuan spesifik yang ingin dicapai organisasi. Ketika tujuan dirancang maka orang-orang yang terlibat dalam penetapan tujuan akan menginternalisasi tujuan yang ditetapkan dan akan memiliki rasa tanggung jawab untuk mencapainya (Shelly, 2014).

Locke and Latham (2006) menjelaskan bahwa goal setting theory merupakan

salah satu bagian dari teori motivasi menjelaskan bahwa seseorang akan bergerak

(33)

jika memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Sehingga, goal setting theory ini didasarkan adanya bukti yang memiliki asumsi bahwa sasaran (ide untuk masa yang akan datang atau kondisi yang diharapkan) merupakan hal penting yang diperlukan dalam bertindak.

2.1.4 Anggaran

2.1.4.1 Pengertian Anggaran

Nafarin, (2004) dalam bukunya menjelaskan bahwa anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program yang telah disahkan.

Anggaran adalah suatu pendekatan yang formal dan sistematis daripada pelaksanaan tanggung jawab manajemen didalam perencanaan, koordinasi dan pengawasan.

Anggaran merupakan rencana kuantitatif dalam bentuk moneter dan nonmoneter yang menunjukan perolehan sumber daya organisasi sebagai alat koordinasi, komunikasi, perencanaan dan pengendalian biaya dalam jangka waktu tertentu serta sebagai kinerja manajemen dalam upaya mencapai tujuan organisasi (Hansen dan Mowen. 2004).

2.1.4.2 Tujuan Anggaran

Kegiatan yang dilakukan pasti memiliki tujuan, demikian pula anggaran.

Secara umum anggaran bertujuan untuk memberikan pedoman bagi organisasi untuk menjalankan aktifitas yang ditujukan untuk mencapai targe yang telah ditetapkan sehingga produktifitas tercapai secara optimal.

Nafarin, (2004) dan Anggarini dan Hendra (2010) mengemukakan bahwa

tujuan disusunnya anggaran antara lain:

(34)

1. Digunakan sabagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana.

2. Memberikan batasan atas jumlah dana yang dicari dan digunakan.

3. Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana, sehinggan dapat memudahkan pengawasan.

4. Merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencari hasil yang maksimal.

5. Menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan anggaran lebih jelas dan nyata terlihat,dan

6. Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan.

2.1.4.3 Fungsi Anggaran

Anggaran memiliki fungsi yang sama dengan manajemen yang meliputi fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Hal ini disebabkan karena anggaran berfungsi sebagai alat manajemen dalam melaksanakan peranannya.

Nordiawan, (2010) dan Mardiasmo (2009) menjelaskan bahwa fungsi anggaran antara lain :

1. Anggaran sebagai alat perencanaan, dengan adanya anggaran, organisasi tau apa yang harus dilakukan dan ke arah mana kebijakan yang dibuat.

2. Anggaran sebagai alat pengendalian, dengan adanya anggaran, organisasi sektor

publik dapat menghindari adanya pengeluaran yang terlalu besar (overspending)

atau adanya penggunaan dana yang tidak semestinya (missipending).

(35)

3. Anggaran sebagi alat kebijakan, melalui anggaran organisasi sektor publik dapat menetukan arah atas kebijakan tertentu.

4. Anggaran sebagai alat politik, dalam organisasi sektor publik, melalui anggaran dapat dilihat komitmen pengelola dalam melaksanakan program-program yang telah dijanjikan.

5. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi, melalui dokumen anggaran yang komprehensif sebuah bagian atau unit kerja atau departemen yang merupakan sub organisasi dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dan juga apa yang akan dilakukan oleh bagian atau unit kerja lainnya.

6. Anggaran sebagai alat penilai kinerja, anggaran adalah suatu ukuran yang bisa menjadi patokan apakah suatu bagian atau unit kerja telah memenuhi target baik berupa terlaksananya aktivitas maupun terpenuhinya efesiensi biaya.

7. Anggaran sebagai alat motivasi, anggaran dapat digunakan sebagai alat komunikasi dengan menjadikan nilai-nilai nominal yang tercantum sebagai target pencapaian.

2.1.4.4 Partisipasi Anggara

Partisipasi menurut Mulyadi, (2016), Partisipasi adalah suatu proses

pengambilan keputusan bersama oleh dua pihak atau lebih yang mempunyai

dampak masa depan bagi pembuat keputusan tersebut. Partisipasi dalam

penyusunan anggaran berarti keikutsertaan operating managers dalam

memutuskan bersama dengan komite anggaran mengenai rangkaian kegiatan di

masa yang datang yang akan ditempuh oleh operating managers tersebut dalam

pencapaian sasaran anggaran.

(36)

Partisipasi anggaran adalah pendekatan penganggaran yang memungkinkan para manajer yang akan bertanggungjawab atas kinerja anggaran, untuk berpartisipasi dalam pengembangan anggaran, partisipasi anggaran mengkomunikasikan rasa tanggung jawab kepada para manajer tingkat bawah dan mendorong kreativitas, (Hansen dan Mowen, 2004).

2.1.5 Anggaran Sektor Publik

2.1.5.1 Pengertian Anggaran Sektor Publik

Anggaran sektor publik adalah rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu (Bastian, 2010). Anggaran pemerintah adalah pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode tertentu dalam ukuran finansial (Nordiawan, 2010).

2.1.5.2 Fungsi Anggaran Sektor Publik

Anggaran sektor publik mempunyai fungsi yang meliputi fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan fungsi pengawasan. Menurut (Bastian, 2010) anggaran berfungsi sebagai berikut:

1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.

2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa mendatang.

3. Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit kerja dan mekanisme kerja antara atasan dan bawahan.

4. Anggaran sebagai alat pengendalian unit kerja.

(37)

5. Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efesien dalam pencapaian visi organisasi.

6. Instrumen politik.

7. Anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.

2.1.5.3 Karakteristik Anggaran Sektor Publik

Karakteristik anggaran sektor publik menurut (Bastian, 2010) adalah sebagai berikut:

1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan non keuangan.

2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa tahun.

3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajamen untuk mencapai sasaran yang ditetapkan.

4. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusunan anggaran.

5. Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.

2.1.5.4 Prinsip-prinsip Anggaran Sektor Publik

Bastian (2010), prinsip-prinsip didalam anggaran sektor publik meliputi:

1. Otorisasi oleh legislatif. Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.

2. Komprehensif atau menyeluruh. Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

3. Keutuhan, artinya semua penerimaan dan pengeluaran tercakup dalam satu dana

umum.

(38)

4. Nondiscretionary aproprisiasi, jumlah yang disetujui legislatif harus termafaatkan secara ekonomis.

5. Periodik. Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan maupun multitahunan.

6. Akurat. Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi (hidden reserve) yang dapat dijadikan sebagai kantongkantong pemborosan dan inefisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan dan overestimate pengeluaran.

7. Jelas, Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat dan tidak membingungkan.

8. Transparan. Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.

2.1.5.5 Jenis Anggaran Sektor Publik

Anggaran dalam ruang lingkup sektor publik menurut Mardiasmo, (2009) terdiri dari 2 jenis yaitu:

1. Anggaran Operasional, anggaran operasional digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan pemerintahan. Pengeluaran pemerintah yang dapat di kategorikan dalam anggaran operasional adalah

“belanja rutin”. Belanja rutin adalah pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran dan tidak dapat menambah asset atau kekayaan bagi pemerintah.

2. Anggaran Modal atau Investasi, anggaran modal menunjukan rencana jangka

panjang dan pembelanjaan atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan,

kendaraan, perabot, dan sebagainya. Pengeluaran modal yang besar biasanya

(39)

dilakukan dengan menggunakan pinjaman. Belanja investasi atau modal adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan pemerintah, dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya operasional dan pemeliharaan.

2.1.6 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

2.1.6.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Sistem pengendalian intern menurut Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 yang mengatur tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah proses yang integral pada kegiatan dan tindakan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

PP No. 8 Tahun 2006 menjelaskan bahwa, sistem pengendalian intern adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh manajamen yang diciptakan untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektivitas, efesiensi, ketaatan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku, dan keandalan penyajian laporan keuangan pemerintah.

Kesimpulan yang dapat diambil bahwa Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah merupakan sistem pengendalian yang harus diterapkan dalam

lingkungan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dalam meningkatkan transparansi

dan akuntabilitas dalam kinerja, serta dalam peningkatan kualitas laporan

keuangan.

(40)

2.1.6.2 Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Internal

Pasal 3 PP No. 60 tahun 2008 menyebutkan bahwa SPIP meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Lingkungan Pengendalian, merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang lain, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian meliputi penegakan integritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, kepemimpinan yang kondusif, pembentukan struktur organisasi yang sesuai kebutuhan, pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat, penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia, perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif, dan hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.

2. Penilaian Risiko, diawali dengan penetapan maksud dan tujuan Instansi Pemerintah yang jelas dan konsisten baik pada tingkat instansi maupun pada tingkat kegiatan. Selanjutnya instansi pemerintah mengidentifikasi secara efisien dan efektif resiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan tersebut, baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar instansi. Terhadap resiko yang telah diidentifikasi, dianalisis untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan. Pimpinan Instansi Pemerintah merumuskan pendekatan manajemen resiko dan kegiatan pengendalian resiko yang diperlukan untuk memperkecil resiko.

3. Kegiatan Pengendalian, merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu

memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan Instansi Pemerintah untuk

mengurangi resiko yang telah diidentifikasi selama proses penilaian resiko.

(41)

Kegiatan pengendalian yang diterapkan dalam suatu Instansi Pemerintah dapat berbeda dengan yang diterapkan pada Instansi Pemerintah lain. Perbedaan penerapan ini antara lain disebabkan oleh perbedaan visi, misi dan tujuan, lingkungan dan cara beroperasi, tingkat kerumitan organisasi, sejarah dan latar belakang serta budaya, serta resiko yang dihadapi .

4. Informasi dan Komunikasi, informasi yang berhubungan perlu diidentifikasi, ditangkap dan dikomunikasikan dalam bentuk dan kerangka waktu yang memungkinkan para pihak memahami tanggung jawab. Sistem informasi menghasilkan laporan, kegiatan usaha, keuangan dan informasi yang cukup untuk memungkinkan pelaksanaan dan pengawasan kegiatan Instansi Pemerintah. Informasi yang dibutuhkan tidak hanya internal namun juga eksternal. Komunikasi yang efektif harus meluas di seluruh jajaran organisasi dimana seluruh pihak harus menerima pesan yang jelas dari manajemen puncak yang bertanggung jawab pada pengawasan. Semua pegawai harus paham peran mereka dalam sistem pengendalian intern seperti juga hubungan kerja antar individu. Mereka harus memiliki alat yang menyebarluaskan informasi penting.

5. Monitoring/Pemantauan, pemantauan Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan

melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut

rekomendasi hasil audit dan review lainnya. Pemantauan berkelanjutan

diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan,

rekonsiliasi dan tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas. Evaluasi

terpisah diselenggarakan melalui penilaian sendiri, review, dan pengujian

efektivitas Sistem Pengendalian Intern yang dapat dilakukan oleh aparat

(42)

pengawasan intern pemerintah atau pihak eksternal pemerintah dengan menggunakan daftar uji pengendalian intern.

2.1.7 Komitmen Organisasi

Mowday et. al. (1982) mendefinisikan komitmen organisasi memiliki arti lebih dari sekedar loyalitas yang pasif, tetapi melibatkan hubungan aktif dan keinginan karyawan untuk memberi kontribusi yang berarti pada organisasi.

Komitmen organisasi menurut Robbins (2008) adalah suatu tingkat keyakinan sejauah mana seseorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu yang tujuannya memelihara keanggotaan dalam organisasi itu.

Pegawai memiliki komitmen yang kuat untuk memberikan prestasi terbaiknya bagi negara dan pelayanan terbaik bagi masyarakat, maka tentunya kinerja sektor publik akan meningkat (Mahmudi, 2007). Meyer dan Allens, (1997) menjelaskan bahwa terdapat tiga komponen model dari komitmen organisasi yaitu:

1. Affective commitment pengertian affective commitment difokuskan pada penggabungan emosional yang positif sebagai suatu bahagian dimana karyawan secara psikologis terkait dengan organisasi berdasarkan seberapa nyaman perasaannya dalam organisasi tersebut.

2. Continuance commitment pengertian continuance commitment didasarkan pada

keterkaitan dalam hubungan dengan anggota-anggota dalam organisasi, sebagai

bagian dimana karyawan secara psikologis terikat dengan organisasi

berdasarkan biaya yang dikeluarkan (ekonomi, sosial, dan hubungan status) jika

ia meninggalkan organisasi, dan pekerjaan yang menjanjikan.

(43)

3. Normative commitment yaitu adanya keinginan karyawan untuk tetap bersama organisasi berdasarkan kewajiban atas tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini bisa berasal dari budaya individual, etika kerja yang menyebabkan mereka wajib untuk tetap bertahan dalam organisasi.

2.1.8 Kinerja Manajerial Sektor Publik

Kinerja manajerial merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi pada organisasi. Secara umum, kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh organisasi dalam periode waktu tertentu. Kinerja yang efektif adalah apabila tujuan dari anggaran tercapai dan partisipasi dari bawahan memegang peranan penting dalam mencapai tujuan (Bastian, 2010).

Kinerja dibedakan menjadi dua, yaitu kinerja individu dan kinerja organisasi.

Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas dan kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan, sedangkan kinerja organisasi adalah gabungan dari kinerja individu dengan kelompok (Yudha, et.al., 2007).

Kinerja sektor publik perlu diukur karena merupakan aspek penting untuk menilai pencapaian tujuan. Ukuran kinerja harus dapat mencakup secara menyeluruh seperti visi, misi, sasaran, tujuan, dapat dipercaya , memberikan tanggung jawab yang jelas, memperhatikan prioritas dan berguna untuk pelanggan eksternal maupun internal serta pembuat kebijakan.

Kinerja pemerintah daerah dengan sendirinya merupakan seluruh pencapaian

hasil selama pelaksanaan otonomi daerah untuk mencapai tingkat kinerja seperti

yang diharapkan, tentunya harus dirumuskan rencana kerja yang berisi penjabaran

(44)

sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana stategi pemerintah daerah. Berdasarkan strategi tersebut maka dapat terlihat dan diukur sejauh mana pemerintah daerah telah mampu mencapai sasaran yang telah ditetapkan baik dengan indikator kuantitatif maupun kualitatif.

2.1.8.1 Tujuan Kinerja Manajerial

1. Tujuan Evaluasi, seorang manajer melakukan penilaian kinerja karyawan dari masa lalu karyawan tersebut dengan menggunakan rating deskriptif yang digunakan sebagai bentuk pertimbangan dalam pemberian promosi, demosi, terminasi dan kompensasi.

2. Tujuan Pengembangan, manajer menggunakan penilaian kinerja berdasarkan informasi yang valid dan akurat berkenaan dengan perilaku dan kinerja anggota organisasi atau perusahaan yang digunakan sebagai bahan evaluasi guna meningkatkan kinerja tersebut dimasa yang akan dating.

2.1.8.2 Pengukur Kinerja Manajerial

Kinerja manajerial merupakan seberapa jauh manajer melaksanakan fungsi- fungsi manajemen. Kinerja manajerial ini diukur dengan menggunakan indikator (Mulyadi, 2016) yaitu :

1. Perencanaan, yaitu tindakan yang dibuat berdasrkan fakta asumsi mengenai gambaran kegiatan yang dilakukan pada waktu yang akan dating guna mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Investigasi, yaitu upaya yang dilakukan untuk mengumpulkan dan

mempersiapkan informasi, dalam bentuk laporan-laporan, catatn, dan analisa

pekerjaan untuk dapat mengukur hasil pelaksanaannya.

(45)

3. Koordinasi, menyelaraskan tindakan yang meliputi pertukaran informasi dengan orang-ornag dalam unit organisasi lainnya, guna dapat berhubungan dan menyesuaikan program yang akan dilakukan.

4. Evaluasi, yaitu penilaian atas usulan atau kinerja yang diamati dan dilaporkan.

5. Supervisi, yaitu mengarahkan, memimpin dan mengembangkan potensi bawahan serta melatih dan menjelaskan aturan-aturan kerja kepada bawahan.

6. Staffing, yaitu memelihara dan mempertahankan bawahan dalan suatu unit kerja.

Menyeleksi pekerjaan baru, menempatkan dan mempromosikan pekerjaan tersebut dalam unit kerja lainnya.

7. Negosiasi, yaitu usaha untuk memperoleh kesepakatan dalam hal pembelian, penjualan atau kontrak untuk barang-barang dan jasa.

8. Representasi, yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi dan kegiatan- kegiatan organisasi dengan menghadiri pertemuan kelompok bisnis dan konsultasi dengan organisasi lain.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu baik itu mengenai partisipasi anggaran, sistem pengendalian intern, komitmen organisasi, dan kinerja manajerial tentu sudah banyak dilakukan, tetapi terdapat perbedaan satu dengan lain penelitian untuk memberikan sebuah pembaharuan. Berikut beberapa penelitian yang menggunakan variabel-variabel diatas dan pembedanya dengan penelitian peneliti saat ini.

Penelitian oleh Nengsy, (2019) berjudul Pengaruh Partisipasi Anggaran,

Akuntansi Pertanggungjawaban dan Job Relevant Information Terhadap Kinerja

Manajerial Pada Skpd Kabupaten Indragiri Hilir. Pembeda penelitian ini dengan

(46)

penelitian yang dilakukan oleh Nengsy, (2019) ialah terletak pada variabel bebas yang berbeda dengan variabel penelitian ini yang berupa akuntansi pertanggungjawaban dan job relevant information, serta pada penelitian ini tidak menggunakan variabel moderasi.

Penelitian oleh Candrakusuma dan Jatmiko, (2017) berjudul Dampak Komitmen Organisasi, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Akuntabilitas Publik, Partisipasi Anggaran Dan Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial. Pembeda dari penelitian ini dan penelitian sebelumnya diatas tidak adanya variable moderasi yang digunakan namun untuk kedua variable bebas dan satu variable terikat pada penelitian ini ada dipenelitian sebelumnya.

Penelitian oleh Jannah dan Rahayu, (2015) berjudul Pengaruh Partisipasi Penganggaran terhadap Kinerja Manajerial SKPD dengan Kejelasan Sasaran Anggaran, Komitmen Tujuan Anggaran, Keadilan Distributif dan Pengawasan Internal sebagai Variabel Intervening. Pembeda, teknik analisis data pada penelitian Jannah dan Rahayu, (2015) menggunakan Partial Least Square (PLS) sebagai teknik analisisnya sedangkan penelitian ini menggunakan teknik Moderated Regression Analysis (MRA) atau uji interaksi dengan program Statistical Package for Social Science (SPSS).

Penelitian yang dilakukan oleh Kresnayana, et al., (2020) yang berjudul

Sistem Pengendalian Intern, Locus Of Control, Partisipasi Anggaran, Dan Kinerja

Lembaga Perkreditan Desa. Pembedanya terletak pada penelitian terdahulu ini tidak

menggunakan variable moderasi untuk memperkuat atau memperlemah variabel

bebas terhadap variabel terikat.

(47)

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Pertiwi dan Utami, (2020) yang berjudul Pengaruh sistem pengendalian intern dan ketaatan pada peraturan perundangan dengan komitmen organisasi sebagai variabel moderasi. Pembedanya terletak pada salah satu variabel bebas penelitian Pertiwi dan Utami, (2020) yaitu ketaatan pada peraturan perundangan sedangkan penelitian ini tidak menggunakan variabel tersebut.

Penelitian oleh Hartini dan Lestari, (2020) yang berjudul Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Dan Sistem Pengendalian Akuntansi Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Pada PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Kantor Pusat Jakarta).

Pembeda penelitian oleh Hartini dan Lestari, (2020) dengan peneltian ini salah satunya ialah pada subjek penelitian, pada penelitian ini menggunakan pemerintahan daerah pada penelitian Hartini dan Lestari, (2020) menggunakan perusahaan asuransi.

Penelitian oleh Setiawan dan Rohani, (2019) berjudul Pengaruh Partisipasi Anggaran Dan Akuntansi Pertanggungjawaban Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Kasus Pada PT. Indonesia Power Unit Pembangkit Dan Jasa Pembangkit Kamojang). Pembedanya ialah pada teknik pengambilan sampe jika pada penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling dengan teknik sampel jenuh, pada penelitian Setiawan dan Rohani, (2019) menggunakan teknik Proportionate Stratified Random Sampling.

Penelitian oleh Meirina dan Aziora, (2020) yang berjudul Pengaruh Partisipan

Anggaran dan Akuntansi Pertanggung Jawaban terhadap Kinerja Manajerial

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup dapat dilakukan melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler dengan tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik

Setiap notis yang hendak diberikan kepada perunding akan dimaklumkan secara pos, emel atau faks ke alamat yang dinyatakan dalam Sijil Akuan Pendaftaran

Secara umum kondisi kelembaban udara pada bulan Maret 2021 di wilayah Sampit cukup tinggi, telihat dari rata-rata nilai kelembaban udara harian yang terdapat pada grafik yaitu di

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, hidayah, dan

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulismengucapkanpuji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,