• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Sub Variabel Implementasi Kebijakan dengan

5.1.1 Pengaruh Ukuran dan Tujuan Kebijakan dengan Kepuasan Dokter Spesialis

Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, diketahui bahwa mayoritas dokter spesialis di RSUP H. Adam Malik Medan menyatakan ukuran dan tujuan kebijakan Case Mix INA CBGs tergolong buruk. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ukuran dan tujuan kebijakan dengan kepuasan kerja dokter spesialis di RSUP. H. Adam Malik Medan. Tabulasi silang antara kedua variabel tersebut menunjukkan bahwa responden yang menyatakan ukuran dan tujuan kebijakan buruk, terdapat 56% yang kepuasan kerjanya buruk.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami (2008) yang meneliti tentang CSR pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Hasil penelitian yang diperoleh Utami memperlihatkan bahwa ukuran perusahaan dan tujuan memiliki hubungan dan pengaruh terhadap CSR dan kepuasan karyawan tersebut. Hasil analisis multivariat memperlihatkan koefisien regresi variabel ukuran dan tujuan kebijakan sebesar 1,574. Artinya bila ukuran dan tujuan kebijakan implementasi kebijakan Case Mix INA CBGs dikuatkan, maka kepuasan dokter spesialis di RSUP. H. Adam Malik Medan akan semakin meningkat pula.

Pemahaman tentang maksud umum dari suatu standar dan tujuan kebijakan adalah penting. Implementasi kebijakan yang berhasil, bisa jadi gagal (frustated)

ketika para pelaksana (officials), tidak sepenuhnya menyadari terhadap standar dan tujuan kebijakan. Standar dan tujuan kebijakan memiliki hubungan erat dengan disposisi para pelaksana (implementors). Arah disposisi para pelaksana

(implementors) terhadap standar dan tujuan kebijakan juga merupakan hal yang

“crucial”. Implementors mungkin bisa jadi gagal dalam melaksanakan kebijakan, dikarenakan mereka menolak atau tidak mengerti apa yang menjadi tujuan suatu kebijakan (Van Mater dan Van Horn, 1975).

5.1.2 Pengaruh Sumber Daya dengan Kepuasan Dokter Spesialis

Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, diketahui bahwa mayoritas dokter spesialis di RSUP H. Adam Malik Medan menyatakan sumber daya kebijakan

Case Mix INA CBGs tergolong buruk. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sumber daya kebijakan dengan kepuasan kerja dokter spesialis di RSUP. H. Adam Malik Medan. Tabulasi silang antara kedua variabel tersebut menunjukkan bahwa responden yang menyatakan sumber daya kebijakan buruk, terdapat 54,9% yang kepuasan kerjanya buruk.

Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Octaviany (2013) tentang kepuasan pasien rawat jalan (survei pada pasien rawat jalan di RSUD Kota Cilegon). Hasil penelitian yang dilakukan olehnya memperoleh hasil ada pengaruh sumber daya tenaga kesehatan mempengaruhi kepuasan pasien rawat jalan. Bedanya dengan penelitian ini adalah, hasil analisis multivariat menunjukkan

nilai koefisien regresi yang bernilai -1,794. Artinya, semakin banyak sumber daya organisasi, maka kepuasan dokter spesialis di RSUP. H. Adam Malik Medan akan semakin menurun pula.

Van Metter dan Van Horn (1975) menyatakan bahwa sumber daya kebijakan

(policy resources) tidak kalah pentingnya dengan komunikasi. Sumber daya kebijakan ini harus juga tersedia dalam rangka untuk memperlancar administrasi implementasi suatu kebijakan. Sumber daya ini terdiri atas dana atau insentif lain yang dapat memperlancar pelaksanaan (implementasi) suatu kebijakan. Kurangnya atau terbatasnya dana atau insentif lain dalam implementasi kebijakan, adalah merupakan sumbangan besar terhadap gagalnya implementasi kebijakan.

5.1.3 Pengaruh Sikap Pelaksana dengan Kepuasan Dokter Spesialis

Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, diketahui bahwa mayoritas dokter spesialis di RSUP H. Adam Malik Medan menyatakan sikap pelaksana kebijakan Case Mix INA CBGs tergolong buruk. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap pelaksana kebijakan dengan kepuasan kerja dokter spesialis di RSUP. H. Adam Malik Medan. Tabulasi silang antara kedua variabel tersebut menunjukkan bahwa responden yang menyatakan sikap pelaksana buruk, terdapat 70% yang kepuasan kerjanya buruk.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Istono (2011) tentang pengaruh sikap kerja, gaji dan penghargaan terhadap kepuasan kerja manajer (studi kasus di PT. Pos Indonesia Surabaya Selatan) dengan hasil diperoleh adanya pengaruh sikap terhadap kepuasan kerja manager. Hasil penelitian ini juga

menunjukkan nilai koefisien regresi 2,150, artinya bila sikap pelaksana kebijakan implementasi kebijakan Case Mix INA CBGs dikuatkan, maka kepuasan dokter spesialis di RSUP. H. Adam Malik Medan akan semakin meningkat pula.

Sikap mereka itu dipengaruhi oleh pandangannya terhadap suatu kebijakan dan cara melihat pengaruh kebijakan itu terhadap kepentingan organisasi dan kepentingan pribadi. Van Mater dan Van Horn (1975) menjelaskan disposisi bahwa implementasi kebijakan diawali penyaringan (befiltered) lebih dahulu melalui persepsi dari pelaksana (implementors) dalam batas mana kebijakan itu dilaksanakan. Terdapat tiga macam elemen respon yang dapat mempengaruhi kemampuan dan kemauannya untuk melaksanakan suatu kebijakan, antara lain terdiri dari pertama, pengetahuan

(cognition), pemahaman dan pendalaman (comprehension and understanding)

terhadap kebijakan, kedua, arah respon mereka apakah menerima, netral atau menolak (acceptance, neutrality, and rejection)

5.1.4 Pengaruh Komunikasi Antar Organisasi dan Aktifitas Pelaksana dengan Kepuasan Dokter Spesialis

, dan ketiga, intensitas terhadap kebijakan.

Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, diketahui bahwa mayoritas dokter spesialis di RSUP H. Adam Malik Medan menyatakan komunikasi antar organisasi dan aktifitas pelaksana kebijakan Case Mix INA CBGs tergolong buruk. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara komunikasi antar organisasi dan aktifitas pelaksana kebijakan dengan kepuasan kerja dokter spesialis di RSUP. H. Adam Malik Medan. Tabulasi silang antara kedua

variabel tersebut menunjukkan bahwa responden yang menyatakan komunikasi antar organisasi dan aktifitas pelaksana buruk, terdapat 60,3% yang kepuasan kerjanya buruk.

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tristanti (2010) tentang pengaruh dimensi kualitas pelayanan dan ketrampilan komunikasi dokter terhadap kepuasan pasien rawat inap pada Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang yang memperoleh hasil adanya pengaruh komunikasi organisasi dengan kepuasan pasien rawat inap di rumah sakit tersebut. Hasil penelitian ini juga menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 2,107, artinya bila komunikasi antar organisasi dan aktifitas pelaksana kebijakan implementasi kebijakan Case Mix INA CBGs dikuatkan, maka kepuasan dokter spesialis di RSUP. H. Adam Malik Medan akan semakin meningkat pula.

Agar kebijakan publik bisa dilaksanakan dengan efektif, menurut Van Horn dan Van Mater (dalam Widodo 1974) apa yang menjadi standar tujuan harus dipahami oleh para individu (implementors) yang bertanggung jawab atas pencapaian standar dan tujuan kebijakan, karena itu standar dan tujuan harus dikomunikasikan kepada para pelaksana. Komunikasi dalam kerangka penyampaian informasi kepada para pelaksana kebijakan tentang apa menjadi standar dan tujuan harus konsisten dan seragam (consistency and uniformity) dari berbagai sumber informasi.

5.2 Pengaruh Implementasi Kebijakan terhadap Kepuasan Dokter Spesialis