• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Hiburan Musik (X3) terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak (y)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3. Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Hiburan Musik (X3) terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak (y)

Berdasarkan hasil uji statistik ini menunjukkan bahwa faktor sinetron secara parsial berhubungan secara signifikan terhadap perkembangan perilaku negatif anak.

2. Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Film Kartun (X2) terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak (y)

Berdasarkan analisis data, diketahui t hitung film kartun (2,423) > dari t tabel (1,66) atau sig.(0,018) < alpha (0,05) adalah signifikan pada taraf signifikasi 5%, dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil uji statistik ini menunjukkan bahwa faktor film kartun secara parsial berhubungan secara signifikan terhadap perkembangan perilaku negatif anak.

3. Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Hiburan Musik (X3) terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak (y)

Berdasarkan analisis data, diketahui t hitung hiburan musik (2,052) > dari t tabel (1,66) atau sig.(0,044) < alpha (0,05) adalah signifikan pada taraf signifikasi 5%, dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil uji statistik ini menunjukkan bahwa faktor hiburan musik secara parsial berhubungan secara signifikan terhadap perkembangan perilaku negatif anak.

Berdasarkan analisis statistik pada tabel tersebut di atas maka, uji parsial pada fungsi regresi estimasi Y = f (X1, X2,…Xn) bertujuan untuk membuat

kesimpulan mengenai pengaruh masing-masing menggunakan nilai probabilitas (p-value) lebih kecil dengan tingkan signifikansi (alpha) yang digunakan. Jika nilai probabilitas (p-value) lebih kecil dengan tingkat signifikansi (alpha) yang digunakan, keputusannya adalah menolak hipotesis nol (H0) dan menerima

hipotesis alternatif (Ha). Artinya variabel independen yang diuji berpengaruh secara signifikan (bermakna) terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika probabilitas menerima hipotesis non (p-value) lebih besar dari tingkat signifikasi (alpha) yang digunakan.

4.5 Pembahasan

4.5.1 Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Sinetron terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak

Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa faktor sinetron secara signifikan mempunyai hubungan terhadap perkembangan perilaku negatif anak, diketahui t hitung sinetron (2,467) > dari t table (1,66) atau sig.(0,016) < alpha (0,05) adalah signifikan pada taraf signifikasi 5%, artinya , secara statistik dapat dibuktikan bahwa variabel sinetron (X1) mempunyai hubungan secara signifikan terhadap variabel perkembangan perilaku negatif anak (Y).

Penelitian lain yang tidak jauh berbeda yang mendukung penelitian saya adalah penelitian yang berjudul Pengaruh Sinetron di Televisi terhadap Anak oleh R. Koesmaryanto Oetomo, S. Km, M. Si (website Google; http://www.Pengaruh

Tayangan Televisi.go.id) menyebutkan:

(1) Judul-judul sinetron anak atau remaja sering kali bertema vulgarisma, menantang, mengandung unsur porno grafi.

(2) Pemain sinetron dipilih dari remaja bahkan sebagian masih berusia anak-anak (6-13 tahun).

(3) Peran yang dimainkan remaja dan anak-anak seringkali bertabrakan dengan norma pergaulan masyarakat dan belum sesuai dengan tingkat perkembangan psikologinya.

(4) Banyak alur cerita sinetron yang bersetting sekolah tetapi tidak sesuai dengan norma agama dan adat ketimuran yang berlaku.

4.5.2 Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Film Kartun terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak

Dari hasil olah data pada penelitian pengaruh tayangan film kartun terhadap perkembangan perilaku negatif anak pada Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athafl V Kudus diperoleh hasil bahwa, diketahui t hitung film kartun (2,423) > dari t table (1,66) atau sig.(0,018) < alpha (0,05) adalah signifikan pada taraf signifikasi 5%, artinya, secara statistik dapat dibuktikan bahwa variabel film kartun (X2) secara signifikan mempunyai hubungan terhadap variabel perkembangan perilaku negatif anak (Y).

Penelitian lain yang tidak jauh berbeda yang mendukung penelitian saya adalah Penelitian yang dilakukan oleh Andayani (1997) yang melakukan penelitian terhadap beberapa film kartun Jepang, seperti Sailor Moon, Dragon Ball, dan Magic Knight Ray Earth. Ia menemukan bahwa film tersebut banyak mengandung adegan antisosial (58,4%) daripada adegan prososial 41,6%). Studi ini menemukan bahwa kategori perlakuan antisosial yang paling sering muncul berturut-turut adalah berkata kasar (38,56%), mencelakakan 28,46%), dan pengejekan (11,44%). Sementara itu, katagori prososial, perilaku yang kerapkali

muncul adalah kehangatan (17,16%), kesopanan (16,05%), empati (13,43%), dan nasihat 13,06%).

4.5.3 Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Hiburan Musik terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak

Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa faktor hiburan musik secara signifikan mempengaruhi perkembangan perilaku negatif anak, diketahui t hitung hiburan musik (2,052) > dari t table (1,66) atau sig.(0,044) < alpha (0,05) adalah signifikan pada taraf signifikasi 5%, artinya , secara statistik dapat dibuktikan bahwa variabel hiburan musik (X3) mempunyai hubungan secara signifikan terhadap variabel perkembangan perilaku negatif anak (Y).

Benhard mengatakan bahwa (2007:12) musik merupakan salah satu sumber yang paling penting dan berharga dalam proses mendidik dan membesarkan anak, melalui acara-acara musik yang ditayangkan di televisi, radio maupun menyaksikan secara langsung acara lomba, festival serta pertunjukan musik. Secara tidak disadari perilaku seorang anak akan berubah dari yang semula pendiam menjadi periang, dari yang semula sedih menjadi gembira, dari yang semula rendah diri menjadi percaya diri dan masih banyak lagi. Dengan mendengarkan musik merupakan sumber yang berharga untuk proses perkembangan kognisi, mental, sosial dan mosi, dan dapat menstimulus pikiran. Seperti yang dilaporkan Campbell (Sandra, 2001:2). Dalam bukunya Sandra, menyatakan bahwa pembelajaran musik penuh tantangan dan sangat sistematis. Dengan belajar teori musik, anak memperoleh pemahaman baru dalam konsep,

angka dan kemampuan emosional. Memang tidak secara otomatis dikatakan bahwa anak yang belajar musik akan jenius dalam kemampuan matematika, tetapi paling tidak, anak yang belajar musik memperoleh kesempatan. Kesempatan yang memungkinkan anak untuk mendapatkan pengaruh positif dari pengalaman musik adalah melalui sekolah.

Menurut Sloboda (Djohan, 2005), musik dapat meningkatkan intensitas emosi dan akan lebih akurat bila emosi musik itu dijelaskan sebagai suasana hati (mood), pengalaman, dan perasaan yang dipengaruhi akibat mendengarkan musik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa musik akan berpengaruh positif jika anak mendengarkan musik yang diperoleh dari pelajaran di sekolah, sedangkan jika yang didengarkan adalah hiburan musik yang tidak layak dikonsumsi oleh anak maka hal ini tentu saja dapat berdampak kurang baik bagi perkembangan perilaku anak. Karena pada umumnya anak-anak selalu meniru apa yang mereka lihat, tidak menutup kemungkinan perilaku dan sikap anak tesebut akan mengikuti lagu dan gaya bernyanyi dari penyanyi yang ia tonton. Apabila yang ia tonton merupakan acara yang lebih kepada edukatif, maka akan bisa memberikan dampak positif tetapi jika yang ia tonton lebih kepada hal yang tidak memiliki arti bahkan yang mengandung unsur-unsur negatif atau penyimpangan, maka hal ini akan memberikan dampak yang negatif pula terhadap perilaku anak yang menonton acara televisi tersebut.

4.5.4 Besarnya Hubungan Pengaruh Televisi Variabel Sinetron terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak

Dari hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara pengaruh tayangan televisi variabel sinetron dengan perkembangan perilaku negatiuf anak (p < 0, 05) mempunyai hubungan sebesar 24, 67% (dari 50 anak). Penelitian ini membuktikan ada hubungan antara pengaruh televisi terhadap perkembangan perilaku negatif anak bermakana secara statistik. Diantara 50 anak yang mempunyai hubungan terhadap perkembangan perilaku negatifnya adalah sebanyak 13 anak.

Penelitian lain yang tidak jauh berbeda yang mendukung penelitian saya adalah penelitian yang berjudul Pengaruh Sinetron di Televisi terhadap Anak oleh R. Koesmaryanto Oetomo, S. Km, M. Si (website Google; http://www.Pengaruh

Tayangan Televisi.go.id) menyebutkan:

(1) Judul-judul sinetron anak atau remaja sering kali bertema vulgarisma, menantang, mengandung unsur porno grafi.

(2) Pemain sinetron dipilih dari remaja bahkan sebagian masih berusia anak- anak (6-13 tahun).

(3) Peran yang dimainkan remaja dan anak-anak seringkali bertabrakan dengan norma pergaulan masyarakat dan belum sesuai dengan tingkat perkembangan psikologinya.

(4) Banyak alur cerita sinetron yang bersetting sekolah tetapi tidak sesuai dengan norma agama dan adat ketimuran yang berlaku.

4.5.5 Besarnya Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Film Kartun terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak

Dari hasil olah data pada penelitian hubungan antara pengaruh tayangan televisi variabel film kartun terhadap perkembangan perilaku negatif anak kelompok B pada Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus menunjukkan hubungan yang signifikan (p< 0,05) mempunyai hubungan sebesar 24,23% (dari 50 anak). Penelitian ini membuktikan ada hubungan antara intervensi tayangan televisi variabel film kartun terhadap perkembangan perilaku anak bermakna secara statistik . Diantara 50 anak yang mempunyai hubungan terhadap perkembangan perilakunya adalah sebanyak 12 anak.

Penelitian lain yang tidak jauh berbeda yang mendukung penelitian saya adalah Penelitian yang dilakukan oleh Andayani (1997) yang melakukan penelitian terhadap beberapa film kartun Jepang, seperti Sailor Moon, Dragon Ball, dan Magic Knight Ray Earth. Ia menemukan bahwa film tersebut banyak mengandung adegan antisosial (58,4%) daripada adegan prososial 41,6%). Studi ini menemukan bahwa kategori perlakuan antisosial yang paling sering muncul berturut-turut adalah berkata kasar (38,56%), mencelakakan 28,46%), dan pengejekan (11,44%). Sementara itu, katagori prososial, perilaku yang kerapkali muncul adalah kehangatan (17,16%), kesopanan (16,05%), empati (13,43%), dan nasihat 13,06%).tat bahwa film kartun bertemakan kepahlawanan lebih banyak menampilkan adegan anti social (63,51)% daripada adengan prososial (36,49)%.

Penelitian lain yang tidak jauh berbeda adalah penelitian yang dilakukan oleh YLKI yang juga mencatat bahwa film kartun bertemakan kepahlawanan lebih

banyak menampilkan adegan anti social (63.51)% daripada adegan prososial (36,49)%. Begitu pula film kartun lainnya khususnya film kartun import membawa muatan negatif, misalnya film kartun Batman dan Superman, menurut hasil penelitian Stein dan Frederich di AS menunjukkan bahwa anak-anak menjadi lebih agresif yang dapat dikategorikan anti social setelah mereka menonton film kartun seperti Batman dan Superman.

4.5.6 Besarnya Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Hiburan music terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak

Dari hasil penelitian besarnya hubungan antara pengaruh tayangan televisi variabel hiburan musik dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B pada Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus menunjukkan hubungan yang signifikan (p< 0,05) mempunyai hubungan sebesar 20,52% (dari 50 anak). Penelitian ini membuktikan ada hubungan antara pengaruh tayangan televisi variabel film kartun terhadap perkembangan perilaku negatif anak bermakna secara statistik. Diantara 50 anak yang mempunyai hubungan terhadap perkembangan perilaku negatifnya adalah sebanyak 10 anak.

Penelitian lain yang tidak jauh berbeda yang mendukung penelitian saya adalah penelitian yang dilakukan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YLKI) (Mulkan Sasmita, 1997), presentase acara televisi yang secara khusus ditujukan bagi anak-anak relatif kecil, hanya sekitar 2,7% sampai dengan 4,5 % dari total tayangan yang ada. Yang lebih mengkhawatirkan lagi ternyata presentase kecil inipun materinya sangat mengkhawatirkan bagi perkembangan anak-anak.

Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada acara khusus yang ditujukan kepada anak, termasuk acara hiburan musik. Dengan demikian anak-anak setiap hari melihat tayangan televisi termasuk hiburan musik yang sebenarnya kurang layak dikonsumsi oleh mereka.

107

BAB V