• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Manfaat MRAs ASEAN bagi kepentingan Indonesia.

Integrasi ekonomi adalah salah satu cara bagi suatu Negara untuk memajukan ekonomi suatu Negara dan telah dipraktekkan oleh banyak Negara. Integrasi ekonomi dapat diwujudkan melalui pembuatan perjanjian internasional, maupun membuat organisasi internasional yang bergerak di bidang ekonomi dan kemudian menyetujui perjanjian internasional diantara Negara anggota organisasi internasional tersebut. Integrasi ekonomi bisa saja dilakukan tanpa melalui organisasi internasional, namun ruang lingkup perjanjiannya tidak akan luas dan dampaknya tidak terlalu signifikan, kekuatan mengikatnya juga tidak terlalu kuat apabila dibandingkan dengan perjanjian internasional yang dibuat dibawah organisasi internasional sebab Negara akan cenderung lebih mematuhi perjanjian internasional kepada organisasi internasional daripada Negara lainnya.

Organisasi internasional yang berbasis regional sudah mulai berkembang dengan pesat sejak diatas tahun 1980an. Organisasi regional pertama yang berbasis ekonomi adalah Uni Eropa(European Union) yang dibentuk pada tahun 1952 dengan beranggotakan 6 Negara yaitu Belgia, Prancis, Jerman, Itali, Luxembourg, dan Belanda. Sampai saat ini EU sudah beranggotakan 27 Negara eropa.

Organisasi regional selanjutnya yang berdiri adalah ASEAN (Association of South East Asia Nations) yang berdiri pada tahun 1967 dengan 5 Negara

pelopor, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina. Keanggotaan ASEAN sekarang sudah berisi 10 Negara ASEAN dengan 6 Negara yang memiliki keanggotaan asosiasi, yaitu Jepang, Korea Selatan, China, India, Selandia Baru, dan Australia.

Kemudian muncullah organisasi regional lainnya seperti Mercosur/USAN, NAFTA, TPP, EEU, dan organisasi internasional lainnya yang sebagian besar dibentuk diatas tahun 1990an, dengan kata lain, tren Organisasi Internasional mulai terjadi sejak tahun 1990an.

Uni Eropa telah memulai program EEC (European Economic Community) atau Masyarakat Ekonomi Eropanya sejak tahun 1957, sedangkan ASEAN baru memulainya pada tahun 2016, namun kerangkanya telah dibuat sejak tahun 1997 lalu. Oleh Karena itulah integrasi di Uni Eropa cenderung lebih maju daripada integrasi di ASEAN sendiri.

Untuk mencapai tujuan dari MEA jugalah dibuat program Mutual Recognition Arrangements (MRAs), perjanjian regional yang berlaku kepada seluruh Negara anggota ASEAN yang mampu dan yang dibentuk untuk memfasilitasi pergerakan tenaga kerja professional di seluruh Negara ASEAN, termaksud di Indonesia sebagai salah satu pendiri dari ASEAN.

Perjanjian internasional pada dasarnya tidak memiliki bentuk yang pasti. Ada perjanjian internasional yang dibuat secara tertulis (seperti perjanjian persekutuan antar Peter I dengan Augustus II pada tahun 1698, Treaty of Amity and Cooperation ASEAN, dan lain-lain). Ada juga secara lisan, seperti perjanjian

antara Rusia dengan Republik Mongolia, pada thun 1936.110 Pada dasarnya, MRAs adalah perjanjian regional (regional treaties) yang dibuat oleh suatu negara dengan bentuk tertulis, dan dibuat dengan tujuan untuk mendorong pemenuhan

Suatu Negara pastinya memiliki kepentingan-kepentingan tertentu, dan apabila suatu Negara menyetujui dan meratifikasi sebuah perjanjian internasional, tindakan itu sebagian besar didasarkan atas dasar keuntungan. Negara tersebut ingin meratifikasi perjanjian internasional Karena perjanjian internasional tersebut membawa keuntungan bagi Negara tersebut. Hal ini juga berlaku kepada Indonesia sebagai sebuah Negara.

Indonesia sendiri tentunya menyetujui dan meratifikasi program Mutual Recognition Arrangements (MRAs) dengan tujuan untuk mendapat keuntungan dan kegunaan dari perjanjian internasional tersebut. Persetujuan Indonesia terhadap MRA (Mutual Recognition Arrangements) ASEAN juga tentunya memberikan dampak positif bagi perkembangan Indonesia, antara lain:

1. Meningkatkan kualitas tenaga professional di Negara Indonesia.

Apabila Mutual Recognition Arrangements diberlakukan di Indonesia, akan ada pembauran dari tenaga professional asing lain yang berasal dari Negara ASEAN dengan tenaga professional dari Indonesia. Kolaborasi dari kedua pihak akan menyebabkan semakin baiknya kualitas dari tenaga professional di kedua Negara Negara tersebut, sebab mereka berdua dapat saling melengkapi kekurangan masing-masing dan saling membagi ilmu dan pengalaman terkait dengan bidang

110

yang dikerjakan dan berdampak pada peningkatan kualitas tenaga professional Indonesia.

2. Meningkatkan hubungan diplomatik diantara Negara.

Apabila Mutual Recognition Arrangements diberlakukan di Indonesia, secara otomatis hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Negara partner MRA akan bertambah kuat, hal ini Karena terjadi hubungan timbal balik dan saling menguntungkan diantara kedua Negara tersebut sehingga kedua Negara akan terus menjaga hubungan diplomasinya satu dengan yang lain untuk kemajuan bersama.

3. Meningkatkan pengetahuan budaya warga Negara Indonesia dengan Negara partner MRA.

Dengan pemberlakuan Mutual Recognition Arrangements di Indonesia, masing-masing warga Negara partner MRA akan mengetahui dengan lebih baik budaya dari Negara partnernya masing masing dan meningkatkan kepekaaan masyarakat umum Indonesia terhadap budaya dari Negara lain tanpa harus pergi ke Negara tersebut.

4. Meningkatkan kemampuan berbahasa inggris warga Negara Indonesia.

Dengan diberlakukannya MRA, otomatis akan banyak tenaga professional Indonesia yang bekerja diluar negeri, dan banyak pula tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia. Baik tenaga professional asing di Negara Indonesia maupun tenaga professional Indonesia di Negara asing akan memakai Bahasa inggris sebagai Bahasa internasional yang diakui di dunia, termaksud di ASEAN sendiri, oleh Karena itu pertukaran tenaga professional ini akan meningkatkan English Proficiency (kelancaran berbahasa inggris) antar tenaga professional Indonesia

dan Warga Negara Indonesia pada umumnya (tenaga professional Indonesia sebab mereka bekerja di luar negeri sehingga harus berbahasa inggris secara terus menerus dan Warga Negara Indonesia karena dengan adanya tenaga kerja asing yang berbahasa inggris, warga Negara Indonesia dapat mempraktekkan Bahasa inggrisnya langsung kepada tenaga kerja asing tersebut tanpa harus keluar negeri lagi.

5. Meningkatkan Perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

Pada dasarnya perekonomian suatu Negara akan semakin baik apabila perputaran uang di Negara tersebut semakin cepat. Dengan adanya Mutual Recognition Arrangements, tenaga asing yang bekerja di Indonesia akan membeli produk Indonesia dan berkontribusi terhadap perputaran uang di Indonesia sendiri, sehingga perputaran uang di Indonesia akan semakin cepat dan memberi dampak semakin baiknya perekonomian Indonesia. Tenaga Professional Indonesia juga akan mengirimkan gaji/uangnya ke keluarganya di Indonesia sehingga memperkuat dan mempercepat perputaran uang di Indonesia. Perekonomian Indonesia juga akan semakin baik Karena semakin banyak investasi yang masuk ke Indonesia yang disebabkan oleh baiknya hubungan diplomatik antara Negara anggota ASEAN lainnya.

6. Memajukan Perkembangan Teknologi Indonesia.

Beberapa MRAs ASEAN, seperti MRA dibidang Arsitek, menyatakan di Pasalnya:

“To set up standards and commitment of technological transfer among

ASEAN Member Countries”.

Dengan adanya Mutual Recognition Arrangements, kemajuan dibidang teknologi akan terus terdorong sebab adanya peningkatan standar teknologi serta transfer

teknologi diantara Negara-negara ASEAN yang akan meningkatkan standar teknologi di Indonesia.

Mutual Recognition Arrangements adalah bagian dari AFAS, perjanjian perdagangan ASEAN di bidang jasa yang apabila dipenuhi akan memenuhi salah satu dari elemen utama dari realisasi Pasar tunggal dan Basis Produksi, yaitu Free Flow of Skilled Labor/Aliran Bebas Tenaga Terampil. Dengan kata lain, dengan dipenuhinya Mutual Recognition Arrangements, maka akan melengkapi salah satu Pilar utama dari pembentukan MEA sendiri (Pasar Tunggal dan Basis Produksi) dan berdampak kepada semakin dekatnya integrasi ekonomi diantara Negara-negara ASEAN.

Keuntungan dari Integrasi Ekonomi ASEAN (Melalui program integrasi ekonominya yaitu MEA):

1. Semakin bervariasinya jenis barang yang beredar.

Dengan adanya AFTA ASEAN, maka jenis produk yang beredar di suatu Negara akan semakin bervariasi,harganyapun akan semakin murah Karena tidak adanya hambatan perdagangan disebabkan oleh integrasi ekonomi di bidang Barang.

2. Semakin berkembangnya kualitas jasa di Negara ASEAN.

Dengan adanya AFAS ASEAN, terlebih MRA, akan meningkatkan kualitas Jasa secara keseluruhan, baik dari pihak penerima maupun pengirim.

3. Semakin mudahnya membuat suatu perjanjian.

Biasanya Negara anggota yang terikat dalam suatu integrasi ekonomi akan lebih mudah untuk mencapai suatu kesepakatan bilateral yang saling menguntungkan dan untuk waktu yang lama.

4. Memperkuat kerjasama politik.

Negara yang mengikuti Kelompok Integrasi ekonomi biasanya memiliki tujuan politik yang sama/mirip, salah satunya adalah keuntungan. Dengan adanya MEA, kerjasama politik akan semakin ditingkatkan dan tujuan politik antar Negara akan semakin cepat terealisasi.

5. Menguntungkan pasar modal.

Integrasi Ekonomi sangat bermanfaat bagi pasar modal Karena ia mempermudah Karena Integrasi Ekonomi akan membantu perusahaan untuk membeli modal dengan bunga rendah.

6. Membuka peluang kerja.

Dengan adanya integrasi ekonomi akan meningkatkan peluang mendapatkan pekerjaan sebab adanya perluasan pasar diantara Negara-negara ASEAN. Warga Negara Indonesia dapat mencari pekerjaan bukan hanya di Indonesia saja namun juga bisa di Negara-negara ASEAN lainnya.

7. Meningkatkan FDI (Foreign Direct Investment) atau Investasi asing langsung

Dengan adanya Integrasi ekonomi, investasi asing akan semakin meningkat, sehingga apabila suatu perusahaan membuka Investasi Asing, perusahaan itu

menjadi perusahaan internasional. Banyaknya investasi asing juga akan meningkatkan perekonomian suatu Negara.111

Namun apabila ingin mengikuti MRAs(baik di bidang barang maupun jasa) suatu Negara harus mematuhi segala aturan yang telah disetujui bersama mengenai MRAs dan mengaturnya didalam hukum nasional Negara tersebut. Hal ini sama dengan memberikan sedikit dari kedaulatan nasionalnya. Walau dalam

ASEAN sudah dinyatakan dengan jelas prinsipnya adalah “Tidak mencampuri urusan dalam negeri satu sama lain Negara anggota” namun, adalah fenomena yang sudah tidak bisa dihindari bahwa apabila suatu Negara sudah menyatakan akan mengikuti suatu program yang dibuat oleh sebuah organisasi internasional, maka ia harus mengikuti aturan yang telah dibuat oleh suatu organisasi internasional tersebut. Namun, ASEAN pada dasarnya adalah Intergovernmental Organizations (IGO) sehingga tidak ada keharusan bagi suatu Negara untuk mengikuti program MRAs ini.

Banyak sekali keuntungan yang bisa didapat dari sebuah Integrasi Ekonomi, seperti MRA dan MEA. Namun, sebuah Integrasi Ekonomi hanya akan menguntungkan Negara yang telah siap untuk menerimanya, Karena apabila suatu Negara belum siap untuk menerimanya, maka yang terjadi adalah ketimpangan. Negara tersebut bisa kalah dalam kompetisi di wilayah tersebut Karena kurangnya skill atau faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu, untuk dapat menikmati Integrasi Ekonomi, Indonesia harus dapat terus meningkatkan kapasitas dan kualitas sumber daya manusianya sehingga bisa mendapatkan keuntungan darinya.

111

Benefits of, Benefits of Economic Integration, diambil dari website

Dalam penetapan kebijakan dan pelaksanaannya, ASEAN selalu berusaha untuk menghindari ketimpangan tersebut, tercermin dari tujuan Pilar ketiga dari MEA, yaitu Perkembangan Ekonomi yang Adil (Equitable Economic Development), realisasinya seperti adanya keringanan bagi empat Negara dengan pertimbangan khusus (Laos, Kamboja, Viernam, Myanmar). Oleh Karena itu adanya Integrasi Ekonomi (Termaksud MRA sebagai bagian darinya) adalah perjanjian yang menguntungkan semua Negara anggota, baik Negara maju (seperti singapura) maupun Negara berkembang, termaksud Indonesia.

Oleh karena itu Indonesia sebagai Negara anggota ASEAN dan Negara yang berpartisipasi di MEA sendiri haruslah meningkatkan kualifikasinya agar dapat bersaing dan mendapatkan keuntungan yang maksimal didalam program

Mutual Recognition Arrangements (MRAs) ini.

B. Bidang Profesi Terkait dalam MRAs

Mutual Recognition Arrangements (MRAs) dalam setiap bidang jasa memiliki banyak persamaan, salah satunya adalah setiap tenaga kerja yang bekerja melalui MRA harus mendaftar melalui PRA (Professional Regulatory Authority) dan dalam beberapa MRA, tenaga kerja juga harus tunduk juga terhadap badan nasional yang mengatur mengenai profesi tersebut, seperti di MRA akuntansi dinyatakan bahwa PRA harus bekerjasama dengan NAB (National Accountancy Body) yang berada di Negara tersebut. Kesemua MRAs juga menyatakan bahwa warga ASEAN yang bekerja di Negara asing dalam rangka MRA harus mematuhi segala aturan nasional yang berlaku di Negara tempatnya bekerja.

Juga dalam MRAs dinyatakan dengan jelas bahwa harus dibuat MC (Monitoring Commitee) dengan tujuan untuk “to develop, process and maintain

ASEAN workers in the country of origin”. Dengan kata lain pembuatan MC adalah untuk mengembangkan dan menjaga pekerja-pekerja ASEAN di suatu Negara.

Perlu diketahui juga bahwa di bagian Amendments bahwa:

“Any ASEAN Member State may request in writing any amendment to all or any part of this Arrangement”

dengan kata lain bahwa setiap Negara berhak untuk mengusulkan perubahan/amandemen terhadap MRAs. Namun, MRAs hanya dapat diamandemen melalui persetujuan bersama dari Negara anggota ASEAN dan harus disampaikan secara tertulis.

Dan apabila terdapat masalah/konflik, maka aturan yang digunakan adalah

ASEAN Protocol on Enhanced Dispute Settlement Mechanism, yang dibuat di Vientiane, Republik Demokrasi Laos, Pada tanggal 29 November 2004.

Setiap MRAs dibuat dengan format yang mirip, salah satu yang membedakan tiap-tiap MRAs adalah Profesi yang diatur dan apakah ada Appendix

lainnya yang diberlakukan di MRAs tersebut, seperti MRAs mengenai Jasa Akuntansi memiliki Appendix, yang berisi Guideline (Buku Panduan) mengenai kriteria dan prosedur dalam profesi Akuntan, serta Daftar NAB (National Accountancy Body), dan pengaturan teknis lainnya. Sedangkan ada MRAs yang belum/tidak memiliki Appendix.

Dalam pelaksanaan Mutual Recognition Arrangements, terdapat delapan (8) Profesi yang dipermudah dan difasilitasi pergerakannya,yaitu:

1. Profesi Keinsinyuran

Mutual Recognition Arrangement (MRA) pertama yang ditandatangani dan disahkan adalah MRA mengenai jasa keteknikan/Engineering. MRA ini ditandatangani pada tanggal 9 Desember 2005, di Kuala Lumpur, Malaysia. MRA ini seperti namanya memfasilitasi kebebasan pergerakan tenaga professional di bidang keteknikan. Apabila seorang tenaga professional di bidang Teknik memenuhi syarat dan bergabung kedalam MRA ini, maka ia akan bekerja sebagai seorang ASEAN Chartered Professional Engineer (ACPE). Ada beberapa kriteria/syarat penilaian agar seseorang dapat diterima sebagai seorang ACPE, yaitu:

1. Menyelesaikan gelar keteknikan yang diakui oleh badan akreditasi keteknikan profesional baik yang berada di Negara asal maupun yang berada di Negara tujuan, atau dinilai dan diakui memiliki gelar/bukti lain yang setara dengannya.

2. Memiliki sertifikat registrasi dan lisensi yang valid untuk berpraktek keteknikan di Negara asal yang dikeluarkan oleh Professional Regulatory Authority (PRA) dari Megara anggota ASEAN dan sesuai dengan kebijakan pendaftaran dalam praktek keteknikan yang ditetapkan oleh

3. Memperoleh pengalaman praktik sekurang kurangnya tujuh (7) tahun setelah kelulusan, paling tidak dua (2) tahun dimana pendaftar memiliki kewajiban berpraktek dengan rutin.

4. Tunduk dengan kebijakan Continuing Professional Development (CPD) di Negara asal dengan nilai yang memuaskan.

5. Memperoleh sertifikat dari Professional Regulatory Authority di Negara asal akan tidak adanya sejarah pelanggaran kode etik, teknikal, maupun professional dalam praktek keteknikan.

Apabila seorang Insinyur professional memenuhi kualifikasi diatas dan ingin mengikuti program untuk menjadi seorang ACPE, maka pekerja itu harus membayar pembayaran kepada ASEAN Chartered Professional Engineers Register (ACPER) setelah penerimaan agar dapat menjadi seorang ACPE secara resmi. Seorang ACPE harus berpraktek hanya di bidang tertentu yang dibebankan kepadanya sesuai dengan perjanjian.

Seorang tenaga professional yang berstatus ACPE, dapat mendaftarkan dirinya secara bebas di Negara ASEAN manapun yang diinginkan untuk dapat didaftarkan sebagai seorang Registered Foreign Professional Engineer (RFPE), namun seorang ACPE yang bekerja di Negara ASEAN lainnya sebagai RFPE wajib: 112

1. Terikat dengan kode etik lokal maupun internasional sesuai dengan kebijakan yang diterapkan di Negara asal.

2. Terikat dengan hukum dan kebijakan di Negara tujuan.

112

ASEAN Mutual Recognition Arrangement on Engineering Services, Op.Cit, diakses

3. Bekerja berkolaborasi dengan insinyur lokal di Negara tujuan.

Ada tiga (3) lembaga yang bergerak di MRA bidang ini, yaitu Professional Regulatory Authority (PRA), Monitoring Committee (MC), dan ASEAN Chartered Professional Engineer Coordinating Committee (ACPECC), Tugas ketiganya akan diurai dibawah ini: 113

Tugas Professional Regulatory Authority (PRA):

1. Menilai pendaftaran dan memberi pengakuan terhadap ACPEs (ASEAN Chartered Professional Engineers) untuk bekerja sebagai seorang RFPEs (Registered Foreign Professional Engineers), tidak secara independen, namun berkolaborasi dengan insinyur lokal di Negara tujuan.

2. Mengawasi dan menilai praktek professional dari para RFPEs.

3. Melapor ke badan lokal maupun internasional mengenai implementasi dari perjanjian ini.

4. Menjaga standar yang tinggi dalam praktek professional maupun etik di bidang keinsinyuran/keteknikan.

5. Mengabarkan sekretariat ASEAN Chartered Professional Engineer Coordinating Commitee (ACPECC) apabila ada RFPE yang melanggar perjanjian ini, ataupun RFPE yang sudah tidak layak untuk bekerja, maupun RFPE yang tidak memenuhi syarat Continuing Professional Development (CPD).

113

6. Mempersiapkan aturan dan regulasi untuk mengimplementasikan isi dari perjanjian ini, dan

7. Saling bertukar informasi mengenai hukum, praktek, dan perkembangan praktek di bidang keteknikan dalam suatu wilayah dengan tujuan harmonisasi sesuai dengan standar regional maupun internasional.

Tugas Monitoring Committee (MC):

1. Lembaga MC akan dibentuk untuk mengembangkan, memproses, dan menjaga ASEAN Chartered Professional Engineers Register (ACPER) di Negara asal.

2. Lembaga ini akan diakui sebagai pihak yang berwenang dalam pendaftaran dan lisensi dari insinyur professional di Negara tersebut. 3. MC juga akan diakui sebagai sebuah badan yang dapat mensertifikasi

kualifikasi dan pengalaman dari insinyur professional secara langsung, maupun melalui referensi dari badan-badan kompeten lainnya.

4. MC juga harus memastikan semua ACPEs yang telah terdaftar oleh secretariat ACPECC memenuhi kriteria yang diatur di perjanjian MRA ini, dan bahwa mayoritas dari ACPEs ini telah mempraktekkan pemenuhanya melalui prosedur dan kriteria tertentu.

5. Memastikan bahwa praktisi yang mendaftarkan diri untuk registasi sebagai seorang ACPEs, diperlukan untuk menunjukkan bukti bahwa mereka telah memenuhi kriteria CPD di Negara asal.

6. Memastikan bahwa praktisi yang terdaftar di ACPECC sebagai seorang ACPE selalu memperbaharui pendaftarannya.

7. Memastikan implementasi dan eksekusi dari perubahan yang disetujui oleh ACPECC, apabila ada.

8. Mengeluarkan seorang ACPE dari ASEAN Chartered Professional Engineers Register (ACPER).

Tugas ASEAN Chartered Professional Engineer Coordinating Committee (ACPECC):

1. ACPECC bertugas untuk memberi maupun mencabut gelar ACPE dari seorang tenaga kerja profesional. Kewenangan ini dapat diwakilkan kepada MC apabila ACPECC menginginkannya. Anggota ACPECC adalah anggota perwakilan masing-masing Negara ASEAN yang ditunjuk. 2. Memfasilitasi perkembangan dari forum pendaftaran ASEAN dibidang

keteknikan (ASEAN Chartered Professional Engineers Register).

3. Menerima seorang pendaftar yang memenuhi syarat untuk menjadi seorang ACPE.

4. Mengembangkan, mengawasi, menjaga, dan memajukan standar dan kriteria untuk memfasilitasi praktek oleh ACPE melalui partisipasi dari Negara anggota ASEAN.

5. Memperluas pengertian dari perkembangan strategi untuk membantu pemerintah dan otoritas lainnya dalam mengurangi hambatan dan memanajemen proses secara efektif.

6. Mendukung pemerintah untuk mengadopsi dan mengimplementasikan prosedur untuk memberi hak praktek bagi ACPE.

7. Mengindentifikasi dan mendorong implementasi praktek terbaik untuk persiapan dan penilaian dari para insinyur yang ingin berpraktek di level professional.

8. Melanjutkan pengawasan bersama dan pertukaran informasi dalam bentuk apapun yang dianggap pantas.

2. Profesi Keperawatan

Mutual Recognition Arrangement ASEAN mengenai profesi Keperawatan (Nursing Services) resmi ditandatangani pada tanggal 8 Desember 2006. MRA ASEAN ini bergerak untuk memfasilitasi pergerakan di bidang keperawatan, Sama seperti MRAs lainnya, apabila seorang ahli di bidang keperawatan mengikuti program ini, maka akan ada nama tertentu yang dilekatkan kepadanya. Apabila seorang perawat mendaftarkan diri didalam MRA ini, maka ia menjadi seorang Foreign Nurse. Lembaga yang bergerak di MRA bidang ini adalah

Nursing Regulatory Authority (NRA) dan ASEAN Joint Coordinating Committee on Nursing. Ada pula ketentuan tertentu yang harus dipenuhi agar seorang warga Negara ASEAN berkualifikasi untuk menjadi seorang Foreign Nurse, yaitu: 114

1. Mendapatkan kualifikasi keperawatan.

2. Memiliki registrasi dan lisensi yang valid, lisensi praktik, dan dokumen/sertifikat lainnya yang terkait dari Negara asal.

3. Memiliki pengalaman berpraktek sekurang-kurangnya sebanyak tiga(3) tahun secara terus menerus sebelum pendaftaran.

114

ASEAN Mutual Recognition Arrangement on Nursing Services, Op.Cit, diakses pada

4. Memenuhi level memuaskan dari kebijakan Continuing Professional Development dibidang keperawatan sesuai dengan NRA Negara asal. 5. Memiliki sertifikat dari NRA Negara asal mengenai tidak adanya

pelanggaran kode etik, profesional, maupun standar-standar tertentu dalam praktik keperawatannya.

6. Memenuhi kebutuhan lainnya, seperti keharusan untuk mengikuti tes kesehatan, program pengenalan, atau penilaian kompetensi sesuai apabila dipandang perlu oleh NRA atau otoritas lainnya yang berwenang dan pemerintah dari Negara penerima.

Seorang Foreign Nurse, dalam berpraktek diluar negeri harus patuh terhadap: 115 1. Kode lokal mengenai teknis pelaksanaan profesional sesuai dengan

kebijakan pelaksanaan praktek keperawatan di Negara tujuan. 2. Hukum domestik dari Negara tujuan.

3. Menghormati dan menghargai budaya dan agama di Negara tujuan.

Dalam mendaftar dan melaksanakan tugasnya, seorang Foreign Nurse diawasi dan dipantau oleh dua lembaga, yaitu Nursing Regulatory Authority

(NRA) dan ASEAN Joint Coordinating Committee on Nursing.Tugas masing-masing lembaga adalah: 116

1. Nursing Regulatory Authority:

a) Mengevaluasi kualifikasi dan pengalaman dari seorang Perawat Asing (Foreign Nurse). 115 Ibid. 116 Ibid.

b) Melisensi dan mendaftarkan seorang Perawat asing sehingga memperbolehkan mereka untuk berpraktek keperawatan di Negara tujuan.

c) Memastikan bahwa Perawat Asing tersebut mempertahankan standar yang tinggi sesuai dengan peraturan di Negara tujuan.

2. ASEAN Joint Coordinating Committee on Nursing: a) Memfasilitasi implementasi dari MRA Keperawatan.

b) Mencari tahu mengenai kebijakan yang telah ada, prosedur dan praktek, untuk mengembangkan dan memajukan strategi untuk mengatur implementasi dari MRA keperawatan ini.

c) Mendukung adopsi dan harmonisasi dari standar dan prosedur dalam implementasi MRA melalui mekanisme yang ada.

Dokumen terkait