• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Profil BMI, Lingkar Pinggang, Rasio Lingkar Pinggang-pinggul Sebelum

3. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap BMI, Lingkar Pinggang,

Responden yang tidak bersekolah hanya ada di kelompok nonedukasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sehingga tidak dapat dibandingkan dengan kelompok edukasi. Namun dilihat dari grafik diketahui bahwa kelompok tidak sekolah mengalami peningkatan BMI sebesar 0,4 kg/m2. Lulusan SD, kedua kelompok mengalami peningkatan BMI, kelompok edukasi sebesar 0,5 kg/m2, sedangkan kelompok nonedukasi sebesar 0,3 kg/m2. Lulusan SMP, keduanya juga mengalami peningkatan BMI, kelompok edukasi sebesar 0,6 kg/m2, sedangkan kelompok nonedukasi sebesar 0,4 kg/m2. Lulusan SMA, kelompok edukasi tidak mengalami peningkatan maupun penurunan BMI (tetap), sedangkan kelompok nonedukasi mengalami penurunan BMI sebesar 0,1 kg/m2. Lulusan di atas SMA, keduanya mengalami peningkatan BMI, kelompok edukasi sebesar 0,1 kg/m2, sedangkan kelompok nonedukasi sebesar 0,3 kg/m2. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada gambar 26.

Gambar 26. Profil Perubahan BMI Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan gambar 27 diketahui kelompok tidak bersekolah mengalami penurunan lingkar pinggang, sebesar 3,0 cm. Lulusan SD, kedua kelompok

66

mengalami peningkatan lingkar pinggang, kelompok edukasi sebesar 4,2 cm, sedangkan kelompok nonedukasi sebesar 2,5 cm. Lulusan SMP, kelompok edukasi mengalami penurunan lingkar pinggang sebesar 2,6 cm, sedangkan kelompok nonedukasi mengalami peningk atan lingkar pinggang sebesar 2,3 cm. Lulusan SMA, kedua kelompok mengalami peningkatan lingkar pinggang, kelompok edukasi sebesar 1,4 cm, sedangkan kelompok nonedukasi sebesar 0,2 cm. Lulusan di atas SMA, kelompok edukasi mengalami penurunan lingkar pinggang sebesar 0,2 cm, sedangkan kelompok nonedukasi mengalami peningkatan lingkar pinggang sebesar 0,9 cm. hasil selengkapnya dapat dilihat pada gambar 27.

Gambar 27. Profil Perubahan Lingkar Pinggang Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pada kelompok tidak sekolah terjadi peningkatan BMI dan penurunan lingkar pinggang. Pada lulusan SD kelompok edukasi dan nonedukasi mengalami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

peningkatan BMI disertai peningkatan lingkar pinggang, kelompok edukasi peningkatannya lebih tinggi. Pada lulusan SMP kelompok edukasi mengalami peningkatan BMI disertai penurunan lingkar pinggang, sedangkan kelompok nonedukasi mengalami peningkatan BMI disertai peningkatan lingkar pinggang. Lulusan SMA kelompok edukasi tidak mengalami peningkatan BMI, namun terjadi peningkatan lingkar pinggang. Kelompok nonedukasi mengalami penurunan BMI disertai peningkatan lingkar pinggang. Lulusan di atas SMA kelompok edukasi mengalami penurunan BMI disertai penurunan lingkar pinggang, sedangkan kelompok nonedukasi mengalami peningkatan baik BMI maupun lingkar pinggang. Profil rasio lingkar pinggang-pinggul tidak mengalami perubahan sama sekali (tetap) pada kedua kelompok.

Tidak ada hubungan antara tingginya tingkat pendidikan dengan hasil edukasi. Hasil yang paling baik pada lulusan di atas SMA. Selama pemberian edukasi kelompok lulusan di atas SMA mengatakan kurang memiliki waktu untuk berolahraga, aktivitas fisik pun kurang karena tuntutan pekerjaan (di kantor), sehingga penurunan BMI dan lingkar pinggang dapat disebabkan karena beban pekerjaan yang relatif tinggi, sehingga mempengaruhi pikiran, dan penurunan berat badan.

Hasil kuesioner menunjukkan bahwa setelah pemberian edukasi pengetahuan responden terkait kelebihan berat badan (indikatornya BMI) adalah belum paham, mereka tetap berpandangan orang yang mengalami kelebihan berat badan belum tentu mudah sakit. Setelah diberi edukasi responden menjadi tahu bahwa orang yang tidak gemuk pun memiliki kemungkinan kadar kolesterolnya

68

tinggi. Dilihat dari cakupan tindakan, menunjukkan kurang pahamnya responden terhadap soal, sehingga jawaban mereka tidak konsisten pada soal yang interpretasinya mirip. Namun apabila didasarkan hasil wawancara, kecenderungan responden untuk menjaga berat badan sudah ada. Bila dibandingkan dengan kondisi BMI posttest dan profil rata-rata selisih BMI secara keseluruhan belum terlihat tindakan nyata dalam mengontrol berat badan, penurunan berat badan terjadi hanya pada jenis kelamin laki- laki. Hal ini mungkin terjadi karena waktu pemberian edukasi yang kurang lama, pemberian edukasi yang monoton membuat responden bosan, responden sudah merasa nyaman dengan pola hidup yang mereka anggap tidak membuat mereka sakit. Pengontrolan berat badan masih hanya sebatas ingin bersikap, belum menjadi suatu tindakan yang nyata.

Hasil kuesioner menggambarkan bahwa pengetahuan mengenai lingkar pinggang khususnya semakin tua usia seseorang kecenderungan perut membesar semakin besar adalah tetap. Namun, responden mulai bersikap positif dalam memperhatikan ukuran lingkar pinggang karena mereka tahu risikonya. Bila dibandingkan dengan kondisi lingkar pinggang posttest dan profil rata-rata selisih lingkar pinggang secara keseluruhan, menunjukkan hal yang lebih baik dibandingkan BMI. Penurunan lingkar pinggang ada di semua aspek (usia =39-=42 tahun, jenis kelamin laki- laki, dan tingkat pendidikan tidak sekolah, lulusan SMP, lulusan di atas SMA). Hal ini menunjukkan bahwa responden memahami pentingnya menjaga ukuran lingkar pinggang kemudian mewujudkannya dalam tindakan yang nyata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kondisi rasio lingkar pinggang-pinggul kondisi posttest menunjukkan hasil yang lebih baik pada laki- laki. Bila dilihat dari profil rata-rata selisih rasio lingkar pinggang-pinggul pada semua aspek, meliputi usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan menunjukkan tidak terjadi perubahan sama sekali (tetap). Hal ini mungkin disebabkan karena kelemahan pengukuran menggunakan rasio lingkar pinggang-pinggul sebagai indikator obesitas.

Tabel XII. Profil Akhir (Posttest) Masyarakat Dusun Krodan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta secara Menyeluruh

Edukasi Nonedukasi Kriteria n ±SD N ±SD P Usia 40 40,1±0,5 38 39,9±0,6 0,936 BMI 40 27,3±3,6 38 26,8±3,7 0,545 40 92,4±6,4 38 90,9±9,0 0,534 Lingkar pinggang Perempuan Laki- laki 40 94,4±7,4 38 89,2±7,9 0,045 40 0,9±0,1 38 0,9±0,05 0,240 Rasio lingkar

pinggang-pinggul Perempuan Laki- laki 40 0,9±0,1 38 0,9±0,1 0,551 40 12,7±115,7 38 117,9±19,4 0,554 Tekanan darah Sistolik Diastolik 40 9,1±79,3 38 78,8±10,5 0,806 Glukosa darah 18 25,9±93,8 20 87,0±7,1 0,918 Kolesterol total 18 32,2±200,5 20 206,1±24,5 0,521 n : jumlah responden p : signifikansi SD : standar deviasi : rata-rata

Profil akhir (posttest) masyarakat dusun Krodan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta yang menjadi responden dalam penelitian ini ditampilkan pada tabel XII. Pada tabel XII dan berwarna biru menunjukkan fokus permasalahan penelitian ini. Dilihat dari nilai p, sebagian besar profil responden tetap menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok edukasi dan

70

nonedukasi, hanya pada profil lingkar pinggang laki- laki terdapat perbedaan yang bermakna (sama seperti kondisi pretest). Faktor risiko masyarakat dusun Krodan terhadap sindrom metabolik (posttest) dapat dilihat pada tabel XIII.

Tabel XIII. Faktor Risiko Masyarakat Dusun Krodan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta terkait Sindrom Metabolik (Posttest)

Edukasi Nonedukasi Faktor

Risiko Lab Nonlab Lab Nonlab

0 1 - - 2 1 1 2 2 5 2 3 2 3 2 3 4 16 5 9 4 7 - 4 2 5 4 - 3 - 6 - - 1 -

Dilihat dari faktor risiko, dibandingkan dengan kondisi sebelum pemberian edukasi (pretest), risiko terhadap sindrom metabolik kondisi sesudah pemberian edukasi (posttest) mengalami perubahan yang lebih baik. Pada kelompok edukasi menunjukkan dampak positif berupa penurunan jumlah responden yang memiliki 6 faktor risiko dari yang semula berjumlah 1 orang menjadi tidak ada. Selain itu, jumlah responden yang mengalami sindrom metabolik mengalami penurunan, dari 69 orang (88,5%) pada kondisi pretest

menjadi 65 orang (83,3%) pada kondisi posttest. Jumlah responden yang tidak mengalami sindrom metabolik mengalami peningkatan, dari 9 orang (11,5%) pada kondisi pretest menjadi 13 orang (16,7%) pada kondisi posttest.

Perubahan pola hidup yang lebih sehat ditunjukkan pada beberapa responden yang melakukan pengaturan pola makan dengan pantang jenis makanan tertentu, seperti jeroan, makanan yang banyak mengandung lemak dan kolesterol, berolahraga walaupun gerimis, mengurangi rokok bahkan ada yang berjanji untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berhenti merokok. Responden yang mendapat pemeriksaan laboratorium, sebagian besar menjadikan hasil tes laboratorium tersebut sebagai motivasi diri untuk mulai melaksanakan pola hidup sehat. Ada responden yang hasil tes laboratoriumnya menunjukkan kadar gula darah yang tinggi kemudian mulai mengurangi asupan gula pada setiap makanan yang dikonsumsi. Ada juga responden yang mulai mengurangi konsumsi gorengan karena hasil tes laboratorium menunjukkan bahwa kolesterol darahnya tinggi.

Dokumen terkait