• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Kerangka Konseptual

2.2.3 Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka

semakin bertambah jumlahnya merupakan masalah yang lebih rumit dan lebih serius dari masalah perubahan dalam distribusi pendapatan yang kurang menguntungkan penduduk yang berpendapatan rendah. Keadaan di negara berkembang dalam beberapa dasawarsa ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi tidak sanggup menciptakan kesempatan kerja yang lebih cepat dari pertambahan penduduk. Oleh karenanya, masalah pengangguran yang dihadapi dari tahun ke tahun semakin lama semakin serius (Sukirno, 2006).

Jumlah pengangguran erat kaitannya dengan kemiskinan di Indonesia yang penduduknya memiliki ketergantungan yang sangat besar atas pendapatan gaji atau upah yang diperoleh saat ini. Hilangnya lapangan pekerjaan menyebabkan berkurangnya sebagian besar penerimaan yang digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Yang artinya bahwa semakin tinggi pengangguran maka akan meningkatkan kemiskinan (Octaviani, 2001).

36

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual 2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah dan dibuat berdasarkan landasan teori-teori yang didapat oleh peneliti. Hipotesis dalam penelitian iniadalah sebagai berikut:

1. Jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

2. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

3. Tingkat pengangguran terbuka berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

Jumlah Penduduk (X1)

Tingkat Kemiskinan (Y)

Pertumbuhan Ekonomi (X2)

Tingkat Pengangguran Terbuka (X3)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang administrasi dan manajemen (Sugiyono, 2014).

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang berbentuk angka. Sedangkan metode penelitian yang dipakai penulis adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di 33 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara dan waktu penelitian adalah pada tahun 2011 sampai tahun 2015.

3.3 Batasan Operasional

Variabel Tingkat Kemiskinan (TK) sebagai variabel dependen (Y), variabel Jumlah Penduduk (JP), Pertumbuhan Ekonomi (PE), dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebagai variabel independen (X).

38

3.4 Definisi Operasional

1. Tingkat Kemiskinan adalah jumlah penduduk di setiap kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara yang berada dibawah garis kemiskinan tahun 2011-2015 (jiwa).

2. Jumlah Penduduk adalah banyaknya jumlah penduduk yang tinggal di setiap kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2011-2015 (jiwa).

3. Pertumbuhan Ekonomi adalah proses kenaikan produk domestik regional bruto dari tahun t-1 ke tahun t di setiap kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2011-2015 (juta rupiah).

4. Tingkat Pengangguran Terbuka adalah jumlah penduduk yang tidak bekerja/penganggur di setiap kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2011-2015 (jiwa).

3.5 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka dan sumber data penelitian ini diambil dari Badan Pusat Statistik, serta buku, jurnal, maupun situs yang berkaitan dengan judul penelitian ini.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Penulis mendokumentasikan data yang dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik, buku, jurnal, maupun situs yang berkaitan dengan penelitian.

3.7 Teknik Analisis Data 3.7.1 Analisis Data Panel

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data panel. Analisis ini merupakan gabungan dari analisis deret unit (cross-section data) dan analisis deret waktu (time-series data) berupa data dari 33

kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2011-2015.

Model dengan data cross-section:

Yi = α + βXi + εi ; i = 1,2,...., N Model dengan data time-series:

Yt = α + βXt + εt ; t = 1,2,...., T

Maka, model dengan data panel dituliskan sebagai berikut:

Yit = α + βXit + εit ; i = 1,2,...., N ; t = 1,2,...., T ...(3.1) Dimana:

N : banyaknya observasi T : banyaknya waktu NxT : banyaknya data panel

Baltagi dalam Gujarati dan Porter (2012) mengungkapkan keuntungan memilih data panel, yaitu:

1. Data panel dapat mengatasi heterogenitas yang terjadi akibat hubungan data dengan individu, perusahaan, negara, dan lain-lain, dari waktu ke waktu secara eksplisit dengan memberikan variabel spesifik-subjek.

40

2. Data panel memberi “lebih banyak informasi, lebih banyak variasi, sedikit kolinearitas antarvariabel, lebih banyak degree of freedom, dan lebih efisien”.

3. Dengan memberi observasi cross-section yang berulang-ulang, data panel paling cocok untuk mempelajari dinamika perubahan.

4. Data panel paling baik untuk mendeteksi dan mengukur dampak yang secara sederhana tidak bisa dilihat pada data cross-section murni atau time-series murni.

5. Data panel memudahkan untuk mempelajari model perilaku yang rumit.

6. Data panel dapat meminimumkan bias yang bisa terjadi.

3.7.2 Penentuan Model Estimasi

3.7.2.1 Pendekatan Kuadrat Kecil (Common Effect) / Pooled Least Square Pendekatan ini menggabungkan (pooled) seluruh data time-series dan cross-section tanpa melihat perbedaan antar waktu dan individu dan

menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) atau sering dikenal dengan pendekatan Pooled Least Square.

3.7.2.2 Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)

Pendekatan ini memungkinkan adanya perubahan α (intersep) pada setiap individu dan waktu dengan menambahkan variabel dummy. Istilah efek tetap muncul karena adanya intersep yang dapat berbeda antar individu, namun intersep setiap perusahaan tidak bervariasi sepanjang waktu (Subanti dan Hakim, 2014).

3.7.2.3 Pendekatan Efek Acak (Random Effect)

Dalam pendekatan ini perbedaan karakteristik individu dan waktu diakomodasikan pada error dari model. Random error pada pendekatan ini diurai menjadi error untuk komponen individu, error komponen waktu dan error gabungan (Nachrowi dan Usman, 2006). Model random effect merupakan variasi dari estimasi Generalized Least Squares.

3.7.3 Pemilihan Metode Estimasi 3.7.3.1 Uji Chow

Pengujian ini didasari penentuan model terbaik antara pendekatan efek tetap (FEM) dibandingkan pendekatan kuadrat kecil (CEM). Apabila nilai probability F ≥ 0,05 artinya H0 diterima, dan apabila nilai probability F < 0,05 artinya H1 diterima.

Hipotesis pengujian ini adalah sebagai berikut:

H0 diterima : Pooled Least Square / Kuadrat Kecil (CEM) H1 diterima : Efek Tetap (FEM)

3.7.3.2 Uji Hausman

Pengujian ini digunakan untuk menentukan antara pendekatan efek tetap dengan pendekatan model acak. Dengan perbandingan terhadap Chi Squared Table, maka jika Hausman Statistic lebih besar dari Chi Squared Table maka

cukup bukti untuk menolak hipotesis nol sehingga model yang lebih sesuai dalam menjelaskan model data panel tersebut adalah model efek tetap, begitu pula sebaliknya (Subanti dan Hakim, 2014).

42

Hipotesis pengujian ini adalah sebagai berikut:

H0 diterima : Efek Acak (REM) H1 diterima : Efek Tetap (FEM)

3.7.4 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) 3.7.4.1 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen (Ghozali, 2006).

3.7.4.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual alam menerangkan variasi variabel dependen. Apabila nilai statistik t hitung > nilai t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Sebaliknya, apabila nilai statistik t hitung < nilai t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

3.7.4.3 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Apabila nilai F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti variabel penjelas/independen secara bersama-sama dan serentak mempengaruhi variabel yang dijelaskan/dependen secara signifikan. Begitu juga sebaliknya, apabila nilai F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti variabel penjelas/independen secara bersama-sama dan serentak tidak mempengaruhi variabel yang dijelaskan/dependen secara signifikan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Letak Geografis

Provinsi Sumatera Utara memiliki luas wilayah mencapai 71.680,68 km2 atau sebesar 3,72% dari luas wilayah Republik Indonesia, dengan posisi geografis diantara 10-40 LU dan 980-1000 BT. Batas wilayah Provinsi Sumatera Utara meliputi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) di sebelah utara, Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Barat di sebelah selatan, Samudera Hindia di sebelah barat, dan Selat Malaka di sebelah timur. Provinsi Sumatera Utara memiliki 162 pulau, 6 pulau di Pantai Timur dan 156 pulau di Pantai Barat.

Provinsi Sumatera Utara mengalami pemekaran wilayah kabupaten/kota sampai pada tahun 2010. Pada tahun 2006, terdapat 18 kabupaten dan 7 kota di Provinsi Sumatera Utara. Pada tahun 2007, kabupaten bertambah 1 menjadi 19 kabupaten yaitu kabupaten Batu Bara. Pada tahun 2008, terdapat 21 kabupaten dan 7 kota, dengan kabupaten Padang Lawas Utara dan kabupaten Padang Lawas menjadi kabupaten baru di Provinsi Sumatera Utara. Pada tahun 2009, kabupaten bertambah menjadi 23 kabupaten dengan kabupaten Labuhan Batu Selatan dan kabupaten Labuhan Batu Utara menjadi kabupaten baru. Pada tahun 2010, kabupaten bertambah 2, yaitu kabupaten Nias Utara dan kabupaten Nias Barat, kota juga bertambah 1 yaitu kota Gunung Sitoli, sehingga terdapat 25 kabupaten dan 8 kota di Provinsi Sumatera Utara sampai pada saat ini.

4.1.2 Perkembangan Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kemiskinan merupakan permasalahan berbagai negara di dunia, termasuk negara Indonesia. Pada tahun 2015, Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbanyak ke-4 di Indonesia dengan angka 1.463.660 jiwa.

46

Tabel 4.1

Tingkat Kemiskinan menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara pada 2011-2015 (dalam jiwa)

Kabupaten/Kota Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

Nias 25390 24990 23280 22210 24530

Mandailing Natal 49050 48390 40690 39680 47790 Tapanuli Selatan 30390 29910 30770 29380 31200 Tapanuli Tengah 50210 49610 52000 49860 52200 Tapanuli Utara 33570 33090 33750 32230 33370

Toba Samosir 16930 16640 16960 16510 18310

Labuhanbatu 42610 42080 38140 37350 41630

Asahan 73390 72320 80540 76970 85160

Simalungun 84350 83090 87720 86250 92890

Dairi 25870 25490 24000 23350 25330

Karo 37220 36710 36930 35360 37520

Deli Serdang 92330 91190 91970 90920 95650

Langkat 100800 99270 104310 100630 114190

Nias Selatan 57800 56940 56960 54460 58970

Humbang Hasundutan 17500 17250 17940 17140 18040

Pakpak Bharat 5390 5320 4940 4720 5120

Samosir 18950 18480 17180 16270 17640

Serdang Bedagai 60500 59530 56550 54480 58300

Batu Bara 44340 43660 46860 44720 50370

Padang Lawas Utara 24040 23720 25010 23860 27670

Padang Lawas 24040 23640 21230 20340 22380

Labuhanbatu Selatan 41740 41210 37330 35650 36370 Labuhanbatu Utara 39340 38680 39090 37300 39590

Nias Utara 39150 38510 40780 38950 43740

Nias Barat 24240 23860 24880 23760 25410

Sibolga 11250 11130 11080 10570 11640

Tanjungbalai 24240 23860 24200 23170 25090

Pematangsiantar 26450 26010 26610 25430 25830

Tebing Tinggi 18270 18020 17980 17200 18800

Medan 204190 201060 209690 200320 207500

Binjai 17410 17160 17480 16720 18600

Padangsidimpuan 19520 19240 18440 17650 18360

Gunungsitoli 40970 40400 41100 37200 34470

Sumatera Utara 1421440 1400460 1416390 1360610 1463660 Sumber : Sumatera Utara dalam Angka BPS Tahun 2012-2016

Jumlah penduduk miskin di kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara mengalami fluktuasi dari tahun 2011 sampai 2015. Kota Medan merupakan daerah dengan jumlah penduduk miskin terbanyak di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2011-2015 diikuti oleh kabupaten Langkat. Jumlah penduduk miskin paling sedikit di kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2011-2015 dimiliki oleh kabupaten Pakpak Bharat.

Dalam mengatasi permasalahan kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara ini, pemerintah telah melakukan berbagai upaya seperti penyaluran raskin (beras miskin), PKH (Program Keluarga Harapan), beasiswa miskin, program PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) Mandiri, bantuan langsung masyarakat, fasilitas KUR, CSR dan pemberian kredit usaha rakyat. Program-program tersebut telah dilakukan pemerintah dengan cukup baik dapat dilihat dari angka tingkat kemiskinan Provinsi Sumatera Utara yang cenderung menurun dari tahun ke tahun.

4.1.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara memiliki jumlah penduduk terbanyak keempat di Indonesia pada tahun 2015. Jumlah penduduk di kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kota Medan merupakan daerah dengan jumlah penduduk terbanyak di Provinsi Sumatera Utara diikuti dengan kabupaten Deli Serdang. Hal tersebut memungkinkan dikarenakan kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara merupakan pusat industri, perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain, sehingga masyarakat dari

48

tempat lain akan pindah ke kota Medan dengan harapan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Kabupaten Deli Serdang yang merupakan daerah pinggiran (hinterland) sekaligus daerah terdekat kota Medan akan menerima dampak dari perkembangan yang terjadi di kota Medan.

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara pada 2011-2015 (dalam jiwa)

Kabupaten/Kota Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

Nias 132605 132860 133388 135319 136115

Mandailing Natal 408731 410931 413475 426382 430894 Tapanuli Selatan 266282 268095 268824 273132 275098 Tapanuli Tengah 314412 318908 324006 342902 350017 Tapanuli Utara 281868 283871 286118 290864 293399 Toba Samosir 174748 174865 175069 178568 179704 Labuhanbatu 418992 424644 430718 453630 462191

Asahan 674521 677876 681794 699720 706283

Simalungun 825366 830986 833251 844033 849405

Dairi 272578 273394 276238 277575 279090

Karo 354242 358823 363755 382622 389591

Deli Serdang 1807173 1845615 1886388 1984598 2029308

Langkat 976582 976885 978734 1005965 1013385

Nias Selatan 292417 294069 295968 305010 308281 Humbang

Hasundutan 173255 174765 176429 181026 182991

Pakpak Bharat 40884 41492 42144 44520 45516

Samosir 120772 121594 121924 123065 123789

Serdang Bedagai 599941 604026 605583 606367 608691

Batu Bara 379400 381023 382960 396479 400803

Padang Lawas

Utara 225621 229064 232746 247286 252589

Padang Lawas 227365 232166 237259 251927 258003 Labuhanbatu

Selatan 280269 284809 289655 307171 313884

Labuhanbatu Utara 333793 335459 337404 347465 351097 Nias Utara 128434 128533 129053 132735 133897

Nias Barat 82572 82701 82854 84419 84917

Sibolga 85271 85852 85981 86166 86519

Tanjungbalai 155889 157175 158599 164675 167012 Pematangsiantar 236893 236947 237434 245104 247411 Tebing Tinggi 146606 147771 149065 154804 156815

Medan 2117224 2122804 2123210 2191140 2210624

Binjai 248456 250252 252263 261490 264687

Padangsidimpuan 193322 198809 204615 206496 209796 Gunungsitoli 127382 128337 129403 134196 135995 Sumatera Utara 13103596 13215401 13326307 13766851 13937797 Sumber : Sumatera Utara dalam Angka BPS Tahun 2012-2016

50

4.1.4 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

Pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara meningkat pada tahun 2011 sampai tahun 2013 kemudian menurun sampai tahun 2015. Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, diantaranya adalah sumber daya manusia, sumber daya alam, modal, teknologi, sosial dan politik.

Tabel 4.3

Pertumbuhan Ekonomi menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara pada 2011-2015 (dalam juta rupiah)

Kabupaten/Kota

Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

Nias 106550 104840 112710 103230 110290

Mandailing Natal 351540 366510 394120 430460 436790 Tapanuli Selatan 282250 512500 1072120 320170 366730 Tapanuli Tengah 277450 240520 255520 261830 277470 Tapanuli Utara 300090 196230 221520 225650 227150 Toba Samosir 189530 192510 192790 176570 196090 Labuhanbatu 830810 934570 976430 900690 915890

Asahan 863300 932710 1034010 1111890 1113940

Simalungun 989740 1092740 1006520 1072270 1109830

Dairi 223030 223910 235970 246970 259920

Karo 601790 496780 510760 548400 566540

Deli Serdang 2565790 2256140 4378550 3897690 2922920 Langkat 1081190 1263940 1165480 1127530 1164490 Nias Selatan 124810 151350 143240 138990 148800 Humbang

Hasundutan 156550 156050 170820 164250 150610

Pakpak Bharat 30330 32290 33690 35740 38040

Samosir 111680 120080 127940 133010 136680

Serdang Bedagai 721120 778790 786910 734620 761570

Batu Bara 823870 969900 757060 784760 806490

Padang Lawas

Utara 331520 331840 340020 356840 370250

Padang Lawas 301520 311960 327600 337690 344220 Labuhanbatu

Selatan 707530 774940 787600 735430 748390

Labuhanbatu Utara 658490 716180 753670 685490 694840

Nias Utara 97040 96200 104320 97370 100840

Nias Barat 52170 53990 45360 47260 51170

Sibolga 112610 133620 145710 153560 155900

Tanjungbalai 171020 229650 232840 240190 244630 Pematangsiantar 359620 420250 658500 452670 397940 Tebing Tinggi 163130 150010 165880 159300 151130

Medan 6974880 7486420 5632420 6732660 6744870

Binjai 322350 317360 333840 343320 336910

Padangsidimpuan 154840 164560 167540 161440 166850 Gunungsitoli 130070 132550 141600 147540 148490 Sumatera Utara 21168210 22341890 23413060 23065480 22366670 Sumber : Sumatera Utara dalam Angka BPS Tahun 2012-2016

52

Pertumbuhan ekonomi kota Medan menjadi yang tertinggi di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2011-2015, hal tersebut disebabkan oleh karena kota Medan yang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara dan menjadi pusat berbagai macam kegiatan seperti perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan lainnya. Daerah lainnya yang memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi adalah kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah pinggiran (hinterland) kota Medan sehingga perkembangan yang terjadi di kota Medan akan berdampak pada perkembangan di kabupaten Deli Serdang, terlebih lagi dengan adanya pembangunan Bandara Kualanamu yang akan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan menarik investor untuk berinvestasi di daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi terendah di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2011-2015 dimiliki oleh kabupaten Pakpak Bharat.

4.1.5 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

Jumlah penduduk menganggur Provinsi Sumatera Utara mengalami fluktuasi dari tahun 2011 sampai tahun 2015. Pada tahun 2011 jumlah penduduk menganggur Provinsi Sumatera Utara sebesar 402.125 jiwakemudian menurun pada tahun 2012 dengan 379.982 jiwa, meningkat pada tahun 2013 dengan 412.202 jiwa, menurun kembali pada tahun 2014 dengan 390.712 jiwa, dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 428.794 jiwa dan merupakan yang tertinggi ke-5 di Indonesia. Tingkat Pengangguran Terbuka kabupaten/kota di Provinsi Sumatera pada tahun 2011-2015 dapat dilihat pada Tabel 4.4, sebagai berikut:

Tabel 4.4

Tingkat Pengangguran Terbuka Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara pada 2011-2015 (dalam jiwa)

Kabupaten/Kota Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

Nias 2841 112 578 320 642

Mandailing Natal 8858 13262 16994 13170 11750 Tapanuli Selatan 5497 3735 6839 10146 8054 Tapanuli Tengah 7577 8183 13774 7447 8288

Tapanuli Utara 5214 3583 3622 914 4029

Toba Samosir 1933 1852 1497 668 3277

Labuhanbatu 11835 12897 17025 14682 20999

Asahan 20488 21096 13651 5237 17120

Serdang Bedagai 14740 15605 18235 19491 19011

Batu Bara 9244 10937 10618 11312 9835

Padang Lawas Utara 4983 6688 4464 12297 6047

Padang Lawas 5286 6753 5016 5516 6827

Labuhanbatu Selatan 5373 10201 11612 5977 5698 Labuhanbatu Utara 8269 10685 12494 15278 13533

Nias Utara 2832 2076 1935 1765 2566

Nias Barat 1472 509 379 442 1301

Sibolga 3648 7470 3752 5094 4210

Tanjungbalai 7263 9598 5590 5511 7234

Pematangsiantar 10203 6433 7145 9373 11593

Tebing Tinggi 5549 7387 4832 5135 7361

Medan 99916 84501 100568 92437 108243

Binjai 10006 10557 7605 9139 12511

Padangsidimpuan 7806 8588 5927 6238 6835

Gunungsitoli 3710 4736 4793 4638 5952

Sumatera Utara 402125 379982 412202 390712 428794 Sumber : Sumatera Utara dalam Angka BPS Tahun 2012-2016

54

Pada tahun 2011-2015 jumlah penduduk yang tidak bekerja atau menganggur yang tertinggi di kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara dimiliki kota Medan. Banyak masyarakat tertarik untuk pindah dan mencari pekerjaan di ibukota Provinsi Sumatera Utara tersebut. Jumlah penduduk yang tidak bekerja terendah pada tahun 2011 dimiliki oleh kabupaten Pakpak Bharat dengan 760 jiwa. Pada tahun 2012 kabupaten Nias memiliki 112 jiwa penduduk yang tidak bekerja dan menjadi yang terendah di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki 293 jiwa penduduk yang tidak bekerja pada tahun 2013. Kabupaten Nias menjadi daerah yang memiliki jumlah penduduk tidak bekerja/menganggur terendah di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2014 dengan 320 jiwa. Dan pada tahun 2015, dengan 596 jiwa penduduk yang tidak bekerja/menganggur terendah dimiliki oleh kabupaten Nias Selatan.

4.2. Pemilihan Model Estimasi 4.2.1 Uji Chow

Uji Chow digunakan untuk menentukan model terbaik antara pendekatan efek tetap (FEM) dengan pendekatan kuadrat kecil (CEM). Jika Ho diterima, maka pendekatan kuadrat kecil (CEM) yang dipilih, dan sebaliknya jika H1 diterima, maka pendekatan efek tetap (FEM) yang dipilih.

Tabel 4.5 Uji Chow

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 196.359242 (32,129) 0.0000 Cross-section Chi-square 644.521585 32 0.0000 Sumber : E-views diolah

Dapat dilihat pada Tabel 4.5 bahwa nilai probability F sebesar 0,0000 <

0,05, maka H1 diterima yaitu Pendekatan Efek Tetap (FEM) yang lebih baik daripada Pendekatan Kuadrat Kecil (CEM). Oleh karena FEM yang terpilih, maka pengujian dilanjutkan ke Uji Hausman untuk membandingkan FEM dengan REM.

4.2.2 Uji Hausman

Uji Hausman digunakan untuk menentukan model terbaik antara pendekatan efek tetap (FEM) dengan pendekatan efek acak (REM). Jika H0

diterima, maka pendekatan efek acak (REM) yang diterima, dan jika H1 diterima, maka pendekatan efek tetap (FEM) yang diterima. Hasil dari Uji Hausman dapat dilihat pada Tabel 4.6, sebagai berikut:

Tabel 4.6 Uji Hausman

Test Summary Chi-Sq. Statistic Cross-section random 46.111549 Sumber : E-views diolah

Dari hasil Uji Hausman, dapat dilihat bahwa nilai Chi Squared Statistic sebesar 46,11 <Chi Squared Table sebesar 46,19, maka pendekatan efek acak (REM) lebih baik daripada pendekatan efek tetap (FEM).

Berdasarkan hasil dari Uji Hausman, model estimasi terbaik yang diperoleh adalah pendekatan efek acak (REM). Berikut adalah hasil estimasi pendekatan efek acak (REM):

56

Tabel 4.7 Random Effect Model

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 22506.14 3207.775 7.016122 0.0000

Hasil estimasi pendekatan efek acak (REM) menunjukkan variabel JP atau Jumlah Penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Tingkat Kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara dengan nilai sebesar 0,042889, artinya setiap penambahan 1 jiwa penduduk akan meningkatkan Tingkat Kemiskinan sebesar 0,042889 jiwa. Nilai Prob. dari variabel Jumlah Penduduk sebesar 0,0000 < 0,05 menunjukkan variabel Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat Kemiskinan. Variabel PE atau Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara dengan nilai sebesar-0,000307, artinya setiap penambahan 1 juta rupiah pertumbuhan ekonomi akan menurunkan Tingkat Kemiskinan sebesar 0,000307 jiwa. Nilai Prob. dari variabel Pertumbuhan Ekonomi sebesar 0,7499> 0,05 menunjukkan variabel Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel Tingkat Kemiskinan.

Variabel TPT atau Tingkat Pengangguran Terbuka berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara dengan nilai sebesar 0,250864, artinya setiap penambahan 1 jiwa tingkat

pengangguran terbuka akan menaikkan Tingkat Kemiskinan sebesar 0,250864 jiwa. Nilai Prob. dari variabel Tingkat Pengangguran Terbuka sebesar 0,0002<

0,05 menunjukkan variabel Tingkat Pengangguran Terbuka berpengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat Kemiskinan.

Nilai R-squared sebesar 0,386499 menunjukkan variabel Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran Terbuka memiliki hubungan dengan variabel Tingkat Kemiskinan sebesar 38,6499%. Nilai Adjusted R-squared sebesar 0,375067 menunjukkan variabel Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran Terbuka dapat menjelaskan variabel Tingkat Kemiskinan sebesar 37,5067% dan sisanya sebesar 62,4933%

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam penelitian ini. Nilai Prob(F-statistic) sebesar 0,000000< 0,05 menunjukkan variabel Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran Terbuka secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat Kemiskinan.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil estimasi variabel Jumlah Penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Tingkat Kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara, berarti jika Jumlah Penduduk meningkat maka Tingkat Kemiskinan meningkat, dan sebaliknya. Hasil estimasi tersebut sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan variabel Jumlah Penduduk berpengaruh positif terhadap variabel Tingkat Kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara, serta sesuai dengan pendapat Sukirno yaitu perkembangan penduduk yang bertambah cepat dan jumlah yang sangat besarmenimbulkan

58

masalah baru yang serius, yaitu struktur penduduk yang berat sebelah, yaitu banyaknya penduduk yang berada dibawah umur (dibawah 15 tahun).Tingkat perkembangan penduduk yang semakin cepat menyebabkan proporsi penduduk yang belum dewasa menjadi bertambah tinggi dan jumlah anggota keluarga menjadi bertambah besar. Hal tersebut menyebabkan semakin banyak anggota keluarga yang perlu ditanggung biaya kehidupan sehari-harinya. Sosialisasi program Keluarga Berencana perlu untuk ditingkatkan untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk ini, agar masyarakat dapat lebih sejahtera.

Berdasarkan hasil estimasi variabel Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap variabel Tingkat Kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara, berarti jika Pertumbuhan Ekonomi meningkat maka Tingkat Kemiskinan menurun, dan sebaliknya. Hasil estimasi tersebut sesuai dengan hipotesis penelitian dan teori-teori yang peneliti dapat. Sukirno mengatakan bahwa pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan menyebabkan peningkatan permintaan akan tenaga kerja dan peningkatan upah, dan dengan demikian mengurangi kemiskinan. Pendapatan yang lebih baik meningkatkan produktifitas tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan juga memperbaiki pendapatan publik dan meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk prasarana fisik dan sosial, sehingga membantu mengurangi kemiskinan.

Pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara mengalami fluktuasi dari tahun 2011 sampai 2015, pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan pdrb dari tahun t-1 ke tahun t dalam suatu wilayah, sehingga pertumbuhan ekonomi yang menurun menandakan kenaikan pdrb di suatu

wilayah mengalami penurunan atau melambat dari tahun-tahun sebelumnya, dan sebaliknya. Salah satu faktor yang mempengaruhi melambatnya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara ini adalah kegiatan ekspor yang masih didominasi dari sumber daya alam, bukan seperti Negara Singapura yang kegiatan ekspornya didominasi dari industri. Permintaan akan komoditas minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil (CPO)) atau komoditas lain seperti karet yang menurun menyebabkan harga dan ekspor menurun. Pekerjaan penduduk kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara masih didominasi dari sektor pertanian, kehutanan, perkebunan, perikanan dan peternakan yaitu sebesar 41,30% pada tahun 2015, sehingga perubahan harga dan permintaan produk sumber daya alam akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara. Infrastruktur yang rusak seperti jalan, ketersediaan listrik yang belum mencapai seluruh

wilayah mengalami penurunan atau melambat dari tahun-tahun sebelumnya, dan sebaliknya. Salah satu faktor yang mempengaruhi melambatnya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara ini adalah kegiatan ekspor yang masih didominasi dari sumber daya alam, bukan seperti Negara Singapura yang kegiatan ekspornya didominasi dari industri. Permintaan akan komoditas minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil (CPO)) atau komoditas lain seperti karet yang menurun menyebabkan harga dan ekspor menurun. Pekerjaan penduduk kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara masih didominasi dari sektor pertanian, kehutanan, perkebunan, perikanan dan peternakan yaitu sebesar 41,30% pada tahun 2015, sehingga perubahan harga dan permintaan produk sumber daya alam akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara. Infrastruktur yang rusak seperti jalan, ketersediaan listrik yang belum mencapai seluruh

Dokumen terkait