HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
4.6 Pengujian Hipotesis
4.7.2 Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen Secara Parsial
4.7.2.1 Pengaruh Dividend Payout Ratio Terhadap Beta Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan variabel Dividend Payout Ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap Beta Saham dengan nilai signifikansi 0.0621> 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa baik peningkatan maupun penurunan Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap Beta Saham perusahaan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, variabel Dividend Payout Ratio memiliki pengaruh yang negatif terhadap Beta Saham yang artinya bahwa setiap kenaikan Dividend Payout Ratio sebesar 1% akan menurunkan Beta Saham sebesar 1.055815. Semakin tinggi beta saham, maka semakin rendah nilai dividend payout. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis dan mendukung teori investasi. Perusahaan dengan risiko yang tinggi cenderung membayar Dividend Payout lebih kecil agar tidak mengurangi dividen yang dibayarkan apabila laba yang diperoleh turun (Jogiyanto, 295: 2013).
Hasil pengujian ini signifikan dengan hasil penelitian dari Bargeron (2012), Carolina (2014) yang juga menunjukkan bahwa Dividend Payout Ratio berpengaruh negatif terhadap beta saham.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arfan (2010).
4.7.2.2 Pengaruh Asset Growth Terhadap Beta Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan Asset Growth berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Beta Saham dengan nilai signifikansi 0.8711 > 0,05. Hal ini menunjukkan setiap peningkatan maupun penurunan Asset Growth tidak berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan Beta Saham perusahaan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, variabel Asset Growth memiliki pengaruh yang positif terhadap Beta Saham yang artinya bahwa setiap kenaikan Asset Gowth sebesar 1% akan meningkatkan Beta Saham sebesar 0.015842. Semakin tinggi Asset Growth, maka semakin besar beta saham. Hasil pengujian ini sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi Asset Growth perusahaan, maka memungkinkan perusahaan untuk melakukan pengembangan usaha. Pengembangan usaha ini akan meningkatkan laba yang didapat oleh perusahaan dan juga meningkatkan risiko sistematis perusahaan apabila tidak diimbangi dengan kinerja yang baik. Hasil pengujian ini didukung dari penelitian dari Chandra (2013), Caecilia (2014) yang menyatakan bahwa Asset Growth berpengaruh positif tidak signifikan.
4.7.2.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Beta Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Beta Saham dengan nilai signifikansi 0.3652 > 0,05. Hal ini menunjukkan setiap peningkatan maupun penurunan Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan Beta Saham perusahaan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, variabel Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh yang positif terhadap Beta Saham yang artinya bahwa setiap kenaikan Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 1% akan meningkatkan Beta Saham
sebesar 0.077890. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER), berarti total hutang perusahaan semakin besar dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga berakibat pada beban perusahaan yang semakin besar terhadap pihak kreditur. Semakin besar jumlah kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi kepada pihak kreditur dibanding dengan ekuitas yang dimiliki, maka hak dari pemegang saham semakin berkurang, hal ini dikarenakan sebagian besar penghasilan yang diperoleh perusahaan digunakan untuk membayar pinjaman (pokok dan bunga) kepada pihak kreditur. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat DER yang tinggi, maka tingkat risiko keuangannya juga makin tinggi.
4.7.2.4 Pengaruh Current Ratio Terhadap Beta Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan Current Ratio berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Beta Saham dengan nilai signifikansi 0.1090 > 0,05. Hal ini menunjukkan setiap peningkatan maupun penurunan Current Ratio tidak berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan Beta Saham perusahaan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, variabel Current Ratio memiliki pengaruh yang positif terhadap Beta Saham yang artinya bahwa setiap kenaikan Current Ratio sebesar 1% akan meningkatkan Beta Saham sebesar 0.111433. Semakin baik current ratio menandakan bahwa semakin mampu perusahaan membiayai semua kegiatan jangka pendeknya. Hal ini memungkinkan perusahaan tidak dalam kondisi kesulitan dana untuk operasionalnya, sehingga akan terhindar dari adanya kerugian akibat kekurangan dana. Dari sisi risiko saham kondisi ini akan mempunyai dampak terhadap risiko sistematis (beta saham). Current Ratio yang terlalu besar
justru menunjukan adanya aset lancar yang terlalu besar sehingga perusahaan tampak kurang mampu menggunakan aset lancarnya untuk kegiatan investasi sehingga akan memperbesar risiko sistematis saham.
Hasil pengujian ini signifikan dengan hasil penelitian dari Pasquale (2012), Carolina (2014) yang juga menunjukkan bahwa Current Ratio berpengaruh positif terhadap beta saham.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soroso (2012).
4.7.2.5 Pengaruh Earning Variability Terhadap Beta Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan Earning Variability berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Beta Saham dengan nilai signifikansi 0.1090 > 0,05. Hal ini menunjukkan setiap peningkatan maupun penurunan Earning Variability tidak berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan Beta Saham perusahaan.Perbedaan dikarenakan jumlah sampel, pengambilan periode waktu penelitian yang berbeda dan jangka waktu yang digunakan juga berbeda serta kondisi pasca krisis ekonomi yang masih penuh dengan ketidakpastian ekonomi dan politik. Arah variabel Earning Variability sesuai dengan fenomena gap, apabila Earning Variability naik maka beta saham cenderung naik.
4.7.2.6 Pengaruh Return on Equity (ROE) Terhadap Beta Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan Return on Equity (ROE) berpengaruh negatif signifikan terhadap Beta Saham dengan nilai signifikansi 0.0314 < 0,05. Hal ini menunjukkan setiap peningkatan maupun penurunan Current Ratio
berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan Beta Saham perusahaan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, variabel Return on Equity (ROE) memiliki pengaruh yang negatif terhadap Beta Saham yang artinya bahwa setiap kenaikan Return on Equity (ROE) sebesar 1% akan menurunkan Beta Saham sebesar 1.468320. investor biasanya akan mempertimbangkan perusahaan yang mampu memberikan kontribusi Return On Equity (ROE) yang lebih tinggi. Dari sudut pandang investor Return On Equity (ROE) merupakan salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa mendatang dan investor dapat melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Return On Equity (ROE) sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang diharapkan investor. Bagi investor semakin tinggi return on equity menunjukkan risiko investasi kecil, atau dengan kata lain dikatakan bahwa semakin tinggi Return On
Equity (ROE) akan mengakibatkan beta saham tersebut semakin rendah sebaliknya bila
Return On Equity (ROE) rendah akan mengakibatkan beta sahamnya semakin tinggi
4.7.2.7 Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Beta Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan Tingkat Suku Bunga berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Beta Saham dengan nilai signifikansi 0.8083 > 0,05. Hal ini menunjukkan setiap peningkatan maupun penurunan Tingkat Suku Bunga tidak berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan Beta Saham perusahaan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, variabel Tingkat Suku Bunga memiliki pengaruh yang negatif terhadap Beta Saham yang artinya bahwa setiap kenaikan Tingkat Suku Bunga sebesar 1% akan menurunkan Beta Saham sebesar 0,529153. Dalam
penelitian ini hubungan suku bunga SBI terhadap risiko negatif karena para investor memandang semakin rendah tingkat suku bunga akan semakin mendorong mereka untuk melakukan investasi. Hal ini dikarenakan biaya penggunaan dana semakin kecil sehingga tingkat keuntungan yang diharapkan semakin besar dan risiko yang dihadapi semakin besar. Kondisi ini sesuai dengan teori investasi “High Return, High Risk”. Return dan risiko berjalan searah.
Penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jika tingkat suku bunga tinggi maka akan mengakibatkan harga saham turun dan risiko investasi menjadi menurun. Sebaliknya jika tingkat suku bunga rendah. maka akan mengakibatkan harga saham naik dan risiko investasi menjadi meningkat.
4.7.2.8 Pengaruh Inflasi Terhadap Beta Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan Inflasi berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Beta Saham dengan nilai signifikansi 0.326421 > 0,05. Hal ini menunjukkan setiap peningkatan maupun penurunan Inflasi tidak berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan Beta Saham perusahaan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, variabel Inflasi memiliki pengaruh yang positif terhadap Beta Saham yang artinya bahwa setiap kenaikan Inflasi sebesar 1% akan meningkatkan Beta Saham sebesar 1,013549. Tingkat inflasi yang tinggi akan menyebabkan risiko investasi (beta) saham juga meningkat. Peningkatan inflasi yang terjadi akan menyebabkan harga faktor produksi meningkat dan penurunan tingkat profitabilitas perusahaan sehingga risiko perusahaan semakin besar. Disisi lain tingkat inflasi yang tinggi akan menyebabkan investasi di pasar modal menjadi kurang menguntungkan karena tingkat bunga di tabungan dan deposito lebih
menguntungkan, hal ini mengakibatkan risiko berinvestasi saham menjadi lebih besar. Hal ini membuktikan kebenaran teori Arbitrage Pricing Theory yang mengatakan bahwa inflasi sebagai salah satu faktor ekonomi makro berpengaruh terhadap beta saham.
4.7.2.9 Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Terhadap Beta Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan Nilai Tukar (Kurs) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Beta Saham dengan nilai signifikansi 0.326421 > 0,05. Hal ini menunjukkan setiap peningkatan maupun penurunan Nilai Tukar (Kurs)
tidak berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan Beta Saham
perusahaan.Berdasarkan hasil yang diperoleh, variabel Nilai Tukar (Kurs) memiliki pengaruh yang positif terhadap Beta Saham yang artinya bahwa setiap kenaikan Nilai Tukar (Kurs) sebesar 1% akan meningkatkan Beta Saham sebesar 1,013549. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan lim (2013) yang menemukan bahwa nilai tukar rupiah mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap risiko investasi. Penelitian ini mendukung hasil penelitian Rahardian dan Heri (2014), yang menemukan bahwa nilai tukar rupiah mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap risiko investasi. ini memberikan fenomena dimana hanya terjadi volatilitas nilai tukar yang tidak signifikan pada periode penelitian, hasil dari penelitian memiliki nilai koefisien negatif antara kurs valas dengan risiko investasi saham menunjukkan bahwa semakin tinggi kurs valas maka semakin kecil risiko.
BAB V