Lampiran 1
Sampel Perusahaan Sub Sektor Telekomunikasi Tabel 3.3
Daftar Perusahaan Sampel
No Kode
Emiten Nama Perusahaan Keterangan
1 AKRA AKR Corporindo Tbk Sampel 1
2 AALI Astra Agro Lestari Tbk Sampel 2 3 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk Sampel 3 4 ASII Astra Internasional Tbk Sampel 4 5 ASRI Alam Sutera Realty Tbk Sampel 5 6 BBCA Bank Central Asia Tbk Sampel 6
7 BBKP Bank Bukopin Sampel 7
8 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sampel 8 9 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sampel 9 10 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Sampel 10
11 BDMN Bank Danamon Tbk Sampel 11
12 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk Sampel 12 13 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk Sampel 13 14 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Sampel 14
15 CTRA Ciputra Development Sampel 15
16 DILD Intiland Development Tbk Sampel 16
17 EXCL XL Axiata Tbk Sampel 17
18 GGRM Gudang Garam Tbk Sampel 18
19 GJTL Gajah Tunggal Tbk Sampel 19
20 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk Sampel 20 21 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk Sampel 21
22 ISAT Indosat Tbk Sampel 22
23 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk Sampel 23 24 JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk Sampel 24
25 KLBF Kalbe Farma Tbk Sampel 25
26 LPKR Lippo Karawaci Tbk Sampel 26
Lampiran 2
Statistik Deskriptif Dari Beta Saham, Dividend Payout Ratio, Asset Growth,
Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio, Earning Variability, Return on Equity (ROE), Tingkat Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar (Kurs).
BETA DPR GROWTH DER CR
Mean 1.418125 0.359792 0.262500 2.177778 2.075347 Median 1.340000 0.295000 0.160000 1.095000 1.370000 Maximum 6.160000 0.950000 12.60000 12.15000 10.94000 Minimum -1.590000 0.030000 -0.870000 0.150000 0.040000 Std. Dev. 1.211161 0.225917 1.046379 2,764348 1.867273
Observations 144 144 144 144 144
EV ROE BI INFLASI KURS
Mean 3.532778 0.219851 6.750000 6.207500 10841.75 Median 3.435000 0.183466 6.750000 6.330000 10929.50 Maximum 11.14000 1.535148 7.750000 8.380000 12440.00 Minimum 0.890000 0.004910 5.750000 3.790000 9068.000 Std. Dev. 1.457103 0.218356 0.886969 2.177590 1495.897
Observations 144 144 144 144 144
Hasil Penelitian 2016 (Data diolah)
28 MNCN Media Nusantara Citra Tbk Sampel 28 29 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk Sampel 29
30 PTPP PP (Persero) Tbk Sampel 30
31 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk Sampel 31 32 SMRA Summarecon Agung Tbk Sampel 32
33 TINS Timah (Persero) Tbk Sampel 33
34 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk Sampel 34
35 UNTR United Tractors Tbk Sampel 35
Lampiran 3
Uji Multikolinearitas dengan Matriks Korelasi
Hasil Penelitian 2016 (Data diolah)
Lampiran 4
Uji Autokorelasi dengan Bruesch Godfery Breusch-Godfrey Serial
Correlation LM Test
F-statistic 1.2123322 Prob. F(14, 10) 0.3005
Obs*R-squared 2.599461 Prob. Chi-Square(14) 0.2726 Sumber : Hasil Penelitian 2016 (data diolah)
Lampiran 5
Uji Heteroskedastisitas dengan Uji White Heteroscedasticity Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 0.521744 Prob. F(14, 10) 0.8568
Obs*R-squared 4.875282 Prob. Chi-Square(14) 0.8450 Scaled explained SS 8.872217 Prob. Chi-Square(14) 0.4492 Sumber: Hasil Penelitian 2016 (data diolah)
Lampiran 6
Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: Untitled
Test cross-section random effects Test Summary
Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 12.486148 9 0.1873
Lampiran 7
Pengujian Regresi Berganda Data Panel Dependent Variabel : BETA SAHAM
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 06/30/16 Time: 12.04
Sampel: 20112014 Included observations: 144
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
DPR -1.055815 0.560048 -1.885221 0.6421
GROWTH 0.015842 0.097379 0.162684 0.8711
Lanjutan Lampiran 8
DER 0.077890 0.085653 0.909367 0.3652
CR 0.111433 0.068939 1.616397 0.1090
EV -0.133865 0.085740 -1.561292 0.1214
ROE -1.468320 0.776576 -1.890762 0.0314
BI -0.529153 2.175524 -0.243230 0.8083
INFLASI 1.013549 3.105039 0.326421 0.7447
KURS -0.001123 0.003295 -0.340901 0.7339
C 11.64612 30.90937 0.376783 0.7071
R-squared 0.428950 Mean dependent var 1.418125
Adjusted R-squared 0.229622 S.D. dependent var 1.211161 S.E. of regression 1.063050 Akaike info criterion 3.181566 Sum squared resid 119.7881 Schwarz criterion 3.965266 Log likelihood -191.0727 Hannan-Quinn criter. 3.500017 F-statistic 2.151974 Durbin-Watson stat 3.072009 Prob(F-statistic) 0.001251
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini menjelaskan fenomena yang
ada dan menganalisis informasi yang didapatkan untuk melihat pengaruh variabel
yang satu dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2012:11).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan yang terdaftar dalam Indeks
Kompas 100 dengan mengakses website www.idx.co.id. .Untuk menghitung beta
komponen data diperoleh melalui www. finance.yahoo.co.id. Penelitian ini akan
dilakukan pada bulan Mei 2016 hingga Juli 2016.
3.3 Batasan Operasional
Yang menjadi batasan operasional pada penelitian ini adalah:
1. Perusahaan yang terdaftar di Indeks Kompas 100 periode 2011-2014.
2. Variabel yang digunakan yaitu variabel independen dan variabel
dependen.Variabel independen terdiri Dividend Payout Ratio, Asset Growth,
Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio,Earning Variability, Return on
Equity (ROE). Tingkat Suku Bunga, Inflasi,dan Nilai Tukar (Kurs). Variabel
3.4 Definisi Operasional Variabel 3.4.1 Variabel Dependen
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini, adalah beta saham.
Beta saham merupakan kepekaan tingkat keuntungan suatu sekuritas terhadap
perubahan-perubahan pasar. Beta saham dihitung dengan menggunakan Model
Indeks Tunggal (Single Index Model). Menurut Jogiyanto persamaan regresi yang
digunakan untuk mendapatkan koefisien regresi return saham terhadap return pasar
adalah sebagai berikut (Jogiyanto, 365: 2010)
Keterangan :
= return sekuritas ke-i.
= nilai espektasi dari return sekuritas yang bebas terhadap return pasar = koefisien beta yang mengukur terhadap perubahan
= tingkat return dari indeks pasar juga merupakan suatu variabel acak.
= kesalahan residu, merupakan variabel acak dengan nilai espektasi sama dengan nol
Tingkat pengembalian pasar (Rm) dapat dihitung menggunakan data indeks
harga saham gabungan (IHSG) dengan mencantumkan seluruh saham yang tercatat
di bursa selama periode waktu tertentu. Persamaan yang digunakan dalam
menghitung return pasar adalah sebagai berikut (Jogiyanto, 2010:367). Dalam
penelitian ini IHSG dihitung per bulan, yaitu selama 12 bulan atau untuk periode
satu tahun.
Keterangan:
Rm = return indeks pasar saham pada bulan ke-t. IHSGt = IHSG pada bulan ke-t (bulan saaini).
= IHSG pada bulan ket-1 (bulan yang lalu)
Penghitungan tingkat return saham (Ri) dapat menggunakan data dari
perubahan harga saham perusahaan yang terjadi selama periode tertentu. Persamaan
yang dapat digunakan untuk menghitung return saham perusahaan adalah sebagai
berikut (Jogiyanto, 2010: 207): Dalam penelitian ini Return Individual dihitung per
bulan, yaitu selama 12 bulan atau untuk periode satu tahun.
=
Keterangan:
= return saham I pada bulan ke-t.
P = harga saham penutupan pada bulan ke-t (bulan saat ini)
= harga saham penutupan pada bulan ket-1 (bulan yang lalu)
3.4.2 Variabel Independen
Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Dividend Payout Ratio
Dividend payout ratio diukur sebagai dividen yang dibayarkan dibagi laba yang
tersedia untuk pemegang saham umum. Jadi, Dividend Payout Ratio merupakan
presentase laba yang dibagikan kepada pemegang saham umum dari laba yang
diperoleh perusahaan. Rumus dividend payout ratio:
2. Asset Growth
Asset Growth merupakan rata-rata pertumbuhan kekayaan perusahaan. Bila
kekayaan awal suatu perusahan adalah tetap jumlahnya, maka pada tingkat
pertumbuhan aktiva yang tinggi berarti besarnya kekayaan akhir perusahaan
tersebut semakin besar. Demikian pula sebaliknya. Pada tingkat pertumbuhan
aktiva yang tinggi, bila besarnya kekayaan akhir tinggi berarti kekayaan awalnya
rendah. Variabel ini juga dapat didefinisikan sebagai perubahan tahunan dari aktiva
tetap, dirumuskan sebagai berikut:
Asset Growth
=
3.Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) adalah tingkat penggunaan hutang terhadap
total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan
persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman.
Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah
rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka panjang.
Debt to Equity Ratio =
4. Current Ratio
Rasio ini mengintepretasikan likuiditas perusahaan, di mana kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansial jangka pendek pada
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek.
Sehingga, perusahaan dengan current ratio yang tinggi menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut likuid. Rumus Current Ratio:
Current Ratio =
5. Earning Variability
Variabel ini menggambarkan variabilitas return suatu perusahaan. Besarnya
earning variability suatu perusahaan diukur denganbesarnya penyimpangan Price
Earning rasionya (PER). Earning Variability dihitung dengan rumus
Earning variability = standar deviasi dari PER
6. Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
penghasilan bersih yang diperoleh perusahaan atas modal yang diinvestasikannya.
Semakin besar rasio ROE mengambarkan semakin baik keadaan perusahaan, sehingga
akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya.Rumus
menghitung ROE:
Return on Equity =
7. Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan dana investasi (loanable
funds).Tingkat suku bunga merupakan salah satu indikator dalam menentukan apakah
seseorang akan melakukan invesatasi atau menabung. Suku bunga yang digunakan
adalah tingkat suku bunga SBI.
Tingkat Suku Bunga = Suku Bunga Tahunan Bank Indonesia
8. Inflasi
Inflasi adalah sebagai gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum
dan terus menerus. Inflasi yang tinggi akan mengakibatkan daya beli
masyarakatmenurun. Sebagian besar perusahaan akan mengalami penurunan harga
saham bila tingkat inflasi naik lebih besar dari yang diharapkan. Sehingga dapat
dikatakan inflasi berkorelasi negatif dengan harga saham.
Inflasi =
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi variabel Indikator Skala
Lanjutan Tabel 3.1
Variabel Definisi variabel Indikator Skala
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atasubjek
yang menjadi kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:61). Populasi
dalam penelitian ini berjumlah 100 perusahaan yang sahamnya tergolong dalam
indeks Kompas100 yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. Pemilihan populasi
ini didasarkan pada pertimbangan saham yang likuid yang artinya saham
tersebut selalu aktif diperjualbelikan. Tetapi tidak semua anggota populasi
menjadi objek penelitian, sehingga perlu dilakukan pengambilan sampel.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2012:62). Adapun teknik penentuan sampel dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan beberapa kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaaan yang konsisten masuk dalam Indeks Kompas 100 Periode 2011-2014
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang rupiah
3. Perusahaan yang membagikan dividen secara konsisten selama 2011-2014.
Tabel 3.2 Pemilihan Sampel
No. Kriteria Sampel Jumlah
1. Jumlah perusahaan yang konsisten masuk Indeks Kompas 100 Periode 2011-2014
54
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang selain Rupiah
(7) 3. Perusahaan yang membagikan dividen secara konsisten selama
periode 2011-2014
(11)
Berdasarkan kriteria purposive sampling diatas, maka sampel penelitian
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Daftar Perusahaan Sampel
No Kode
Emiten Nama Perusahaan Keterangan
1 AKRA AKR Corporindo Tbk Sampel 1
2 AALI Astra Agro Lestari Tbk Sampel 2 3 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk Sampel 3 4 ASII Astra Internasional Tbk Sampel 4 5 ASRI Alam Sutera Realty Tbk Sampel 5 6 BBCA Bank Central Asia Tbk Sampel 6
7 BBKP Bank Bukopin Sampel 7
8 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sampel 8 9 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sampel 9 10 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Sampel 10
11 BDMN Bank Danamon Tbk Sampel 11
12 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk Sampel 12 13 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk Sampel 13 14 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Sampel 14
15 CTRA Ciputra Development Sampel 15
16 DILD Intiland Development Tbk Sampel 16
17 EXCL XL Axiata Tbk Sampel 17
18 GGRM Gudang Garam Tbk Sampel 18
19 GJTL Gajah Tunggal Tbk Sampel 19
20 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk Sampel 20 21 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk Sampel 21
22 ISAT Indosat Tbk Sampel 22
23 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk Sampel 23 24 JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk Sampel 24
25 KLBF Kalbe Farma Tbk Sampel 25
26 LPKR Lippo Karawaci Tbk Sampel 26
Sumber:
3.6 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu
data yang berwujud angka-angka. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder. Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak
memberikan informasi secara langsung kepada pengumpul data, sumber ini dapat
berupa hasil pengolahan lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam bentuk
lain atau dari orang lain (Sugiyono, 2012:225). Data sekunder yang digunakan
dalam penelitian ini berupa laporan historis harga saham dan laporan keuangan
perusahaan yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Data-data yang
digunakan dalam penelitian ini bersumber dari:
a) Index Kompas100 periode Februari 2011- Juli 2014.
b) IDX Company Report periode 2011-2014
c) Finance.Yahoo.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data
sekunder dengan studi pustaka yang didapatkan dari buku-buku literatur serta
28 MNCN Media Nusantara Citra Tbk Sampel 28 29 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk Sampel 29
30 PTPP PP (Persero) Tbk Sampel 30
31 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk Sampel 31 32 SMRA Summarecon Agung Tbk Sampel 32
33 TINS Timah (Persero) Tbk Sampel 33
34 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk Sampel 34
35 UNTR United Tractors Tbk Sampel 35
jurnal yang berkaitan dan menunjang dalam penelitian ini. Data sekunder ini
dikumpulkan dengan menggunakan metode dokumentasi, yaitu dengan cara
mencatat atau mendokumentasikan data yang berkaitan dengan penelitian yang
tercantum IDX Company Report pada perussahaan yang sahamnya masuk dalam
anggota Kompas100 dan terdaftar di BEI selama periode 2011-2014.
3.8 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan eviews dengan menggunakan alat statistik deskriptif dan regresi
linear berganda yang terdiri dari satu model dengan satu variabel dependen (Y) dan
delapan variabel independen ( X2, X2, X,3 X4 X5, X6, X7, X8, X9 )
3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum dan generalisasi (Sugiyono, 2012:206).Penyajian data pada statistik
deskriptif dapat berbetuk tabel,diagram,ukuran,dan gambar.
3.8.2 Uji Asumsi Klasik
Menurut Erlina (2008:102) metode pangkat kuadrat terkecil biasa (ordinal
least square) OLS adalah metode untuk mengestimasi suatu garis regresi dengan
jalan meminimalkan jumlah kuadrat kesalahan setiap observasi terhadap garis
tersebut. Tujuan utama regresi adalah mengestimasi fungsi regresi populasi
berdasarkan fungsi regresi sampel. Dalam hal ini, uji asumsi klasik yang harus
3.8.2.1Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Menurut Ajija et al
(2011:35) multikoliearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti
di antara beberapa atau variabel yang menjelaskan dari model regresi. Ada atau
tidaknya multikolinearitas dapat diketahui atau dilihat dari koefisiensi korelasi
masing-masing variabel bebas.
3.8.2.2Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan penggangu
pada periode t-1 (sebelumnya). Menurut Ajija et al (2011:40) autokorelasi
menunjukkan korelasi di antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan
menurut waktu atau ruang. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi, yaitu: pertama,
memperhatikan nilai t-statistik, R2, uji F dan Durbin Watson statistik.
Dari hasil estimasi, diketahui bahwa nilai DW statistik relatif yakni sebesar
0,492. Artinya ada kemungkinan terjadi masalah autokorelasi. Kedua, melakukan
uji LM (metode Bruesch Godfery). Metode ini didasarkan pada nilai F dan Obs*
R-Squared, dimana jika nilai profitabilitas dari Obs* R-Squared melebihi tingkat
kepercayaan, maka H0 diterima. Artinya tidak ada masalah autokorelasi.
3.8.2.3Uji Heteroskedasitas
Uji heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
Menurut Ajija et al (2011:36) heteroskedasitas merupakan keadaan dimana semua
gangguan yang muncul dalam fungsi regresi populasi tidak memiliki varians yang
sama. Uji ini dapat dilakukan dengan cara, yaitu: pertama, melihat pola residual
dari hasil estimasi regresi. Jika residual bergerak konstan maka tidak ada
heteroskedasitas. Akan tetapi, jika residual membentuk suatu pola tertentu, maka
hal tersebut mengindikasikan adanya heteroskedasitas.
Kedua, untuk membuktikan dugaan pada ujian heteroskedasitas, maka
dilakukan uji White Heteroscedasticity yang tersedia dalam program Eviews. Hasil
yang diperhatikan dari uji ini adalah nilai F dan Obs* R-Squared. Jika nilai Obs* R-
Squared lebih kecil dari X2 tabel, maka tidak terjadi heteroskedasitas demikian juga
sebaliknya.
3.8.3 Pemilihan Model Data Panel
Data Panel adalah data yang terdiri atas beberapa variabel seperti pada data
seksi silang, namun juga memiliki unsur waktu pada runtut waktu (Winarno,
2015:102).Data Panel merupakan suatu kumpulan data yang terdiri dari sejumlah
data cross-section dari suatu rentang waktu tertentu (time series).Untuk
mengestimasi parameter model dengan data panel terdapat beberapa pendekatan
yang ditawarkan yaitu:
Untuk mengestimasi parameter model dengan data panel, terdapat beberapa
pendekatan yang ditawarkan yaitu:
1. Common Effect Model atau Pooled Least Square (PLS)
Pendekatan ini cukup sederhana. Tekniknya hampir sama seperti membuat
mengkombinasikan data cross section dengan data time series terlebih dahulu
sebelum memulai regresi. Metode ini bisa menggunakan Ordinary Least Square
(OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel.
2. Fixed Effect Model
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa adanya variabel-variabel yang tidak
semuanya masuk dalam persamaan model memungkinkan adanya intersep yang
tidak konstan. Artinya intersep ini mungkin berubah untuk setiap individu dan
waktu.
3. Random Effect Model
Jika pada model efek tetap perbedaan antarindividu atau waktu dicerminkan
lewat intersep, maka pada model ini perbedaan tersebut diakomodasi lewat error.
Teknik ini juga memperhitungkan bahwa gangguan mungkin berkorelasi sepanjang
time series dan cross section.
Adapun langkah-langkah untuk pemilihan model data panel adalah sebagai
berikut:
1. Estimasi dengan Fixed Effect Model
2. Uji Chow (Pooled Least Square atau Fixed Effect Model)
Dengan kriteria pengujian:
H0 = Pooled Least Square
H1 = Fixed Effect Model
Tolak H0 jika p-value < nilai signifikansi (0,05); maka H1 diterima.
3. Estimasi dengan Random Effect Model
Dengan kriteria pengujian:
H0 = Random Effect Model
H1 = Fixed Effect Model
Tolak H0 jika p-value < nilai signifikansi (0,05); maka H1 diterima.
3.8.4 Model Regresi Data Panel
Metode analisis data yang digunakan adalah model regresi data panel, yaitu
regresi yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Model persamaan regresi data panel pada
penelitian ini yang merupakan gabungan dari data cross section dan data time series
adalah sebagai berikut:
Model persamaan regresi dapat digambarkan sebagai berikut:
Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+ b6X6+ b7X7+ b8X8+ b9X9+e
Keterangan:
Y = Beta saham (Risiko sistematis saham) a = Konstanta
X1 = Dividend Payout Ratio X2 = Asset Growth
X3 = Debt to Equity Ratio X4 = Current Rtaio X5 = Earning Variability X6 = Return on Equity X7 = Tingkat Suku Bunga X 8 = Inflasi
X 9 = Nilai Tukar (Kurs)
b1 – b9 = Koefisien regresi dari tiap-tiap variabel independen e = Standart Error
3.8.5 Pengujian Hipotesis
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan nilai signifikan 0,05 (α=5%).
Ketentuan penerimaan atau penolakan hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima, artinya secara bersamaan
keempat variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen.
2. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka H a diterima, artinya secara bersamaan keempat variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
3.8.5.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Pengujian ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan nilai signifikan 0,05 (α=5%). Ketentuan
penerimaan atau penolakan hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima. Ini berarti bahwa secara
parsial var independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variable dependen.
2. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka H a diterima. Ini berarti bahwa secara
parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan
3.8.5.3 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model menerangkan variasi variabel independen. Nilai yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen sangat terbatas, sebaliknya nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
BAB IV
HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Indeks Kompas 100
Berikut Tabel 4.1 yang menyajikan mengenai gambaran umum Perusahaan
Yang Terdaftar Dalam Indeks Kompas 100 di BEI yang menjadi sampel penelitian
dalam penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 4.1
Gambaran Umum Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Indeks Kompas 100 Di BEI 2011-2014
No Nama Perusahaan Tahun
Berdiri Subsektor Perusahaan 1. AKR Corpindo Tbk 1977 Minyak dan Gas Bumi 2. Astra Agro Lestari Tbk 1997 Perkebunan
3. Aneka Tambang (Persero) Tbk 1968 Logam Mineral dan Lainnya 4. Astra Internasional Tbk 1957 Otomotif dan Komponen 5. Alam Sutera Realty Tbk 1993 Property dan Real Estate 6. Bank Central Asia Tbk 1957 Perbankan
7. Bank Bukopin 1970 Perbankan.
8. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 1946 Perbankan 9. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 1895 Perbankan 10. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 1963 Perbankan. 11. Bank Danamon Tbk 1956 Perbankan 12. Bank Mandiri (Persero) Tbk 1998 Perbankan
13. Bumi Serpong Damai Tbk 1984 Property dan Real Estate 14. Charoen Pokphan Tbk 1972 Pakan ternak
15. Ciputra Development Tbk 1994 Property dan Real Estate 16. Intiland Development Tbk 1983 Property dan Real Estate 17. XL Axiata Tbk 1996 Telekomunikasi
18. Gudang Garam Tbk 1958 Rokok
Lanjutan Tabel 4.1
No Nama Perusahaan Tahun
Berdiri Subsektor Perusahaan 21. Indocement Tunggal Prakasa 1985 Semen
22. Indosat Tbk 1967 Telekomunikasi 23. Japfa Comfeed Indonesia Tbk 1971 Makanan dan Minuman 24. Jasa Marga (Persero) Tbk 1978 Jalan tol, Bandara, Pelabuhan 25. Kalbe Farma Tbk 1966 Farmasi
26. Lippo Karawaci Tbk 1990 Property dan Real Estate 27. London Sumatera Plantation Tbk 1962 Perkebunan
28. Media Nusantara Citra Tbk 1997 Advertising, Printing dan Media 29. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk 1950 Batu Bara
30. PP (Persero) Tbk 1963 Kontruksi bangunan 31. Semen Indonesia (Persero) Tbk 1956 Semen
32. Summarecon Agung Tbk 1998 Kontruksi bangunan 33. Timah (Persero) Tbk 1984 Logam dan mineral lainnya 34. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk 1972 Telekomunikasi
35. United Tractors Tbk 1994 Mesin dan alat berat
36. Unilever Indonesia Tbk 1983 Kosmetik dan Keperluan Rumah Tangga
4.2Hasil Penelitian Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range, kurtosis dan skewness (Ghozali, 2013: 19). Dalam penelitian ini,
variabel yang digunakan dalam perhitungan statistik deskriptif adalah Beta Saham,
Dividend Payout Ratio, Asset Growth, Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio,
Earning Variability, Return on Equity (ROE), Tingkat Suku Bunga, Inflasi dan
Nilai Tukar (Kurs). Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Dari Beta Saham, Dividend Payout Ratio, Asset Growth,
Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio, Earning Variability, Return on Equity (ROE), Tingkat Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar (Kurs).
BETA DPR GROWTH DER CR
Mean 1.418125 0.359792 0.262500 2.177778 2.075347 Median 1.340000 0.295000 0.160000 1.095000 1.370000 Maximum 6.160000 0.950000 12.60000 12.15000 10.94000 Minimum -1.590000 0.030000 -0.870000 0.150000 0.040000 Std. Dev. 1.211161 0.225917 1.046379 2,764348 1.867273
Observations 144 144 144 144 144
EV ROE BI INFLASI KURS
Mean 3.532778 0.219851 6.750000 6.207500 10841.75 Median 3.435000 0.183466 6.750000 6.330000 10929.50 Maximum 11.14000 1.535148 7.750000 8.380000 12440.00 Minimum 0.890000 0.004910 5.750000 3.790000 9068.000 Std. Dev. 1.457103 0.218356 0.886969 2.177590 1495.897
Observations 144 144 144 144 144
Hasil Penelitian 2016 (Data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebanyak 36 sampel data yang diambil dari laporan
keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011
hingga 2014. Berikut ini interprestasi dari analisis statistika pada Tabel 4.1 sebagai
berikut:
a. Variabel Beta Saham memiliki nilai minimum sebesar -1,59 yang dimiliki oleh
Bank Danamon Tbk pada tahun 2014 sedangkan nilai Beta Saham maksimum
sebesar 6,16 dimiliki oleh Ciputra Development Tbk pada tahun 2011.
Diketahui rata-rata (mean) nilai Beta Saham sebesar 1,41 dan standar
deviasinya sebesar 1,21 dengan jumlah pengamatan sebanyak 36.
b. Variabel Dividend Payout Ratio memiliki nilai minimum sebesar 0,03 yang
Payout Ratio maksimum sebesar 0,95 yang dimiliki oleh United Tractors Tbk
pada tahun 2013. Diketahui rata-rata (mean) nilai DER adalah sebesar 0,36 dan
standar deviasinya sebesar 0,23 dengan jumlah pengamatan sebanyak 36.
c. Variabel Asset Growth memiliki nilai minimum sebesar -0,87 yang dimiliki
2012 sedangkan nilai Asset Growth maksimum sebesar 12,6 yang dimiliki oeh
Japfa Comfeed Indonesia Tbk pada tahun 2013. Diketahui rata-rata (mean)
nilai Asset Growth adalah sebesar 0,26 dan standar deviasinya sebesar 1,04
dengan jumlah pengamatan sebanyak 36.
d. Variabel Debt to Equity Ratio (DER) memiliki nilai minimum sebesar 0,15
yang dimiliki oleh Indocement Tunggal Prakasa Tbk pada tahun 2011
sedangkan nilai Debt to Equity Ratio (DER) maksimum sebesar 12,1 dimiliki
oleh Bank Bukopin Tbk pada tahun 2011. Diketahui rata-rata (mean) nilai
Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebesar 2,17 dan standar deviasinya sebesar
2,76 dengan jumlah pengamatan sebanyak 36.
e. Variabel Earning Variability memiliki nilai minimum sebesar 0,89 yang
dimiliki oleh Ciputra Development Tbk pada tahun 2013 sedangkan nilai
Earning Varibaility maksimum sebesar 11,14 yang dimiliki oleh Alam Sutera
Realty Tbk pada tahun 2014. Diketahui rata-rata (mean) nilai Earning
Variability adalah sebesar 3,53 dan standar deviasinya sebesar 1,45 dengan
jumlah pengamatan sebanyak 36.
f. Variabel Current Ratio memiliki nilai minimum sebesar 0,04 yang dimiliki
oleh AKR Corpindo pada tahun 2014 sedangkan nilai Current Ratio
tahun 2014. Diketahui rata-rata (mean) nilai Current Ratio adalah sebesar 2,07
dan standar deviasinya sebesar 1,87 dengan jumlah pengamatan sebanyak 36.
g. Variabel Return on Equity (ROE) memiliki nilai minimum sebesar 0,00 yang
dimiliki oleh Gajah Tunggal Tbk pada tahun 2014 sedangkan nilai Return on
Equity (ROE) maksimum sebesar 1,53 yang dimiliki oleh Telekomunikasi
Indonesia (Persero) Tbk pada tahun 2012. Diketahui rata-rata (mean) nilai
Return on Equity (ROE) adalah sebesar 0,22 dan standar deviasinya sebesar
0,22 dengan jumlah pengamatan sebanyak 36.
h. Variabel Tingkat Suku Bunga memiliki nilai minimum sebesar 5,75 yang
dimiliki pada tahun 2012 sedangkan nilai Tingkat Suku Bunga maksimum
sebesar 7,75 pada tahun 2014. Diketahui rata-rata (mean) nilai Tingkat Suku
Bunga adalah sebesar 6,20 dan standar deviasinya sebesar 0,89 dengan jumlah
pengamatan sebanyak 36.
i. Variabel Inflasi memiliki nilai minimum sebesar 3,79 pada tahun 2011
sedangkan nilai Inflasi maksimum sebesar 8,38 pada tahun 2013. Diketahui
rata-rata (mean) nilai Inflasi adalah sebesar 6,20 dan standar deviasinya sebesar
2,17 dengan jumlah pengamatan sebanyak 36.
j. Variabel Nilai Tukar (Kurs) memiliki nilai minimum sebesar 9068 pada tahun
2011 sedangkan nilai Nilai Tukar (Kurs) maksimum sebesar 12440 pada tahun
2013. Diketahui rata-rata (mean) nilai Tukar (Kurs) adalah sebesar 10841 dan
4.3 Uji Asumsi Klasik
4.3.1 Uji Multikolinearitas
Dalam penelitian ini, gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai korelasi
antara variabel yang terdapat dalam matriks korelasi. Menurut Ghozali (2013:105)
jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi, yakni dia atas 0,9
maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Hasil uji ini dapat dilihat
pada Tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3
Uji Multikolinearitas dengan Matriks Korelasi
Dari hasil pengujian multikolinearitas pada Tabel 4.3 dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas antara variabel independen. Hal ini
karena nilai korelasi antar variabel independen tidak lebih dari 0,9 (Ghozali,
2013:105).
4.3.2 Uji Autokorelasi
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan uji LM (metode
Bruesch Godfery). Metode ini didasarkan pada nilai F dan Obs* R-Squared, dimana
jika nilai profitabilitas dari Obs* R-Squared melebihi tingkat kepercayaan, maka H0
diterima. Artinya tidak ada masalah autokorelasi (Ajija et, al, 2011:40)
DPR GROW TH
DER CR EV ROE BI INFLA
SI
Tabel 4.4
Uji Autokorelasi dengan Bruesch Godfery Breusch-Godfrey Serial
Correlation LM Test
F-statistic 1.2123322 Prob. F(14, 10) 0.3005
Obs*R-squared 2.599461 Prob. Chi-Square(14) 0.2726 Sumber : Hasil Penelitian 2016 (data diolah)
Karena Probabilitas Obs*R-square 0.2726 > 0,05 dengan tingkat keyakinan
95%, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi
4.3.3 Uji Heterokedasitas
Untuk mendeteksi ada tidaknya heterosledastisitas dapat dilakukan Uji White
Heteroscedasticity. Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka
probabilitas dari Uji White Heteroscedasticity. Hasil uji ini dapat dilihat pada Tabel
4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.5
Uji Heteroskedastisitas dengan Uji White Heteroscedasticity Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 0.521744 Prob. F(14, 10) 0.8568
Obs*R-squared 4.875282 Prob. Chi-Square(14) 0.8450 Scaled explained SS 8.872217 Prob. Chi-Square(14) 0.4492 Sumber: Hasil Penelitian 2016 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.5 nilai Prob. Chi-Sque dan Obs*R-squared = 0.8450 >
0,05. Maka asumsi homoskedastisitas terpenuhi. Dengan kata lain, tidak terjadi
gejala heteroskedastisitas yang tinggi pada residual.
4.4 Pemilihan Model Data Panel
Metode estimasi dalam teknik regresi data panel dapat menggunakan tiga
Common-Effect (The Pooled OLS Method), (2) Metode Fixed Common-Effect (FEM), dan (3) Metode
Random Effect (REM). Berikut merupakan aplikasi dari pemilihan model.
4.4.1 Penentuan Model Estimasi antara Common Effect Model (CEM) dan
Fixed Effect Model (FEM) dengan Uji Chow
Untuk menentukan apakah model estimasi CEM atau FEMdalam membentuk
model regresi, maka digunakan uji Chow.
Hipotesis yang diuji sebagai berikut.
Model CEM lebih baik dibandingkan model FEM.
Model FEM lebih baik dibandingkan model CEM
Aturan pengambilan keputusan terhadap hipotesis sebagai berikut.
Jika nilai probabilitas cross section F < 0,05, maka ditolak dan
diterima.
Jika nilai probabilitas cross section F 0,05, maka diterima dan
ditolak.
Berikut hasil berdasarkan uji Chow dengan menggunakan Eviews 7
Tabel 4.6 Hasil Dari Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests Pool: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 1.742393 (28,106) 0.0231
Cross-section Chi-square 54.519969 28 0.0019
Sumber : Hasil Penelitian 2016 (data diolah)
Berdasarkan hasil dari uji Chow pada Tabel 4.3, diketahui nilai probabilitas
F dan Chi-square adalah 0,0019. Karena nilai probabilitas < 0,05, maka model
4.4.2 Penentuan Model Estimasi antara Fixed Effect Model (FEM) dan
Random Effect Model (REM) dengan Uji Hausman
Untuk menentukan apakah model estimasi FEM atau REM dalam
membentuk model regresi, maka digunakan uji Hausman. Hipotesis yang diuji
sebagai berikut.
Model REM lebih baik dibandingkan model FEM.
Model FEM lebih baik dibandingkan model REM
Aturan pengambilan keputusan terhadap hipotesis sebagai berikut.
Jika nilai probabilitas cross section random < 0,05, maka ditolak dan
diterima.
Jika nilai probabilitas cross section random 0,05, maka diterima dan
ditolak.
Berikut hasil berdasarkan Uji Hausman dengan menggunakan Eviews 7
Tabel 4.7
Hasil Dari Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: Untitled
Test cross-section random effects Test Summary
Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 12.486148 9 0.1873
Sumber: Hasil Penelitian 2016 (data diolah)
Berdasarkan hasil dari uji Chow pada Tabel 4.4, diketahui nilai probabilitas F
adalah 0,1873. Karena nilai probabilitas > 0,05, maka model estimasi yang
4.5Analisis Regresi Berganda Data Panel
Analisis regresi berganda model data panel digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel Dividend Payout Ratio, Asset Growth, Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio, Earning Variability, Return on Equity (ROE), Tingkat Suku Bunga,
Inflasi dan Nilai Tukar (Kurs) terhadap Beta Saham pada Perusahaan Indeks Kompas 100 di BEI. Pengujian regresi berganda model data panel dilakukan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, melalui pengaruh Dividend Payout Ratio (X1), Asset Growth (X2), Debt to Equity Ratio (X3), Current Ratio (X4), Earning Variability (X5), Return on Equity (X6), Tingkat Suku Bunga (X7), Inflasi
(X9), Nilai Tukar (Kurs) (X10), terhadap Beta Saham (Y). Hasil regresi dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut
Tabel 4.8
Pengujian Regresi Berganda Data Panel Dependent Variabel : BETA SAHAM
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 06/30/16 Time: 12.04
Sampel: 20112014 Included observations: 144
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
DPR -1.055815 0.560048 -1.885221 0.6421
GROWTH 0.015842 0.097379 0.162684 0.8711
DER 0.077890 0.085653 0.909367 0.3652
CR 0.111433 0.068939 1.616397 0.1090
EV -0.133865 0.085740 -1.561292 0.1214
ROE -1.468320 0.776576 -1.890762 0.0314
BI -0.529153 2.175524 -0.243230 0.8083
INFLASI 1.013549 3.105039 0.326421 0.7447
KURS -0.001123 0.003295 -0.340901 0.7339
C 11.64612 30.90937 0.376783 0.7071
R-squared 0.428950 Mean dependent var 1.418125
Sum squared resid 119.7881 Schwarz criterion 3.965266 Log likelihood -191.0727 Hannan-Quinn criter. 3.500017 F-statistic 2.151974 Durbin-Watson stat 3.072009 Prob(F-statistic) 0.001251
Sumber : Hasil Penelitian 2016 (data diolah)
Berdasarkan pengelolaan data pada Tabel 4.5 pada kolom Coefficients ,
diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut:
Y = a+b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4+ b5X5+ b6X6+ b7X7+ b8X8+ b9X9+ e
Sehingga, persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut :
BETA SAHAM = 11,64612 – 1.055815 DPR + 0.015842 GROWTH + 0.077890
DER + 0.111433 CR – 0.133865 EV – 1.468320 ROE – 0.529153 BI + 1.013549
INFLASI – 0.001123 KURS.
Berdasarkan persamaan regresi berganda tersebut, berikut interpretasi dari
model persamaan regresi diatas:
1. Nilai konstanta sebesar 11,64612 artinya tanpa mempertimbangkan variabel
independen, maka nilai Beta Saham akan diperoleh sebesar 11,64612.
2. Koefisien Dividend Payout Ratio (X1) = -1.055815 artinya setiap penambahan
Dividend Payout Ratio 1%, jika variabel lain dianggap konstan, maka akan
mengurangi Beta Saham sebesar 1.055815.
3. Koefisien Asset Growth (X2 ) = 0.015842, artinya setiap penambahan Aset
Growth sebesar 1%, jika variabel lain dianggap konstan, maka akan
4. Koefisien Debt to Equity Ratio (DER) (X3) = 0.077890 artinya setiap
penambahan Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 1%, jika variabel lain
dianggap konstan, maka akan meningkatkan Beta Saham sebesar 0.077890
5. Koefisien Current Ratio (X4) = 0.111433 artinya setiap penambahan Current
Ratio sebesar 1%, jika variabel lain dianggap konstan, maka akan
meningkatkan Beta Saham sebesar 0.111433.
6. Koefisien Earning Variability (X5) = -0.133865, artinya setiap penambahan
Earning Variability sebesar 1%, jika variabel lain dianggap konstan, maka
akan mengurangi Beta Saham sebesar 0.133865.
7. Koefisien Return on Equity (ROE) (X6)= -1.468320, artinya setiap Return on
Equity (ROE) sebesar 1%, jika variabel lain dianggap konstan, maka akan
mengurangi Beta Saham sebesar 1.468320
8. Koefisien Tingkat Suku Bunga (X7) = -0.529153, artinya setiap penambahan
Tingkat Suku Bunga sebesar 1%, jika variabel lain dianggap konstan, maka
akan mengurangi Beta Saham sebesar 0.529153.
9. Koefisien Inflasi (X8) = -1.013549, artinya setiap penambahan Inflasi sebesar
1%, jika variabel lain dianggap konstan, maka akan mengurangi Beta Saham
sebesar 1.013549.
10.Koefisien Nilai Tukar (Kurs ) ( ) = -0.001123, artinya setiap penambahan
Nilai Tukar (Kurs) sebesar 1%, jika variabel lain dianggap konstan, maka akan
4.6 Pengujian Hipotesis
Pada pengujian hipotesis, akan dilakukan pengujian signifikansi koefisien
regresi parsial secara menyeluruh atau simultan (uji F), uji signifikansi koefisien
regresi parsial secara individu (uji t) dan analisis koefisien determinasi. Nilai-nilai
statistik dari uji F,uji t dan koefisien determinasi, dapat dilihat pada Tabel 4.9
Tabel 4.9
Nilai statistik dari Uji F, Uji t dan Koefisien Determinasi Dependent Variabel : BETA SAHAM
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 06/30/16 Time: 12.04
Sampel: 20112014 Included observations: 144
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
DPR -1.055815 0.560048 -1.885221 0.6421
GROWTH 0.015842 0.097379 0.162684 0.8711
DER 0.077890 0.085653 0.909367 0.3652
CR 0.111433 0.068939 1.616397 0.1090
EV -0.133865 0.085740 -1.561292 0.1214
ROE -1.468320 0.776576 -1.890762 0.0314
BI -0.529153 2.175524 -0.243230 0.8083
INFLASI 1.013549 3.105039 0.326421 0.7447
KURS -0.001123 0.003295 -0.340901 0.7339
C 11.64612 30.90937 0.376783 0.7071
R-squared 0.428950 Mean dependent var 1.418125
Adjusted R-squared 0.229622 S.D. dependent var 1.211161 S.E. of regression 1.063050 Akaike info criterion 3.181566 Sum squared resid 119.7881 Schwarz criterion 3.965266 Log likelihood -191.0727 Hannan-Quinn criter. 3.500017 F-statistic 2.151974 Durbin-Watson stat 3.072009 Prob(F-statistic) 0.001251
Sumber: Hasil Penelitian 2016 ( Data diolah)
4.6.1 Uji Signifikansi Pengaruh Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas
variabel terkait. (Kuncoro, 2009:239). Berdasarkan Tabel 4.6, diketahui nilai
probabilitas dari uji F (Prob (F-statistic)) adalah 0,001251. Karena nilai
probabilitas, yakni 0,001251 lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi, yakni
0,05, maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Artinya dengan
tingkat keyakinan 95% dapat disimpulkan adanya pengaruh signifikan dari
Dividend Payout Ratio, Asset Growth, Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio,
Earning Variability, Return on Equity (ROE), Tingkat Suku Bunga, Inflasi dan
Nilai Tukar (Kurs) secara bersama-sama terhadap variabel dependen, yaitu Beta
Saham
4.6.2 Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t)
Uji signifikansi pengaruh parsial merupakan suatu uji untuk mengetahui
signifikan atau tidak, pengaruh masing-masing variabel bebas, terhadap variabel tak
bebas. Cara pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan membandingkan nilai
probabilitas atau Sig. dengan nilai tingkat signifikansi, yakni . Jika nilai
probabilitas tingkat signifikansi yang digunakan, dalam penelitian ini ,
maka nilai koefisien regresi parsial . Hal ini berarti pengaruh antara variabel
bebas terhadap variabel Beta Saham tidak signifikan secara statistik pada tingkat
signifikansi 5%. Namun jika nilai probabilitas < tingkat signifikansi yang
digunakan, maka nilai koefisien regresi parsial . Hal ini berarti pengaruh
antara variabel bebas terhadap variabel Beta Saham signifikan secara statistik pada
tingkat signifikansi 5% (Gio, 2015:61).
1. Berdasarkan Tabel 4.6, diketahui nilai probabilitas variabel Dividend Payout
Ratio adalah 0.0621. Karena nilai probabilitas variabel Dividend Payout Ratio,
yaitu 0.0621, lebih besar dari tingkat signifikansi, yaitu 0,05, maka disimpulkan
bahwa pengaruh yang terjadi antara Dividend Payout Ratio dengan variabel
Beta Saham tidak signifikan secara statistik.
2. Berdasarkan Tabel 4.6, diketahui nilai probabilitas variabel Asset Growth
adalah 0.8711. Karena nilai probabilitas variabel Asset Growth, yakni 0,8711
lebih besar dari tingkat signifikansi, yakni 0,05, maka disimpulkan bahwa
pengaruh yang terjadi antara Asset Growth dengan variabel Beta Saham tidak
signifikan secara statistik.
3. Berdasarkan Tabel 4.6, diketahui nilai probabilitas variabel Debt to Equity
Ratio (DER) adalah 0.3652. Karena nilai probabilitas variabel Debt to Equity
Ratio, yakni 0,3652 lebih besar dari tingkat signifikansi, yakni 0,05 maka
disimpulkan bahwa pengaruh yang terjadi antara Debt to Equity Ratio (DER)
dengan variabel Beta Saham tidak signifikan secara statistik.
4. Berdasarkan Tabel 4.6, diketahui nilai probabilitas variabel Current Ratio
adalah 0.1090. Karena nilai probabilitas variabel Current Ratio yakni 0.1090
lebih besar dari tingkat signifikansi, yakni 0,05 maka disimpulkan bahwa
pengaruh yang terjadi antara Current Ratio dengan variabel Beta Saham tidak
signifikan secara statistik.
5. Berdasarkan Tabel 4.6, diketahui nilai probabilitas variabel Earning Variability
adalah 0.1214 . Karena nilai probabilitas variabel Earning Variability, yakni,
bahwa pengaruh yang terjadi antara Earning Variability dengan variabel Beta
Saham tidak signifikan secara statistik.
6. Berdasarkan Tabel 4.6, diketahui nilai probabilitas variabel Return on Equity
(ROE) adalah 0.0314. Karena nilai probabilitas variabel Return on Equity
(ROE), yakni, 0.0314 lebih kecil dari tingkat signifikansi, yakni 0,05 maka
disimpulkan bahwa pengaruh yang terjadi antara Return on Equity (ROE)
dengan variabel Beta Saham signifikan secara statistik.
7. Berdasarkan Tabel 4.6, diketahui nilai probabilitas variabel Tingkat Suku
Bunga adalah 0.8083. Karena nilai probabilitas variabel Tingkat Suku Bunga,
yakni 0.8083 lebih besar dari tingkat signifikansi, yakni 0,05 maka disimpulkan
bahwa pengaruh yang terjadi antara Tingkat Suku Bunga dengan variabel Beta
Saham tidak signifikan secara statistik.
8. Berdasarkan Tabel 4.6, diketahui nilai probabilitas variabel Inflasi adalah
0.7447. Karena nilai probabilitas variabel Inflasi , yakni, 0.7447 lebih besar dari
tingkat signifikansi, yakni 0,05 maka disimpulkan bahwa pengaruh yang terjadi
antara Inflasi dengan variabel Beta Saham tidak signifikan secara statistik.
9. Berdasarkan Tabel 4.6, diketahui nilai probabilitas variabel Nilai Tukar (Kurs)
adalah 0.7339. Karena nilai probabilitas variabel Nilai Tukar (Kurs), yakni
0.7339 lebih besar dari tingkat signifikansi, yakni 0,05 maka disimpulkan
bahwa pengaruh yang terjadi antara Nilai Tukar (Kurs) dengan variabel Beta
4.6.3 Analisis Koefisien Determinasi
Menurut Kuncoro (2009:240), koefisien determinasi ( ) merupakan
perangkat yang mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel terikat.Nilai koefsien determinasi yang kecil (mendekati nol)
berati kemampuan variabel-variabel tak bebas secara simultan dalam menerangkan
variasi variabel tak bebas amat terbatas.Nilai koefisien determinasi yang
mendekati satu berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel bebas.
Berdasarkan Tabel 4.6, Diketahui nilai koefisien determinasi (R-squared)
sebesar =0.428950. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan Dividend Payout
Ratio, Asset Growth, Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio, Earning
Variability, Return on Equity (ROE) ,Tingkat Suku Bunga, Inflasi,dan Nilai Tukar
(Kurs) mampu menjelaskan Beta Saham sebesar 43%, sisanya sebesar 57%
dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam penelitian.
4.7 Pembahasan
4.7.1 Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen Secara Simultan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Dividend Payout Ratio,
Asset Growth, Debt to Equity Ratio (DER),Current Ratio, Earning Variability,
Return on Equity (ROE), Tingkat Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar (Kurs)
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel Beta Saham dengan
0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh
simultan signifikan terhadap variabel dependen (Gio, 2015: 60).
4.7.2 Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen Secara Parsial
4.7.2.1 Pengaruh Dividend Payout Ratio Terhadap Beta Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan variabel Dividend Payout Ratio
berpengaruh negatif signifikan terhadap Beta Saham dengan nilai signifikansi
0.0621> 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa baik peningkatan maupun penurunan
Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap Beta Saham perusahaan. Berdasarkan
hasil yang diperoleh, variabel Dividend Payout Ratio memiliki pengaruh yang
negatif terhadap Beta Saham yang artinya bahwa setiap kenaikan Dividend Payout
Ratio sebesar 1% akan menurunkan Beta Saham sebesar 1.055815. Semakin tinggi
beta saham, maka semakin rendah nilai dividend payout. Hasil penelitian ini sesuai
dengan hipotesis dan mendukung teori investasi. Perusahaan dengan risiko yang
tinggi cenderung membayar Dividend Payout lebih kecil agar tidak mengurangi
dividen yang dibayarkan apabila laba yang diperoleh turun (Jogiyanto, 295: 2013).
Hasil pengujian ini signifikan dengan hasil penelitian dari Bargeron (2012),
Carolina (2014) yang juga menunjukkan bahwa Dividend Payout Ratio
berpengaruh negatif terhadap beta saham.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang
4.7.2.2 Pengaruh Asset Growth Terhadap Beta Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan Asset Growth berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap Beta Saham dengan nilai signifikansi 0.8711 > 0,05. Hal ini
menunjukkan setiap peningkatan maupun penurunan Asset Growth tidak
berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan Beta Saham perusahaan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, variabel Asset Growth memiliki pengaruh yang
positif terhadap Beta Saham yang artinya bahwa setiap kenaikan Asset Gowth
sebesar 1% akan meningkatkan Beta Saham sebesar 0.015842. Semakin tinggi
Asset Growth, maka semakin besar beta saham. Hasil pengujian ini sesuai dengan
teori bahwa semakin tinggi Asset Growth perusahaan, maka memungkinkan
perusahaan untuk melakukan pengembangan usaha. Pengembangan usaha ini akan
meningkatkan laba yang didapat oleh perusahaan dan juga meningkatkan risiko
sistematis perusahaan apabila tidak diimbangi dengan kinerja yang baik. Hasil
pengujian ini didukung dari penelitian dari Chandra (2013), Caecilia (2014) yang
menyatakan bahwa Asset Growth berpengaruh positif tidak signifikan.
4.7.2.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Beta Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh
positif tidak signifikan terhadap Beta Saham dengan nilai signifikansi 0.3652 >
0,05. Hal ini menunjukkan setiap peningkatan maupun penurunan Debt to Equity
Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan Beta Saham
perusahaan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, variabel Debt to Equity Ratio (DER)
memiliki pengaruh yang positif terhadap Beta Saham yang artinya bahwa setiap
sebesar 0.077890. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER), berarti total hutang
perusahaan semakin besar dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga
berakibat pada beban perusahaan yang semakin besar terhadap pihak kreditur.
Semakin besar jumlah kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi kepada pihak
kreditur dibanding dengan ekuitas yang dimiliki, maka hak dari pemegang saham
semakin berkurang, hal ini dikarenakan sebagian besar penghasilan yang diperoleh
perusahaan digunakan untuk membayar pinjaman (pokok dan bunga) kepada pihak
kreditur. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa perusahaan yang
memiliki tingkat DER yang tinggi, maka tingkat risiko keuangannya juga makin
tinggi.
4.7.2.4 Pengaruh Current Ratio Terhadap Beta Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan Current Ratio berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap Beta Saham dengan nilai signifikansi 0.1090 > 0,05. Hal ini
menunjukkan setiap peningkatan maupun penurunan Current Ratio tidak
berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan Beta Saham perusahaan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, variabel Current Ratio memiliki pengaruh yang
positif terhadap Beta Saham yang artinya bahwa setiap kenaikan Current Ratio
sebesar 1% akan meningkatkan Beta Saham sebesar 0.111433. Semakin baik
current ratio menandakan bahwa semakin mampu perusahaan membiayai semua
kegiatan jangka pendeknya. Hal ini memungkinkan perusahaan tidak dalam kondisi
kesulitan dana untuk operasionalnya, sehingga akan terhindar dari adanya kerugian
akibat kekurangan dana. Dari sisi risiko saham kondisi ini akan mempunyai
justru menunjukan adanya aset lancar yang terlalu besar sehingga perusahaan
tampak kurang mampu menggunakan aset lancarnya untuk kegiatan investasi
sehingga akan memperbesar risiko sistematis saham.
Hasil pengujian ini signifikan dengan hasil penelitian dari Pasquale (2012),
Carolina (2014) yang juga menunjukkan bahwa Current Ratio berpengaruh positif
terhadap beta saham.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Soroso (2012).
4.7.2.5 Pengaruh Earning Variability Terhadap Beta Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan Earning Variability berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap Beta Saham dengan nilai signifikansi 0.1090 > 0,05. Hal
ini menunjukkan setiap peningkatan maupun penurunan Earning Variability tidak
berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan Beta Saham perusahaan.Perbedaan
dikarenakan jumlah sampel, pengambilan periode waktu penelitian yang berbeda
dan jangka waktu yang digunakan juga berbeda serta kondisi pasca krisis ekonomi
yang masih penuh dengan ketidakpastian ekonomi dan politik. Arah variabel
Earning Variability sesuai dengan fenomena gap, apabila Earning Variability naik
maka beta saham cenderung naik.
4.7.2.6 Pengaruh Return on Equity (ROE) Terhadap Beta Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan Return on Equity (ROE) berpengaruh
negatif signifikan terhadap Beta Saham dengan nilai signifikansi 0.0314 < 0,05.
berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan Beta Saham perusahaan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, variabel Return on Equity (ROE) memiliki
pengaruh yang negatif terhadap Beta Saham yang artinya bahwa setiap kenaikan
Return on Equity (ROE) sebesar 1% akan menurunkan Beta Saham sebesar
1.468320. investor biasanya akan mempertimbangkan perusahaan yang mampu
memberikan kontribusi Return On Equity (ROE) yang lebih tinggi. Dari sudut
pandang investor Return On Equity (ROE) merupakan salah satu indikator penting
untuk menilai prospek perusahaan di masa mendatang dan investor dapat melihat
sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Return On Equity (ROE) sangat
penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan
investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat
yang diharapkan investor. Bagi investor semakin tinggi return on equity menunjukkan
risiko investasi kecil, atau dengan kata lain dikatakan bahwa semakin tinggi Return On
Equity (ROE) akan mengakibatkan beta saham tersebut semakin rendah sebaliknya bila
Return On Equity (ROE) rendah akan mengakibatkan beta sahamnya semakin tinggi
4.7.2.7 Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Beta Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan Tingkat Suku Bunga berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap Beta Saham dengan nilai signifikansi 0.8083 > 0,05. Hal
ini menunjukkan setiap peningkatan maupun penurunan Tingkat Suku Bunga tidak
berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan Beta Saham perusahaan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, variabel Tingkat Suku Bunga memiliki pengaruh
yang negatif terhadap Beta Saham yang artinya bahwa setiap kenaikan Tingkat
penelitian ini hubungan suku bunga SBI terhadap risiko negatif karena para
investor memandang semakin rendah tingkat suku bunga akan semakin mendorong
mereka untuk melakukan investasi. Hal ini dikarenakan biaya penggunaan dana
semakin kecil sehingga tingkat keuntungan yang diharapkan semakin besar dan
risiko yang dihadapi semakin besar. Kondisi ini sesuai dengan teori investasi “High
Return, High Risk”. Return dan risiko berjalan searah.
Penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jika tingkat suku
bunga tinggi maka akan mengakibatkan harga saham turun dan risiko investasi
menjadi menurun. Sebaliknya jika tingkat suku bunga rendah. maka akan
mengakibatkan harga saham naik dan risiko investasi menjadi meningkat.
4.7.2.8 Pengaruh Inflasi Terhadap Beta Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan Inflasi berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap Beta Saham dengan nilai signifikansi 0.326421 > 0,05. Hal ini
menunjukkan setiap peningkatan maupun penurunan Inflasi tidak berpengaruh
terhadap kenaikan atau penurunan Beta Saham perusahaan. Berdasarkan hasil yang
diperoleh, variabel Inflasi memiliki pengaruh yang positif terhadap Beta Saham
yang artinya bahwa setiap kenaikan Inflasi sebesar 1% akan meningkatkan Beta
Saham sebesar 1,013549. Tingkat inflasi yang tinggi akan menyebabkan risiko
investasi (beta) saham juga meningkat. Peningkatan inflasi yang terjadi akan
menyebabkan harga faktor produksi meningkat dan penurunan tingkat profitabilitas
perusahaan sehingga risiko perusahaan semakin besar. Disisi lain tingkat inflasi
yang tinggi akan menyebabkan investasi di pasar modal menjadi kurang
menguntungkan, hal ini mengakibatkan risiko berinvestasi saham menjadi lebih
besar. Hal ini membuktikan kebenaran teori Arbitrage Pricing Theory yang
mengatakan bahwa inflasi sebagai salah satu faktor ekonomi makro berpengaruh
terhadap beta saham.
4.7.2.9 Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Terhadap Beta Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan Nilai Tukar (Kurs) berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap Beta Saham dengan nilai signifikansi 0.326421 > 0,05.
Hal ini menunjukkan setiap peningkatan maupun penurunan Nilai Tukar (Kurs)
tidak berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan Beta Saham
perusahaan.Berdasarkan hasil yang diperoleh, variabel Nilai Tukar (Kurs) memiliki
pengaruh yang positif terhadap Beta Saham yang artinya bahwa setiap kenaikan
Nilai Tukar (Kurs) sebesar 1% akan meningkatkan Beta Saham sebesar 1,013549.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan lim (2013) yang
menemukan bahwa nilai tukar rupiah mempunyai pengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap risiko investasi. Penelitian ini mendukung hasil penelitian
Rahardian dan Heri (2014), yang menemukan bahwa nilai tukar rupiah mempunyai
hubungan yang positif dan signifikan terhadap risiko investasi. ini memberikan
fenomena dimana hanya terjadi volatilitas nilai tukar yang tidak signifikan pada
periode penelitian, hasil dari penelitian memiliki nilai koefisien negatif antara kurs
valas dengan risiko investasi saham menunjukkan bahwa semakin tinggi kurs valas
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah diuraikan tentang pengaruh Dividend
Payout Ratio, Asset Growth, Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio, Earning
Variability, Return on Equity (ROE), Tingkat Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar
(Kurs) pengaruh terhadap beta saham, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil penelitian menunjukkan secara simultan Dividend Payout Ratio, Asset
Growth, Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio , Earning Variability,
Return on Equity (ROE), Tingkat Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar (Kurs)
berpengaruh terhadap beta saham.
2. Hasil penelitian menunjukkan secara parsial bahwa:
1. Dividend Payout Ratio berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap beta
saham.
2. Asset Growth berpengaruh positif tidak signifikan terhadap beta saham.
3. Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
beta saham.
4. Current Ratio berpengaruh positif tidak signifikan terhadap beta saham.
5. Earning Variability berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap beta
saham.
6. Return on Equity (ROE) berpengaruh negatif signifikan terhadap beta
7. Tingkat suku bunga berpenagruh negatif tidak signifikan terhadap beta
saham.
8. Inflasi berpengaruh positif tidak signifikan terhadap beta saham.
9. Nilai Tukar (kurs) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap beta saham.
5.2 Saran
Berdasarkan dari kesimpulan yang telah diuraikan, maka peneliti
memberikan beberapa saran, yaitu:
1. Aspek Teoritis
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih terdapat banyak faktor lain yang
mempengaruhi risiko sistematis terlihat dari nilai R2 (R-square) hanya sebesar 43%
sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Oleh karena itu peneliti selanjutnya dapat
menggunakan variabel-variabel lain yang berpengaruh terhadap risiko sistematis
(beta) saham. Serta menggunakan objek penelitian lain yang lebih banyak dari
penelitian ini dan memperpanjang periode pengamatan agar hasil penelitian dapat
digeneralisasi dan hasilnya lebih representatif.
2. Aspek Praktis
1. Bagi perusahaan
Untuk menekan risiko sistematis, perusahaan perlu memperhatikan variabel
makroekonomi lainnya, seperti ekspor-impor, produk nasional bruto, pendapatan
nasional neto serta variabel nonekonomi (seperti kondisi politik) yang mungkin
signifikan berpengaruh terhadap risiko sistematik di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Risiko sistematis yang tidak dapat didiversifikasi menjadi pertimbangan khusus
bagi para investor dalam menentukan investasinya. Indikator dalam penelitian ini yaitu
Dividend Payout, Asset Growth, Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio ,
Earning Variability, Return on Equity (ROE), Tingkat Suku Bunga, Inflasi dan
Nilai Tukar (Kurs) belum cukup menjadi acuan investor dalam menentukan risiko
sistematis (beta) saham. Disarankan untuk investor juga memperhatikan faktor-faktor
lain yang dapat mempengaruhi risiko sistematis saham. Selain itu dalam investasi
hendaknya investor mempertimbangkan pembentukan portofolio yang optimal untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Investasi
Investasi berkaitan dengan keputusan untuk mengalokasikan sejumlah
dana,dalam suatu waktu pada asset tertentu, sehingga investor akan mendapatkan
pengembalian di masa yang akan datang. Menurut Jones ( 2000 :3) ”An investment
can be defined as the commitment of funds to one or more assets that will be held
over some future time period”. Menurut Gitman (2012:3)“Investment in any
vehicle into which funds can be placed with expectation that will generate positive
income and/or preserve or increase its value”. Menurut Bodie, et, al (2007:2) “An
investment is the current commitment of money or other resources in the
execpectation of reaping future benefits”. Menurut Jogiyanto (2010:5) investasi
adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan dalam produksi yang efisien
selama periode waktu tertentu. Menurut Tandelilin (2010:2) investasi adalah
komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat
ini untuk memperoleh sejulah keuntungan di masa mendatang.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan suatu
aktivitas, berupa penundaaan konsumsi sekarang dalam jumlah tertentu dan selama
periode waktu tertentu pada suatu asset yang efisien oleh investor dengan tujuan
memperoleh keuntungan di masa yang akan datang pada tingkat tertentu sesuai