• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Variabel Perancu terhadap Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 Meulaboh

HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

2. Sarana dan Prasarana SMA Negeri 2 Meulaboh

5.3 Pengaruh Variabel Perancu terhadap Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 Meulaboh

5.3 Pengaruh Variabel Perancu terhadap Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 Meulaboh

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel perancu yang memengaruhi pengetahuan remaja di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 Meulaboh antara lain pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, sosial ekonomi keluarga, sumber informasi dan teman sebaya. Selanjutnya dapat diketahui bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap pengetahuan remaja di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 Meulaboh adalah sumber informasi dengan nilai Koefisien (B) yaitu 2,392. Untuk mengetahui kemungkinan remaja berpeluang berpengetahuan baik dilihat dari nilai Exp (B) 10,932. Remaja yang memiliki sumber informasi yang baik berpeluang 11 kali untuk memiliki pengetahuan yang baik dibandingkan dengan remaja yang memiliki sumber informasi kurang baik.

Informasi yang diterima seseorang juga harus jelas darimana sumbernya. Bila sumbernya akurat dan dapat dipercaya seperti informasi bersumber dari petugas kesehetan tentu akan membuat pengetahuan semakin baik, demikian juga sebaliknya.

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (Immediate Impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Brown (2008) mengutip teori belajar sosial Bandura (1997), yang mengatakan bahwa ketika kita melihat perilaku yang ditampilkan di media, kita akan meniru dan akhirnya dapat mengadopsi perilaku kita sendiri.

Remaja yang memiliki orangtua dengan pendidikan pada kategori tinggi cenderung lebih baik pengetahuannya dibandingkan dengan remaja yang orangtuanya berpendidikan rendah. Pendidikan orangtua sebenarnya tidak memberi pengaruh secara langsung, namun dengan pendidikan yang tinggi itu akan membuat orangtua lebih tahu tentang kesehatan reproduksi dan juga lebih mudah membimbing dan mengarahkan anak remajanya. Dengan pendidikan yang tinggi ini akan memudahkan orangtua menyerap informasi, dan memudahkan mentransfer informasi tersebut kepada anaknya. Menurut Notoatmodjo (2010), Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasi. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Remaja yang orangtuanya bekerja sebagai PNS/TNI-Polri cenderung memiliki pengetahuan lebih baik (57,7%) dibandingkan dengan remaja yang memiliki orang tua dengan pekerjaan wiraswasta (40,3%). Hal ini dapat terjadi karena dalam bekerja

orang akan berinteraksi dengan orang lain, dan dalam interaksi tersebut akan terjadi tukar-menukar informasi. Jika dikaitkan dengan kondisi daerah, kebanyakan dari orang tua yang bekerja sebagai PNS di bidang pendidikan yaitu guru, sehingga mereka lebih mampu memberikan informasi kepada anak remajanya, dengan pemahaman–pemahaman tertentu yang mudah dipahami oleh remaja.

Pada remaja yang orangtuanya bekerja sebagai TNI/Polri, juga mendapatkan informasi yang baik dikarenakan mereka tinggal di asrama, dan di dalam asrama mereka berinteraksi langsung dengan teman sebaya sekitar asrama tempat tinggal mereka, sehingga dapat saling berbagi informasi tentang berbagai hal termasuk kesehatan reproduksi. Sebaliknya orangtua yang bekerja sebagai wiraswasta kebanyakan sebagai pedagang di pasar dan petani, yang berdasarkan intensitas waktu juga jarang bertemu dengan anak, disamping pemahaman mereka sendiri juga kurang banyak tentang kesehatan reproduksi remaja.

Status sosial ekonomi keluarga juga memberi pengaruh bagi pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja yang berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi pada kategori tinggi memiliki pengetahuan lebih baik dibandingkan dengan remaja yang berasal dari keluarga dengan ekonomi rendah. Dengan status sosial ekonomi yang tinggi akan memudahkan keluarga mendapatkan pengetahuan melalui media-media yang dibutuhkan. Sehingga dengan adanya media-media informasi tersebut akan membuat informasi mudah untuk diperoleh. Dengan mudahnya memperoleh informasi akan meningkatkan pengetahuan remaja tersebut.

Teman sebaya tempat remaja saling berinteraksi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan remaja, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja yang memiliki teman sebaya yang baik lebih cenderung memiliki pengetahuan yang baik dari pada remaja yang memiliki teman sebaya yang tidak baik.

Menurut Ali (2009) kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan remaja. Remaja sangat ingin diterima dan dipandang sebagai anggota kelompok teman sebaya, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Oleh karenanya, mereka cenderung bertingkah laku seperti tingkah laku kelompok sebayanya.

Interaksi antara kawan membuka mata remaja terhadap pola tingkah laku yang berlaku dalam kebudayaan tertentu, yang sering dilakukan. Dengan demikian, interaksi ini cenderung untuk mempelajari bentuk-bentuk tingkah laku yang dipakai untuk pergaulan yang berlaku. Interaksi antara kawan itu menyebabkan tersedianya contoh yang lebih representatif tentang apa yang boleh dilakukan dalam kebudayaan itu dibanding dengan yang tersedia di rumah. Oleh karena itu bila teman bergaulnya memiliki pemahaman yang baik tentang kesehatan reproduksi, maka pengetahuan remaja tersebut akan baik juga. Begitu juga sebaliknya, jika teman sebayanya kurang paham tentang kesehatan reproduksi, maka remaja tersebut juga akan kurang paham.

Penyuluhan kesehatan yang diterima oleh remaja juga mempengaruhi pengetahuan remaja, dimana bagi remaja yang menyatakan ada mendapat penyuluhan kesehatan tentang kesehatan reproduksi memiliki pengetahuan yang lebih baik dari pada remaja yang tidak mendapatkan penyuluhan kesehatan dari petugas kesehatan.

Hasil penelitian yang dilakukan Benita (2012) penyuluhan kesehatan berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan (Effendy, 2005).

Tujuan dari penyuluhan kesehatan ini adalah (1) tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, (2) terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian, dan (3) Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan. Dari pengertian dan tujuan penyuluhan kesehatan ini jelas sekali bahwa penyuluhan kesehatan sangat penting diberikan kepada masyarakat supaya masyarakat semakin tinggi derajat kesehatannya, terutama kesehatan reproduksinya.

5.4 Pengaruh Variabel Perancu terhadap Sikap Remaja tentang Kesehatan

Dokumen terkait