• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di Madrasah Aliyah Negeri Meulaboh 1 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di Madrasah Aliyah Negeri Meulaboh 1 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI MAN MEULABOH-1 DAN SMA

NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013

TESIS

Oleh ZULFITRI ELIA

117032212/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE COMPARISON OF ADOLESCENCE KNOWLEDGE AND ATTITUDE ABOUT REPRODUCTIVE HEALTH AT MADRASYAH ALIYAH NEGERI MEULABOH-1 ( MAN-1) AND STATE SENIOR HIGH SCHOOL 2 (SMAN 2)

MEULABOH ACEH BARAT DISTRICT IN 2013

THESIS

By

ZULFITRI ELIA 117032212/IKM

MASTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI MAN MEULABOH-1 DAN SMA

NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Manajemen Kesehatan Bencana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh ZULFITRI ELIA

117032212/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN

REPRODUKSI DI MAN MEULABOH-1 DAN SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Zulfitri Elia Nomor Induk Mahasiswa : 117032212

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

(5)

Telah Diuji

pada Tanggal : 27 Januari 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes Anggota : 1. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes

(6)

PERNYATAAN

PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI MAN MEULABOH-1 DAN SMA

NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, April 2014

(7)

ABSTRAK

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak kemasa dewasa. Permasalahan yang sangat kompleks dan sangat menonjol dikalangan remaja berkaitan sekitar seksualitas terutama kehamilan tidak diinginkan dan aborsi, penyakit menular seksual, HIV/AIDS serta penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA). Survei Surveilans Perilaku (SSP) tahun 2011 oleh Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten (KPA-K) Aceh Barat di 9 Sekolah, pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih rendah sebesar 55,7%, sumber informasi tentang kesehatan reproduksi didapat melalui media 71,6%, hanya 22,8% yang mereka dapat dari narasumber. Pengetahuan remaja untuk terhindar dari penyakit HIV/AIDS yaitu 74,9% menyatakan tidak tahu dan remaja yang mengetahui tentang risiko tertular penyakit HIV/AIDS masih rendah.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis Perbandingan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013. Jenis penelitian adalah survei analitik dengan desain cross sectional. Populasi adalah semua siswa-siswi MAN 1 dan SMAN 2 Meulaboh. Analisis data dengan mengunakan uji regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi antara remaja di MAN 1 dan SMAN 2 Meulaboh. Variabel yang paling berpengaruh terhadap pengetahuan adalah sumber informasi dengan koefisien B sebesar 2,392 dan yang paling berpengaruh terhadap sikap remaja adalah teman sebaya dengan koefisien Bsebesar0,850.

Disarankan kepada Kantor Pemberdayaan Perempuan/Keluarga Sejahtera, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat untuk meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi remaja melalui upaya peningkatan pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi dengan mengadakan penyuluhan kesehatan dan pelaksanaan program PIK-R di sekolah

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Kesehatan Reproduksi

(8)

ABSTRACT

Adolescence is the periode of life from puberty to maturity. The very complex and very prominent problems among adolescents are about sexuality, especially unwanted pregnancies and abortions, sexually transmitted diseases, HIV/AIDS and Narcotics, Psychotropic and Addictive Substances abuse. Behavior Surveillance Survey (BSS) conducted by Aceh Barat District AIDS Countermeasure Commission (DACC) in 2011 at nine schools indicated that the level of teenagers’ knowledge of reproductive health was still low (55,7%), the source of information through media was 71,6%, and 22,8% was obtained from the source of persons. Teenagers is knowledge of preventing from HIV/AIDS was 74,9% states do not know, teenagers who undertand the risk of HIV/AIDS was still low.

The objective of research was to analyze the comparison of teenagers’ knowledge and attitude about reproductive health at Madrasyah Aliyah Negeri Meulaboh-1(MAN-1) and State Senior High School (SMAN 2) of Aceh Barat District in 2013. The type of the research was analytic survey with cross sectional design. The population were all students of MAN-1 and SMAN 2 Meulaboh. The data were analyzed by using multiple logistic regression tests.

The result of research showed there was no difference of knowledge and attitude about reproductive health between teenagers at the MAN-1 and SMAN 2 Meulaboh. The variable which had the most dominant influence on teenagers’ knowledge was source of information with coefficient of B 2,392 and the variable which had the most dominant influence on teenagers’attitude was the peer group with coefficient of B 0,850.

It is recommended that the Office of Women Empowerment/Family Welfare, Aceh Barat District Health Office to increase reproductive health service among adolescence by increasing student’s knowledge about reproductive health by providing health counseling and Information Center and Adolescents Conseling. (PIK-R) program implementation at schools.

keywords : Knowledge, Attitude, Reproductive Health

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas

berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis

ini dengan judul “ Perbandingan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di Madrasah Aliyah Negeri Meulaboh 1 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan

pendidikan Program S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan

Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan ini, penulis mendapatkan bantuan, dorongan dan bimbingan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan

banyak terima kasih yang tak terhingga kepada pembimbing yaitu : Dr. Ir. Erna

Mutiara, M. Kes selaku ketua komisi Pembimbing dan Dra. Jumirah, Apt. M. Kes

selaku Anggota komisi pembimbing, yang penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian

dalam memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, hingga selesainya tesis ini,

kemudian penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

(10)

3. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes, selaku Pembantu Dekan I Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Dr. Drs. Kintoko Rahadi, M.K.M, selaku dosen penguji I serta Namora

Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D selaku dosen penguji II yang telah banyak

memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

6. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang sangat berarti

selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Kepala Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Sejahtera Kabupaten

Aceh Barat beserta jajarannya yang telah mendukung saya dalam melakukan

penelitian ini.

8. Suhadi, S.Ag kepala MAN Negeri Meulaboh-1 dan Drs. Marwanto, kepala SMA

Negeri 2 Meulaboh beserta jajarannya yang telah membantu dan memberikan izin

untuk penelitian.

9. Orangtuaku tercinta, Ayahanda Drs. H. Zulkarnain Djakfar dan Ibunda Hj.

Nuraini, Us yang telah memberikan doa, kasih sayang serta motivasi selama

penulis menjalankan pendidikan.

10.Teristimewa buat suami tercinta H. Ali Husaini, S.E atas segala doa, cinta,

(11)

memberi doa, kasih sayang, motivasi dan berkorban baik moril maupun materil

kepada penulis.

11.Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Angkatan 2011 umumnya dan minat studi Kesehatan Reproduksi

khususnya.

Kiranya Allah SWT akan membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah

penulis terima selama ini. Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan rahmat-Nya

bagi kita semua.

Akhirnya Penulis menyadari atas segala keterbatasan dan kekurangan, untuk

itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

tesis ini dengan penuh harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, April 2014 Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Zulfitri Elia dilahirkan pada tanggal 23 Oktober 1972 di Alur Bilie Aceh

Barat. Anak Kedua dari enam bersaudara, dari pasangan ayahanda Drs. H. Zulkarnain

Djakfar dan ibunda Hj. Nuraini,Us. Menikah dengan H. Ali Husaini, SE.

Pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar Negeri Ujong Baroh tamat Tahun

1985, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Lapang tamat Tahun 1988,

Sekolah Perawat Kesehatan Depkes RI Meulaboh tamat Tahun 1991. Tahun 1992

melanjutkan Pendidikan Program Bidan di Meulaboh, Kemudian melanjutkan

Pendidikan D-III Keperawatan di Akademi Keperawatan Depkes RI Dr. Otten

Bandung tamat Tahun 1998. Tahun 2005 menyelesaikan pendidikan di program Studi

S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat minat studi Administrasi Kebijakan Kesehatan pada

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh.

Tahun 1992 bertugas sebagai bidan desa Krueng Tinggai kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat. Tahun 1995 bertugas di Puskesmas Johan Pahlawan

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. Tahun 2005-2008 bekerja di Dinas Kesehatan

Kabupaten Aceh Barat Bidang P2P, tahun 2008-2009 bekerja di bidang Farmasi

Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat, tahun 2009-2011 bekerja di Bidang P2PL

Pada Dinas kesehatan Kabupaten Aceh Barat. Tahun 2011 Mahasiswa Tugas Belajar

(13)

DAFTAR ISI

2.1.1 Kesehatan Reproduksi Remaja ... 11

2.1.2 Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja………. 16

2.1.3 Upaya Penanggulanggan Kesehatan Reproduksi ... 17

2.2 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi ... 24

2.3 Pengetahuan (Knowledge) ... 26

2.3.1 Pengertian Pengetahuan ... 26

2.3.2 Tingkatan Pengetahuan ... 26

2.3.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan ... 28

2.4 Sikap (Attitude) ... 30

2.4.1 Pengertian Sikap ... 30

2.4.2 Komponem Pokok Sikap ... 32

2.4.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Sikap ... 33

2.5 Landasan Teori ... 37

(14)

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 40

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 54

4.1.1 Gambaran MAN Meulaboh-1 ... 54

5.1 Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi ... 77

5.2 Sikap Remaja tantang Kesehatan Reproduksi... 78

5.3 Pengaruh Variabel Perancu terhadap Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di MAN Meulaboh-1 dan SMA Negeri-2 ... 80

(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman 3.1 Keadaan Siswa-siswi di MAN Meulaboh-1 dan SMA Negeri 2

Meulaboh Tahun 2012/2013 ... 41

3.2. Perhitungan Besar Sampel Penelitian ... 42

3.3 Besar Sampel Berdasarkan Kelas di MAN Meulaboh-1 dan

SMA Negeri 2 Meulaboh... 43

3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Teman

Sebaya ... 45

3.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Pengetahuan 46

3.6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Sikap ... 47

3.7 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ... 51

4.1 Data Jumlah Kelas, Rombongan Belajar dan Jumlah Siswa di

MAN Meulaboh1 Tahun pelajaran 2012/2013 ... 56

4.2 Jumlah Siswa-Siswi di Sekolah Menengah Atas Negeri 2

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 .... 58

4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Perancu dii MAN Meulaboh 1

dan SMA Negeri 2 Kabupaten Aceh Barat ... 59

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Item

Pernyataan Teman Sebaya di MAN Meulaboh-1 dan SMAN2 ... 60

(16)

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Item Pernyataan Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi di MAN Meulaboh-1

Dan SMAN 2 Meulaboh ... 62

4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Kesehatan

Reproduksi di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 ... 64

4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Item Pernyataan

Sikap di MAN Meulaboh -1 dan SMAN 2 Meulaboh ... 65

4.9 Hubungan Sekolah dengan Pengetahuan tentang Kesehatan

Reproduksi di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 Meulaboh ... 67

4.10 Hubungan Sekolah dengan Sikap tentang Kesehatan Reproduksi

di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 Meulaboh ... 68

4.11 Hubungan Variabel Perancu dengan Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2

Meulaboh ... 70

4.12 Hubungan Variabel Perancu dengan Sikap tentang Kesehatan

Reproduksi di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 Meulaboh ... 73

4.13 Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan Remaja tentang

Kesehatan Reproduksi di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 ... 75

4.14 Faktor yang Memengaruhi Sikap Remaja tentang Kesehatan

(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman 2.1. Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi ... 31

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden ... 95

2. Kuesioner Penelitian ... 95

3. Uji Validitas Reliabilitas ... 101

4. Master Data ... 104

5. Hasil Uji Statistik ... 108

6. Random Number Tabel ... 137

7. Izin Survey Pendahuluan di MAN Meulaboh-1 ... 148

9. IzinSurvey Pendahuluan di SMAN 2 Meulaboh ... 149

8. Izin Melakukan Penelitian MAN Meulaboh 1 ... 151

9. Izin Penelitian di SMA Negeri 2 Meulaboh ... 152

10. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian di MAN ... 153

(19)

ABSTRAK

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak kemasa dewasa. Permasalahan yang sangat kompleks dan sangat menonjol dikalangan remaja berkaitan sekitar seksualitas terutama kehamilan tidak diinginkan dan aborsi, penyakit menular seksual, HIV/AIDS serta penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA). Survei Surveilans Perilaku (SSP) tahun 2011 oleh Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten (KPA-K) Aceh Barat di 9 Sekolah, pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih rendah sebesar 55,7%, sumber informasi tentang kesehatan reproduksi didapat melalui media 71,6%, hanya 22,8% yang mereka dapat dari narasumber. Pengetahuan remaja untuk terhindar dari penyakit HIV/AIDS yaitu 74,9% menyatakan tidak tahu dan remaja yang mengetahui tentang risiko tertular penyakit HIV/AIDS masih rendah.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis Perbandingan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013. Jenis penelitian adalah survei analitik dengan desain cross sectional. Populasi adalah semua siswa-siswi MAN 1 dan SMAN 2 Meulaboh. Analisis data dengan mengunakan uji regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi antara remaja di MAN 1 dan SMAN 2 Meulaboh. Variabel yang paling berpengaruh terhadap pengetahuan adalah sumber informasi dengan koefisien B sebesar 2,392 dan yang paling berpengaruh terhadap sikap remaja adalah teman sebaya dengan koefisien Bsebesar0,850.

Disarankan kepada Kantor Pemberdayaan Perempuan/Keluarga Sejahtera, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat untuk meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi remaja melalui upaya peningkatan pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi dengan mengadakan penyuluhan kesehatan dan pelaksanaan program PIK-R di sekolah

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Kesehatan Reproduksi

(20)

ABSTRACT

Adolescence is the periode of life from puberty to maturity. The very complex and very prominent problems among adolescents are about sexuality, especially unwanted pregnancies and abortions, sexually transmitted diseases, HIV/AIDS and Narcotics, Psychotropic and Addictive Substances abuse. Behavior Surveillance Survey (BSS) conducted by Aceh Barat District AIDS Countermeasure Commission (DACC) in 2011 at nine schools indicated that the level of teenagers’ knowledge of reproductive health was still low (55,7%), the source of information through media was 71,6%, and 22,8% was obtained from the source of persons. Teenagers is knowledge of preventing from HIV/AIDS was 74,9% states do not know, teenagers who undertand the risk of HIV/AIDS was still low.

The objective of research was to analyze the comparison of teenagers’ knowledge and attitude about reproductive health at Madrasyah Aliyah Negeri Meulaboh-1(MAN-1) and State Senior High School (SMAN 2) of Aceh Barat District in 2013. The type of the research was analytic survey with cross sectional design. The population were all students of MAN-1 and SMAN 2 Meulaboh. The data were analyzed by using multiple logistic regression tests.

The result of research showed there was no difference of knowledge and attitude about reproductive health between teenagers at the MAN-1 and SMAN 2 Meulaboh. The variable which had the most dominant influence on teenagers’ knowledge was source of information with coefficient of B 2,392 and the variable which had the most dominant influence on teenagers’attitude was the peer group with coefficient of B 0,850.

It is recommended that the Office of Women Empowerment/Family Welfare, Aceh Barat District Health Office to increase reproductive health service among adolescence by increasing student’s knowledge about reproductive health by providing health counseling and Information Center and Adolescents Conseling. (PIK-R) program implementation at schools.

keywords : Knowledge, Attitude, Reproductive Health

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan

pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh

kembang ini menyebabkan remaja dimanapun ia menetap mempunyai sifat khas yang

sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa

didahului oleh pertimbangan yang matang. Sifat tersebut dihadapkan pada

ketersediaan sarana disekitarnya yang dapat memenuhi keingintahuan tersebut.

Keadaan ini sering kali mendatangkan konflik batin dalam dirinya, apabila

keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tersebut tidak tepat, mereka akan

jatuh kedalam perilaku berisiko dan mungkin harus menanggung akibat lanjutnya

dalam bentuk berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial, yang bahkan

mungkin harus ditanggung seumur hidupnya (Depkes RI, 2009).

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan

masa depan mereka selanjutnya, oleh Bank Dunia masa ini disebut sebagai masa

transisi kehidupan remaja yang penuh dengan permasalahan.

Permasalahan yang sangat kompleks dan sangat menonjol dikalangan remaja

(22)

dan aborsi, terinfeksi penyakit menular seksual (infeksi menular seksual), HIV-AIDS

serta penyalahgunaan Napza. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi

masalah remaja diantaranya melalui pelayanan kesehatan (BkkbN, 2010).

Dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan

ICPD (Internasional Conference on Population and Development), di Kairo Mesir

tahun 1994, masyarakat internasional mengukuhkan hak-hak remaja akan informasi

tentang kesehatan reproduksi yang benar dan pelayanan kesehatan reproduksi

termasuk konseling. Kepedulian pemerintah terhadap kesehatan remaja sangatlah

tinggi, sejak tahun 2000 kesehatan remaja diangkat menjadi program nasional.

Berkaitan dengan kesehatan reproduksi, pengetahuan dan perilaku remaja saat

ini masih cukup memprihatinkan yang khususnya berhubungan dengan seksualitas

(kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi ), NAPZA dan HIV-AIDS. Berdasarkan

hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007,

didapatkan permasalahan NAPZA yang terjadi pada remaja antara lain perokok aktif

hingga saat ini 47,0%, peminum alkohol aktif 19,2%. Pengguna NAPZA sebesar

1,5% dari penduduk Indonesia atau 3,2 juta, dan 78,0% diantaranya adalah remaja

kelompok umur 20–29 tahun. Sedangkan jumlah orang hidup dengan HIV dan AIDS

sampai dengan bulan Maret 2010 mencapai 20.564 kasus, 54,3% dari angka tersebut

adalah remaja.

Perilaku seksual pranikah remaja sebanyak 84 orang (1%) dari responden

pernah mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), 60,0% diantaranya

(23)

dewasa ini semakin berani di dalam bertindak tanpa mengetahui risiko yang akan

menimpa dirinya. Penyalahgunaan NAPZA akan berdampak pada komplikasi secara

fisik, mental, emosional dan sosial, serta pengaruh buruk akibat hubungan sek

pranikah dapat menularkan penyakit seksual, kehamilan yang tidak diinginkan,

aborsi, trauma psikis serta putus sekolah sehingga akan mengancam masa depan

mereka (Andhyantoro dan Kumalasari, 2012)

Berdasarkan data dari BPS, BkkbN, dan Kemenkes RI yang mencatat laporan

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 tercatat ada 82,6%

dengan jumlah 129 perempuan berusia 15-24 tahun yang pernah berhubungan seks

dan mereka juga pernah mendengar tentang dampak negatif dari tindakan melakukan

hubungan seksual tersebut yaitu tentang HIV/AIDS, dan perempuan yang belum

menikah tetapi pernah melakukan hubungan seks tercatat ada 88,2% dengan jumlah

9.919. Ada 58% perempuan yang mengetahui bahwa membatasi seks hanya dengan

satu pasangan dan 37% menggunakan kondom dan membatasi hubungan seks dengan

satu pasangan.

Tingginya perilaku berisiko di kalangan remaja kurang diimbangi dengan

pemberian informasi kesehatan reproduksi yang cukup di sekolah. Hal ini terjadi

karena peluang untuk memasukkan materi pendidikan kesehatan reproduksi sangat

kecil.

Selama ini pendidikan kesehatan reproduksi terintegrasi dalam pelajaran

seperti Biologi dan Agama. Di sisi lain media berkembang sangat pesat, pengaruh

(24)

remaja, di samping telah dianggap sebagai lebih dari teman sebaya atau ”peer

Group” di kalangan mereka. Perkembangan media ini tidak terlepas dari peran

teknologi informasi yang berkembang sangat pesat di dunia. Media yang saat ini

termasuk sering diakses adalah internet (Affan, 2010).

Pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja sangatlah penting karena

pendidikan merupakan alat yang mendasar dalam meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan seorang remaja dalam menjaga dirinya. Secara umum diketahui

bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih rendah. Rendahnya

pengetahuan remaja akan kesehatan reproduksi, berdampak pada perilaku berisiko di

kalangan remaja.

Penelitian yang dilakukan Affan (2010) didapatkan hasil bahwa secara

statistik mengindikasikan bahwa pendidikan kesehatan melaui E-file multimedia

memiliki pengaruh yang bermakna terhadap peningkatan pengetahuan remaja.

Sedangkan penelitian yang dilakukan Sugiharti dan Heny (2007) tentang perilaku

berisiko remaja di Indonesia didapatkan hasil bahwa perilaku berisiko remaja

berhubungan signifikan dengan pengetahuan, sikap, umur, jenis kelamin, pendidikan,

status ekonomi, akses terhadap media informasi, komunikasi dengan orang tua dan

teman yang berperilaku berisiko.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah remaja kedalam perilaku

berisiko adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan melalui penyuluhan di

sekolah tentang kesehatan reproduksi, termasuk infeksi menular seksual dan napza.

(25)

Aceh Darussalam tahun 2008, di kabupaten Aceh Barat didapatkan hasil masih ada

remaja yang belum mendapatkan penyuluhan maupun pendidikan tentang kesehatan

reproduksi, HIV, Sek dan Napza. Diantara tiga jenis penyuluhan yang ditanyakan

yang paling banyak menjangkau remaja adalah penyuluhan tentang Napza (64,2%),

sedangkan penyuluhan kesehatan reproduksi (53,3%), penyuluhan tentang HIV

(37,7%), sedangkan pendidikan untuk menolak Seks masih kurang diikuti oleh

remaja (35,2%), untuk perilaku seksual remaja lelaki yang sudah pernah melakukan

hubungan seks dengan wanita penjaja seks sebanyak (8,7%) dan (37,9%) remaja

lelaki dan wanita pernah melakukan hubungan seks lebih dari 1 orang (Dinkes

Propinsi Aceh, 2008)

Penyuluhan dan pendidikan kesehatan reproduksi sangatlah penting untuk

diketahui terutama remaja usia sekolah, karena usia remaja merupakan usia yang

paling rawan mengalami masalah kesehatan reproduksi. Benita (2012) dalam

penelitiannya menyatakan penyuluhan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

kesehatan reproduksi remaja di SMP Gergaji. Purwanto (2000) dalam penelitiannya

mengatakan bahwa terdapat perbedaan secara bermakna perbandingan tingkat

pengetahuan kesehatan reproduksi remaja antara SMU di perdesaan dan Perkotaan.

Untuk merespon permasalahan tersebut, pemerintah melalui BkkbN telah

melaksanakan dan mengembangkan program kesehatan reproduksi remaja (KRR)

yang merupakan salah satu program pokok pembangunan nasional yang tercantum

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM 2004-2009) yang diarahkan

(26)

keluarga kecil bahagia sejahtera yang ditingkatkan melalui PIK-KRR dimana

keberadaan dan peranannya di lingkungan remaja terutama di sekolah sangatlah

penting dalam membantu remaja untuk mendapatkan informasi dan pelayanan

konseling yang benar tentang KRR (Muadz, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Yandri (2008), di SMA Negeri 1 Srandakan

Bantul tahun 2008, bahwa Program PIK-KRR berpengaruh terhadap peningkatan

pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi terhadap perilaku kesehatan

reproduksi remaja. Syahrendi (2012) dalam penelitiannya tentang pengetahuan

dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi didapatkan hasil bahwa secara

umum pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi masih relatif

rendah, dan perilaku seksual remaja 40% sudah tergolong menyimpang/tidak baik.

Aceh Barat merupakan salah satu kabupaten yang ada dalam wilayah Propinsi

Aceh dengan Ibukota Meulaboh kecamatan Johan Pahlawan, mayoritas penduduk

beragama Islam dimana budaya, tindakan, kegiatan dan cara berkomunikasi dalam

tatanan keluarga serta kehidupan masyarakat sangat terikat secara islami. Data dari

Kantor Pemberdayan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga tahun 2012, Jumlah

remaja dengan usia 16 sampai 21 tahun sebesar 18.545 jiwa dari jumlah 46.605

jiwa remaja yang tersebar di seluruh kabupaten Aceh Barat. Jumlah remaja yang

tidak sedikit tersebut merupakan potensi yang sangat berarti dalam melanjutkan

pembangunan Indonesia.

Akan tetapi fakta yang terjadi saat ini, remaja terutama di kecamatan

(27)

Pergaulan remaja yang berisiko dapat dilihat secara terang-terangan baik di

sekolah maupun di lingkungan seperti berpacaran, jalan bergandengan tangan,

saling memeluk maupun berduan ditempat yang sepi baik café maupun warung di

pantai. Hal tersebut juga didukung dengan tayangan hiburan dan media yang

berbau pornografi dengan mudah diperoleh di internet dan media tekhnologi

informasi lainnya, hal ini merupakan media hiburan yang dapat menjurus kearah

perilaku yang tidak baik bagi remaja terutama remaja usia sekolah (Dinkes

Kabupaten Aceh Barat, 2011).

Data dari Puskesmas Kecamatan Johan Pahlawan, kasus yang ditangani di

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) tahun 2010 dan 2011 berkaitan dengan

perilaku berisiko remaja seperti penyalahgunaan Napza 5 kasus, sek pranikah 3,

kehamilan tidak diinginkan 5, pernikahan dini 2, masalah merokok 9 kasus, masalah

kegemukan 6 kasus, masalah anemi pada remaja 45 kasus.

Hasil Survei Surveilans Perilaku (SSP) tahun 2011 di 9 Sekolah di Kabupaten

Aceh Barat oleh Komisi Penanggulanggan AIDS Kabupaten (KPA-K) Aceh Barat,

tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih rendah yaitu sebesar

55,7%, sumber informasi yang didapat 71,6% melalui media, hanya 22,8% yang

mereka dapat dari narasumber. Pengetahuan remaja untuk terhindar dari penyakit

HIV dan AIDS sebesar 74,9%, menyatakan tidak tahu dan remaja yang mengetahui

tentang risiko tertular penyakit HIV/AIDS masih rendah yaitu laki-laki 34,7% dan

perempuan 48,7%. Untuk perilaku remaja yang berisiko dapat dilihat remaja saat

(28)

Melakukan rangsangan seksual dengan pasangan laki-laki 12,6% dan Perempuan

6,7%, remaja yang pernah melakukan hubungan sek sebanyak 25,46%, melakukan

rangsangan seksual sendiri atau masturbasi remaja laki-laki 39% lebih tinggi

dibanding perempuan sebesar 7,5%. Remaja mempunyai teman yang sudah pernah

melakukan hubungan seksual, laki-laki 28,2% dan perempuan 28,4%, remaja yang

sudah melakukan seksual pranikah laki-laki sebanyak 4,9% dan perempuan 2,4%,

sebanyak 2,6 %, melakukan hubungan seksual pranikah pertama kali pada umur <

17 tahun(KPA-K Aceh Barat, 2011).

Survei awal yang dilakukan pada 10 orang siswa di MAN Meulaboh-1

menunjukan hanya 5 orang (50,0%) yang memiliki pengetahuan baik tentang

kesehatan reproduksi, dan sebanyak 4 (40,0%) mempunyai sikap negatif. Sementara

survei terhadap 10 orang siswa SMA Negeri 2 Meulaboh, pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi 7 orang (70,0%) berpengetahuan kurang, sedangkan 6

orang (60,0%) mempunyai sikap negatif terhadap kesehatan repoduksinya.

Bila dilihat dari hasil survei tersebut, ternyata sekolah yang telah memiliki

PIK-KRR dalam hal ini MAN Meulaboh-1, proporsi siswa yang berpengetahuan baik

lebih rendah dari siswa di SMA Negeri-2 yang belum memiliki PIK-KRR yang

seharusnya sekolah yang memiliki PIK-KRR siswanya lebih banyak mengetahui

tentang pendidikan kesehatan reproduksi. Demikian juga dengan sikap, seharusnya

proporsi siswa yang memiliki sikap positif lebih tinggi di sekolah MAN Meulaboh-1

yang telah memiliki PIK-KRR dari pada siswa di SMA Negeri-2 Meulaboh yang

(29)

Penelitian ini mencoba untuk melihat perbandingan pengetahuan dan sikap

remaja tentang kesehatan reproduksi antara sekolah MAN Meulaboh-1 dan SMA

Negeri-2 Meulaboh dan faktor-faktor apa saja yang memengaruhinya.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa perlu mengetahui

bagaimana perbandingan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan

reproduksi di Madrasah Aliyah Negeri Meulaboh-1 dan SMA Negeri 2 Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan

pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi di MAN Meulaboh-Idan

SMAN 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

1.4 Hipotesis

Ada perbedaan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi

di MAN Meulaboh-I dan SMAN 2 Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Kantor PP dan KS Kabupaten Aceh Barat dan

pihak terkait dalam membuat kebijakan dalam pelaksanaan dan pengelolaan

(30)

2. Sebagai bahan masukan bagi sekolah MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2

Meulaboh serta sederajat di dalam memberikan dukungan terhadap pendidikan

kesehatan reproduksi di sekolah

3. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan kesehatan reproduksi

(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Reproduksi

2.1.1 Kesehatan Reproduksi Remaja

Definisi kesehatan reproduksi seperti yang disepakati dalam International

Coference on Population Development (ICPD) Kairo 1994 dan World Health

Organization (WHO) yaitu suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara

utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam suatu hal yang

berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya (Depkes RI, 2005)

Merujuk dari pengertian diatas, kesehatan reproduksi dapat diartikan pula

sebagai kemampuan seorang wanita untuk memanfaatkan alat reproduksinya dan

mengatur kesuburanya dapat menjalani kehamilan dan persalinan secara aman serta

mendapatkan bayi tanpa resiko apapun atau Well Mother dan Well born baby dan

selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal (Manuaba, 2001)

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut

sistem reproduksi (fungsi, komponem dan proses) yang di miliki oleh remaja yaitu

laki-laki dan wanita usia 10-24 tahun baik secara fisik, mental, emosional dan

spiritual (BkkbN, 2011). Adapun tujuan dari program kesehatan reproduksi remaja

adalah untuk membantu remaja agar memahami dan menyadari tentang pentingnya

kesehatan reproduksi remaja, sehingga memiliki sikap dan perilaku sehat terhadap

(32)

informasi dan edukasi kesehatan reproduksi serta pelayanan kepada remaja yang

memiliki permasalahan khusus serta pemberian dukungan kepada kegiatan remaja

yang bersifat positif (Widyastuti, 2009).

Dari definisi kesehatan reproduksi tersebut, Notoatmodjo (2007) menyatakan

terdapat 4 (empat) faktor yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi, Yakni :

1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi, yang berhubungan dengan kemiskinan,

tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan mengenai perkembangan

seksual dan proses reproduksinya, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil

2. Faktor budaya dan lingkungan yaitu praktik tradisional yang berdampak buruk

terhadap kesehatan reproduksi, keyakinan banyak anak banyak rezeki, dan

informasi yang membinggungkan anak dan remaja mengenai fungsi dan proses

reproduksi

3. Faktor psikologis, hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga memberikan

beban dalam kehidupan remaja, depresi akibat ketidak seimbangan hormonal,

wanita dianggap tidak berharga di mata pria.

4. Faktor biologis, seperti cacat bawaan sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi.

5. Akses informasi yang tidak ada merupakan faktor tersendiri yang memengaruhi

kesehatan reproduksi.

1. Remaja

Remaja yang dalam bahasa aslinya di sebut “adolescence” berasal dari

bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai

(33)

berlangsung antara umur 12 sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 sampai 22

tahun bagi pria.

Perkembangan lebih lanjut, istilah adolecence sesungguhnya memiliki arti

yang luas, mencakup kematangan mental, emosional dan fisik sosial (Hurlock, 1991).

World Health Organization (WHO, 1974) dalam Maryanti (2009) mendifinisikan

remaja adalah individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan

tanda-tanda seksual sampai mengalami kematangan seksualnya, mengalami perkembangan

psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa serta terjadinya

peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang

relatif lebih mandiri. WHO (2004), membuat batasan usia remaja kedalam 2 bagian

yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Sedangkan di Indonesia

sendiri batasan usia remaja adalah 11-24 tahun dan belum menikah dengan

pertimbangan usia 11 tahun mulai tampak tanda-tanda seksual sekunder, dianggap

sudah aqil baligh, sempurnanya tanda-tanda perkembangan jiwa seperti identitas diri,

perkembangan psikoseksual, tercapainya perkembanagan kognitif serta moral

(Sarwono,2011).

2. Tahapan Tumbuh Kembang Remaja berdasarkan Kematangan Psikososial dan Seksual

Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja, sangatlah perlu mengenal

perkembangan remaja berdasarkan sifat dan tahap perkembangannya. Menurut

(34)

1. Masa Remaja Awal (10-12 tahun)

a. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya

b. Tampak dan merasa ingin bebas

c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir yang

khayal (abstrak)

2. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)

a. Mencari identitas diri

b. Tertarik pada lawan jenis

c. Timbul perasaan cinta yang mendalam

d. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang

e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual

3. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)

a. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri

b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif

c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya

d. Dapat mewujudkan perasaan cinta

e. Memiliki kemampuan berpikir khayal

3. Tugas Perkembangan Masa Remaja

Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan

sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan

bersikap dan perilaku secara dewasa. Havighust (1961) dalam Kusmiran (2011),

(35)

satu periode tertentu dalam kehidupan individu dan apabila berhasil akan membawa

kebahagiaan pada fase-fase berikutnya.

Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1991)

yang di kutip Ali dan Asrori, 2011 adalah :

1. Mampu menerima keadaan fisiknya

2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa

3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis

4. Mencapai kemandirian emosional

5. Mencapai kemandirian ekonomi

6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan

untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat

7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua

8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk

memasuki dunia dewasa

9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan

10.Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga

Menurut Pratiwi (2005) dalam Widyastuti (2009), tugas yang harus dipenuhi

remaja sehubungan dengan perkembangan seksual remaja adalah :

a. Memiliki pengetahuan yang benar tentang seks dan berbagai peran jenis kelamin

yang dapat diterima masyarakat.

b. Mengembangkan sikap yang benar tentang seks.

(36)

d. Menetapkan nilai-nilai yang harus diperjuangkan dalam memilih pasangan hidup.

2.1.2 Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja

Untuk menanggulanggi masalah pada remaja maka pemerintah membuat

kebijakan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja. Adapun Kebijakan

Departemen Kesehatan RI dalam kesehatan reproduksi remaja seperti di kutip

Widyastuti dan Rahmawati (2009) adalah sebagai berikut :

1. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja meliputi remaja awal, remaja tengah dan

remaja akhir

2. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilaksanakan terpadu antara lintas

program dan lintas sektoral

3. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilaksanakan melalui jaringan pelayanan

upaya kesehatan dasar dan rujukan

4. Pembinaan kesehatan reproduksi dapat dilakukan pada 4 daerah tangkapan ,

yaitu rumah, sekolah, masyarakat dan pelayanan kesehatan. Peningkatan peran

serta orang tua, unsur potensial di keluarga serta remaja sendiri.

Menurut BkkbN (2000) dalam Widyastuti dan Rahmawati (2009) untuk

mewujudkan pemenuhan hak-hak reproduksi, maka kebijakan teknis operasional

yang dilakukan di Indonesia adalah :

1. Promosi hak-hak reproduksi

Dilaksanakan dengan menganalisa undang-undang peraturan dan kebijakan yang

saat ini berlaku apakah sudah sering dan mendukung hak-hak reproduksi dengan

(37)

2. Advokasi hak-hak reproduksi

Advokasi dimaksudkan agar mendapatkan dukungan komitmen dari para tokoh

politik, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM dan swasta. Dukungan swasta dan

LSM sangat dibutuhkan karena ruang gerak pemerintah lebih terbatas.

3. Konseling Informasi Edukasi (KIE)

Dengan KIE diharapkan masyarakat semakin mengerti hak-hak reproduksi

sehingga dapat bersama-sama mewujudkan kesehatan keluarga

4. Sistem pelayanan hak-hak reproduksi

2.1.3 Upaya Penanggulanggan Masalah Kesehatan Reproduksi

Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan untuk memberikan

informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan perilaku hidup sehat

disamping juga untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan pengetahuan yang

memadai maka remaja akan menjalani masa remajanya dengan sehat, untuk itu

remaja perlu di bekali dengan pengetahuan yang terkait dengan kesehatan reproduksi.

1. Seksualitas

Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut sikap dan perilaku seksual

maupun orientasi seksual. Seks berarti jenis kelamin, segala sesuatu yang

berhubungan dengan jenis kelamin disebut seksualitas (Muazd, 2009).

Masa pubertas adalah masa dimana seseorang mengalami perubahan struktur

tubuh dari anak-anak menjadi dewasa dan perubahan psikis. Masa puber anak

(38)

Batasan umur ini tidak mutlak tergantung beberapa faktor antara lain gizi, kesehatan,

lingkungan dan keluarga (Muadz, 2011)

A. Organ Reproduksi Perempuan Organ reproduksi perempuan terdiri dari :

1. Ovarium (indung telur) yang terdapat di sebelah kiri dan kanan rahim di

ujung saluran fimbrae (umbai-umbai) dan terletak di rongga pinggul. Indung

telur berfungsi mengeluarkan sel telur (ovum) setiap sebulan sekali dan

menghasilkan hormon estrogen dan progesteron.

2. Tuba Falopi (saluran telur) yaitu saluran di kiri dan kanan rahim tempat

keluarnya sel telur setelah ovulasi dan tempat pembuahan (konsepsi)

3. Fimbrae adalah ujung dari tuba falopi seperti jari-jari tangan yang berfungsi

menangkap ovum yang dikeluarkan indung telur.

4. Uterus (rahim) berbentuk seperti buah alpokat gepeng dan berat normalnya

antara 30-50 gram dan berukuran sebesar telur ayam kampung.

5. Cervix uteri (leher rahim) yaitu bagian bawah rahim dan mempunyai saluran

yang berfungsi sebagai tempat untuk keluarnya darah menstruasi dan akan

terbuka pada saat persalinan sebagai jalan keluarnya janin.

6. Vagina (lubang senggama) adalah sebuah saluran berbentuk silinder bersifat

elastis dan bergelombang yang berfungsi sebagai tempat keluarnya darah

(39)

B. Organ Reproduksi Laki-laki 1. Penis

Berfungsi sebagai alat senggama dan berfungsi sebagi saluran untuk

pembuangan sperma.

2. Glans

Bagian depan atau kepala penis yang banyak mengandung pembuluh darah

dan syaraf.

3. Uretra (saluran kencing)

Yaitu saluran yang terdapat dalam penis yang berfungsi untuk mengeluarkan

air seni dan air mani.

4. Vas deferens (saluran sperma)

Adalah saluran yang menyalurkan sperma dari testis menuju ke prostat.

Panjangnya ± 4,5 cm dengan diameter ± 2,5 cm

5. Epidedemis

Adalah saluran-saluran yang lebih besar dari vas deferens. Bentuknya

berkelok-kelok dan membentuk bangunan seperti topi. Sperma yang

dihasilkan oleh testis akan berkumpul di epidedemis.

6. Testis (pelir)

Adalah organ yang berfungsi memproduksi hormon testoteron dan sperma

(40)

7. Srotum (kantung pelir)

Adalah kantung kulit yang melindungi testis berwarna gelap dan

berlipat-lipat, sebagai tempat bergantungnya testis

8. Kelenjar prostat

Terletak dibawah kandung kemih, seperti buah kenari.

9. Vesikula seminalis

Yaitu kelenjar yang berupa kantung berbentuk seperti huruf S berkelok-kelok

yang berfungsi menghasilkan sekaligus menampung air mani.

C. Risiko Hubungan Seks Pranikah

1. Kehamilan Tak Diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang terjadi

dikarenakan suatu sebab sehingga keberadaannya tidak di inginkan oleh salah

satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut. Kusmiran (2011) membagi

beberapa risiko yang bisa timbul akibat kehamilan yang tidak diinginkan

yaitu

a) Risiko medis (aborsi tidak aman menyebabkan kematian dan infeksi)

serta gangguan kehamilan,

b) Psikologis (rasa bersalah, depresi, marah dan agresi dan lain-lain)

c) Psikososial (ketegangan, tekanan psikososial (ketegangan, tekanan

(41)

2. Aborsi

Adalah pengakhiran kehamilan sebelum berumur 20 minggu atau berat janin

kurang 500 gram. Pengakhiran kehamilan sering dilakukan secara tidak aman

yang berdampak negatif secara fisik, psikis, sosial dan ekonomi.

3. Infeksi menular seksual

Adalah infeksi yang penularannya terutama melalui hubungan sek.

Kemungkinan penularan lebih besar bila dilakukan dengan berganti-ganti

pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Contoh IMS adalah

gonorre/GO (kencing nanah), sifilis (raja singa), Herpes genitalis, Trikomonas

Vaginalis, hepatitis B, HIV dan AIDS.

2. HIV dan AIDS

HIV adalah singkatan dari Human Imunodeficiensi Virus yaitu sejenis virus

yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah singkatan Acquired

Immune Deficiency Syndrom, yaitu kumpulan gejala penyakit yang di dapat akibat

turunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV.

1. Hal-hal yang perlu diketahui tentang HIV/AIDS adalah

1) Virus HIV ada dalam semua cairan tubuh, tetapi yang bisa menjadi media

penularannya adalah darah, air mani dan cairan vagina.

2) Sebagian besar infeksi HIV ditularkan melalui hubungan seksual, di samping

juga melalui jarum suntik dan transfusi darah serta penularan dari ibu ke

(42)

3) Wanita lima kali lebih mudah tertular HIV/AIDS daripada laki-laki karena

alat kelamin wanita lebih luas permukaannya sehingga mudah terpapar oleh

cairan mani.

4) Kekerasan seksual atau hubungan seksual dengan gadis remaja lebih

memudahkan terjadinya penularan.

5) HIV dan AIDS tidak menular melalui :

1. Kontak tangan dan sentuhan

2. Pemakaian kamar mandi yang sama

3. Berciuman

4. Berenang bersama

5. Keringat

6. Batuk atau bersin

7. Makan dan minum bersama

8. Gigitan nyamuk

2. Fase-fase HIV dan AIDS

Fase I : Masa Jendela (window period),

Pada awal terinfeksi ciri-cirinya belum dapat dilihat meskipun melakukan tes

darah karena fase ini sistem antibodi belum terbentuk, tetapi sudah dapat

menularkan kepada orang lain. Masa ini di sebut dengan window period,

(43)

Fase II :

Umur infeksi 2-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Sudah positif HIV tetapi belum

menampakan gejala sakit, dapat menularkan orang lain. Kemungkinan

mengalami gejala ringan seperti flu (biasanya 2-3 hari).

Fase III :

Mulai muncul gejala awal penyakit, belum disebut sebagai gejala AIDS tetapi

sistem kekebalan tubuh mulai berkurang. Gejala yang berkaitan dengan HIV

antara lain keringat berlebihan pada waktu malam, diare terus-menerus,

pembengkakan kelenjer getah bening, flu tidak sembuh-sembuh, napsu makan

berkurang dan lemah disertai berat badan terus berkurang.

Fase IV :

Masuk tahap AIDS tetapi baru dapat terdiagnosis setelah kekebalan tubuh sangat

berkurang dilihat dari jumlah sel T (dibawah 2.001 mikro liter). Timbul penyakit

tertentu dengan infeksi oportunitik yaitu : kanker khususnya kanker kulit yang

disebut sarcoma kaposi, TBC, diare, sariawan, sakit kepala sampai kekacaun

mental.

3. Pencegahan Penularan HIV/AIDS

A : Abstinence : Memilih tidak melakukan hubungan seks

B : Befaithful : Saling setia dengan pasangannya

C : Condom : Mengunakan kondom secara konsisten dan benar

D : Drug : Tolak pengunaan NAPZA

(44)

2.2 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi

Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan bukan hanya

individu yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek

kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Manuaba et al, 2009). Sebagai tindak lanjut

dari komitmen Indonesia dalam forum ICPD, Kairo, 1994, telah diselenggarakan

Lokakarya Nasional Kesehatan Reproduksi pada bulan Mei 1996 di Jakarta telah

disepakati beberapa hal mengenai ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi :

a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir

b. Keluarga Berencana

c. Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi (ISR), termasuk

PMS, HIV dan AIDS

d. Pencegahan dan Penanggulangan komplikasi abortus

e. Kesehatan reproduksi remaja

f. Pencegahan dan penangganan infertilitas

g. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis, dementia dan lain-lain

Kesehatan reproduksi ibu dan bayi baru lahir meliputi perkembangan berbagai

organ reproduksi mulai dari sejak dalam kandungan, bayi, remaja, wanita usia subur,

klimakterium, meunopouse hingga meninggal. Widyastuti (2009), menjelaskan

bahwa pelayanan kesehatan reproduksi oleh Departemen Kesehatan RI dilaksanakan

secara integratif memprioritaskan pada 4 komponen kesehatan reproduksi menjadi

(45)

reproduksi essensial yaitu : 1) Kesehatan ibu dan bayi baru lahir, 2) Keluarga

Berencana, 3) Kesehatan reproduksi remaja, 4) Pencegahan dan penangganan infeksi

saluran reproduksi, termasuk HIV dan AIDS. Sedangkan pelayanan kesehatan

reproduksi komprehensif di tambah dengan kesehatan reproduksi lanjut usia.

Menurut Widyastuti dan Rahmawati (2009), hak-hak kesehatan reproduksi

meliputi :

1. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi

2. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi

3. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi

4. Hak untuk dilindungi dari kematian oleh karena kehamilan

5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak

6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya

7. Hak untuk terbebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk

perlindungan dari perkosaan, kekarasan, penyiksaan dan pelecehan seksual

8. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

kesehatan reproduksi

9. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksi

10. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga

11. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga

dan kehidupan reproduksi

12. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan

(46)

2.3Pengetahuan (Knowledge)

2.3.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang

memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang di hadapinya.

Pengetahuan tersebut dapat di peroleh baik dari pengalaman langsung maupun

pengalaman orang lain.

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan, merupakan hasil dari tahu dan

itu terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di

peroleh melalui mata dan telingga. Pengetahuan pada hakikatnya merupakan

segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk didalamnya

adalah ilmu yang merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia.

2.3.2 Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior), dari pengalaman dan penelitian

terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari

pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior), dari pengalaman dan penelitian

terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari

(47)

Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri seseorang tersebut terjadi

proses yang berurutan, yakni ; (1) Awareness (kesadaran), orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu, (2) Interest (tertarik) orang

sudah mulai tertarik kepada stimulus, (3) Evaluation, menimbang-nimbang baik atau

tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi, (4) Trial (coba-coba), orang telah mulai mencoba berperilaku baru, (5)

Adoption (mengambil), subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, sikap terhadap stimulus.

Benjamin Blum (1956) Dalam Notoatmodjo (2007) seorang ahli pendidikan,

membuat klasifikasi (Toxonomy) pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipakai untuk

merangsang proses berfikir manusia. Pengetahuan yang tercakup di dalam domain

kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :

1. Tahu (know), diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan menginggat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah.

2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

(48)

3. Aplikasi (application), diartikan sebagi kemampuan untuk mengunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponem-komponem tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis), menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun,

merencanakan, meringkas dan menyesuaikan.

6. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu didasari pada

kriteria-kriteria yang telah ditentukan sendiri atau mengunakan kriteria yang

telah ada

2.3.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia sementara orang

lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang

terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya

pemahaman. Menurut Notoatmodjo (2007) dalam memperoleh pengetahuan, ada

(49)

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang

makin mudah orang tersebut menerima informasi. Namun perlu ditekankan

bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula.

2. Mass Media/Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat

memberikan pengaruh jangka pendek (Immediate Impact) sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan

3. Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan atau tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan

bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi

seseorang juga menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk

kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar individu, baik

(50)

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang

berada dalam lingkungan tersebut.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai suatu sumber bagi pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa

lalu.

6. Umur

Umur memengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,

sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik.

2.4Sikap (Atittude)

2.4.1 Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap sesuatu stimulus atau objek. Sikap merupakan salah satu aspek psikologis

individu yang sangat penting, karena sikap merupakan kecendrungan untuk

berperilaku sehingga akan banyak mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2002)

Secara historis, istilah sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh Spencer

(1862) yang pada saat itu diartikan olehnya sebagai status mental seseorang. Dimasa-

masa awal itu pula pengunaan konsep sikap sering dikaitkan dengan konsep

(51)

Asrori (2011) mendifinisikan sikap sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi

perasaan. Berkowizt (1972) dalam Asrori (2011) menyatakan sikap seseorang

terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun

perasan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.

Dari batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manisfestasi sikap tidak dapat

langsung dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Newcomb (1959) dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa sikap itu merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan

predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup atau

tingkah laku yang terbuka, jadi sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap

objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek, atau dapat

diuraikan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Proses terbentuknya Sikap dan Reaksi Stimulus

Rangsangan Proses Stimulus

Reaksi Tingkah laku

(Terbuka)

(52)

2.4.2 Komponem Pokok Sikap

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007) bahwa sikap mempunyai

3 komponen pokok yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3. Kecenderungan untuk bertindak (Tend of behave)

Ketiga komponem ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude), dimana pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang

peranan penting. Sikap merupakan salah satu aspek psikologis individu yang sangat

penting karena sikap merupakan kecendrungan untuk berperilaku sehingga sikap akan

banyak mewarnai perilaku seseorang (Ali dan Asrori, 2011)

Dalam konteks sikap ini, Covey (1989) dalam Azwar (2012) menyatakan ada

tiga teori determinan yang diterima secara luas, baik sendiri-sendiri maupun

kombinasi, untuk menjelaskan sikap manusia, yaitu :

a. Determinan genetis (Genetic determininism), berpandangan bahwa sikap

individu diturunkan oleh sikap kakek neneknya melalui DNA.

b. Determinan Psikis (Psychic determinism), berpandangan bahwa sikap individu

merupakan hasil dari perlakuan, pola asuh atau pendidikan orang tua yang

diberikan kepada anaknya.

c. Determinan lingkungan (Environmental determinism) berpandangan bahwa

perkembangan sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat

(53)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior),

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :

1) Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (Subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek), 2) Merespon (responding), memberi jawaban atau

tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi, 3) Menghargai (valuing),

mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah serta

4) Bertanggung jawab (responsible), merupakan sikap yang paling tinggi, karena

segala sesuatu yang telah dipilihnya harus dipertanggung jawabkan walaupun orang

lain mencemoohkan.

2.4.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Sikap Manusia

Sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu.

Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya kontak sosial dan

hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial.

Menurut Azwar (2012), ada beberapa faktor yang memengaruhi sikap

manusia yaitu :

1. Pengalaman Pribadi

Pengalaman yang telah ada ataupun yang sedang kita alami ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus interaksi sosial. Tanggapan

akan menjadi dasar pembentukan sikap, untuk dapat mempunyai tanggapan dan

penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan

objek psikologis, baik yang akan membentuk sikap positif maupun sikap negatif.

(54)

yang mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu

objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek

tersebut.

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah

meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk

apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor

emosional, karena penghayatan terhadap pengalaman akan lebih mendalam dan

lebih berbekas.

2. Pengaruh Orang Lain yang dianggap Penting

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu komponen sosial yang ikut

memengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, yang kita harapkan

persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan pendapat kita. Seseorang yang

tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita

(Significant Other), akan banyak memengaruhi penbentukan sikap kita seperti

orang tua, teman dekat, sahabat, guru, teman kerja, istri atau suami.

3. Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari kebudayaan telah

(55)

4. Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,

suratkabar, majalah dan lain lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan

opini dan kepercayaan orang.

5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar

pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

6. Pengaruh Faktor Emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman

pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan peryataan yang

didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi dan

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego

Untuk terjadinya perubahan pengetahuan dan sikap remaja yang lebih baik

dan positif terhadap kesehatan reproduksi remaja dibutuhkan tenaga yang lebih

terampil dan berkompeten seperti guru, tenaga kesehatan maupun orang tua yang

dapat memberikan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi. Dilla (2007)

mengatakan para tenaga terampil yang mempunyai kualifikasi dan kemampuan di

bidangnya masing-masing di sebut sebagai agen perubahan. Agen perubahan adalah

seseorang yang membantu terlaksananya perubahan atau suatu inovasi yang

(56)

putusan maupun gagasan klien menurut arah yang diinginkan oleh lembaga

perubahan (Nasution, 2007).

Agen perubahan dapat kita temukan dalam kehidupan kita baik bidang

pembangunan, pendidikan maupun kesehatan seperti penyuluh kesehatan. Dalam

konteks sosial termasuk bidang kesehatan agen perubahan berfungsi sebagai mata

rantai komunukasi antara dua atau lebih suatu sistem sosial.

Menurut Rogers (1995) yang dikutip Dilla (2007), ada tujuh langkah kegiatan

agen perubahan yaitu :

1. Membangkitkan Kebutuhan untuk Berubah

Agen perubahan memulai dengan mengemukan berbagai permasalahan yang ada,

membantu menemukan masalah yang penting dan mendesak.

2. Memantapkan Hubungan Pertukaran Informasi

Agen pembaharu dapat meningkatkan hubungan yang lebih akrab dengan klien

dengan cara menumbuhkan kepercayaan klien serta menunjukan sikap empati

pada masalah dan kebutuhan klien.

3. Mendiagnosa Masalah yang Dihadapi

Agen pembaharu melihat masalah dari kacamata klien, berdasarkan situasi dan

psikologi klien bukan berdasarkan pandangan pribadi agen pembaharu

4. Membangkitkan kemauan klien untuk berubah. Cara yang digunakan tetap

Gambar

Gambar 2.1 Proses terbentuknya Sikap dan Reaksi
Gambar  2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1 Keadaan Siswa-siswi MAN Meulaboh-1 dan SMA Negeri 2   Meulaboh Tahun 2012/2013
Tabel 3.3 Besar Sampel  berdasarkan  Kelas  di MAN Meulaboh-1 dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

merakit dan menetapkan paket soal US/M dengan cara menggabungkan 25% (dua puluh lima persen) paket soal dari Kementerian dengan 75% (tujuh puluh lima

Paket Hemat 2 terdiri dari Modul SD, SMP, Skill Count SD dan SMP, English Skill, Administrasi v.4 dengan Logo Aqila Course, Biaya bagi hasil sebesar Rp 1.000,- per siswa

Berdasarkan hasil analisis data mengenai pengaruh insentif, lingkungan kerja, dan keselamatan kerja terhadap semagat kerja pada Waterboom Mulia Wisata Klambu

ini, yang saya temui hanyalah pembangunan ruko-ruko yang tidak tahu kapan.. akan

Menurut peneliti, ada beberapa responden beranggapan bahwa kebutuhan dasar lansia tidak terlalu penting untuk diutamakan melainkan untuk melatih agar lansia tidak

Adapun keluaran dari proses konversi dapat berupa keluran langsung, yaitu berupa barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen, maupun keluaran tidak langsung yang

permulaan melalui media flashcard. Kajian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan berhitung permulaan pada siswa yang disebabkan kurangnya media pembelajaran

Gordon (1997), mengatakan bahwa hubungan guru dan murid dikatakan baik bila mempunyai: 1) keterbukaan dan transparan, 2) penuh perhatian, 3) saling ketergantungan