• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNGPERMULAANMELALUI MEDIA FLASHCARD PADASISWA KELOMPOK ARA BINA INSAN FITRIA PLOSO RANDUACIR ARGOMULYO SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNGPERMULAANMELALUI MEDIA FLASHCARD PADASISWA KELOMPOK ARA BINA INSAN FITRIA PLOSO RANDUACIR ARGOMULYO SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERHITUNGPERMULAANMELALUI MEDIA

FLASHCARD

PADASISWA KELOMPOK ARA BINA INSAN FITRIA

PLOSO RANDUACIR ARGOMULYO SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

SITI MUALIMAH

NIM: 116-14-049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG

PERMULAAN MELALUI MEDIA

FLASHCARD

PADA SISWA KELOMPOK ARA BINA INSAN FITRIA

PLOSO RANDUACIR ARGOMULYO SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

SITI MUALIMAH

NIM: 116-14-049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO

Berhitung merupakan salah satu hal penting

yang melekat pada kehidupan manusia,

maka ajarilah anak-anakmu berhitung sejak dini

dengan cara yang menyenangkan,

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang-orang yang telah membantu

mewujudkan harapanku dan membantu menyelesaikan karya ini serta selalu memberikan

motivasi kepadaku:

1. Kedua orangtuaku, Bapak K. Abdullah dan Ibu Riadloh yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan doanya untukku.

2. Suamiku (Mas Sukarmin) tercinta dan tersayang, yang senantiasa setia menemaniku dalam suka maupun duka, dan semoga hingga di akhirat kelak, amiin.

3. Putra-putraku tersayang (Andrew Firansyah Mandala Putra dan Muhammad Raikhan Al Farizi Putra), yang menjadi semangat dalam hidupku.

4. Saudara-saudaraku (Fahrur, Nurul, dan Fatim), yang selalu memberikan semangat kepadaku.

5. Almamater tercinta Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga yang saya banggakan.

6. Guru dan dosen-dosenku yang luar biasa dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi yang senantiasa saya hormati, yang selal memberikan ilmu dan bimbingan dengan penuh kesabaran.

7. Keluarga Besar RA Bina Insan fitria Ploso Randuacir Argomulyo salatiga yang saya sayangi.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada kita semua, dengan segala keterbatasan

kemampuan dan waktu, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan Pada Siswa Kelompok A RA Bina Insan Fitria Ploso Randuacir Argomulyo Salatiga Tahun Pelajaran 2017/ 2018”.

Penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya bantuan,

dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya pada kesempatan ini

penulis menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang secara

langsung maupun tidak langsung telah membantu penyusunan tugas akhir ini, khususnya

kepada :

1. Bapak Dr. H. RahmatHariyadi, M.Pd.selakuRektor IAIN Salatiga.

2. BapakSuwardi, M.Pd.selakuDekanFakultasTarbiyahdanIlmuKeguruan IAIN

Salatiga.

3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M. Si. selaku Kepala Jurusan PIAUD IAIN Salatiga.

4. Bapak Drs. Wahyudhiana, M.Pd. selaku dosen Pembimbing yang telah berkenan

meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan

penyusunan skripsi ini.

5. Para Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

6. Segenap karyawan/pegawai di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, yang

telah memberikan pelayanan akademik kepada penulis selama proses

(10)

x

7. Ibu Rofiati, S.Pd sebagai kepala RA Bina Insan Fitria Salatiga yang telah

memberikan ijin dalam penelitian ini.

8. Segenap guru dan keluarga besar RA Bina Insan Fitria Salatiga, yang telah

membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

9. Bapak dan Ibu tercinta yang tidak pernah berhenti mendoakan, mendidik,

membimbing serta memotivasi penulis, baik moril maupun materiil.

10. Suami tercinta, Mas Sukarmin serta anak tercinta, Andrew Firansyah Mandala

Putra dan Muhammad Raikhan Al Farizi Putra yang penuh dengan cinta, kasih,

sayang,dukungan, dan doanya dalam menemani penyelesaian tugas akhir ini.

11. Pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini dan teman-teman seperjuangan di jurusan Pendidikan Islam Anak Usia

Dini IAIN Salatiga angkatan 2014 yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan akan menjadi amal saleh, yang akan

mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah SWT kelak dikemudian hari. Aamiin.

Meskipun dalam penyusunan skripsi ini penulis telah berusaha secara maksimal,

namun penulis yakin pasti masih ada kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan

saran dan kritik yang bersifat membangun bagi sempurnanya skripsi ini.Akhirnya

hanya kepada Allah penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya

bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Amiin ya robbal alamin.

Wassalamu’alaikumWr. Wb

(11)

xi

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO ... vii

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 7

F. Metode Penelitian ... 8

1. Rancangan penelitian ... 8

2. Subjek penelitian ... 10

3. Langkah-langkah penelitian ... 11

4. Teknik Pengumpulan Data ... 13

5. Instrumen Penelitian... 17

(12)

xii

G. Sistematika Penulisan ... 23

BAB II LANDASAN TEORI A.Kajian Teori ... 25

1. Pendidikan Anak Usia Dini ... 25

2. Aspek Perkembangan Kognitif ... 30

3. Media Pembelajaran ... 36

4. Standar Tingkat Pencapian Perkembangan Anak (STPPA) tentang Aspek Kognitif ... 43

B. Kajian Materi Penelitian ... 45

1. Hakikat Berhitung Permulaan ... 45

2. Media Flashcard ... 51

C. Kajian Pustaka ... 57

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 60

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 64

1. Perencanaan... 64

2. Pelaksanaan ... 64

3. Observasi ... 68

4. Refleksi ... 68

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 71

1. Perencanaan... 71

2. Pelaksanaan ... 72

3. Observasi ... 75

4. Refleksi ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Awal ... 77

B. Deskripsi Per Siklus ... 80

1. Hasil Penelitian Siklus I ... 80

2. Hasil Penelitian Siklus II ... 89

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 97

(13)

xiii

B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 105

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak ... 20

Tabel 1.3 Lembar Perbandingan Presentase Pencapaian Anak dengan Indikator Keberhasilan ... 22

Tabel 2.1 Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak ... 44

Tabel 3.1 Data guru dan Tenaga Kependidikan RA BIF ... 62

Tabel 3.2 Subjek Penelitian... 63

Tabel 4.1 Perolehan Nilai Berhitung Permulaan pada Pre Test... 78

Tabel 4.2 Lembar Pengamatan Guru Siklus I ... 81

Tabel 4.3 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I ... 84

Tabel 4.4 Perolehan Nilai Berhitung Permulaan pada Siklus I ... 87

Tabel 4.5 Lembar Pengamatan Guru Siklus II ... 90

Tabel 4.6 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II ... 92

Tabel 4.7 Perolehan Nilai Berhitung Permulaan pada Siklus II ... 94

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan ... 105

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian ... 107

Lampiran 3 Lembar Penugasan Siswa ... 111

Lampiran 4 Perolehan Nilai Berhitung Permulaan Pre Test ... 114

Lampiran 5 Perolehan Nilai Berhitung Permulaan Siklus I ... 117

Lampiran 6 Perolehan Nilai Berhitung Permulaan Siklus II ... 120

Lampiran 7 Lembar Konsultasi Skripsi ... 123

Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup ... 124

Lampiran 9 Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 125

Lampiran 10 Surat Keterangan Penelitian ... 126

Lampiran 11 Interview Guide ... 127

Lampiran 12 Dokumentasi ... 131

(15)

xv

ABSTRAK

Mualimah, Siti. 2018. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan Melalui Media Flashcard pada Siswa kelompok A RA Bina Insan Fitria ploso Randuacir Argomulyo salatiga Tahun Pelajaran 2017/ 2018. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia dini. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Wahyudhiana, M.Pd.

Kata kunci: Kemampuan Berhitung Permulaan, Media Flashcard

Penelitian inimembahastentangupaya meningkatkankemampuanberhitung

permulaan melalui media flashcard. Kajian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan berhitung permulaan pada siswa yang disebabkan kurangnya media pembelajaran yang digunakan guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui apakah media flashcard dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada siswa kelas ARA Bina Insan Fitria Ploso Randuacir Kecamatan Argomulyo Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018?.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan 2 siklus. Setiap siklusnya merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari 1) Perencanaan, untuk mengidentifikasi masalah dan merencanakan kegiatan pembelajaran, dan membuat instrument penelitian lainnya. 2) Pelaksanaan, melaksanakan pembelajaran pada materi berhitung permulaan sesuai yang telah direncanakan dalam RPP 3) Pengamatan, pengambilan data tentang hasil belajar siswa melalui tes dan lembar pengamatan. 4) Refleksi, menganalisis data hasil pengamatan. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelompok A RA Bina Insan Fitria Ploso Randuacir Argomulyo Salatiga yang berjumlah 30 siswa, yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Penelitian ini menggunakan media flashcard pada pembelajaran berhitung permulaan.

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Setiap orangtua pasti menginginkan anak-anaknya tumbuh dan berkembang sesuai tahap perkembangannya serta bisa merata pada semua aspek perkembangan, baik aspek fisik motorik, kognitif, sosial emosional, nilai agama moral maupun bahasa. Banyak cara yang dilakukan oleh orangtua agar anaknya berkembang dengan baik, diantaranya dengan cara membelikan berbagai mainan edukatif, menyekolahkan anak-anaknya di lembaga PAUD, bahkan sampai ada yang mengikutkan anaknya pada kegiatan extrakulikuler.

Harapan orangtua tersebut juga tidak jauh berbeda dengan harapan para guru. Sebagai pendidik, guru ikut bertanggungjawab dalam proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Terlebih para guru pendidikan anak usia dini, mereka merupakan pendidik paling utama setelah orangtuanya. Pendidikan pertama didapatkan oleh anak dari keluarga. Setelah itu guru pendidikan anak usia dinilah yang mendapatkan peran besar dalam menghasilkan generasi yang cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia, serta memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan dasar.

Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan anak usia dini yang dikemukakan oleh Sujiono (2009: 6), yaitu.

(17)

2

pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu petumbuhan dan perkembangan jasmani dan rokhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Namun tidak dapat dipungkiri jika perkembangan anak yang satu dengan anak yang lain itu berbeda. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor genetika, latar belakang keluarga, faktor pranatal, faktor lingkungan sosial, faktor ketersediaan media dan alat peraga edukatif, faktor keprofesionalan guru, dan faktor-faktor lainnya. .

Selain faktor-faktor diatas, proses pembelajaran yang kurang menarik bagi anak juga bisa menyebabkan kurang optimalnya perkembangan anak. Ada beberapa hal yang menyebabkan kurang menariknya pembelajaran, diantaranya adalah penyajian pembelajaran yang kurang bervariasi dan ketersediaan alat permainan edukatif yang masih minim, sehingga dalam kegiatan pembelajaran peserta didik kurang begitu semangat mengikutinya, cenderung bosan dengan kegiatan dan tugas yang diberikan dan akhirnya tidak menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru.

Ketersediaan media pembelajaran akan sangat membantu peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Hal ini sejalan dengan manfaat media pembelajaran yang dikemukakan oleh Fadlillah (2012:

207) bahwa, “tujuan media dalam kegiatan pembelajaran adalah untuk

membantu siswa lebih cepat mengetahui, memahami, dan upaya terampil

(18)

3

Sebuah kenyataan menunjukkan bahwa pembelajaran di RA Bina Insan Fitria Ploso Randuacir Kecamatan Argomulyo Salatiga, seringkali kurang menarik bagi anak. Hal ini dikarenakan minimnya alat permainan edukatif di RA Bina Insan Fitria tersebut, sehingga kegiatan pembelajaran hanya menggunakan media seadanya. Sebagai contoh, dalam pembelajaran berhitung hanya menggunakan media papan tulis, lembar kerja dan lego. Hal ini sangat mempengaruhi tingkat pencapaian perkembangan anak pada aspek kognitif, khususnya dalam hal pembelajaran berhitung. Ini dibuktikan dengan hasil pekerjaan anak yang diberikan setiap harinya. Dari 30 anak di kelompok A hanya 9 anak yang sudah mampu berhitung dengan baik, sebagian lainnya masih perlu bimbingan guru.

Berhitung merupakan salah satu kegiatan dalam aspek kognitif, untuk itulah berhitung juga perlu distimulasi agar berkembang dengan baik, karena kita ketahui bahwa perkembangan aspek yang satu dengan aspek lainnya saling berhubungan. Sebagian besar orang lebih mengenal kognitif dengan kata kecerdasan atau inteligensi. Bila aspek kognitif atau inteligensi yang dimiliki seseorang berkembang dengan baik, maka orang tersebut akan lebih mudah dalam memecahkan persoalan-persoalan yang ditemui pada kehidupannya, juga menciptakan ide-ide baru. Hal ini sejalan dengan pengertian kognitif yang dikemukakan oleh Gardner seperti

dikutip oleh Munandar dan Susanto ( 2009: 47), bahwa, “inteligensi

sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk mencipta

(19)

4

Berhitung merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Segala sesuatu di kehidupan ini sebagian besar berkaitan erat dengan berhitung. Salah satu diantaranya adalah dalam perdagangan. Di dalam kehidupan ini perdagangan merupakan salah satu hal yang sering dilakukan oleh manusia. Perdagangan ini merupakan salah satu hal yang

diperbolehkan oleh Allah, sebagaimana disebutkan Al Qur’an surat An

-nisa ayat 29 yang berbunyi: dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh Allah Maha Penyayang kepadamu.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis mengambil judul

“Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan Melalui Media

Flashcard pada siswa kelompok A RA Bina Insan Fitria Ploso Randuacir

Argomulyo Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan menjadi fokus dari perbaikan

pembelajaran yaitu: “Apakah penggunaan media flashcard dapat

(20)

5

RA Bina Insan Fitria Ploso Randuacir Argomulyo Salatiga Tahun

Pelajaran 2017/2018?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada siswa kelompok A RA Bina Insan Fitria Ploso Randuacir Argomulyo Salatiga tahun pelajaran 2017/2018 dengan menggunakan media flashcard.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian dan tujuan penelitian yang dikemukakan di atas, maka penelitian tindakan kelas (PTK) ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis.

a. Sebagai pendorong dalam memperbaiki mutu pembelajaran pada pendidikan anak usia dini serta menjadi tambahan pengetahuan bagi orang tua dan guru.

b. Menambah informasi, wawasan pemikiran dan pengetahuan bagi peneliti dalam bidang pendidikan, khusunya pendidikan anak usia dini.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

(21)

6

2) Mendorong semangat belajar peserta didik terhadap pelajaran berhitung.

3) Mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam memecahkan masalah yang dihadapi dikehidupan sehari-hari baik sekarang maupun di masa yang akan datang.

c. Bagi guru

1) Membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran berhitung.

2) Membantu guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan menarik bagi siswa.

3) Meningkatkan kreativitas guru dalam menciptakan media atau alat permainan edukatif yang dapat membantu proses pembelajaran.

4) Membantu guru dalam menstimulasi pekembangan aspek kognitif anak sehingga dapat mencapai standar tingkat pencapaian perkembangan anak dengan baik, khususnya dalam hal kemampuan berhitung permulaan.

5) Guru dapat menerapkan pelajaran berhitung dengan menggunakan media flashcard.

d. Bagi sekolah

1) Kegiatan pembelajaran di kelas akan lebih efektif dan inovatif. 2) Sekolah akan mampu mengembangkan media atau alat

(22)

7

3) Sekolah akan mampu menghasilkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas.

4) Mengembangkan sikap ekonomis dan menghargai keberadaan barang bekas di lingkungan sekitar.

5) Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai salah satu dasar pengambilan kebijakan peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru melalui kegiatan penelitian tindakan kelas.

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

Menurut Arikunto (2009: 67), “hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti data

yang terkumpul”. Sedangkan menurut Hadjar (2006: 61), “hipotesis adalah

prediksi terhadap hasil penelitian yang diusulkan”.

Dari kedua pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis adalah suatu dugaan atau kesimpulan sementara terhadap permasalahan penelitian, yang mungkin benar atau salah. Hipotesis ini akan diterima jika benar dan akan ditolak jika salah.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dengan menggunakan media flashcard sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada siswa kelompok A RA Bina Insan Fitria Ploso Randuacir Argomulyo Salatiga tahun pelajaran 2017/2018.

(23)

8

cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran dan melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa. Sehingga data yang diperoleh dari penelitian tindakan ini berupa data kuantitatif dan kualitatif yang kemudian diolah dengan menggunakan teknik pengolahan hasil test dan hasil observasi. Analisis dimulai dengan menganalisis data persiklus dan analisis antar siklus.

Indikator keberhasilan dari penelitian ini, adalah apabila 75% dari jumlah siswa yang diteliti dapat mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), yaitu mendapatkan nilai BSH (Berkembang Sesuai Harapan) atau setara dengan total skor 9 yaitu mencapai presentase pencapaian anak sebesar 75%.

F. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Dari namanya penelitian tindakan kelas, sudah dapat

dipahami isi yang ada di dalamnya, yaitu suatu kegiatan penelitian yang dilakukan di dalam kelas.

Menurut Arikunto, (2010: 130), penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas. Pengertian lain dikemukakan oleh Wibawa, seperti dikutip oleh Tukiran dan Dimyati

(24)

9

yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di

lapangan”.

Sedangkan menurut Sanford, seperti dikutip oleh Tukiran dan Dimyati (2013: 118) menyatakan bahwa, “penelitian tindakan kelas merupakan suatu kegiatan siklus yang bersifat menyeluruh, yang terdiri atas analisis, pelaksanaan, penemuan fakta tambahan, dan

evaluasi”.

Sama halnya dengan jenis penelitian lainnya, penelitian tindakan kelas juga mempunyai tujuan yang hendak dicapai, sebagaimana dikemukakan oleh Sukardi, 2003 (dalam Dimyati, 2013: 130), bahwa tujuan dari penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

a. Merupakan salah satu cara strategis guna memperbaiki layanan maupun hasil kerja suatu lembaga pendidikan.

b. Mengembangkan rencana tindakan kelas guna meningkatkan kinerja yang sekarang sedang dan telah dilakukan.

c. Mewujudkan proses penelitian yang bermanfaat ganda baik bagi peneliti maupun bagi lembaga pendidikan yang diteliti.

d. Tercapainya konteks pembelajaran dari pihak yang terlibat yaitu peneliti, para subjek yang diteliti serta guru dan tenaga kependidikan yang lainnya.

(25)

10

f. Timbulnya perubahan pada subjek yang diteliti karena dampak dari tindakan yang dilakukan oleh peneliti sehingga bisa meningkatkan kualitas belajar siswa yang diteliti.

g. Diperolehnya pengalaman dan hasil penenlitian yang selanjutnya dapat digunakan sebagai rujukan dalam rangka meningkatkan kualias mengajar guru pada umunya serta peneliti pada khususnya.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan berkolaborasi antara guru kelompok A RA Bina Insan Fitria Salatiga dengan peneliti berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari.

2. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelompok A RA Bina Insan Fitria Ploso Randuacir Argomulyo Salatiga tahun pelajaran 2017/2018, yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Subjek penelitian ini sangat heterogen dilihat dari kemampuannya, yakni ada sebagian siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2018, dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

(26)

11 4. Langkah-langkah Penelitian

Kemmis dan Mc Taggart, 1998 (dalam Kunandar, 2008:70)

mengemukakan bahwa, “penelitian tindakan kelas dilakukan melalui

proses yang dinamis dan komplementari, yang terdiri dari empat momentum esensial yaitu, penyusunan rencana, tindakan, observasi, dan refleksi.

Sejalan dengan pernyataan diatas, Arikunto, 2009 (dalam

Fadlillah, 2012: 124) juga mengemukakan bahwa, “ada empat tahapan

yang dilalui dalam melakukan penelitian tindakan kelas yaitu

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi dan refleksi”. Oleh

karena itu untuk dapat melaksanakan penelitian tindakan kelas ini, maka penulis melakukan langkah-langkah penelitian sebagaimana terdapat pada skema berikut:

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Refleksi Pelaksanaan

(27)

12

Skema1.1 Tahapan-tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

a. Perencanaan

Tahap perencanaan merupakan bagian awal yang harus dilakukan peneliti sebelum seluruh rangkaian kegiatan dilakukan. Tahapan perencanaan ini mencakup kegiatan sebagai berikut: 1) Membuat skenario pembelajaran (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Harian) denganmenggunakan media flashcard. 2) Mempersiapkansumberbelajar yang relevan.

3) Menyusundaftarpertanyaanuntuktanyajawab.

4) Mempersiapkanperlengkapan yang

dibutuhkandalammenggunakan media flashcard.

5) Menyusunlembarpengamatanpembelajaranuntukpenilaiansiswa. 6) Menyusunlembarpengamatanaktifitas guru dalampembelajaran. 7) Menyusuntesformatifuntukanak.

b. Pelaksanaan

(28)

13 c. Pengamatan

Pada tahap ini segala aktifitas siswa dalam pembelajaran diamati, dicatat, dan dinilai, kemudian dianalisis untuk dijadikan umpan balik. Pengamatan tersebut meliputi keaktifan dan inisiatif siswa selama kegiatan pembelajaran, aktivitas guru saat pembelajaran berlangsung, serta kondisi siswa fokus pada pembelajaran secara maksimal atau tidak.

d. Refleksi

Refleksi merupakan tahap akhir dari siklus I ini, terdapatbeberapakegiatan di dalamya, yaitu:

1) Mencatathasilobservasidanpelaksanan pembelajaran. 2) Evaluasihasilpembelajaran.

Analisishasilpembelajaran. digunakan untuk memperbaikikelemahan yang ditemukan pada siklus I, sehingga dapat dijadikan landasan perbaikan pada siklus II

5. Teknik Pengumpulan Data

(29)

14 a. Teknik Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data penelitian yang menggunakan metode tanya jawab antara peneliti dengan objek yang diteliti. Menurut Mulyana, 2004, (dalam Maslikhah, 2013: 321), wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajkan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Sedangkan menurut Sani dan Sudiran, (2016: 62), “wawancara adalah teknik memperoleh data dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan dan memerlukan jawaban

lisan”.

Sebelum melaksanakan wawancara, peneliti menyiapkan instrument wawancara yang disebut pedoman wawancara (interview guide). Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan atau

pernyataan yang diminta untuk dijawab atau direspon oleh responden.

b. Teknik Observasi

Sani dan Sudiran, (2016: 63), menyatakan bahwa, “observasi

(30)

15

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati langsung objek yang akan diteliti. Teknik ini digunakan untuk mengamati dari dekat dalam upaya menggali dan mencari data melalui pengamatan secara langsung dan mendalam terhadap subjek dan objek penelitian. Dalam hal ini peneliti mengamati proses pembelajaran, bagaimana cara guru mengajarkan berhitung pada anak dan juga alat peraga apa yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.

c. Teknik Dokumentasi

(31)

16 d. Tes

Menurut Arikunto, (2010: 193), “tes adalah serentetan

pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau

bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Sedangkan

menurut Kunandar, (2011: 186), “tes adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada seseorang atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat perkembangan salah satu atau beberapa aspek psikologis di dalam diriya.

Tes merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim digunakan dalam penelitian tindakan kelas. Hal ini disebabkan karena dalam penelitian tindakan kelas pada umumnya salah satu hal yang diukur adalah hasil belajar siswa. Dan dalam mengukur hasil belajar siswa tersebut salah satunya dengan menggunakan instrumen tes.

Dalam hal ini peneliti merancang lembar penugasan untuk anak didik sebagai instrumen yang dapat digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa nilai hasil penerapan media

flashcard dalam upaya peningkatan kemampuan berhitung

(32)

17 6. Instrumen Penelitian

Instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini antara lain:

a. Lembar observasi, yaitu lembar yang digunakan untuk mengamati aktifitas siswa secara langsung selama proses pembelajaran.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), yang merupakan panduan bagi guru dalam menyampaikan pembelajaran. c. Tes buatan peneliti yaitu berupa lembar tugas yang harus dikerjakan oleh siswa yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang disampaikan yakni mengenai materi berhitung permulaan.

d. Daftar pertanyaan untuk melakukan wawancara, yang mana wawancara ini ditujukan kepada Kepala Sekolah dan juga guru kelas A RA Bina Insan Fitria Ploso Randuacir Argomulyo Salatiga, guna memperoleh informasi tentang data atau profil sekolah dan juga untuk memperoleh pendapat dari guru tentang kemampuan berhitung permulaan siswa sebelum dan sesudah digunakan media flashcard dalam pembelajaran.

e. Dokumentasi, dalam hal ini dokumentasi yang peneliti butuhkan meliputi:

(33)

18

2) Foto alat permainan edukatif dan media pembelajaran yang dimiliki sekolah.

3) Foto gedung sekolah dan ruang kelas. 4) Data siswa, data guru, dan profil sekolah. 7. Analisis Data

Analisis data merupakan sebuah proses memilih, memilah, dan menggolongkan data yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada. Analisis data merupakan bagian penting dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Kualitas dan hasil analisis data menentukan kebermaknaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan. Jika analisis dilakukan secara tepa, maka hasil penelitian akan memberikan gambaran yang objektif dari kondisi yang diteliti. Pelaksanaan analisis dilakukan secara terus menerus pada saat penelitian sehingga pembuatan laporan penelitian akan menghasilkan suatu kesimpulan.

Data dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. Kedua jenis analisis data tersebut dapat digunakan secara sendiri-sendiri maupun gabungan dari keduanya. Menurut Miles dan Huberman, 1994, (dalam Sani dan Sudiran, 2016:

83), “analisis data kualitatif dilakukan dengan tiga tahapan utama yaitu

reduksi data, display data, dan penarikan simpulan”.

(34)

19 a. Reduksi Data

Mereduksi berarti merangkum hal-hal pokok atau memfokuskan hal-hal yang penting. Menurut Sani dan sudiran,

(2016: 83), “proses reduksi data mencakup seleksi, menetapkan

fokus, menyederhanakan, membuat abstraksi, dan melakukan transformasi data yang diperoleh selama observasi (misalnya pada

catatan lapangan)”.

Selama proses pengumpulan data peneliti harus melakukan reduksi data, yakni dengan menulis rangkuman, membuat kode, mengelompokkan data, membuat batasan, dan menulis memo.Tahap reduksi data ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang akan diteliti, dan mempermudah mencari data yang diperlukan.

b. Display Data

Tahapan analisis data yang dilakukan peneliti setelah tahap reduksi data adalah tahapan display data, yaitu memaparkan data. Data yang telah direduksi disajikan dalam bentuk uraian singkat yang bersifat naratif dan bisa juga dalam bentuk tabel.

c. Penarikan Kesimpulan

(35)

20

kelompok A RA Bina Insan Fitria Ploso Randuacir kecamatan Argomulyo Salatiga.

Apabila pada penelitian tahap pertama (siklus I) belum memenuhi tujuan pembelajaran dengan baik, maka diadakan tindak lanjut, yaitu penelitian ulang (siklus II). Apabila pada siklus II tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik maka penelitian dihentikan sampai pada siklus II, dan penelitian dinyatakan berhasil.

Selain metode analisis diatas, peneliti juga menggunakan statistik sederhana untuk membantu mengungkapkan data sebagai upaya memperoleh data dan informasi secara lengkap. Berikut ini adalah tabel ketentuan pemberian nilai untuk menilai hasil belajar siswa:

Tabel 1.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak

(36)

21

Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan analisis berdasarkan observasi kegiatan pembelajaran maupun dari hasil tindakan yang telah dilakukan. Analisis data observasi terhadap guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran digunakan untuk melakukan refleksi, agar peneliti dapat menentukan tindakan yang dapat diambil pada siklus berikutnya. Analisis data terhadap anak dilakukan melalui beberapa tahap sebagaimana dikemukakan oleh Mulyasa (2009 :101), yaitu:

1) Menjumlah skor yang dicapai anak pada setiap butir amatan. 2) Menghitung presentase peningkatan kemampuan berhitung

anak.

(37)

22

Jumlah skor maksimum = skor maksimum butir amatan x jumlah butir amatan

Persentase pencapaian anak = jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100 % jumlah skor maksimum

Kriteria Ketuntasan Minimum = jumlah skor minimum yang harus dicapai x 100 % jumlah skor maksimum

3) Membuat tabel perbandingan hasil pencapaian kemampuan berhitung permulaan anak dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), adapun rancangan tabelnya adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2 Lembar Perbandingan Persentase Pencapaian Anak dengan Nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)

No Nama

Anak

Persentase Pencapaian

Anak

Kriteria Ketuntasan

Minimum (KKM)

Status Pencapaian

(38)

23

a) Persentase pencapaian anak, diperoleh dari perhitungan total skor yang dicapai anak dibagi dengan skor maksimum dikalikan 100%.

b) Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) diperoleh dari skor minimum yang harus dicapai anak dibagi skor maksimum dikalikan 100%. Sedangkan persentase keberhasilan penelitian ini adalah berdasarkan ketetapan dari pihak sekolah, yaitu sebesar 75% dari jumlah total siswa yang diteliti.

c) Status Pencapaian, diperoleh dari perbandingan antara skor persentase pencapaian anak dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM).Jika hasil persentase pencapaian anak< (kurang dari) nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), maka status pencapaian yaitu “tidak tuntas”. Dan bila

persentase pencapaian ≥ (lebih dari atau sama dengan) nilai

Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), maka status pencapaian yaitu “tuntas”.

G. Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari v bab yang dapat diuraikan sebagai berikut:

(39)

24

Bab II landasan teori, yang berisi: kajian teori, kajian materi penelitian, dan kajian pustaka.

Bab III pelaksanaan penelitian, yang berisi: gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi pelaksanaan siklus I (perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi), dan deskripsi pelaksanaan siklus II.

Bab IV hasil penelitian dan pembahasan, yang berisi: deskripsi per siklus (data hasil penelitianrefleksi keberhasilan dan kekurangan), dan pembahasan.

(40)

25 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Teori

1.Pendidikan Anak Usia Dini a. Pengertian Anak Usia Dini

Istilah anak usia dini sudah tidak asing lagi di tengah masyarakat kita, bahkan istilah tersebut sering menjadi topik pembicaraan di tengah-tengah masyarakat. Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat. Perkembangan ini akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan mereka di masa yang akan datang dan akan sangat berguna dalam menapaki kehidupan selanjutnya. Hasan Alwi, dkk dalam kamus besar bahasa Indonesia, sebagaimana dikutip oleh Wiyani (2015: 21), mengungkapkan bahwa anak adalah manusia yang masih kecil, yaitu yang baru berumur enam tahun.

Menurut Sujiono (2009: 6) , berdasarkan Undang-undangnomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini tertulis pada pasal 28 ayat yang berbunyi, “Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti

(41)

26

Kemudian menurut Widarmi, dkk sebagaimana dikutip oleh Wiyani (2015: 22), berdasarkan rentang usia pada anak usia dini, maka setidaknya ada empat tahapan yang dilalui oleh anak pada masa usia dini, yaitu:

1) Masa bayi dari usia lahir sampai dengan 12 bulan (satu tahun).

2) Masa kanak-kanak/batita dari usia 1 tahun hingga 3 tahun. 3) Masa prasekolah dari usia 3 tahun sampai 6 tahun.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anak usia dini atau yang bisa disingkat dengan AUD adalah anak yang berusia 0 hingga 6 tahun yang melewati masa bayi, masa batita, dan masa prasekolah.

b.Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Dewasa ini, banyak bermunculan lembaga-lembaga pendidikan yang bergerak dalam bidang anak usia dini. Hal ini merupakan salah satu bentuk kesadaran dari masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia dini dan juga merupakan bentuk perhatian dari pemerintah terhadap anak usia dini, karena kita ketahui bersama bahwa dalam masa usia dini inilah seseorang mempunyai masa golden age atau lebih kita kenal dengan masa emas.

(42)

27

kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan ketrampilan anak.

Menurut Sujiono (2009: 6), berdasarkan Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bab 1 pasal 1 ayat 14 ditegaskan bahwa.

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu petumbuhan dan perkembangan jasmani dan rokhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Sedangkan menurut Suyadi (2014: 22), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada hakikatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang diperuntukkan untuk anak usia 0-6 tahun, untuk membina dan merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak pada semua aspek perkembangan.

c. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

(43)

28

anak usia dini juga mempunyai tujuan-tujuan yang hendak dicapai.

Menurut Suyadi (2014: 25), secara praktis tujuan pendidikan anak usia dini adalah sebagai berikut:

1) Kesiapan anak memasuki pendidikan lebih lanjut. 2) Mengurangi angka mengulang kelas.

3) Mengurangi angka putus sekolah (DO).

4) Mempercepat pencapaian wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.

5) Menyelamatkan anak dari kelalaian didikan wanita karier dan ibu berpendidikan rendah.

6) Meningkatkan mutu pendidikan. 7) Mengurangi angka buta huruf muda.

8) Memperbaiki derajat kesehatan dan gizi anak usia dini. 9) Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Sedangkan menurut Sujiono (2009: 42), tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini dapat dibedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai dari penyelenggaraan pendidikan anak usia dini adalah sebagai berikut:

(44)

29

2) Dapat memahami perkembangan kreativitas anak usia dini dan usaha-usaha yang terkait dengan pengembangannya. 3) Dapat memahami kecerdasan jamak dan kaitannya dengan

perkembangan anak usia dini.

4) Dapat memahami arti bermain bagi perkembangan anak usia dini.

5) Dapat memahami pendekatan pembelajaran dan aplikasinya bagi pengembangan anak usia kanak-kanak.

Sedangkan tujuan pendidikan anak usia dini secara umum adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Selain tujuan yang telah dikemukakan di atas, Sujiono (2009: 43), juga menyatakan bahwa tujuan pendidikan anak usia dini adalah:

1) Untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan dimasa dewasa.

(45)

30

3) Intervensi dini dengan memberikan rangsangan sehingga dapat menumbuhkan potensi-potensi yang tersembunyi (hidden potency) yaitu dimensi perkembangan anak

(bahasa, intelektual, emosi, sosial, motorik, konsep diri, minat dan bakat.

4) Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan potensi-potensi yang dimiliki anak.

2. Aspek Perkembangan Kognitif a. Pengertian Perkembangan

Setiap mahluk hidup pasti mengalami proses perkembangan selama hidupnya. Perkembangan yang dialami oleh mahluk hidup tidak hanya dalam aspek psikologis saja, tetapi juga pada aspek biologis.

Susanto (2011: 19), mengemukakan bahwa,

“perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini

tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif”. Perkembangan

tidak ditekankan pada segi material, melainkan pada segi fungsional.

(46)

31

perubahan-perubahan yang yang berkaitan dengan aspek pengetahuan, kemampuan, sifat social, moral, keyakinan agama, kecerdasan, dan lain-lain.

Sedangkan Yusuf Syamsu (dalam Susanto, 2009: 19), mengemukakan bahwa, perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju kedewasaannya atau kematangannya (maturation), yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).

Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa perkembangan adalah perubahan yang bersifat kualitatif daripada fungsi-fungsi, misalnya kemampuan melakukan gerakan koordinasi, dan lain sebagainya.

b. Pengertian Kognitif

Para ahli yang berkecimpung dalam bidang pendidikan , banyak yang berbeda pendapat dalam mendefinisikan kognitif. Orang awam biasanya lebih mengenal kognitif dengan kata kecerdasan intelektual. Perkembangan kognitif setiap individu pun berbeda-beda

Menurut Susanto (2009: 47), “kognitif adalah suatu

(47)

32

kejadian atau peristiwa”. Proses kognitif berhubungan dengan

tingkat kecerdasan (intelegensi), yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada kemunculan ide-ide baru dalam memecahkan suatu persoalan yang dihadapi.

Menurut Gardner seperti dikutip oleh Munandar dan

Susanto, (2009: 47), mengemukakan bahwa, “inteligensi

sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk mencipta karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan atau

lebih”. Lebih lanjut Gardner mengajukan konsep pluralitas dari

inteligensi dan membedakannya kepada delapan jenis inteligensi. Dalam kehidupan sehari-hari inteligensi tidak berfungsi secara murni, tetapi setiap individu memiliki campuran (blend) yang unik dari sejumlah inteligensi yaitu inteligensi linguistik, logis, spasial, musik, kinestetik, intrapribadi dan antarpribadi, dan naturalis.

(48)

33

melibatkan ketrampilan mengolah angka dan kemahiran menggunakan logika atau akal sehat.

c. Urgensi Perkembangan Kognitif

Pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya, sehingga anak mendapatkan pengetahuan yang akan berguna baginya dalam melangsungkan hidup.

Adapun proses kognisi meliputi berbagai aspek, seperti persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah. Oleh karenanya Piaget (dalam Susanto, 2009: 48), berpendapat bahwa pentingnya seorang guru mengembangkan kognitif pada anak, adalah:

1) Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan, sehingga anak akan memiliki pemahaman yang utuh dan komprehensif.

2) Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwadan kejadian yang pernah dialaminya.

(49)

34

4) Agar anak mampu memahami simbol-simbol yang tersebar di dunia sekitarnya.

5) Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran, baik yang terjadi secara alamiah (spontan), maupun melalui proses ilmiah (percobaaan).

6) Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya, sehingga pada akhirnya anak akan menjadi individu yang mampu menolong dirinya sendiri.

d. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif

Seperti halnya pada aspek perkembangan lainnya, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif, yaitu sebagai berikut:

1) Faktor hereditas/keturunan

Seorang ahli filsafat Schopenhauer mempelopori sebuah teori hereditas atau nativisme. Menurut Schopenhaeur (dalam Susanto, 2009: 59), berpendapat

bahwa, “manusia lahir sudah membawa potensi-potensi

tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan”.

Dikatakan pula bahwa, taraf inteligensi sudah ditentukan sejak lahir.

2) Faktor lingkungan

(50)

35

mengemukakan bahwa, “manusia dilahirkan dalam keadaan

suci seperti kertas putih yang masih bersih belum ada tulisan atau noda sedikitpun”. Teori ini dikenal dengan sebutan teori tabula rasa. Berdasarkan pendapat Locke, taraf inteligensi sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya. 3) Faktor kematangan

Setiap organ baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan matang jika telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan tersebut berhubungan erat dengan usia kronologis (usia kalender).

4) Faktor pembentukan

Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang memengaruhi perkembangan inteligensi. Pembentukan dapat dibedakan menjadi pembentukan sengaja (sekolah formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).

5) Faktor minat dan bakat

(51)

36

bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat yang dimiliki seseorang akan memengaruhi tingkat kecerdasannya, artinya seorang yang memiliki bakat tertentu, maka akan semakin mudah dan cepat mempelajarinya.

6) Faktor kebebasan

Kebebasan adalah keleluasaan manusia untuk berpikir divergen (menyebar), yang berarti bahwa manusia dapat memilih metode-metode tertentu dalam memecahkan masalah-masalah, juga bebas dalam memilih masalah sesuai kebutuhannya.

3. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran.

Media sangat erat kaitannya dengan dunia komunikasi, karena media merupakan salah satu bentuk alat untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Suwarna, (dalam Fadlillah, 2012: 205), menyatakan bahwa, “secara istilah media

berasal dari kata jamak medium, yang memiliki arti perantara”.

Sedangkan menurut Heinich 1996, (dalam Sutirman, 2013: 15), mengartikan media sebagai perantara yang mengantar informasi dari sumber kepada penerima.

Arsyad (1997: 3) mengemukakan bahwa, “media apabila

(52)

37

kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa

mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap”.

Rusman, (dalam Fadlillah, 2012: 206) juga mengemukakan bahwa, “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (materi pembelajaran), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses

pembelajaran”.

Sedangkan Asnawir dan Usman, (2002: 11), mengemukakan pendapat yang berbeda mengenai media, mereka menyatakan bahwa.

National Education Association (NEA) mengartikan

media sebagai benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beseta instrument yang dipergunakan, baik dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat memengaruhi efektivitas program instruksional.

Pendapat lain dikemukakan oleh Miarso, 2007 (dalam

Fadlillah, 2012: 206) bahwa, “media pembelajaran segala

sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si pembelajar, sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali”.

(53)

38

yang diinginkan dapat tersampaikan dengan tepat, mudah, dan diterima serta dipahami sebagaimana mestinya.

b. Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, sangat diperlukan adanya media guna memperlancar proses komunikasi pembelajaran. Dengan adanya media pembelajaran akan lebih memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, serta membuat pembelajaran menjadi lebih terarah sesuai tujuan yang dikehendaki.

Fadlillah (2012: 207), mengemukakan bahwa, “tujuan

media dalam kegiatan pembelajaran adalah untuk membantu siswa lebih cepat mengetahui, memahami, dan upaya terampil

dalam mempelajari sebuah materi yang dipelajari”. Selain itu

juga untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menarik, aktif, efektif, dan efisien.

(54)

39

Sedangkan menurut Kemp dan Dayton, (dalam Fadlillah, 2012: 207), diantara manfaat media dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan. 2) Proses pembelajaran menjadi lebih menarik.

3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif.

4) Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi. 5) Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan.

6) Proses pembelajaran dapat terjadi di mana saja dan kapan saja.

7) Sikap positif siswa terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.

8) Peran guru dapat berubah kea rah yang lebih positif dan produktif.

Asnawir dan Usman (dalam Fadlillah, 2012: 208), juga mengemukakan bahwa penggunaan media dalam proses pembelajaran mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut: 1) Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman

yang dimiliki siswa atau mahasiswa. 2) Media dapat mengatasi ruang kelas.

3) Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan lingkungan.

(55)

40

5) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkret, dan realitas.

6) Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru.

7) Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar.

8) Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkret sampai kepada yang abstrak.

Selain manfaat media yang telah dikemukakan di atas, Levied dan Lentz, (dalam Arsyad, 1997: 16) mengemukakan empat fungsi media pengajaran, khususnya media visual, yaitu: 1) Fungsi atensi, fungsi ini merupakan inti yaitu menarik dan

mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

2) Fungsi afektif, fungsi ini dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca0 teks yang bergambar.

(56)

41

4) Fungsi kompensatori, fungsi ini terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.

Pendapat lain mengenai kegunaan media pembelajaran disebutkan oleh Sadiman (dalam Sutirman, 2013: 17), yaitu: 1) Memperjelas penyajian pesan.

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. 3) Mengatasi sikap pasif, sehingga siswa menjadi lebih

semangat dan lebih mandiri dalam belajar.

4) Memberikan rangsangan, pengalaman, dan persepsi yang sama terhadap materi belajar.

Tujuan dan manfaat media pembelajaran yang tersebut diatas akan dapat terwujud dan berjalan dengan baik, apabila dalam penggunaan media sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Oleh karenanya diperlukan adanya sebuah perencanaan yang matang dalam hal penentuan dan penggunaan media pembelajaran.

c. Macam-macam Media Pembelajaran Anak Usia Dini

(57)

42

banyak media yang dapat digunakan untuk anak usia dini. Prinsipnya, media yang digunakan tersebut dapat memberikan rangsangan semangat untuk anak usia dini sehingga dapat belajar dengan mudah dan menyenangkan sehingga mereka tidak merasa jenuh atau bosan dalam mengikuti proses pembelajaran.

Adapun macam-macam media pembelajaran untuk anak usia dini dapat digolongkan menjadi tiga, sebagaimana dikemukakan oleh Fadillah (2012: 211), yaitu:

1) Media audio

Media audio adalah sebuah media pembelajaran yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (pendengaran), serta hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio dan kaset.

(58)

43 2) Media visual

Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Contoh media visual adalah mediagrafis dan media proyeksi. Yang dimaksud media grafis adalah media visual yang mengkomnikasikannya antara fakta dan data yang berupa gagasan atau kata-kata verbal dengan gambar, seperti poster, kartun, dan komik. Sedangkan media proyeksi adalah media proyektor yang mempunyai unsur cahaya dan lensa atau cermin,misalnya OHP, slide, dan filmstrip.

3) Media audiovisual

Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan gambar. Jenis media ini dibedakan menjadi dua, yaitu audiovisual diam, dan audiovisual gerak. Audiovisual diam adalah media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai, film rangkai suara, dan cetak suara. Sedangkan audiovisual gerak adalah media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, seperti film suara dan video-cassete.

4. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) tentang Aspek Kognitif

(59)

44

Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA), untuk semua aspek perkembangan, baik aspek kognitif, bahasa, sosial emosional, fisik motorik, maupun nilai agama dan moral, untuk anak usia baru lahir sampai 6 tahun. Berikut ini adalah STPPA pada aspek kognitif untuk anak usia 4-5 tahun, sebagaimana yang terinci dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak

Lingkup Perkembangan Usia 4-5 Tahun

Belajar dan Pemecahan

Masalah

1. Mengenal benda berdasarkan fungsi

(pisau untuk memotong, pensil

untuk menulis).

2. Menggunakan benda-benda sebagai

permainan simbolik (kursi sebagai

mobil).

3. Mengenal konsep sederhana dalam

kehidupan sehari-hari (gerimis,

hujan, gelap, terang, dan lain-lain).

4. Mengetahui konsep banyak dan

sedikit.

5. Mengkreasikan sesuatu sesuai

dengan idenya sendiri yang terkait

dengan berbagai pemecahan

masalah.

6. Mengamati benda dan gejala dengan

rasa ingin tahu.

7. Mengenal pola kegiatan dan

menyadari pentingnya waktu.

8. Memahami kedudukan/posisi dalam

keluarga, ruang, lingkungan sosial

(misal: sebsgai peserta didik/anak/

(60)

45

Berfikir Logis

1. Mengklasifikasikan benda

berdasarkan fungsi, bentuk, warna,

atau ukuran.

2. Mengenal gejala sebab akibat yang

terkait dengan dirinya.

3. Mengklasifikasikan benda ke dalam

kelompok yang sama, atau

kelompok yang sejenis, atau

kelompok yang berpasangan dengan

dua variasi.

4. Mengenal pola (misal: AB-AB, atau

ABC-ABC) dan mengulanginya.

5. Mengurutkan benda berdasarkan 5

seriasi ukuran atau warna.

4. Mengenal lambing huruf.

B. Kajian Materi Penelitian

1. Hakikat Berhitung Permulaan a. Pengertian Berhitung Permulaan

Kemampuan berhitung merupakan salah satu kemampuan yang perlu dikembangkan kepada anak sebagai bekal kehidupan mereka di masa yang akan datang. Menurut Munandar (dalam Susanto, 2011: 97), menyebutkan bahwa,

“kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan

sebagai hasil dari pembawaan dan latihan”. Senada dengan

(61)

46

bahwa, “kemampuan merupakan suatu kapasitas berbagai tugas

dalam suatu pekerjaan tertentu”.

Dari kedua pengertian di atas maka dapat dipahami bahwa kemampuan merupakan suatu daya atau kesanggupan dalam diri setiap individu dimana daya ini dihasilkan dari pembawaan dan juga latihan yang mendukung individu dalam menyelesaikan tugasnya.

Adapun yang dimaksud dengan kemampuanberhitung permulaan sebagaimana diungkapkan oleh Susanto (2011: 98), bahwa.

Kemampuan berhitung permulaan adalah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya, dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sejalan dengan perkembangan kemampuan anak dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai jumlah , yaitu mengenai jumlah dan pengurangan.

b. Tahapan Kemampuan Berhitung Pemulaan

(62)

47

1) Tahap konsep atau pengertian

Pada tahap ini anak berekspresi untuk menghitung segala macam benda-benda yang dapat dihitung dan yang dapat dilihatnya. Kegiatan menghitung ini harus dilakukan dengan menarik, sehingga mudah dipahami oleh anak dan anak tidak merasa bosan.

2) Tahap transmisi atau peralihan

Tahap transmisi merupakan masa peralihan dari konkret ke lambang. Tahap ini adalah saat anak mulai benar-benar memahami. Untuk itulah tahap ini diberikan apabila tahap konsep sudah dikuasai anak dengan baik, yaitu saat anak mampu menghitung, dan adanya kesesuaian antara benda yang dihitung dengan bilangan yang disebutkan.

3) Tahap lambang

Tahap dimana anak sudah diberi kesempatan untuk menulis sendiri tanpa paksaan, yakni berupa lambing bilangan, bentuk-bentuk, dan sebagainya.

Ahli lain mengungkapkan hal yang berbeda mengenai tahapan berhitung. Menurut Dienes dalam Rey (dalam Susanto, 2011: 100), ada lima tahapan dalam berhitung, yaitu:

(63)

48

anak dapat belajar konsep bentuk dari konsep yang dibuatnya.

2) Generalisasi (generalization), yaitu anak mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat pada konsep tertentu, mencari kesamaan sifat dalam suatu permainan, misalnya dengan bermain mengelompokkan benda yang bentuknya sama.

3) Representasi (representation), yaitu anak mencari kesamaan sifat dari beberapa situasi sejenis.

4) Simbolisasi (symbolization), anak harus mampu merumuskan representasi dari setiap konsep dengan menggunakan symbol matematika atau melalui perumusan verbal. Contohnya permainan flashcard, melalui permainan ini anak dapat mengenal konseep angka, misalnya flashcard dengan gambar stroberi berjumlah satu, maka anak mengenal konsep angka satu.

5) Fomalisasi (formalization), anak dituntut untuk mengurutkan sifat-sifat baru konsep ini.

c. Prinsip Kemampuan Berhitung Permulaan

(64)

49

permainan berhitung. Ada beberapa prinsip mendasar yang perlu dipahami dalam menerapkan permainan berhitung, yaitu: 1) Dimulai dari menghitung benda.

2) Berhitung dari yang lebih mudah ke yang lebih sulit.

3) Anak berpartisipasi aktif dan adanya rangsangan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

4) Suasana yang menyenangkan.

5) Bahasa yang sederhana dan menggunakan contoh.

6) Anak dikelompokkan sesuai dengan tahapan berhitungnya. 7) Evaluasi dari mulai awal sampai akhir.

Diungkapkan pula oleh Yew (dalam Susanto, 2011:103), beberapa prinsip dalam mengejarkan berhitung pada anak, yaitu sebagai berikut:

1) Buat pelajaran menjadi mengasyikkan. 2) Ajak anak terlibat secara langsung.

3) Bangun keinginan dan kepercayaan diri dalam menyelesaikan berhitung.

4) Hargai kesalahan anak dan jangan menghukumnya. 5) Fokus pada apa yang anak capai.

(65)

50

merasa membutuhkan karena mengasyikkan dan cara mengajarkannya pun harus tepat.

d. Metode Pengembangan Kemampuan berhitung permulaan Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Menurut Hasnida

(2014: 48), “metode pembelajaran adalah cara-cara yang

digunakan guru dalam menyajkan suatu materi pembelajaran atau permainan dengan memperhatikan keseluruhan situasi

belajar dan bermain untuk mencapai suatu tujuan”.

Untuk mengembangkan kemampuan behitung permulaan pada anak dapat dilakukan dengan beberapa metode, misalnya metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, bermain, atau pemberian tugas.

Renew (dalam Susanto, 2011:103), menyatakan bahwa,

“metode yang perlu diterapkan dalam mengembangkan

kemampuan berhitung permulaan pada anak dilakukan dengan permainan-permainan yang menyenangkan , suasana belajar yang menggembirakan dan bagaimana anak tertarik untuk

belajar”. Penggunaan metode yang tepat dapat menumbuhkan

(66)

51 2. Media Flashcard

a. Pengertian Flashcard

Menurut Arsyad (1997: 119), flashcard adalah kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda symbol yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu. Flashcard biasanya berukuran 8 x 12 cm, atau dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi.

Sedangkan menurut Indriana, 2011, sebagaimana dikutip oleh Khoiriyah (2016: 21), flashcard adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar yang ukurannya seukuran postcard atau sekitar 25 x 30cm. Gambar yang ditampilkan dalam bentuk kartu tersebut adalah gambaran tangan atau foto, atau gambar/foto yang sudah ada dan ditempelkan pada lembaran kartu-kartu tersebut. Gambar yang ada pada media ini merupakan rangkaian pesan yang disajikan dengan keterangan pada bagian belakangnya.

b. Proses Pembuatan Flashcard

(67)

52

1) Siapkan kertas yang agak tebal seperti kertas dupleks atau dari bahan kardus. Kertas ini berfungsi menyimpan atau menempelkan gambar.

2) Kertas tersebut diberikan tanda dengan pensil atau spidol dan menggunakan penggaris untuk menentukan ukuran 25 x 30 cm.

3) Potong kertas sesuai ukuran 25 x 30 cm tersebut. Dan, buatlah sejumlah gambar yang akan ditempelkan atau sejumlah materi yang akan dijadikan media pengajaran. 4) Jika objek gambar dibuat dengan tangan, maka kertas alas

tadi perlu dilapisi dengan kertas halus untuk menggambar, seperti kertas HVS, karton, dan semacamnya.

5) Mulailah menggambar menggunakan alat gambar seperti kuas, cat air, spidol dan pensi warna. Atau buatlah desain dengan bantuan komputer yang ukurannya telah disesuaikan, kemudian tempelkan pada alas tersebut.

6) Jika gambar yang akan ditempel tersebut memanfaatkan gambar yang sudah ada, maka gambar-gambar tersebut tinggal dipotong sesuai ukuran lalu ditempelkan.

c. Proses Persiapan Flashcard dalam Pembelajaran

(68)

53

sebagaimana dikutip oleh Khoiriyah (2016: 22), yaitu sebagai berikut:

Pertama, persiapan. Sebelumya, guru sudah harus

menguasai materi pembelajaran dengan baik dan memiliki ketrampilan untuk menggunakan flashcard. Karena itu, alangkah baiknya jika guru harus berlatih sendiri untuk menguasai penggunaan media ini. Selain itu, guru juga mempersiapkan bahan dan alat-alat pendukung lainnya yang mungkin saja nanti dibutuhkan. Periksa pula media tersebut agar tidak ada yang kelewatan sehingga akan mengganggu presentasi.

Kedua, mempersiapkan flashcard. Sebelum memulai

pembelajaran, pastikan bahwa flashcard itu sudah cukup jumlahnya sesuai urutan dan susunan. Dan, tentukan pula butuh atau tidaknya terhadap bantuan media yang lain.

Ketiga, mempersiapkan tempat. Hal ini berkaitan dengan

posisi guru sebagai penyampai pesan pembelajaran agar posisinya sesuai dengan kondisi dan posisi siswa yang akan menyimaknya.

Keempat, mengkondisikan siswa. Kondisi dan

(69)

54

media dengan baik. Posisi yang baik adalah dengan cara membentuk lingkaran, sedangkan guru menerangkan satu kartu dengan cara memutar untuk menunjukkan media tersebut. d. Proses Pengoperasian Flashcard dalam Pembelajaran

Setelah melakukan empat langkah persiapan itu, maka proses pembelajaran dan pengajaran menggunakan media ini pun siap dimulai. Berikut ini adalah langkah-langkah penggunaan media flashcard yang dikemukakan oleh Indriana, 2011, seperti yang dikutip oleh Khoiriyah (2016: 23), yaitu: 1) Kartu-kartu yang sudah disusun dipegang setinggi dada dan

menghadap siswa.

2) Cabutlah satu persatu kartu tersebut setelah guru selesai menerangkan.

3) Berikan kartu-kartu yang telah diterangkan kepada siswa yang duduk didekat guru. Mintalah siswa itu untuk mengamati kartu tersebut, lalu teruskan kepada siswa yang lain hingga semua siswa mendapat giliran.

(70)

55

siswa tersebut untuk mencari suatu benda, misalnya komputer. Selanjutnya, anak berlomba lari menuju kotak untuk mencari gambar komputer. Setelah mendapatkannya, anak didik harus kembali ke tempat start. Siswa yang paling cepat larinya dan mendapatkan bendanya harus menyebutkan nama benda tersebut. Dalam permainan menggunakan flashcard ini, kreativitas guru harus bermain untuk mendapatkan proses pengajaran yang menarik sambil bermain menggunakan media tersebut.

Penerapan media pembelajaran telah memberikan sumbangsih dan kontribusi yang banyak terhadap proses pembelajaran. Banyak keuntungan dan manfaat yang bisa didapat dari penggunaan media pembelajaran. Pada dasarnya media pembelajaran mendukung serta membantu guru dalam menyampaikan materi yang ada dalam bahan ajar sehingga siswa lebih mengerti dan memahami materi yang diajarkan. Media pembelajaran juga terbukti mampu untuk meningkatkan minat belajar siswa dimana dengan minat belajar siswa yang tinggi, maka pencapaian tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang diinginkan bisa lebih mudah dan cepat.

e. Kelebihan dan Kekurangan Media Flashcard

Gambar

Tabel 1.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak
Tabel 1.2 Lembar Perbandingan Persentase Pencapaian Anak  dengan Nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
Tabel 2.1 Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Tabel 3.1 Data Guru dan Tenaga Kependidikan RA BIF
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ruang lingkup penelitian ini mencakup pembahasan tentang tingkat keusangan dan usia paro hidup dokumen yang disitir dalam satu jurnal elektronik, yang dibatasi oleh

[r]

Domain himpunan fuzzy adalah keseluruhan nilai yang diijinkan dalam Semesta dan boleh. dioperasikan dalam suatu

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara academic self concept yang dimiliki siswa akselerasi dengan tingkat perilaku task commitment mereka.. Teori

 Menjelaskan tugas lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat..  Menjelaskan tanggung jawab lembaga-lembaga negara tingkat

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara academic self concept yang dimiliki siswa akselerasi dengan tingkat perilaku task commitment mereka.. Teori

Using your laptop pointing device, right click on the Human Interface Device service and choose the Connect option to connect to the mouse.. Its service status will change

Hasil yang diperoleh dari pengujian test bed kompresor torak dua tingkat yaitu volume langkah kompresor sebesar 0,000213595 m 3 , kapasitas teoritis kompresor