• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II MEMBACA PETA BUTA - Finding the Glassbox of Wonder

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II MEMBACA PETA BUTA - Finding the Glassbox of Wonder"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

(2)

Gambar 2.1. Peta lokasi kota Lotu

(3)

BAB II

MEMBACA PETA BUTA

2.1. Membaca Nama

Finding the Glass Box of Wonder” merupakan judul dari petualangan

menemukan desain dari sebuah bangunan yang menjadi tempat peralihan

kehidupan ratusan generasi muda. “The glass box” dan “wonder” merupakan dua

kata yang membangun karakter desain. Bagaimana desain memberikan sebuah

citra ruang berselubung kaca sebagai penguat karakter bangunan selaku kampus

pertanian yang identik dengan rumah kaca sebagai media belajar dan berlatih.

Kata wonder sendiri dalam bahasa Inggris memiliki berbagai macam arti, mulai

dari heran, ingin tahu, ajaib dan misterius. Wonder yang ditampilkan pada judul

merupakan kata yang mewakili proses keilmuwan yang sejatinya penuh dengan

momen-momen misterius dan ajaib, membuat subjeknya tidak pernah berhenti

mencari misteri lainnya.

2.2. Menilik Legenda

Membaca peta buta sama halnya dengan membaca secarik kertas yang

bergurat lugu. Apa yang terdapat di dalam ruang guratan tak juga diketahui.

(4)

untuk itulah kita menilik legenda, mencari tahu apa yang hendak kita lukiskan di

peta buta.

2.2.1.Sejarah Budidaya Karet1

Penemuan tanaman karet seperti yang dicatatkan oleh sejarah terjadi pada

tahu 1493 oleh Michele de Cuneo saat melakukan pelayaran ekspedisi ke benua

Amerika. Pohon-pohonan yang belum teridentifikasi tersebut mengandung getah

dan hidup liar di hutan pedalaman Amerika yang lebat. Pada tahun 1524, di

daerah Seville, dimulailah pengenalan bahan baku karet. Penelitian kemudian

dilakukan terhadap kandungan yang terdapat dalam getah tanaman karet dalam

rangka pembuatan alat-alat yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.

Tim peneliti dengan bantuan penduduk asli Peru menelusuri setiap daerah

yang menjadi tempat tumbuhnya tanaman ini. Penemuan selanjutnya adalah

bahwa getah pohon ini dapat diperoleh dengan cara melukai kulit batangnya tanpa

perlu menebang pohon tersebut dan proses ini dapat dilakukan berulang-ulang.

Tanaman ini kemudian diberi nama Hevea. Orang-orang di benua Eropa

kemudian mengembangkan karet untuk aneka barang keperluan sehari-hari seperti

pakaian tahan air, pembungkus barang tahan air, botol karet, penghapus dan

lain-lain. Kata rubber dalam bahasa inggris yang bermakna karet berasal dari kata to

rub yang artinya menggosokkan atau menghapus.

1

(5)

Tanaman karet mulai diperkenalkan di Indonesia pada masa penjajahan

Belanda. Tanaman karet tertua ditanam pada tahun 1862 di Subang, Jawa Barat.

Pada tahun 1864 tanaman karet ditanam untuk pertama kalinya di Kebun Raya

Bogor sebagai varietas tanaman baru. Perkebunan karet di Indonesia pertama kali

dibuka oleh Hofland pada tahun 1864 di daerah Pamanukan dan Ciasem, Jawa

barat dengan varietas karet rambung (Ficus elastica) sebagai objek tanam.

Pada tahun 1902 varietas karet Hevea Brasiliensis dibudidayakan di daerah

Sumatera Timur untuk pertama kalinya, kemudian dibawa ke Sumatera Selatan

oleh perusahaan Harrison and Crossfield Company. Selanjutnya perkebunan karet

di Sumatera Selatan dikelola secara komersial oleh perusahaan Sociente

Financiere des Caoutchoues asal Belgia tahun 1909 dan perusahaan asal Amerika

bernama Holands Amerikaanse Plantage Maatschappij tahun 1910-1991.

Distribusi karet pada saat itu menggunakan transportasi warisan perkebunan

tembakau. Tahun 1910-1911 harga karet membumbung tinggi, namun pada tahun

1920-1921 resesi dunia menyebabkan kemerosotan harga. Tahun 1922 dan 1926

harga karet kembali membumbung tinggi akibat ledakan permintaan produksi

karet sebagai bahan baku produksi mobil Amerika.

Pada tahun 1922 dan 1926 mulai muncul perkebunan-perkebunan rakyat

yang mengakibatkan perluasan lahan perkebunan yang tidak terkendali dan

surplus produki yang berlebihan. Tahun 1937-1942 diberlakukan sistem kupon

karet sebagai surat izin ekspor kepada petani pemilik karet bukan kepada

(6)

diterbitkanlah larangan perluasan perkebunan karet. Pajak ekspor karet dinaikkan

hingga 50 % dari hasil produksi.

Pasca PD II, permintaan produksi karet kembali meningkat. Penanaman

karet secara tradisional dimulai pada tahun 1980 di beberapa wilayah di Sumatera

Selatan. Keterbatasan pengetahuan petani akan budidaya tanaman karet

menyebabkan terjadinya pembukaan lahan secara besar-besaran. Hal ini

dikarenakan petani lebih memilih melakukan penanaman pohon baru

dibandingkan peremajaan pohon karet tua. Tahun 1990-an budidaya tanaman

kelapa sawit mulai dipopulerkan oleh perusahaan perkebunan besar. Perkebunan

kelapa sawit mulai menggeser popularitas perkebunan karet. Banyak petani karet

yang mulai mengalihfungsikan lahan perkebunan karetnya menjadi perkebunan

kelapa sawit. Walaupun demikian, pertumbuhan perkebunan karet terus

menunjukkan peningkatan hingga saat ini. Perkembangan teknologi dan

pendidikan pertanian merupakan salah satu faktor penyebab peningkatan kuantitas

dan kualitas produksi karet di Indonesia.

2.2.2.Pendidikan Vokasi di Indonesia

UU tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No 20 Tahun 2003

Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

(7)

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan di Indonesia

diarahkan pada tercapainya cita-cita pendidikan yang ideal dalam rangka

mewujudkan peradaban bangsa Indonesia yang bermartabat. Secara umum, ada 2

hal yang memperngaruhi pendidikan nasional yaitu, kebijakan politik dan

dinamika sosial. Kebijakan politik yang berkenaan dengan penyusunan sistem

pendidikan nasional terjabar pada UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003.

Gambar 2.2. Sistem Penyelenggaraan Pendidikan berdasarkan UU Sisdiknas No.

20 Tahun 2003

(8)

UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 membedakan sistem pendidikan

nasional menurut satuan pendidikan, jalur pendidikan, jenis pendidikan, dan

jenjang pendidikan. Satuan pendidikan menyelenggarakan proses

belajar-mengajar di sekolah dan di luar sekolah. Penyelenggaraan proses belajar-belajar-mengajar

di sekolah dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan. Sebaliknya,

penyelenggaraan pendidikan luar sekolah dilaksanakan tanpa harus berjenjang dan

berkesinambungan.

Sistem pendidikan nasional memiliki dua alur pendidikan yaitu, alur

pendidikan akademik dan alur pendidikan profesional. Alur pendidikan akademik

bertujuan untuk mempersiapkan kompetensi akademis peserta didik dalam rangka

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Di sisi lain, pendidikan

profesional mempersiapkan peserta didik untuk berkompetensi dalam bidang

keahliannyayang berorientasi kepada dunia kerja.

Dalam sistem pendidikan yang berorientasi kepada dunia kerja, terdapat dua

istilah yaitu, pendidikan kejuruan dan pendidikan vokasi. Pendidikan kejuruan

merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didiknya untuk

memiliki pekerjaan dibidang tertentu. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan

tinggi yang mempersiapkan peserta didiknya untuk memiliki pekerjaan dengan

keahlian terapan yang setara dengan program sarjana. Sapto Kuntoro sebagaimana

dikutip Soeharsono (1989), menggambarkan hubungan antara jenjang pendidikan

(9)

Gambar 2.3. Piramida Ketenagakerjaan dan Jenjang Pendidikan Sekolah

sumber: Paradigma Baru Pendidikan Vokasi, 2012

Salah satu fenomoena yang terjadi di era globalisasi adalah terjadinya

perdagangan bebas. Menurut Marzuki Usman (2005), tahun 2020 merupakan

permulaan dari globalisasi secara total. Fenomena perdagangan bebas ini

mengindikasikan bahwa tenaga kerja dengan kualifikasi profesional sangat

dituntut. Perubahan ekonomi dunia yang sangat cepat ini diimbangi pula oleh

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat. M. Hatta Rajasa

(2008) menyebut bahwa pada awal abad 21 era informasi atau era digital telah

tumbuh dengan sangat cepat namun kemudian, tahap demi tahap mulai bergeser

(10)

sumber daya utama dalam kegiatan ekonomi. Dominasi ekonomi yang terjadi saat

ini kita kenal sebagai ekonomi berbasis pengetahuan atau yang sering disebut

ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif ditopang oleh keunggulan budaya, seni dan

inovasi teknologi.2

Jika dikaitkan dengan tantangan yang dihadapi dalam abad 21 terhadap

dunia pendidikan, Wagner (2008) berpendapat bahwa akan terjadi tiga

transformasi mendasar, yaitu:3

1. Evolusi yang cepat dalam era ekonomi kreatif yang akan

mempengaruhi dunia kerja

2. Terjadinya perubahan mendadak terhadap ketersediaan informasi yang

tadinya terbatas menjadi informasi yang berkelanjutan dan melimpah

3. Terjadinya kenaikan dampak penggunaan media dan teknologi

terhadap generasi muda

Pendapat tersebut selaras dengan pernyataan Power (1999) bahwa

pendidikan vokasi merupakan jenjang pendidikan yang berhubungan langsung

dengan kemajuan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan bagi

orang-orang yang bekerja dibidang rekayasa dan jasa. Kondisi ini memperlihatkan peran

besar pendidikan vokasi sebagai jalan keluar pemenuhan tuntutan masyarakat

pada era ekonomi kreatif. 2

Prof.Dr.Herminarto Sofyan dkk, “Paradigma Baru Pendidikan Vokasi”, eprints.uny.ac.id, diakses 18 Juli 2015, hlm: 1-4.

3

(11)

2.3. Menandai Titik

Mengetahui segala bentukan yang tertulis di legenda merupakan awal dari

mengisi peta buta, saatnya menandai titik-titik tempat yang terdapat di legenda.

2.3.1 Latar belakang pemilihan lokasi.

Lokasi perancangan kawasan kampus AKNIRA terdapat di kota Lotu, ibu kita

kabupaten Nias Utara. Kawasan merupakan tanah hibah dari masyarakat setempat

yang kini luasnya mencapai ± 20 ha. Jalan raya belum sepenuhnya dibangun

mengelilingi kawasan tersebut. Pemilihan lokasi tidak mempertimbangkan faktor

kestrategisan melainkan murni karena ketersediaan lahan hibah masyarakat.

Lokasi kawasan kampus D-2 Jurusan Budidaya Tanaman Karet juga melalui

beberapa perubahan yang dikarenakan oleh perubahan konsep penzoningan dan

pengerucutan jumlah bangunan yang dirancang di dalam kawasan.

2.3.2 Kronologi Perubahan Lokasi

1. Lokasi kampus D-2 Budidaya Tanaman Karet pertama kali ditetapkan

pada sisi barat laut, tepat disisi kiri gerbang 2 kampus. Kampus Kawasan

Budidaya Tanaman Karet diposisikan bersebelahan dengan Kampus

(12)

Gambar 2.4. Kronologi perubahan letak Kampus D-2 Budidaya Tanaman

Karet AKNIRA

2. Lokasi Kampus D-2 Budidaya Tanaman Karet kemudian dipindahkan ke

sisi depan kawasan, sisi timur laut, menggantikan posisi Kawasan Kampus

Multimedia dan Kampus Jurusan Pariwisata. Hal ini memberikan

(13)

sayur-mayur dan sawah. Walaupun lahan perkebunan tidak lagi terintegrasi

dengan padang prnggembalaan ternak serta lokasi kampus yang terkesan

terasing dari dua jurusan lainnya, namun hal ini memberikan kesempatan

bagi penguatan citra Kawasan Kampus AKNIRA sebagai sekolah vokasi

berwawasan lingkungan.

Gambar 2.5. Peta lokasi site AKNIRA

Sumber: Google Map

2.3.3 Deskripsi kondisi eksisting kawasan

Lokasi site berada di Kecamatan Lottu yang merupakan Ibukota dari Kabupaten

(14)

Batas wilayah :

Sebelah Utara : Samudera Indonesia

Sebelah Timur : Samudera Indonesia dan Gunungsitoli

Sebelah Selatan : Kabupaten Nias Barat dan Kabupaten Nias

Sebelah Barat : Samudera Indonesia

Letak Geografis :

Berada pada 1003’00’’ –1033’00’’ LU dan 97000’ 00’’ –99000’00’’ LS

Jarak Pencapaian menuju Lottu :

Lotu - Medan = ± 174 millaut = 280 km

Lotu - Sibolga = ± 85 millaut

Lotu - Binaka Airport = 82 km

Lotu - Gunung Sitoli = 55 km

Lotu - Kantor Bupati Nias = 34 km

Lotu – Bibir Pantai terdekat = 5 km

Lotu – Pelabuhan regional Afulu = 42 km

(15)

2.3.4 Survey

Berdasarkan foto-foto survey kawasan perancangan diketahui bahwa kawasan

perancangan merupakan lahan belum terbangun baik di dalam maupun

disekelilingnya. Kawasan perancangan dikeliligi oleh hutan milik masyarakat

adat. Kondisi tapak sendiri sudah memasuki tahap pembersihan lahan. Tanah di

lokasi perancangan merupakan tanah labil yang tergenang air dengan tingkat

keasaman yang tinggi.

Gambar 2.6. Kondisi eksisting site. (a dan b) Kondisi drainase kawasan; (c)

Kondisi jalan pada site; (d) Foto tim survey.

Sumber: Dokumentasi pribadi Ir. Rudolf Sitorus, MLA.

a

b

(16)

Tim yang melakukan survey lokasi merupakan tim dosen Arsitektur USU,

termasuk dosen pembimbing kelompok Perancangan Arsitektur 6. Sesuai dengan

standar pengerjaan kasus Perancangan Arsitektur 6, sebenarnya kelompok wajib

melakukan survey lokasi yang jauh dan mempertimbangkan kesiapan kelompok

dalam berinteraksi dengan pihak AKNIRA maka dosen pembimbing mengambil

alternatif survey. Survey dilakukan pada kawasan terpencil di Kota Pancur Batu.

Pengalaman survey merupakan pengalaman yang menarik untuk diulas sebagai

materi penambahan kawasan.

Tidak kenal maka tidak sayang. Pancur batu, kota yang dekat di mata jauh

di hati. Sebuah perjalanan bukan sekedar beranjak dari posisi kita biasa berdiri ke

lokasi baru yang asing, perlu persiapan untuk melakukan perjalanan tersebut.

Ketika hendak berangkat ke Kota Pancur Batu, yang ada di benak saya hanyalah

masalah fisik belaka seperti lamanya perjalanan, apa yang harus saya pakai dan

perbekalan. Alangkah tergugahnya saya ketika sebelum pergi, kami disuguhkan

sebuah pertanyaan, “ Apakah Kota Pancur batu bagi kita? Mengapa kota itu ada?

Apa yang menghidupinya?” jawabannya sederhana, “ saya tidak tahu apa-apa

mengenai kota tersebut”. Ada rasa malu yang timbul. Sebuah perjalanan menuju

lokasi yang asing, hanya bermodalkan perlengkapan fisik belaka, tidak ada

pengetahuan apa-apa tentang lokasi tersebut, barulah saya menyadari bahwa hal

tersebut hanya akan membawa saya menuju makna sebenarnya dari kata tersesat.

Kota Pancur batu sendiri, seperti yang telah dijelaskan kepada kami,

(17)

Hindia-Belanda. Jejak-jejak peninggalan kolonial di kota tersebut masih dapat kita

jumpai pada gaya arsitektur pasar dan rumah-rumah disepanjang Pasar Pancur

batu. kondisinya tidaklah seindah dulu ketika baru dibangun. Keindahannya aus

dimakan usia, kemegahannya hilang karena tidak lagi dirawat dan pola-pola

kehidupan yang sangat berubah benar-benar menyamarkan wajah asli dari

kawasan ini. Kebun-kebun tembakau deli yang dulunya pernah menjadi tembakau

terbaik dan termahal di dunia sudah habis diganti dengan perkebunan kelapa

sawit. Penduduknya jelas bertambah dari sejak kota ini dibangun, namun

kemajuan beradaban sangat kontras dari Kota Medan maupun Kota Berastagi

yang mengapitnya.

Gambar 2.7. Lahan perkebunan memiliki kontur terjal

Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Ungkapan ini cukup untuk

(18)

Pancur batu. deretan ruko-ruko yang mayoritas masih dalam tahap pembangunan

menjadi panorama yang menemani kami. Tren, ini yang menjadi landasan

pembangunan di Sumatera Utara. Tidak peduli saya ke kota manapun di provinsi

ini, yang saya temui hanyalah pembangunan ruko-ruko yang tidak tahu kapan

akan berhenti. Bukannya tidak boleh, namun sesuatu yang berlebihan hanyalah

memberikan efek negatif. Kota ini begitu monoton, begitu membosankan.

Bangunan-bangunan baru muncul dan bangunan-bangunan bersejarah sengaja

dibiarkan rusak agar pihak-pihak berkepentingan khusus punya alasan untuk

merubuhkannya dan membangun ruko-ruko favorit mereka diatasnya. Sungguh

menggugah hati pemandangan tersebut. Perjalanan ini menyadarkan saya dari

mimpi-mimpi indah yang kami lihat di kampus ketika kami merancang

tugas-tugas kami. Dunia yang kami lihat di lembaran kertas putih sangat imajiner. Saya

kembali berpikir bagaimana cara untuk mengalahkan tren? Hampir mustahil

rasanya, namun bukan tidak mungkin hal itu akan terjadi.

Pembangunan yang cepat dan besar-besaran mengindikasikan kemajuan

kota. Ini mungkin merupakan target yang hendak dicapai oleh pemerintah kita.

Hal ini benar-benar dilakukan mereka dengan serius. Pembangunan ruko-ruko di

sepanjang perjalanan kami dari Medan ke Pancur batu misalnya, walaupun sedikit

melenceng. Pembangunan ini juga sudah mulai merambah ke desa-desa terpencil

dalam konteks pembangunan fasilitas jalan raya. Ketika kami sudah sampai ke

Kota Pancur batu, kami langsung meneruskan perjalanan kami untuk masuk lebih

(19)

desa-desa pedalaman di Kota Pancur batu, dan pembangunan jalan raya ini terus

dilakukan sampai hari ini. Kondisi sosial kemasyarakatan di desa yang kami

lewati memang masih sangat tertinggal. Mereka tinggal di rumah-rumah semi

permanen dan rumah-rumah panggung yang usianya sudah sangat tua, hanya ada

beberapa rumah yang sudah dibangun secara permanen. Bangunan permanen ini

seakan-akan menunjukkan perbedaan kelas ekonomi yang kontras dengan

masyarakat yang tinggal bersebelahan dengannya. Pembangunan jalan ini

selayaknya mendapat respon positif dari kita, karena dengan jalan inilah

pemerintah menunjukkan bahwa harapan untuk melaksanakan pembangunan

secara merata masih mungkin untuk kita raih.

(20)

Kami meneruskan perjalanan menuju daerah yang masih belum banyak

terbangun. Ada bangunan bekas pabrik cat yang kini tidak lagi difungsikan dan

ada vihara yang baru dibangun di daerah itu. Kami juga berkunjung ke tanah

pribadi pembimbing kami. Masyarakat masih buta tentang keindahan. Mereka

tidak menyadari potensi lahannya dan malah merusak keindahan alam daerah itu

dengan membangun secara sembarangan. Ketika kami meneruskan perjalanan

menuju sungai untuk makan siang, pemandangan hijau tersuguh di depan kami.

Deretan perkebunan sawit yang berada di tanah yang berlereng-lereng adalah satu

hal yang paling saya sayangkan. Satu batang kelapa sawit menyerap 11 liter air

per hari, yang saya lihat bahkan lebih dari seratus batang kelapa sawit. Hari ini

sudah terasa bagaimana pun hijaunya tanah kita, tidak kita nikmati suasana sejuk

disekeliling kita. Di masa depan, mungkin tidak kita temui lagi tanah yang subur

seperti hari ini. Inilah yang saya khawatirkan ketika melihat bagaimana tren sekali

lagi menjadi sebuah inti dari permasalahan pembangunan di Negara ini. Sampai di

tepi sungai, betapa kecewanya saya melihat bangunan permanen berdiri dengan

tegak di tepiannya. Benar-benar mengherankan melihat sebuah bangunan yang

harusnya mendukung bahkan menambah keindahan alam sekitarnya malah

memiliki efek sebaliknya dari atas, sangatlah sulit untuk menikmati pemandangan

kearah sungai secara langsung. Kita harus turun ke bawah untuk langung

merasakan suasana alamnya. Wajah alam dirusak dan ada yang tanpa sadar

disembunyikan. Inilah akibat buruk dari pembangunan tanpa visi yang jelas.

(21)

tidak menyadarinya karena kita terpaku dengan pemikiran bahwa apa yang kita

lakukan baik untuk diri kira sendiri. Kekuatan finansial, inilah titik tolak

pemikiran kita, lalu setelah ini tercapai, apa lagi yang kita harapkan? Ketika tanah

sudah hilang kesuburannya, ketika air bersih sudah susah ditemukan, ketika tren

masa kini sudah tidak lagi bisa diaplikasikan, apa lagi yang tersisa dari generasi

kita? Inilah yang saya lihat akan terjadi di masa depan.

Gambar 2.9. Bangunan permanen yang terabaikan di tepi sungai

Karena mata buta, karena hati mati. Ungkapan ini saya rasa layak

dijadikan tema pembangunan Pasar Induk Tuntungan yang kami singgahi

diperjalanan kami pulang menuju Medan. Saya benar-benar takjub melihat betapa

lebarnya jalan masuk menuju pasar induk yang baru ini. Lebar jalannya

mengalahkan jalan protokol yang ada. Saya kembali teringat ketika saya pergi ke

Thailand dengan teman-teman saya. Betapa irinya saya melihat kemegahan jalan

(22)

jalan raya yang begitu lebar dan bagus. Barulah saya sadari bahwa ada jalan

selebar itu di halaman rumah kami sendiri, namun justru tidak memberikan

kebanggaan seperti yang ada dalam imajinasi saya. Saya bertanya-tanya, untuk

siapa dan untuk kebutuhan apa jalan seluarbiasa lebarnya ini? Pasar induk yang

baru begitu jauhnya dari jalan protokol, ini merupakan kenyataan yang menurut

saya layak untuk ditertawakan. Bagaimana bisa sebuah pasar induk lokasinya

begitu tersembunyi?

Gambar 2.10. Pasar Induk Tuntungan

Setelah beberapa waktu perjalanan yang bagi saya cukup sia-sia, akhirnya

kami sampai ke lokasi bangunan Pasar Induk Tuntungan. Bangunannya? Saya

sempat berpikir jangan-jangan kami salah jalur dan masuk ke lokasi pelatihan atlet

nasional. Lansekap taman bagian depannya saya nilai tidak kontekstual dan tidak

fungsional. Kawasannya terdiri dari 3 bangunan utama yang difungsikan sebagai

(23)

kemegahan bangunan ini. Terlepas dari kemegahan struktur bajanya, perencanaan

saya nilai masih kurang. Utilitas bangunan pasar induk tidak terencana dengan

baik. Kami menemui banyak sekali stop kontak, namun utilitas drainase di dalam

pasar induk tidak ada. Saya bisa membayangkan betapa kotornya pasar ini

nantinya. Saya juga bisa membayangkan banyaknya genangan air yang tak tahu

harus kemana dialirkan.

Gambar 2.11. Interior megah Pasar Induk Tuntungan

Kembali saya tertawa melihat kondisi bangunan sub pasar induk

disebelahnya yang memberikan fasilitas kios-kios permanen. Entah bagaimana

dan siapa yang mengerjakan konstruksinya, kolom-kolom kios-kios tersebut tak

satupun ada yang lurus, semuanya miring dan bengkok. Ketika kami berjalan

keluar dan melewati lokasi parkir samping, kami melihat tembok-tembok penahan

(24)

tersebut. Belum lagi, bangunan pasar yang dibangun 5 tahun yang lalu ini sudah

rusak di sana-sini padahal belum aktif difungsikan. Ini menyadarkan saya akan

kenyataan pahit politik kotor dan budaya korupsi bangsa ini.

Seperti sayur dengan rumput. Ungkapan ini berarti perbedaan yang sangat

drastis. Dimanakah pusat kota Medan saat pemerintahan Hindia-Belanda? Saya,

ketika baru mempelajari hal ini cukup terkejut karena bukan kawasan Balai Kota

yang menjadi pusat kota, melainkan Central. Mengapa? Saya justru mendapat

jawabannya dari ayah saya. Ketika sebuah kota baru hendak dibangun, hal

pertama yang harus segera dibangun selain pusat pemerintahan adalah pasar.

Pasar merupakan tempat semua orang, tidak peduli datang dari mana dan dengan

latar belakang apa berkumpul. Pasar merupakan lapangan pekerjaan bagi semua

orang dan sumber pemenuhan kebutuhan pokok bagi masyarakat. Sebegitu

penting dan krusialnya fungsi ini sehingga pusat kota Medan tempo dulu adalah

Pasar Central. Disini juga saya melihat perbedaan karakter yang kontras antara

pemerintah pra kemerdekaan dengan pasca kemerdekaan. Dari segi arsitektur,

Pasar Central merupakan bangunan pasar terindah se-Asia Tenggara saat

pembangunannya rampung. Bagaimana dengan arsitektur Pasar Induk Tuntungan?

Ini pertanyaan besar bagi pemerintah kita. Apa sebenarnya yang kita harapkan

dari pasar induk yang baru?

Sudah terantuk baru tengadah. Penyesalan memang selalu datang

terlambat. Sepanjang perjalanan pulang itu saja yang terngiang dipikiran saya.

(25)

raya sudah sampai ke desa-desa, ini menumbuhkan harapan baru bagi kita.

Pembangunan Pasar Induk Tuntungan dan tren ruko yang menjadi batu sandungan

kita untuk menuju kota yang memiliki masa depan. Dimasa depan, saya khawatir

akan banyak muncul kota-kota yang monoton, kota-kota yang tidak memiliki ciri

khas. Saya pikir kita butuh orang-orang dengan komitmen yang kuat untuk

berdedikasi dalam menciptakan pembangunan yang memiliki masa depan.

Dedikasi bukan hal yang mudah jika dilakukan sendirian dan dalam lingkup yang

luas, namun jika dilakukan bersama-sama, dedikasi untuk pembangunan

berkelanjutan ini akan menjadi beban bersama sehingga cita-cita dapat lebih cepat

dan tepat pencapaiannya.

Membagi sama adil, memotong sama panjang. Dari perjalanan kami ke

Pancur batu, saya semakin diyakinkan bahwa pembangunan yang memiliki masa

depan adalah pembangunan yang adil dan merata. Masyarakat, dimanapun mereka

berada dan apapun pekerjaannya, sudah selayaknya dapat menikmati kemudahan

yang sama. Tidak hanya orang-orang di pusat kota saja yang pantas memiliki

akses jalan raya, melainkan masyarakat desa juga harus bisa menikmati akses

jalan yang sama baiknya. Jalan merupakan fasilitas yang mampu menghubungkan

kita dengan dunia luar sehingga peradaban kita bisa berkembang beriringan.

Pembangunan fasilitas lain juga haruslah sama baiknya di desa maupun kota,

sehingga kesejahteraan merata dan arus urbanisasi menurun. Pembangunan yang

memiliki masa depan bukan membangun untuk mencapai kota megapolitan,

(26)

Bagaimana bangunan baru bukan menjadi fokus pembangunan namun

pemanfaatan bangunan lama dalam konteks konservasi adalah jalan yang harus

diambil untuk saat ini. Hal ini perlu sehingga guratan sejarah perkembangan kota

tidak hilang dan kehilangan lahan untuk pertanian dan area hijau tidak semakin

besar. Saat ini Pancur batu, dibandingkan Medan, masih sangat tertinggal dari segi

pembangunan, namun bukan tidak mungkin di masa depan perkembangannya

akan sama pesatnya. Hal ini menjadi harapan dan juga pengingat bagi kita agar

pembangunan yang sekarang sudah dimulai tidak mengantarkan kita pada

ketersesatan.

2.4. Menerangkan Simbol

Titik-titik yang memperkaya peta buta tidaklah bermakna apa-apa bila tidak

disertai dengan simbol-simbol yang membedakan mereka. Dalam kasus

perancangan Kampus D-2 Jurusan Budidaya Tanaman Karet AKNIRA dilakukan

pula tinjauan fungsi bangunan berupa:

2.4.1 Deskripsi kegiatan pengguna

Tabel 2.1. Deskripsi kegiatan pengguna

Pengguna Kelompok Kegiatan Kriteria Kegiatan

Mahasiswa

Belajar, praktikum, praktik di lapangan Dominan (Utama)

Kegiatan organisasi mahasiswa, makan dan

minum, ibadah, pengerjaan tugas kuliah

(27)

interaksi sosial

Dosen

Memberi kuliah, memimpin praktikum,

membina praktik di lapangan

Dominan (Utama)

Rapat kerja, makan dan minum, ibadah,

pengerjaan tugas pribadi, interaksi sosial

Pendukung

Staff

Kegiatan administratif manajemen servis Dominan (Utama)

Makan dan minum, ibadah, interaksi sosial Pendukung

2.4.2 Deskripsi Perilaku

Diagram 2.1. Skema aktivitas pelaksana administrasi

(28)

Diagram 2.3. Skema aktivitas servis

Diagram 2.4. Skema aktivitas kepala laboratorium

2.4.3 Deskripsi Kebutuhan Ruang

Tabel 2.2. Deskripsi kebutuhan ruang

Pengguna Kegiatan Ruang Sifat Ruang Kelompok

(29)

Staff TU Mengurus

Makan dan minum Kantin lantai 1

2.5. Menghubungkan Titik

Peta buta yang dipenuhi symbol dan titik hanyalah sebuah gambar bisu jika

tak diberikan pengikat antar titiknya. Mengetahui tempat-tempat yang berfungsi

sama dan saling memiliki keterkaitan tentu akan memperluas wawasan desain.

Pada kasus perancangan 6 ini, Politeknik Negeri Lampung merupakan kasus studi

perbandingan proyek dengan fungsi sejenis.

Politeknik Pertanian Negeri Lampung resmi menyelenggarakan

pendidikan tinggi secara mandiri dan menjadi salah satu PTN di Lampung. Sejak

tanggal 7 April 2001, berdasarkan SK Mendiknas RI No. 036/O/2001.

Keberadaan Politeknik ini diharapkan mampu berperan sebagai motivator,

penggerak, dan peningkat mutu pengembangan daerah Lampung. Pada 2 Agustus

(30)

Politeknik Negeri Lampung. Politeknik Negeri Lampung memiliki 11 jurusan

keahlian, yaitu Jurusan Ekonomi dan Bisnis (Agrobisnis, Akuntansi, Manajemen

Informatika); Budidaya Tanaman Pangan (Produksi Tanaman Pangan,

Hortikultura, Teknologi Pembenihan); Budidaya Tanaman Perkebunan (Budidaya

Tanaman Perkebunan dan Produksi Tanaman Kebun); Teknologi Pertanian

(Mekanisasi Pertanian, Teknik Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Air dan

Teknologi Pangan); dan Peternakan (Perikanan dan Peternakan).

Gambar 2.12. Kampus Politeknik Negeri Lampung

Sumber:4.bp.blogspot.com

Visi : Sebagai penghasil lulusan berkemampuan teknis dan manajerial

yang inovatif, berdaya saing global, dan pusat pengembangan

(31)

Misi : 1. Melaksanakan proses pembelajaran yang berbasis produksi dan

manajemen industri perkebunan berorientasi wirausaha.

2. Melaksanakan penelitian terapan berbasis industri perkebunan

3. Melaksanakan pemindahalian IPTEK kepada masyarakat

4. Melaksanakan kerjasama bidang produksi dan manajemen

industri perkebunan dengan stakeholder.

5. Melaksanakan uji kompetensi bidang produksi dan manajemen

industri perkebunan.

Posisi Pekerjaan :

Supervisor di bidang penyiapan lahan, di bidang pembibitan, di bidang

penanaman dan pemeliharaan di bidang panen, di bidang pengolahan (fabrikasi)

instruktur, Laboran, Asistensi Peneliti, Tenaga Penyuluh Perkebunan dan

Wirausahawan.

Kajian Utama :

Budidaya dan perbanyakan tanaman perkebunan semusim dan tahunan.

Manajemen Perkebunan, Produksi dan Pengolahan Hasil Perkebunan,

Pengelolaaan Organisme Pengganggu, Penilaian Umum Lahan, Kewirausahaan,

(32)

Fasilitas :

Ruang kuliah, Kebun Induk Karet (0,5 Ha), kebun pembibitan kelapa sawit (0,5

Ha), dan lahan pembibitan tanaman perkebunan semusim dan tahunan,

laboratorium tanaman, laboratorium bahasa, laboratorium computer, dan rumah

kaca.

Gambar 2.13. Kegiatan praktikum mahasiswa Politeknik Negeri Lampung

Sumber: 3.bp.blogspot.com

Kompetensi Lulusan :

1. Melaksanakan teknik budidaya tanaman perkebunan

2. Memahami pengembangan tanaman perkebunan

3. Memahami pasca panen dan pengelolaan hasil tanaman perkebunan

4. Menyusun program pengelolaan tanaman oerkebunan

5. Menyusun rencana kerja pengelolaan tanaman perkebunan

(33)

7. Mengelola sumber daya manusia usaha perkebunan

8. Memahami pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan

9. Mengembangkan jiwa interprenur

10.Melaksanakan quality control

11.Menghasilkan penelitian yang inovatif sesuai dengan perkembangan dunia

usaha perkebunan

Gambar

Gambar 2.1.  Peta lokasi kota Lotu
Gambar 2.2. Sistem Penyelenggaraan Pendidikan berdasarkan UU Sisdiknas No.
Gambar 2.3. Piramida Ketenagakerjaan dan Jenjang Pendidikan Sekolah
Gambar 2.4.  Kronologi perubahan letak Kampus D-2 Budidaya Tanaman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Quantum Teaching akan mengarahkan proses pembelajaran dari situasi belajar learning with effort yaitu keadaan belajar yang monoton dan tidak fleksibel seperti

Kesimpulan dari kertas karya ini adalah: (1) aspek id dari tokoh utama muncul ketika dia menemukan aroma indah dari seorang gadis muda yang dia temui.. Dia membunuh kapan

(7) Saya ingin sekali terlibat dalam moumentum bersejarah ini, karena momentum ini ada 20 tahun sekali, kalau kita tidak terlibat sekarang kapan lagi?, mari

Dalam ebook ini saya tidak akan memberikan penjelasan tentang apa itu bisnis online, atau pengertian pengertian lain yang bersifat teori, Karena saya yakin anda

Pembangunan sistem jaringan ini tentunya akan berdampak terhadap guna lahan nya dimana lahan yang digunakan untuk pembangunan jalan ini merupakan lahan milik rakyat

P = Untuk saat ini saya belum memikirkan menjadi penerus akan tetapi saya tidak tahu kedepannya karena yang lebih cocok untuk menjadi penerus adalah David karena memang dari awal

ataukah hanya umat islam yang keberagamaannya tidak menyeluruh?, maka dari itu penelitian ini akan mencari tahu adakah hubungan tingkat religiusitas dengan perilaku seksual

1) Permainan mengandung unsur kompetisi dan merupakan sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan karena pemain tidak tahu siapa yang akan menang dan kalah,.. 2) Permainan