• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 PENGARUH VOLUME GLISEROL DAN BERAT PATI

FILM PLASTIK PATI KENTANG

Gambar 4.8 menunjukkan pengaruh volume gliserol dan berat pati kentang terhadap kekuatan tarik film plastik pati kentang.

Gambar 4.8 Pengaruh Volume Gliserol dan Berat Pati Kentang Terhadap Kekuatan Tarik (Tensile Strengh) Film Plastik Pati Kentang

Dari Gambar 4.8 menunjukkan dengan bertambahnya volume gliserol maka kekuatan tarik (tensile strength) pada film plastik tersebut semakin menurun. dilihat dari film plastik pati kentang dengan berat pati 10 g dengan penambhan volume gliserol 0 ml, 1 ml, 2 ml dan 3 ml penurunan kekuatan tarik terjadi seiring bertambahnya gliserol tersebut, yaitu 9,397 MPa, 3,513 MPa, 3,329 Mpa dan 2,753 MPa. Begitu juga untuk film plastik dengan berat pati 15 g dan 20 g dengan penmbahan volume gliserol yang sama penurunan kekuatan tarik juga terjadi yaitu 4,024 MPa, 3,038 MPa, 2,859 MPa dan 2,652 MPa pada berat pati 15 g sedangkan pada pati 20 g, yaitu 4,239 MPa, 3,954 MPa, 3,401 MPa, dan 2,676 MPa. Hal ini dikarenakan penambahan gliserol pada film plastik pati kentang ini akan menurunkan tegangan antar molekul yang menyusun matrik pada film bioplastik. Sehingga menyebabkan film bioplastik akan semakin lemah terhadap perlakuan mekanis yang tinggi.

0 2 4 6 8 10 0 1 2 3 K ek u at an T ar ik (M P a) Gliserol (mL) Pati 10 gram Pati 15 gram Pati 20 gram

Penurunan nilai kekuatan tarik dikarenakan dengan penambahan volume gliserol akan menurunkan kemampuan dirspersi dari padatan sehingga menghasilkan sifat fisik yang lemah terhadap film bioplastik. Penambahan gliserol menyebabkan penurunan gaya tarik antar molekul sehingga menyebabkan ketahanan terhadap perlakuan mekanis film bioplastik tersebut akan semakin menurun.

Plasicizer merupakan bahan tambahan pada pembuatan film dari polimer. Plasicizer akan mengurangi gaya intermolekul yang dapat menyebabkan peningkatan ruang molekul dan mobilitas dari biopolimer. Grup polar (-OH) di sekitar rantai plasicizer menyebabkan pengembangan ikatan hidrogen polimer-plastik yang menggantikan interaksi polimer-polimer pada film biopolimer. Peningkatan konsentrasi gliserol akan menghasilkan pengurangan interaksi intermolekul sehingga pergerakan dari rantai molekul akan turun [5].

Dari Gambar 4.8 juga dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya berat pati kentan nilai kekuatan tarik mengalami fluktuatif. Dapat kita lihat nilai kekuatan tarik dari pati 10 gr mengalami penurunan pada film plastik dengan berat pati kentang 15 gr kemudian naik kembali pada saat berat pati 20 gr. Seperti pada volume gliserol 0 ml dengan berat pati 10 g, 15 g dan 20 g nilai kekuatan tariknya, yaitu 9,397 MPa, 4,204 MPa dan 4,239 MPa. Pada saat volum gliserol 1 ml nilai kekuatan tarinya seiring bertambahnya berat pati yaitu, 3,513 MPa, 3,038 MPa, 3,954 MPa. Hal ini juga terjadi pada saat volume gliserol 2 ml dan 3 ml, yaitu 3,329 MPa, 2,859 MPa, dan 3,401 MPa pada saat volum gliserol 2 ml sedangkan pada saat volume gliserol 3 ml nilai kekuatan tariknya, yaitu 2,753 MPa, 2,652 MPa dan 2,676 MPa. Adanya penurunan dan kenaikan ini diduga karena sifat pati yang tidak larut dalam air kecuali pati telah dimodifikasi [34]. Sehingga menyabakan interaksi antara pati dengan air ataupun gliserol yang bersifat hidrofilik [35] tidak terjadi dengan baik.

Gambar 4.9 dibawah ini menunjukkan hasil SEM. Sampel film plastik yang dianalisa yaitu film plastik pati kentang tanpa gliserol (0 ml) dengan berat pati 10 g dan 15 g. Serta film plastik pati kentang dengan gliserol, yaitu pada film plastik dengan variasi gliserol 1 ml dan berat pati 20 g juga pada film plastik dengan variasi gliserol 3 ml dan berat pati 15 g.

Gambar 4.9 (a) Hasil Analisa SEM Film Plastik Pati Kentang Tanpa Gliserol (0 ml) dan Pati Kentang 10 gr

Gambar 4.9 (b) Hasil Analisa SEM Film Plastik Pati Kentang Tanpa Gliserol (0 ml) dan Pati Kentang 15 gr

Lekukkan di permukaan film plastik Void pada film plastik Lekukkan di permukaan film plastik

Gambar 4.9 (c) Hasil Analisa SEM Film Plastik Pati Kentang Dengan Gliserol 1 ml dan Pati Kentang 20 gr

Gambar 4.9 (d) Hasil Analisa SEM Film Plastik Pati Kentang Dengan Gliserol 3 ml dan Pati Kentang 15 gr

Gambar 4.9 (a) dapat dilihat morfologi dari film plastik pati kentang tersebut memiliki struktur permukaan yang tidak rata, dapat kita lihat pada gambar terdapat

Lekukan pada permukaan film plastik Void pada film plastik Pati yang tidak larut Lekukan pada permukaan film plastik

lekukan-lekuakan dipermukaan film plastik tersebut. Selanjutnya pada Gambar 4.9 (b) dapat kita lihat bahwa struktur permukaan film plastik tersebut tidak rata, terdapat lekukan-lekukan juga terdapat void. Gambar 4.9 (c) pada film plastik tersebut terbentuk void dan juga lekukan-lekukan yang menujukkan permukaan film plastik tersebut tidak rata. Selanjutnya pada Gambar 4.9 (d) dapat dilihat bahwa terdapat lekukan-lekukan yang menunjukkan permukaan film tidak rata dan juga terdapat gumpalan pati yang tidak larut pada saat proses pembuatan film plastik.

Kekuatan tarik maksimum film plastik diperoleh pada saat volume gliserol 0 ml dengan berat pati 10 gr yaitu dengan nilai kekuatan tarik 9,397 MPa. Sedangkan kekuatan tarik minimum berada pada volume gliserol 3 ml dengan berat pati 15 gr yaitu sebesar 2,652 MPa.

4.3 PENGARUH VOLUME GLISEROL DAN BERAT PATI KENTANG TERHADAP SIFAT PEMANJANGAN PADA SAAT PUTUS (ELONGATION BREAK) FILM PLASTIK PATI KENTANG

Gambar 4.10 menunjukkan pengaruh volume gliserol dan berat pati terhadap pemanjangan saat putus pada film plastik pati kentang.

Gambar 4.10 Pengaruh Volume Gliserol dan Berat Pati Kentang Terhadap Sifat Pemanjangan Saat Putus (Elogation At Break) Film Plastik Pati Kentang

Dari Gambar 4.10 dapat dilihat dengan bertambahnya volume gliserol maka elongasi pada film plastik tersebut semakin meningkat. Dengan bertambahnya volum

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 0 1 2 3 P em an jan gan S aat P u tu s ( % ) Gliserol (mL) Pati 10 gram Pati 15 gram Pati 20 gram

gliserol dari 0 ml hingga 3 ml dengan interval 1 ml maka nilai pemanjangan pada saat putus meningkat. Penambahan gliserol pada film plastik akan meningkatkan persentasi elongasi.

Hal ini dapat dilihat dari data analisis yang didapatkan bahwa penambahan gliserol dari semula 0 ml yang terus meningkat menjadi 1 ml, 2 ml dan 3 ml mengalami peningkatan nilai pemanjangan saat putus yang meningkat darstis. Pada film plastik dengan pati 10 gram nilai pemanjangan saat putus dengan volume 0 ml sebesar 3,795 % dan terus meningkat seiiring bertambahnya volume gliserol dari 1 ml, 2 ml dan 3 ml, yaitu 19,265 %, 19,702 % dan 27,120 %. Begitu juga dengan film plastik dengan berat pati 15 dan 20 gram, yaitu 7,142 %, 10,340 %, 31,773 % dan 44,130 % pada berat pati 15 g. Sedangkan pada pati 20 g nilai pemanjangan saat putusnya adalah 9,779 %, 15,481 %, 18,581 % dan 31, 394 %.

Peningkatan nilai pemanjangan saat putus dari film bioplastik ini disebabkan sifat asi dari gliserol yakni sebagai plasticizer. Gliserol dapat berinteraksi dengan pati dengan cari membentuk ikatan pati-plasticizer dimana ikatan ini akan meningkatkan elastisitas dari suspense keduanya. Penambahan plasticizer juga dapat menyebabkan turunnya gaya intermolecular sepanjang rantai polimer yang meningkatkan fleksibitas [5].

Berbeda dengan nilai pemanjangan saat putus yang terus meningkat seiring bertambahnya volume gliserol, nilai pemanjangan saat putus jika dilihat dari penambahan berat pati mengalami penurunan dan kenaikan. Pada volume gliserol 0 ml pemanjangan saat putusnya terus meningat ketika berat pati 10 gr, 15 gr dan 20 gr yaitu 3,795 %, 7,142 %, dan 9,779 %. Pada saat volume gliserol 1 ml dimana nilai pemanjangan saat putus ketika berat pati 10 gr sebesar 19,265 % kemudian menurun pada saat berat pati 15 gr menjadi 10,340 % dan meningkat kembali pada saat berat pati 20 gr menjadi 15,481 % . Sedangkan Pada volume gliserol 2 ml dan 3 ml pada saat berat pati 10 gr meningkat ketika berat pati 15 gr dan turun ketika berat pati 20 gr, yaitu pada 2 ml nilai pemanjangan saat putusnya 19,702 %, 31,773 %, dan 18,581 %, begitu juga pada volume gliserol 3 ml. Adanya penurunan dan kenaikan ini diduga dipengaruhi oleh adanya gliserol. Gliserol berperan sebagai plasticizer sehingga film plastik menjadi elastis. Gliserol memiliki berat molekul yang lebih kecil sehingga dapat masuk kedalam ikatan antar molekul pati. Sehingga

menyebabkan menurunkan interaksi intermolekuler dan meningkatkan mobilitas polimer sehinga mengakibatkan peningkatan elongasi. Interaksi gliserol dengan matriks pati akan mempengaruhi elastisitasnya [36].

Pemanjangan pada saat putus maksimum film plastik diperoleh pada saat volume gliserol 3 ml dengan berat pati 15 gr yaitu dengan nilai pemanjangan saat putus yaitu 44,130 %. Sedangkan pemanjangaan saat putus minimum berada pada volume gliserol 0 ml dengan berat pati 10 gr yaitu sebesar 3,795 %.

4.4 PENGARUH VOLUME GLISEROL TERHADAP AIR YANG DISERAP (WATER UPTAKE) FILM PLASTIK PATI KENTANG Uji ketahanan air yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar daya serap film plastik terhadap air. Sifat ketahanan bioplastik terhadap air ditentukan dengan uji swelling, yaitu persentasi pengembungan film oleh adanya air. Gambar 4.11 menunjukkan pengaruh volume gliserol terhadap daya serap air film plastik pati kentang.

Gambar 4.11 Pengaruh Volume Gliserol Terhadap Air yang Diserap (Water Uptake) Film Plastik Pati Kentang

Dari Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa persen air yang diserap berbanding lurus dengan bertambahnya gliserol, yaitu pada film plastik pati kentang seiring bertambahnya volume gliserol jumlah air yang diserap makin meningkat. Semakin besar volume gliserol maka air yang diserap dari film plastik tersebut semakin besar

0 30 60 90 120 0 1 2 3 Air yan g Dis er ap ( % ) Gliserol (mL) Pati 10 gram Pati 15 gram Pati 20 gram

atau meningkat. Persen air yang diserap tertinggi pada saat penambahan gliserol pada film plastik pati kentang sebanyak 3 ml baik pada saat berat pati 10 g, 15 g dan 20 g yaitu sebesar 90,090 %, 88,889% dan 80,000 %. Sedangkan air yang diserap terendah ketika gliserol tidak ditambahkan pada film plastik patik kentang pada berat pati 10 g, 15 g dan 20 g, yaitu sebesar 66,667 %, 80,000% dan 66,667 %. Dan terus meningkat seiring bertambahnya volume gliserol jumlah air yang diserap juga semakin bertambah. Seperti pada saat volume gliserol 2 ml untuk berat pati 10 g, 15 g dan 20 g jumlah air yang diserap, yaitu 80,000 %, 81,818 %, dan 70,000%. Sedangkan pada saat volume gliserol 2 ml yaitu 88,889 %, 83,333 %, dan 71,429 %. Bahan pendukung yang digunakan pada penelitian ini adalah gliserol. Gliserol merupakan salah satu bahan yang menyebabkan film bioplastik dari pati kentang ini memiliki memiliki daya serap air yang tinggi. Hal ini dikarenakan kitosan merupakan senyawa yang hidrofilik [36].

Peningkatan jumlah air yang diserap ini dikarenakan gliserol merupakan plasticizer yang bersifat hidrofilik sehingga mampu mengikat air. Peningkatan volum gliserol mengakibatkan air yang tertahan pada film plastik pati kentang semakin meningkat.

Peningkatan air yang diserap film plastik disebabkan adanya peningkatan sifat hidrofilik dari film plastik dengan semakin bertambahnya gugus OH dari gliserol sehingga akan semakin meningkat jumlah air yang diikat. Kadar air merupakan parameter penting untuk mementukan efek plasticizing air pada film biopolimer [37].

Pada penelitian dengan judul Sintesis dan Karakterisasi Bioselulosa-Kitosan Dengan Penambahan Gliserol Sebagai Plasticizer bahwa campuran bioselulosa-kitosan dengan gliserol menyebabkan air terikat sehingga film plastik akan mudah mengembang dan banyak menyerap air sehingga penyerapan air pada film tersebut tinggi [38].

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil analisis spektrum (FT-IR), uji kekuatan tarik, SEM, uji pemanjangan saat putus, uji air yang diserap (water uptake) film plastik pati kentang dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain :

1. Dari hasil analisis karakterisasi FT-IR terhadap pati kentang, film plastik pati kentang tanpa gliserol, dan film plastik pati kentang tanpa gliserol diketahui terdapat gugus hidroksil (-OH) yang menandakan telah terjadinya interaksi pati kentang dengan bahan pendukung pembuatan film plastik dan tidak terbentuk gugus baru hanya terjadi perubahan nilai regangan. Pada pati kentang nilai regangan OH pada 3579,88 cm-1, film plastik pati kentang tanpa gliserol pada 2978,09 cm-1 sedangkan film plastik pati kentang dengan gliserol pada 3541,31 cm-1 dan 2970,38 cm-1.

2. Nilai kekuatan tarik akan menurun seiring bertambahnya volume gliserol. Nilai kekuatan tarik maksimal film plastik pati kentang diperoleh pada variasi volume gliserol 0 ml dengan berat pati kentang 10 g, yaitu sebesar 9,397 MPa.

3. Nilai pemanjangan saat putus akan meningkat dengan bertambahnya volume gliserol. Nilai pemanjangan saat putus film plastik pati kentang diperoleh pada saat variasi volume gliserol 3 ml dengan berat pati kentang 15 g, yaitu 44,130 %. 4. Pengaruh penambahan berat pati menghasilkan nilai yang fluktuatif baik pada

nilai kekuatan tarik dan juga pada nilai pemanjangan saat putus.

5. Dari hasil analisa SEM dapat dilihat bahwa permukaan film plastik yang terbentuk tidak rata. Ada beberapa lekukan, patahan serta void yang terbentuk pada film plastik pati kentang.

6. Berdasarkan uji air yang diserap (water uptake) film plastik pati kentang diketahui bahwa jumlah air yang diserap akan semakin meningkat dengan bertambahnya volume gliserol karena sifat dari gliserol yang hidrofilik. Jumlah air yang diserap maksimum pada saat film plastik pati kentang dengan volume gliserol 3 ml dan berat pati kentang 10 g, yaitu 90,090%.

5.2 SARAN

Demi kesempurnaan penelitian ini, maka peneliti menyarankan :

1. Disarankan untuk melakukan pengujian lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, seperti uji densitas, uji ketebalan, uji tranmisi air, dan lain-lain agar dihasilkan film plastik yang lebih baik.

2. Untuk mendapatkan film plastik tanpa void pada ada baiknya proses pencetakan berada pada proses vakum sehingga tidak ada udara yang masuk ketika tahap pencetakan film plastik.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Huda, Thorikul, dan Feris Firdaus. 2007. Karakteristik Fisiokimiawi Film Plastik Biodegradable dari Komposit Pati Singkong-Ubi Jalar. Jurnal LOGIKA. Vol. 4. No.2. ISSN 1410-2315.

[2] Desnelli dan Miksusanti. 2010. Studi Biodegradasi Blend PVC-Minyak Nabati Epoksi Sebagai Salah Satu Upaya Mengurangi Pencemaran Lingkungan Oleh Limbah Plastik. Jurnal Penelitian Sains. Vol. 13 . No. 2(C) 13207. Hal. 33-36

[3] Sunarti TC, Nunome T, Yoshio N, Hisamatsu M. 2001. Study on outer chains from amylopectin between immobilized and free debranching enzymes. Journal of Applied Glycoscience. Vol. 48. No. 1. Hal. 1-10. ISSN : 1344-7882.

[4] Huri, Daman dan Fitri Choirun Nisa. 2013. Pengaruh Konsentrasi Gliserol dan Ekstrak Ampas Kulit Apel Terhadap Karakteristik Fisik dan Kimia Edible Film (The Effect of Glycerol and Apple Peel Waste Extract Concentration on Physical and Chemical Characteristic of Edible Film). Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No. 4. Hal. 29-40.

[5] Darni, Yuli dan Herti Utami. 2010. Studi Pembuatan dan Karakteristik Mekanik dan Hidrofobisitas Bioplastik dari Pati Sorgum. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkunga. Vol.7. No.4. Hal. 190-195. ISSN 1412-5064.

[6] Firdaus, Feris dan Chairil Anwar. 2004. Potensi Limbah Padat-Cair Indutri Tepung Tapioka sebagai Bahan Baku Film Plastik Biodegradabel. Jurnal LOGIKA. Vol. 1. No. 2. Hal. 38-44. ISSN 1410-2315.

[7] Mujiarto, Iman. 2005. Sifat dan Karakteristik Material Plastik dan Bahan Aditif. Jurnal Traksi. Vol. 3. No. 5.

[8] Crawford, RJ. 1998. Plastics Engineering. 3rd ed. Singapura : John Willey & Sons, Ltd.

[9] Al Ummah, Nathiqoh. 2013. Uji Ketahanan Biodegradable Plastic Berbasis Tepung Biji Durian (Durio Zibethinus Murr) Terhadap Air Dan Pengukuran Densitasnya. Semarang : Univesitas Negeri Semarang.

[10] Tokiwa Y. Calabia, B.P., Ugwu, C.U., dan Aiba, S. 2009. Biodegradability of Plastic. International Journal of Molecular Science. Vol. 10. Hal. 3722-3742.

[11] Griffin, G. J. L. 1994. Chemistry and Technology of Biodegradable Polimer. London : Chapman & Hall.

[12] Sanjaya, G. L. dan Puspita, L. 2010. Pengaruh Penambahan Khitsan dan Plasticizer Gliserol pada Karakteristik Plastik Biodegradable dari Pati Limbah Kulit Singkong. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[13] Averous, Luc dan Olivier Vilpoux. 2000. Chapter 18 Starch-Based Plastics. Didalam : Book 3-Technology, use and potentialities of Latin American Tubers. Proceeding of The Food Biopack Conference. Copenhagen : Denmark Conference. Hal : 521-549

[14] Ophardt, Charles E. 003. Starch. Virtual Chembook El mhusrt Collage. http://www.elmhurst.edu/~chm/vchembook/547starch.html

[15] Nadiah, Nurul Binti Md Aini. 2010. Biodegradable Biocomposite Strach Based Film Blanded With Chitosan And Gelatin. Pahang : Universiti Malaysia Pahang.

[16] Nand, Viveka dan M. K. Chourasia. 2010. Studies on Storage of Potato (Salanum tuberosum L.) in India. Dikutip dari http://fosetonline.org/AGA/14-AGB_VIVEKA Nand.pdf. Pada 13 November 2013.

[17] Woolfe, Jennifer A., 1987. The Potato in The Human Diet. Inggris : Cambridge University Press.

[18] Franco, E., Horton, D., Corbaoui, R., Tomassini, L., dan Tardieu, F. 1981. Evaluacion Agroeconomica de Ensayos Conducidos en Campos de Agricultores en el Valle del Mantaro (Peru). Lima : International Potato Center.

[19] UNEP. 2002. Glycerol. Dikutip dari http://www.chem.unep.ch/sids/oecdsids/ 56815.pdf. Diakses pada 12 juni 2012.

[20] Kroschwitz, Jacqueline L., and Arza Seidel. 2006. Kirk-Othmer Enclopedia of Chemical Technology. Vol. 20. Ed. 5. University of Michigan : Willey.

[21] Dutta, Pradip Kumar, Joydeep Dutta dan V S Triphati. 2004. Chitin and Chitosan : Chemistry, Properties and Applications. Journal of Scientific & Industrial Reaserch. Vol 63. Hal. 20-31

[22] Rinaudo, Marguerite. 2006. Chitin and Chitosan : Properties and Applications. Journal ScienceDirect : Program In Polymer Science Vol. 31. Hal. 603-632. Elsevier Ltd.

[23] Bio Chitosan Indonesia. 2013. Certificate of Analysis Chitosan. Bandung : CV Bio Chitosan Infonesia.

[24] Ratnayake Wajira S. dan Jackson David S. 2008. Chapter 5 : Starch Gelatinization. Journal Advances in Food and Nutrition Research. Vol. 55. Halaman 221-258.

[25] Ratnayake Wajira S. dan Jackson David S. 2006. Gelatinization and Solubility of Corn Sartch during Heating in Excess Water : New Insight. Journal of Agricultural and Food Chemistry. Vol. 54:10. Hal : 3712-3716. [26] Sharpe, Kathryn. 2004. Gelatinized Starch Investigation. Diakses dari http://

www.math.udel.edu/~pelesko/Teaching,Math518_Spring_2006/starch.

[27] Krzan, Andrej. 2012. Biodegradable Polymer and Plastic. Innovative Value Chain Development for Sustainable Plastic in Central Europe (PLASTiCE) Paper.

[28] Berkesch, Shellie. 2005. Biodegradable Polymer : A Rebirth of Plastic. Michigan : Michigan State University

[29] Ipc. 1995. IPC-TM-650 Test Methods Manual for Tensile, Elongation and Modulus. Dikutip dari http://www.ipc.org/TM/ 2.4.18.3.pdf. Diakses pada 15 Juni 2013.

[30] Matondang, Tuty Dwi Sriaty., Wirjosentono, Basuki., Yunus, Darwin. 2013. Pembuatan Plastik Kemasan Terbiodegradasikan Dari Polypopylena Tergrafting Maleat Anhidrida dengan Bahan Pengisi Pati Sagu Kelapa Sawit. Jurnal Valensia. Vol. 3. No.2. ISSN ; 1978-8193.

[31] ASTM. 2002. ASTM D570-98 Standart Test Methodfor Water Absorption. Dikutip dari http://www.astm.org/standards/D570.htm. Diakses pada 25 Juni 2013.

[32] Eltra, Cyta Ocktora, 2012. Amilum atau Amilosa. Dikutip dari http ://eltracytaocktora. blogspot.com/2012/09/amilum-atau-amilosa.html. Pada 22 Desember 2013.

[33] Stuart, Barbara. 2004. Infrared Spectroscopy : Fundamental and Applications. Jhon Wiley : Amerika

[34] Husniati. 2009. Studi Karakterisasi Sifat Fungsi Maltodekstrin Dari Pati Singkong (Study On Characterization of Functional Properties of Maltodextrin of Cassava Slurry). Jurnal Riset Industri. Vol III. No. 2. Halaman 133-138

[35] Chillo, S., Flores S., Mastromatteo M., Contte A., Gherchenson L., dan Del Nobile M. A., 2008. Influence of Glycerol and Chitosan on Tapioca Starch-Based Edible Film Properties. Journal of Food Engineering. Vol. 88. Hal. 159-168

[36] Kusniati, Dyah Hayu dan Widya Dwi Rukmi Putri. Karakteristik Fisik Dan Kimia Edible Film Pati Jagung yang Diinkoprasi Dengan Perasan Temu Hitam (Physical and Chemical Characteristic of Corn Starch Edible Film that Incorprated with Pink and Blue Ginger Extract. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol. 1. No. 1. Hal 90-100.

[37] Anker, M., Mats, S., dan Anne-Marie, H. 2009. Relationship Between the Microstructure and Mechanical and Barrier Properties of Whey Protein Film. Journal Agric. Food Chem. Vol. 48. Hal 3806-3816.

[38] Wardhani, Riesca Ayu Kusuma, Djony Izak Rudyardjo, dan Adri Supardi. 2010. Sintesis dan Karakterisasi Bioselulosa-Kitosan Dengan Penambahan Gliserol Sebagai Plasticizer. Surabaya : Univesitas Airlangga.

LAMPIRAN 1

DATA PENELITIAN

L1.1 DATA HASIL UJI KEKUATAN TARIK DAN PEMANJANGAN SAAT PUTUS

Berikut merupakan data hasil pengujian kekuatan tarik dan pemanjangan saat putus dari film plastik pati kentang ;

Tabel L1.1 Data Hasil Uji Kekuatan Tarik dan Pemanjangan Saat Putus Pati (Gram) Gliserol (mL) Tensile Strengh (MPa) Elongation (%)

10 0 9,397 3,795 1 3,513 19,265 2 3,329 19,702 3 2,753 27,120 15 0 4,024 7,142 1 3,038 10,340 2 2,859 31,773 3 2,652 44,130 20 0 4,239 9,779 1 3,954 15,481 2 3,401 18,581 3 2,676 31,394

L1.2 DATA HASIL UJI AIR YANG DISERAP

Berikut merupakan data hasil pengujian air yang diserap dari film plastik pati kentang ;

Tabel L1.2 Data Hasil Uji Air yang Diserap

Pati Gliserol Wo W Swelling (%)

10 0 0,09 0,15 66,667 1 0,10 0,18 80,000 2 0,09 0,17 88,889 3 0,11 0,21 90,909 15 0 0,15 0,27 80,000 1 0,11 0,20 81,818 2 0,06 0,11 83,333 3 0,09 0,17 88,889 20 0 0,12 0,20 66,667 1 0,10 0,17 70,000 2 0,07 0,12 71,429 3 0,10 0,18 80,000

LAMPIRAN 2

DOKUMENTASI PENELITIAN

L2.1 PATI KENTANG

Gambar L2.1 Pati Kentang L2.2 PROSES PEMBUATAN FILM PLASTIK

Gambar L2.2 Proses Pembuatan Film Plastik L2.3 PROSES PENGERINGAN FILM PLASTIK

L2.4 FILM PLASTIK YANG DIHASILKAN

Gambar L2.4 Film Plastik yang Dihasilkan

L2.5 SAMPEL UJI TARIK DAN PEMANJANGAN SAAT PUTUS

Gambar L2.5 Sampel Uji Tarik Dan Pemanjangan Saat Putus L2.6 SAMPEL STELAH DIUJI

Dokumen terkait