• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Berat Pati dan Volume Plasticizer Gliserol Terhadap Karakteristik Film Plastik Pati Kentang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Berat Pati dan Volume Plasticizer Gliserol Terhadap Karakteristik Film Plastik Pati Kentang"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BERAT PATI DAN VOLUME

PLASTICIZER GLISEROL TERHADAP

KARAKTERISTIK FILM PLASTIK PATI KENTANG

SKRIPSI

Oleh

AFIIFAH RADHIYATULLAH

080405061

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH BERAT PATI DAN VOLUME

PLASTICIZER GLISEROL TERHADAP

KARAKTERISTIK FILM PLASTIK PATI KENTANG

SKRIPSI

Oleh

AFIIFAH RADHIYATULLAH

080405061

SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN

PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :

PENGARUH BERAT PATI DAN VOLUME PLASTICIZER GLISEROL TERHADAP KARAKTERISTIK FILM PLASTIK PATI KENTANG

dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini adalah hasil karya saya kecuali kutipan-kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya. Demikian pernyataan ini diperbuat, apabila dikemudian hari terbukti bahwa ini bukan karya saya atau merupakan hasil jiplakan maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Medan, Nopember 2014

(4)
(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tulisan ini merupakan skripsi dengan judul ”Pengaruh Berat Pati dan Volume Plasticizer Gliserol Terhadap Karakteristik Film Plastik Pati Kentang” berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini merupakan slah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik.

Melalui penelitian ini diperoleh bahwa pengaruh berat pati dan volume plasticizer gliserol mempengaruhi karakteristik film plastik pati kentang. Dimana kekuatan tarik maksimum berada pada saat tidak ada penambahan gliserol (0 ml) dengan berat pati 10 g yaitu 9,397 Mpa sedangkan pada saat uji elastisitas ada pada saat gliserol 3 ml dengan berat pati 15 g yaitu 44,130 %. Untuk uji ketahanan air diperoleh hasil maksimum pada saat berat pati 10 g dan volume gliserol 3 ml yaitu 90,090 %.

Selama melakukan penelitian sampai penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat pengarahan dan bimbingan dari dosen pembimbing penulis. Untuk itu secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada Bapak

M. Hendra S. Ginting, ST, MT.

(6)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Nopember 2014 Penulis

(7)

DEDIKASI

(8)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Afiifah Radhiyatullah

NIM : 080405061

Tempat, tanggal lahir : Medan, 14 Maret 1991

Nama orang tua : H. Gatot Pujo Nugroho, ST, M.Si dan Hj. Sutias Handayani

Alamat orang tua :

Jl. Seroja Komplek Citra Seroja A.19, Sunggal, Medan Sunggal, Sumatera Utara

Asal Sekolah:

 SDIT Al-Fitriah tahun 1996-2002  MTs Al-Manar tahun 2002 – 2005  SMA Harapan 3 tahun 2005 – 2008 Pengalaman Organisasi / Kerja :

1. Anggota Covalen Study Group (CSG) FT USU periode 2010/2011.

2. Anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK) FT USU periode 2011/2012.

(9)

ABSTRAK

Plastik sintetik sangat berpotensi menjadi material yang mengancam kelangsungan makhluk hidup di bumi ini. Untuk menghindari hal tersebut, usaha yang dapat dilakukan adalah dengan pembuatan bioplastik yang terbuat dari pati. Pada penelitian ini pati yang digunakan adalah pati kentang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berat pati dan volume gliserol terhadap karakteristik film plastik pati kentang. Film plastik pati kentang ini dibuat dengan metode pencetakan larutan. Dengan variasi berat pati 10 g, 15 g dan 20 g, sedangkan untuk volume gliserol 0 ml, 1 ml, 2 ml, dan 3 ml. Analisis yang diuji, yaitu analisa FT-IR, kekuatan tarik, pemanjangan saat putus, daya serap air, serta SEM. Dari analisa FT-IR diketahui bahwa tidak terbentuk gugus baru tetapi terjadi perpindahan regangan gugus hidroksil (OH), yaitu pada pati kentang regangan OH terdapat pada 3579,88 cm-1, pada film plastik pati kentang tanpa gliserol regangan berada pada 2978,09 cm

-1

dan pada film plastik pati kentang dengan gliserol pada 3541,31 cm-1 dan 2970,38 cm-1. Hasil uji sifat mekanik menunjukkan kekuatan tarik maksimum adalah 9,397 Mpa pada volume gliserol 0 ml dengan berat pati 10 g, dimana pada pengujian ini didukung oleh analisis scaning electron microscopy (SEM) dimana terdapat void dan lekukan pada film plastik yang dihasilkan. Sementara itu, nilai pemanjangan pada saat putus mengalami peningkatan seiring bertambahnya volume gliserol dan fluktuatif dengan bertambahnya berat pati. Pemanjangan saat putus tertinggi adalah 44,130 % pada volume gliserol 3 ml dengan berat pati 15 g. Pada uji daya serap air, penyerapan air semakin meningkat seiring bertambahnya volume gliserol, daya serap air terbesar adalah 90,909 % pada volume gliserol 3 ml dan berat pati 10 g.

(10)

ABSTRACT

Synthetic plastics is potentially material which threatens the survival of living being on this earth. To avoid this, the attempt to do is to manufacture bioplastics made from starch. In this reaserch, the starch used is potato starch. This research was aimed to investigate the effect of starch weight and volume of glycerol on the characteristics of potato starch film plastics. Film plastic were made by printing of solution method. With variation of potato starch is 10 g, 15 g, 20 g and volume glycerol is 0 ml, 1 ml, 2 ml, 3 ml. Analysis which tested is FT-IR analysis, tensile strength, elongation at break, water uptake, and SEM. From FT-IR analysis are known that do not form a new group but strain transfer occurs hydroxyl group (OH), on potato starch OH strain at 3579.88 cm-1, potato starch film plastic without glycerol strain at 2978.09 cm-1 and potato starch film plastic with glycerol strain at 3541.31 cm-1 and 2970.38 cm-1. The test results of mechanical properties, maximum tensile strength is 9.397 MPa at0 ml of glycerol and 10 g of potato starch , where the testing is supported by analysis of scanning electron microscopy (SEM) where there are voids and indentations on film plastic. Meanwhile, value of elongation at break increased with increasing volume of glycerol and fluctuating with starch weight. Maximum elongation at break is 44,130 % obtained at 3 ml volume of glycerol and 15 g weight of starch. In water uptake test, water uptake increased with increasing volume of glycerol, maximum water uptake is 90,909 % at 3 ml volume of glycerol and 10 g starch weight.

(11)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... i

(12)

Pemanjangan Saat Putus (Elongation at Break) ... 15

2.8.3 Analisis Scanning Electron Microscopy (SEM) ... 16

2.8.4 Pegujian Air Yang Diserap (Water Uptake) ... 16

2.9 APLIKASI DAN KEGUNAAN FILM PLASTIK BERBAHAN DASAR PATI ... 17

3.5.2 Uji Kekuatan Tarik (Tensile Strength)dan Pemanjangan Saat Putus (Elongation at Break) ... 24

3.5.3 Analisis Scanning Electron Microscopy (SEM) ... 25

3.5.4 Pegujian Air Yang Diserap (Water Uptake) ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1 ANALISIS FOURIER TRANSFORM INFRA RED (FTIR) ... 27

4.1.1 Analisis Ftir Untuk Pati Kentang Dengan Film Plastik Pati Kentang Tanpa Gliserol ... 27

4.1.2 Analisis Ftir Untuk Pati Kentang Dengan Film Plastik Pati Kentang Dengan Gliserol ... 29

(13)

4.3 PENGARUH VOLUME GLISEROL DAN BERAT PATI TERHADAP SIFAT PEMANJANGAN PADA SAAT PUTUS (ELONGATION AT BREAK) FILM PLASTIK PATI KENTANG 36 4.4 PENGARUH VOLUME GLISEROL TERHADAP AIR YANG DISERAP (WATER UPTAKE) FILM PLASTIK PATI

KENTANG ... 38 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 40 5.1 KESIMPULAN ... 40 5.2 SARAN

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Amilosa 8

Gambar 2.2 Struktur Amilopektin... 8

Gambar 2.3 Struktur dari Kitin ... 12

Gambar 2.4 Deasitelasi Sebagian Kitin ... 12

Gambar 2.5 Tas Kemasan Biodegradable yang Dikomersialkan Pada Supermarket di Itali ... 17

Gambar 2.6 Tusuk Gigi Berbahan Dasar Pati yang Dikomersialkan di Hongkong ... 18

Gambar 2.7 Plastik Kemasan Dari Film Plastik Pati Kentang ... 18

Gambar 3.1 Flowchart Pembuatan Pati Kentang... 22

Gambar 3.2 Flowchart Pembuatan Film Plastik ... 24

Gambar 4.1 Struktur Amilosa ... 26

Gambar 4.2 Struktur Amilopektin... 26

Gambar 4.3 Hasil Analisis FTIR Pati Kentang ... 27

Gambar 4.4 Hasil Analisis FTIR Film Plastik Patik Kentang Tanpa Gliserol . 27 Gambar 4.5 Hasil Analisis FTIR Pati Kentang dan Film Plastik Patik Kentang Tanpa Gliserol ... 28

Gambar 4.6 Hasil Analisis FTIR Film Plastik Pati Kentang Dengan Gliserol . 29 Gambar 4.7 Hasil Analisis FTIR Pati Kentang dan Film Plastik Patik Kentang Dengan Gliserol ... 30

Gambar 4.8 Pengaruh Voume Giserol Dan Berat Pati Terhadap Kekuatan Tarik (Tensile Strength) Film Plastik Pati Kentang ... 32

Gambar 4.9 (a) Hasil Analisa SEM Film Plastik Pati Kentang Tanpa Gliserol (0 ml) dan Pati Kentang 10 g ... 34

Gambar 4.9 (b) Hasil Analisa SEM Film Plastik Pati Kentang Tanpa Gliserol (0 ml) dan Pati Kentang 15 g ... 34

(15)

Gambar 4.9 (d) Hasil Analisa SEM Film Plastik Pati Kentang Dengan Gliserol

3 ml dan Pati Kentang 15 g ... 35

Gambar 4.10 Pengaruh Voume Giserol Dan Berat Pati Terhadap Sifat Pemanjangan Pada Saat Putus (Elongation At Break) Film Plastik Pati Kentang... 36

Gambar 4.11 Pengaruh Volume Gliserol Terhadap Air yang Diserap (Water Uptake) Film Plastik Pati Kentang... 38

Gambar L2.1 Pati Kentang... 49

Gambar L2.2 Proses Pembuatan Film Plastik ... 49

GambarL2.3 Pengeringan Film Plastik ... 49

Gambar L2.4 Film Plastik yang Dihasilkan ... 50

Gambar L2.5 Sampel Uji Tarik Dan Pemanjangan Saat Putus ... 50

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Awal Dan Akhir dari TPS Berdasar Pati Gandum

Dengan Perbedaan Tingkat Plastifikasi ... 7

Tabel 2.2 Sifat-Sifat dari Beberapa Jenis Pati ... 9

Tabel 2.3 Sifat Fisika - Kimia Gliserol ... 10

Tabel 2.4 Sifat Fisika Kitosan ... 13

Tabel 2.5 Rincian Biaya Pembuatan Film Plastik Pati Kentang ... 18

Tabel 2.6 Perkiraan Rincian Biaya Pembuatan Produk ... 19

Tabel 4.1 Hasil Pembacaan Analisa FT-IR Pati Kentang Dengan Film Plastik Pati Kentang Tanpa Gliserol ... 28

Tabel 4.2 Hasil Pembacaan Analisa FT-IR Pati Kentang Dengan Film Plastik Pati Kentang Dengan Gliserol ... 30

Tabel L1.1 Data Hasil Uji Kekuatan Tarik dan Pemanjangan Saat Putus ... 47

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN ... 46

L1.1 DATA HASIL UJI KEKUATAN TARIK DAN PEMANJANGAN SAAT PUTUS ... 46

L1.2 DATA HASIL UJI AIR YANG DISERAP ... 47

LAMPIRAN 2 DOKUMENTASI PENELITIAN... 48

L2.1 PATI KENTANG ... 48

L2.2 PROSES PEMBUATAN FILM PLASTIK ... 48

L2.3 PROSES PENGERINGAN FILM PLASTIK ... 48

L2.4 FILM PLASTIK YANG DIHASILKAN ... 49

L2.5 SAMPEL UJI TARIK DAN PEMANJANGAN SAAT PUTUS ... 49

(18)

ABSTRAK

Plastik sintetik sangat berpotensi menjadi material yang mengancam kelangsungan makhluk hidup di bumi ini. Untuk menghindari hal tersebut, usaha yang dapat dilakukan adalah dengan pembuatan bioplastik yang terbuat dari pati. Pada penelitian ini pati yang digunakan adalah pati kentang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berat pati dan volume gliserol terhadap karakteristik film plastik pati kentang. Film plastik pati kentang ini dibuat dengan metode pencetakan larutan. Dengan variasi berat pati 10 g, 15 g dan 20 g, sedangkan untuk volume gliserol 0 ml, 1 ml, 2 ml, dan 3 ml. Analisis yang diuji, yaitu analisa FT-IR, kekuatan tarik, pemanjangan saat putus, daya serap air, serta SEM. Dari analisa FT-IR diketahui bahwa tidak terbentuk gugus baru tetapi terjadi perpindahan regangan gugus hidroksil (OH), yaitu pada pati kentang regangan OH terdapat pada 3579,88 cm-1, pada film plastik pati kentang tanpa gliserol regangan berada pada 2978,09 cm

-1

dan pada film plastik pati kentang dengan gliserol pada 3541,31 cm-1 dan 2970,38 cm-1. Hasil uji sifat mekanik menunjukkan kekuatan tarik maksimum adalah 9,397 Mpa pada volume gliserol 0 ml dengan berat pati 10 g, dimana pada pengujian ini didukung oleh analisis scaning electron microscopy (SEM) dimana terdapat void dan lekukan pada film plastik yang dihasilkan. Sementara itu, nilai pemanjangan pada saat putus mengalami peningkatan seiring bertambahnya volume gliserol dan fluktuatif dengan bertambahnya berat pati. Pemanjangan saat putus tertinggi adalah 44,130 % pada volume gliserol 3 ml dengan berat pati 15 g. Pada uji daya serap air, penyerapan air semakin meningkat seiring bertambahnya volume gliserol, daya serap air terbesar adalah 90,909 % pada volume gliserol 3 ml dan berat pati 10 g.

(19)

ABSTRACT

Synthetic plastics is potentially material which threatens the survival of living being on this earth. To avoid this, the attempt to do is to manufacture bioplastics made from starch. In this reaserch, the starch used is potato starch. This research was aimed to investigate the effect of starch weight and volume of glycerol on the characteristics of potato starch film plastics. Film plastic were made by printing of solution method. With variation of potato starch is 10 g, 15 g, 20 g and volume glycerol is 0 ml, 1 ml, 2 ml, 3 ml. Analysis which tested is FT-IR analysis, tensile strength, elongation at break, water uptake, and SEM. From FT-IR analysis are known that do not form a new group but strain transfer occurs hydroxyl group (OH), on potato starch OH strain at 3579.88 cm-1, potato starch film plastic without glycerol strain at 2978.09 cm-1 and potato starch film plastic with glycerol strain at 3541.31 cm-1 and 2970.38 cm-1. The test results of mechanical properties, maximum tensile strength is 9.397 MPa at0 ml of glycerol and 10 g of potato starch , where the testing is supported by analysis of scanning electron microscopy (SEM) where there are voids and indentations on film plastic. Meanwhile, value of elongation at break increased with increasing volume of glycerol and fluctuating with starch weight. Maximum elongation at break is 44,130 % obtained at 3 ml volume of glycerol and 15 g weight of starch. In water uptake test, water uptake increased with increasing volume of glycerol, maximum water uptake is 90,909 % at 3 ml volume of glycerol and 10 g starch weight.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Asia adalah konsumen plastik terbesar di dunia menyerap sekitar 30 % konsumsi plastik dunia. Plastik banyak digunakan di berbagai sektor kehidupan. Setiap tahun sekitar 100 juta ton plastik diproduksi di dunia yang digunakan untuk berbagai sektor industri. Sedangkan untuk masyarakat Indonesia di tahun 2004 diperkirakan mencapai 2,3 juta ton. Plastik sintetik sangat berpotensi menjadi material yang mengancam kelangsungan makhluk hidup di bumi ini. Oleh karena itu dibutuhkan pengembangan plastik biodegradable yang aman untuk mikroorganisme [1]. Berdasarkan fakta dan kajian yang pernah ada, perlu dilakukan penelitian dan pengembangan teknologi bahan kemasan yang berbahan alami.

Adapun salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah mensintesis polimer yang terdegradasi oleh mikroba tanah, maka salah satu komponen harus merupakan material yang dapat diuraikan oleh mikroba [2].

Salah satu bahan pembuat bioplastik adalah pati. Pati digunakan karena merupakan bahan yang dapat terdegradasi oleh alam. Salah satu penghasil pati yang ada di Indonesia adalah kentang. Kandungan pati pada kentang adalah 22-28 % [3].

Plasticizer merupakan salah satu bahan tambahan didalam pembuatan film

plastik yang berfungsi untuk menambahkan sifati elastisitas. Salah satu plasticizer yang banyak digunakan adalah gliserol. Gliserol dapat membentuk ikatan pati-plasticizer yang akan mengakibatkan peningkatan elastisitas dari suspense keduanya

[4]

(21)

Penelitian Pengaruh Konsentrasi Gliserol Dan Ekstrak Amplas Kulit Apel Terhadap Karakteristik Fisik dan Kimia Edible Film oleh Huri dan Nisa pada tahun 2013 disebutkan bahwa penelitian mereka menggunakan ekstrak ampas kulit apel untuk meningkatkan anti oksidan serta gliserol sebagai plasticizer. Hasil yang diperoleh adalah perlakuan terbaik didapat pada konsentrasi gliserol 10 % dan ekstrak ampas kulit apel 6 % yaitu kekuatan tariknya sebesar 12 (N/cm2) dan % elongasinya sebesar 78 (N/cm2) [4].

Penelitian Potensi Limbah Padat Cair Industri Tepung Tapioka sebagai Bahan Baku Film Plastik Biodegradable yang dilakukan oleh Firdaus dan Anwar pada tahun 2004 disebutkan bahwa pembuatan plastik biodegradable dari limbah padat-cair industri tepung tapioka sebagai bahan baku dan gliserol sebagai plasticizer pada temperature 80-90 oC. Hasil menunjukkan bahwa kondisi optimum diperoleh kekuatan tarik 3,925 MPa, persentase pemanjangan di peroleh 9,217% [6].

Oleh karena itu, pembuatan film plastik dari pati kentang ini dikaji penambahan berat pati kentang dan plasticizer (gliserol) untuk memperbaiki sifat mekanik dari plastik tersebut.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh variasi berat pati kentang terhadap film plastik dari pati

kentang.

2. Bagaimana pengaruh dari variasi volume gliserol pada film plastik yang dihasilkan.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berat pati dan volume gliserol terhadap karakteristik film plastik pati kentang.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

(22)

2. Dapat dijadikannya sebagai informasi karakteristik film plastik pati kentang. 3. Terciptanya plastik kemasan yang aman bagi kesehatan.

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Organik dan Laboratorium Penelitian Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik serta Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Adapun bahan baku yang digunakan pada penelitian ini, yaitu pati kentang, gliserol sebagai pemplastis (plasticizer), asam asetat glasial, natrium hidroksida, kitosan dan air. Variasi yang dilakukan :

a. Ukuran partikel pati kentang lolos pada ayakan 60 mesh b. Kitosan 1 %

c. Volume asam asetat 3 ml d. Konsentrasi NaOH 0,1 M.

e. Berat pati : 10 g, 15 g, dan 20 g. f. Volume gliserol : 0 ml, 1 ml, 2 ml, dan 3 ml.

Uji dan analisis yang dilakukan pada film plastik pati kentang ini adalah : 1. Analisis Fourier Transform Infra Red (FTIR).

2. Uji kekuatan tarik (tensile strength) dan pemanjangan saat putus (elongation at break).

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 FILM PLASTIK

Plastik merupakan salah satu bahan yang paling umum kita lihat dan gunakan. Bahan plastik secara bertahap mulai menggantikan bahan gelas, kayu dan logam. Dengan demikian bahan plastik memiliki beberapa keungggulan, ringan, kuat, mudah dibentuk, anti karat, mempunyai sifat isolasi listrik yang tinggi, dan biaya proses yang lebih murah. Namun begitu daya guna plastik juga terbatas karena kekuatannya yang rendah, tidak tahan panas mudah rusak pada suhu yang rendah. Keanekaragaman jenis plastik memberikan banyak pilihan dalam penggunaannya dan cara pembuatannya. Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa. Polimer adalah suatu bahan yang terdiri dari unit molekul yang disebut monomer. Jika monomernya sejenis disebut homopolimer, dan jika monomernya berbeda akan menghasilkan kopolimer.

Polimer alam yang telah kita kenal antara lain: selulosa, protein, karet alam dan sejenisnya. Pada mulanya manusia menggunakan polimer alam hanya untuk membuat perkakas dan senjata, tetapi keadaan ini hanya bertahan hingga akhir abad 19 dan selanjutnya manusia mulai memodifikasi polimer menjadi plastik. Plastik yang pertama kali dibuat secara komersial adalah nitroselulosa. Material plastik telah berkembang pesat dan sekarang mempunyai peranan yang sangat penting dibidang elektronika, pertanian, tekstil, transportasi, furniture, konstruksi, kemasan kosmetik, mainan anak-anak dan produk-produk industri lainnya.

(24)

Daftar berikut diuraikan tujuan dari bahan-bahan aditif utama yang digunakan dalam pembuatan plastik [8]:

1. Antistatic Agent

Kebanyakan polimer adalah konduktor yang buruk. Antistatic agent menarik kelembaban dari udara ke permukaan plastik, meningkatkan konduktivitas permukaan dan mengurangi kemungkinan percikan atau pelepasan.

2. Coupling Agent

Coupling agent digunakan dalam pembuatan plastik untuk meningkatkan ikatan

dari plastik untuk bahan pengisi anorganik, seperti serat kaca. Berbagai sylane dan tytanates digunakan untuk meningkatkan ikatan dari plastik.

3. Pengisi (Filler)

Beberapa pengisi, seperti serat pendek atau serpihan bahan anorganik, meningkatkan sifat mekanik dari plastik yang disebut extenders, membiarkan volume besar dari plastik yang akan diproduksi dengan resin yang sebenarnya relatif sedikit.

4. Flame retardant

Polimer yang paling mudah terbakar adalah polimer yang mengandung bahan organik. Zat aditif yang mengandung klor, brom, fosfor atau garam metalik mengurangi kemungkinan akan terjadinya pembakaran.

5. Pelumas (lubricant)

Pelumas seperti lilin atau kalsium stearat mengurangi viskositas dari plastik cair dan meningkatkan pembentukan karakteristik.

6. Pigmen warna (Colorant)

Pigmen warna digunakan untuk menghasilkan warna dalam plastik. 7. Pelunak (plasticizer)

Bahan pelunak adalah bahan yang digunakan untuk mengubah sifat dan karakteristik pembentukan plastik. Sebuah contoh penting adalah produksi nilai fleksibel polivinil klorda dengan menggunakan bahan pelunak.

8. Stabilizers

Stabilizer mencegah kerusakan polimer karena faktor lingkungan dan mencegah

(25)

Sampah plastik menjadi masalah lingkungan berskala global. Plastik banyak dipakai dalam kehidupan sehari-sehari. Namun plastik yang beredar di pasaran saat ini merupakan plastik yang berbahan polimer sintetik yang terbuat dari minyak bumi yang susah terurai di alam. Sehingga semakin banyak menggunakan plastik maka akan semakin banyak pencemaran lingkungan. Maka dari itu saat ini perlu dilakukan pengembangan bahan plastik yang mudah terurai oleh tanah dan ramah lingkungan. Salah satunya plastik biodegradable (bioplastik) dimana bioplastik ini merupakan bahan alam yang dapat diperbaharui [9].

Bioplastik merupakan senyawa biopolimer yang dapat mengalami penguraian secara alamiah dengan bantuan bakteri, jamur dan alga. Atau mengalami hidrolisis dalam larutan berair. Bioplastik terdiri dari platik biodegradable (plastik yang dihasilkan dari material fosil) atau plastik bio-based (plastik disintesis dari biomassa atau sumber daya terbarukan) [10].

2.1.1 Plastik Biodegradable

Secara umum film plastik biodegradable diartikan sebagai film yang dapat didaur ulang dan dapat dihancurkan secara alami. Plastik biodegradable adalah suatu bahan dalam kondisi tertentu, waktu tertentu mengalami perubahan dalam struktur kimianya, yang mempengaruhi sifat-sifat yang dimilikinya oleh pengaruh mikroorganisme [11]

Plastik biodegradable berbahan pati atau amilum dapat didegradasi bakteri yang dapat memutus rantai polimer menjadi monomer-monomer. Senyawa-senyawa hasil degradasi polimer selain menghasilkan karbon dioksida dan air, juga menghasilkan senyawa organik lain yaitu asam organik dan aldehid yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Plastik berbahan pati atau amilum ini aman bagi lingkungan [12].

2.1.2 Starch-Based Plastik (Plastik Berbahan Pati)

(26)

Dalam bentuk granular, kitosan telah digunakan sebagai agen pengisi dari polyolefin sebagai komponen pada campuran polimer sintesis. Pati telah dimodifikasi dengan cara ’grafting’ dengan monomer vinil (contoh metal akrilat). Kitosan memungkinkan untuk di produksi sebagai film pati pada grafting polimer seperti polietilen (PE).

a. Thermoplastic-like Starch (TPS)

TPS merupakan sebuah konsep baru yang relative dan saat ini menjadi salah satu petunjuk penelitian utama untuk manufaktur bahan biodegradable. Pati tidak memiliki sifat termoplastik yang nyata, tetapi dari pemplastis yang ditambahkan (contoh : air, gliserol, sorbitol, dan lain-lain) dan temperatur tinggi (90-180oC). Tabel 2.1 Komposisi Awal Dan Akhir Dari TPS Berdasar Pati Gandum Dengan Perbedaan Tingkat Plastifikasi [13]

% Pati Kelembaban polyester termoplastik polyester seperti poli epsilon kaprolakton (PCL), untuk pembentukan produk biodegradable. Ketika digunakan untuk pabrik tas untuk daur ulang limbah organik, pengemasan [13].

2.2 PATI

(27)

acetal. Semua unit monomer amilosa adalah alfa-D-glukosa, dan semua mata rantai

alpha acetal tersambung pada atom C yang pertama dari glukosa pertama pada atom

C ke empat pada glukosa yang selanjutnya. Dibawah ini adalah struktur kimia dari amilosa [14]:

Gambar 2.1 Struktur Amilosa

Gambar 2.2 menunjukkan porsi yang sangat sedikit dari tipe struktur amilopektin menunjukkan 2 titik cabang. Hubungan asetat adalah alfa yang tersambung pada rantai karbon (C) 1 dari glukosa pada C ke empat dari glukosa selanjutmya. Cabang tersebut terbentuk dengan menghubungkan C pertama dengan C ke 6 melalui hubungan asetat. Amilopektin memiliki 12-20 unit glukosa diantara cabang-cabangnya [14].

(28)

Pati murni merupakan bubuk yang berwarna putih, tidak berasa dan tidak berbau yang dapat larut didalam air dingin ataupun alkohol. Pati itu sendiri sangat rapuh dan memiliki sifat mekanik yang rendah untuk aplikasi plastik. Akan tetapi dengan menggabungkan pati dengan gliserol dapat meningkatkan kedua kekuatan tarik dan pemanjangan saat putus.

Pati juga merupakan salah satu bahan yang dapat dibiodegradasi yang mahal yang digunakan untuk banyak hal diluar makanan. Seperti pembuatan kertas, papan, tekstil dan adesif. Akhir-akhir ini pati juga digunakan sebagai bahan utama dari komposit termoplastik dan juga sebagai bahan baku produksi film [15].

2.3 KENTANG

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan lima kelompok besar makanan pokok dunia selain gandum, jagung, beras dan terigu. Bagian utama kentang yqng menjadi bahan makanan adalah umbi yang merupakan sumber karbohidrat, mengandung vitamin dan mineral yang cukup tinggi [3].

Kentang adalah makanan pokok di bagian dunia yang lebih dingin, dimana dibagain lain kentang digunakan sebagai sayuran [16]. Kentang mudah busuk dikarenakan kentang terdiri dari 80 % air dan 20 % unsur kering [17].

Tanaman kentang dapat menghasilkan bahan pangan yang bergizi secara lebih cepat pada lahan yang lebih dempit serta kondisi iklim lebih keras, dibandingkan dengan tanaman pangan utama lainnya [18]. Di Negara-negara berkembang dan beriklim tropis, kentang lebih berfungsi sebagai sumber protein berkualitas tinggi dibandingkan sebagai sumber energy, karena harus bersaing dengan tanaman pangan lain yang merupakan bahan pokok (misalnya padi) [16]. Tabel 2.2 Sifat-Sifat dari Beberapa Jenis Pati [3]

(29)

Lanjutan tabel 2.2 [3]

Gliserol memiliki nama kimia 1,2,3-Propanetriol. Gliserol berbentuk cairan pada suhu kamar, memiliki karakteristik dan sifat-fisik kima berikut [19] :

Tabel 2.3 Sifat Fisik- Kimia Gliserol [19]

Sifat Nilai Tekanan uap 0,000106 hPa pada 25

o Konstanta disosiasi 0,07 E 13

Titik nyala 160 oC

Autoflammabilitas 393 oC

(30)

Gliserol terdapat di alam dalam bentuk kombinasi gliserida dalam semua lemak hewani dan minyak nabati, dan didapatkan sebagai produk samping minyak dalam produksi asam minyak. Gliserol di alam jarang ditemukan dalam bentuk bebas dalam lemak, tetapi biasanya sebagai trigliserida yang berkombinasi dengan asam minyak seperti stearat, oleat, palmitat dan laurat dan merupakan campuran atau kombinasi gliserida dari berbagai asam minyak. Beberapa minyak nabati seperti minyak kelapa, inti sawit, kapas, kedelai, dan zaitun mampu menghasilkan gliserol dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan lemak hewani seperti lemak babi. Gliserol terdapat di alam sebagai trigliserida dalam sel-sel tumbuhan dan hewan berupa lipida seperti lesitin dan sepalin. Lemak komplek ini berbeda dari lemak biasa, dimana kandungannya cukup variatif seperti asam posfat dalam residu asam lemak [20].

Untuk nilai tekanan uap diukur pada 50oC. Pada temperature ini tekanan uap sangat rendah. Diharapkan bahwa pada temperature kamar nilai ini akan lebih rendah. Pada tahun 2000 perkiraan produksi gliserol adalah 500.000 ton. Jumlah impor dan produksi di Eropa adalah 227.000 ton pada tahun 1999 dan untuk inggris 28.000 ton.

Gliserol dapat ditemukan dimana-mana dan dapat di industri dan produk konsumen. Gliserol digunakan sebagai komponen dalam berbabagai produk dan sebagai perantara dalam aplikasi industry untuk pembuatan produk seperti sabun atau detergen dan ester gliserol. Gliserol dtitemukan dalam produk konsumen seperti obat-obatan, kosmetik, tembakau, makanan dan minuman serta digunakan dalam berbagai produk lainnya seperti cat, resin dan kertas [19].

2.5 KITIN DAN KITOSAN

(31)

Gambar 2.3 Struktur dari Kitin

Kitin sering dianggap sebagai turunan selulosa, meskipun itu tidak terjadi di dalam organisme proses selulosa. Kitin memiliki struktur yang identik dengan selulosa, akan tetapi kitin memiliki gugus asetik (-NHCOCH3) pada posisi C-2.

Demikian pula prinsip turunan kitin, kitosan adalah polimer linear dari α (1 4)-2-amino-2-deoxy-β-D-glucopyranose dan kitosan berasal dari N-diasitelasi, sampai

batas yang bervariasi yang ditandai dengan deasitelasi dan terus menerus dari kopolimer dari N-asetilglukosamin dan glukosamin.

Dibawah ini adalah struktur deasetilasi sebagai kitin [21] :

Gambar 2.4 Deasitelasi Sebagian Kitin

Kitin berwarna putih, keras, kaku, polisakarida nitrogen yang ditemukan pada eksekeleton maupun di dalam struktur internal invertebrate. Limbah polimer alam ini merupakan sumber utama polusi permukaan daerah pesisir. Produksi kitosan diperoleh dari krustasea pada limbah industri makanan terutama dari pembaruan dari karotenoid [21].

Ketika derajat dari deasetilasi dari kitin mencapai sekitar 50% (dilihat dari polimer asli), menjadi larut pada media larutan asam disebut sebagai kitosan. Kelarutan terjadi dengan protonasi dari fungsi NH2 pada posisi C-2 dari pengulangan unit

(32)

Kitosan adalah polisakarida linear. Polisakarida struktur karbohidrat polimer, yang terbentuk dari pengulangan unit (tiap mono- ataupun di- sakarida) yang tergabung bersama dengan ikatan glikosidik. Kitosan adalah produk komersial dari kitin yang diasetilasi (penghapusan gugus asetil). Kitosan adalah polisakarida kedua yang sangat berlimpah di alam setelah selulosa. Biopolimer ini kebanyakan tersedia dari limbah produk pada industri kerang-kerangan. Kitosan juga dapat terbentuk dari komponen kitin dari fungsi dinding sel [15].

Produksi kitosan dari kulit krustasea yang diperoleh dari limbah industri makanan yang ekonomis, terutama jika terdapat dari pembaruan karotenoid.

Kitin dan kitosan berlimpah di alam dan merupakan polimer yang dapat diperbarui yang memiliki sifat yang unggul seperti, kemampuan biodegradasi, biokompatibel, tidak bersifat racun, dan adsorpsi. Banyak upaya yang dibuat untuk menyiapkan fungsi derivative dari kitosan dengan modifikasi kimia, reaksi transpaltasi, interaksi ionik, dan hanya sedikit dari mereka yang ditemukan untuk penghancuran pada pelarut organik yang konvensional [21].

Tabel 2.2 Sifat Fisika Kitosan [23]

Spesifikasi

Beberapa sifat kimia dan biologi dari kitosan adalah sebagai berikut [21] : 1. Merupakan polimer linier.

2. Beraksi dengan kelompok amino.

(33)

5. Biokompatimbel terhadap polimer alam, dapat terbiodegradasi , aman dan tidak beracun.

6. Mengikat sel mikroba dengan agresif.

7. Memiliki efek regenerative terhadap jaringan gusi ikat.

8. Dapat mengakselerasi formasi dari osteoblas untuk pembentukan tulang. 9. Anti tumor.

10.Hemostatis, fungistatis.

2.6 GELATINISASI

Pati terbentuk dengan struktur yang sangat terorganisasi, yang dikenal sebagai granula pati. Pati memeiliki sifat termal yang unik dang fungsional yang membuat pati diijinkan pada penggunaan yang luas pada produksi makanan dan aplikasi industry. Ketika dipanaskan dengan air, pati akan mengalami proses transisi, dimana granula terpecah menjadi sebuah campuran polimer didalam larutan, yang dikenal sebagai gelatinisasi [24].

Gelatinisasi pati dikaitkan dengan gangguan struktur granular yang menyebabkan molekul pati larut. Granular pati tidak laurt dalam air dingin. Ketika pati dipanaskan dalam air, granular menyerap air dan membesar. Penyerapan air pada wilayah amorf dalam granular mendestabilkan struktur kristal mereka [25].

Pati biasanya dipanaskan pada temperature khusus (diantara 62oC dan 75oC bagi kebanyakan pati), ini dilakukan untuk memperlancar proses gelatinisasi. Gelatinisasi penting karena itu merubah rasa dan tekstur dari granular pati dan membuatnya mudah untuk dicerna [26].

2.7 METODE PEMBUATANPLASTIK BIODEGRADABLE

Pembuatan plastik biodegradable dapat mencakup berbagai prosedur yang berbeda tanpa mempengaruhi bahan biodegradasi. Ada yang berupa sintesid (kimia) atau bio-teknologi (yang dilakukan oleh mikroorganisme atau enzim). Prosedur paling umur adalah sebagai berikut [27] :

(34)

2. Sintesis kimia suatu polimer dari sebuah produksi monomer dengan konversi bio-teknologi bahan yang dapat diperbaharui (seperti penggunaan asam laktat yang diproduksi dari fermentasi gula yang digunakan untuk produksi asam poliatik-PLA). Pada kasus ini, polimer diproduksi secara kimia dengan dasar bahan yang dapat diperbaharui.

3. Produksi kimia dengann prosedur bio-teknologi yang berdasarkan pada bahan yang dapat diperbaharui (seperti fermentasi gula dimana mikrorganisme alam mensintesis termoplastik alipatik polyester, seperti polihidroksibutirat-PHB). 4. Sintesi kimia suatu polimer berdasarkan component yang dikandung dengan

proses petro kimia dari bahan yang tidak dapat diperbaharui.

Plastik biodegradable juga dapat dibuat dari beberapa sumber dan bahan. Sebuah kelompok penelitian dari Cornell bekerja dengan sejumlah serat termasuk yang diperoleh dari batang kenaf, nanas dan batang pisang. Tim mereka bekerja dengan resin yang terbuat dari mikroorganisme dan resin komersial seperti komposit yang terbuat dari protein kedelai dan tanaman berbahan serat. Peneliti Australia membuat plastik yang terbuat dari pati ataupun bakteri [28].

2.8 PENGUJIAN FILM PLASTIK

2.8.1 Analisis Fourier Transform Infra Red (Ftir)

Sampel yang berupa film, dtempatkan ke dalam set holder, kemudian di cari spectrum yang sesuai. Hasilnya di dapat berupa difraktogram hubungan antara bilangan gelombang dengan intensitas. Spectrum FTIR di rekam menggunakan spektofotometer pada suhu ruang [4].

2.8.2 Pengujian Kekuatan Tarik (Tensile Strength) dan Pemanjangan Saat Putus (Elongation at Break)

(35)

sampel yang putus dan dicatat gaya kuat tarik (F) dan panjang setelah putus. Selanjutnya dilakukan pengujian lembar berikutnya [29].

Persen elongasi dihitung dengan cara membagi elongasi pada saat putus dengan panjang pengukuran awal dan dikali dengan 100. Ketika tanda putus atau ekstensometer digunakan untuk menetapkan sebuah bagian spesifik yang di tes saja hanya panjang ini yang digunakan untuk perhitungan, sebaliknya jarak antara grip digunakan sebagai panjangpengukuran awal. Hasil diitunjukkan dalam persen [29].

2.8.3 Analisis Scanning Electron Microscopy (Sem)

Analisis ini digunakan sebagai data pendukung dalam pengujian kekuatan tarik, hasil uji analisa SEM dapat memberikan informasi tentang bentuk dan perubahan dari suatu bahan yang diuji dimana prinsipnya perubahan patahan, lekukan dan perubahan struktur dari bahan yang mengalami perubahan energi [30].

2.8.4 Pengujian Air Yang Diserap (Water Uptake)

Berat awal sampel yang akan diuji dtimbang (Wo). Lalu isi suatu wadah (botol/ gelas/ mangkok) dengan air aquades. Letakkan sampel plastik ke dalam wadah tersebut. Setelah 10 detik angkat dari dalam wadah berisi aquades, timbang berat sampel (W) yang telah direndam dalam wadah. Rendam kembali sampel ke dalam wadah tersebut, angkat tiap 10 detik, timbang berat sampel. Lakukan hal yang sama hingga diperoleh berat akhir sampel yang konstan. Air yang diserap oleh sampel dihitung melalui persamaan [31]:

(36)

2.9 APLIKASI DAN KEGUNAAN FILM PLASTIK BERBAHAN DASAR PATI

Film plastik berbahan pati dapat digunakan untuk berbagai aplikasi dalam industri. Ketika digunakan dalam pembuatan tas dari daur ulang sampah organik, pengemasan, dan pertanian, sifat dari film plastik ini sama dengan LDPE (low density polyethylene). Berikut adalah aplikasi andalam industri yang mengguanakan

film plastik berbahan dasar pati [13] :

1. Tas pembelian : Pertama kali dikenalkan pada tahun 1999 dan mulai digunakan di banyak supermarket di Scandinavia. Mereka mengenalkan di tempat dimana mereka menerima seperti tas kompos biodegradabel.

2. Kemasan barang konsumsi : Pasar utamanya adalah untuk kertas sutra, tetapi ada juga pasar untuk pengemasan majalah, terutama untuk barang elektronik.

3. Pengemas makanan : Pasar utama untuk tas pengemas makanan ini adalah untuk buah, sayur dan produk toko roti. Biaya yang tinggi dari produk biodegradable membatasi pasar ini, tetapi film pati memiliki keuntungan daripada plastik tradisional, mereka memungkinkan produk untuk bernafas lebih baik.

4. Tas komposit : Tas ini digunakan dalam mengumpulkan sampah organik, dimana akan dibutuhkan untuk menghasilkan suatu senyawa.

5. Kosmetik higienis : Didalam jalur higienis pada bisnis ini, polimer biodegradable ditemukan pada popok, penhapus dan bahkan pada tusuk gigi.

(37)

Gambar 2.6 Tusuk Gigi Berbahan Dasar Pati yang Dikomersialkan di Hongkong

Dalam penelitian ini, film plastik pati kentang diaplikasikan pada pembuatan plastik kemasan yang digunakan pada supermarket sebagai pengganti plastik konvensional.

Gambar 2.7 Plastik Kemasan Dari Film Plastik Pati Kentang

2.10 ANALISIS BIAYA

Dalam penelitian ini, dilakukan suatu analisa biaya terhadap pembuatan film plastik pati kentang. Rincian biaya diberikan dalam Tabel 2.5 berikut.

Tabel 2.5 Rincian Biaya Pembuatan Film Plastik Pati Kentang

Bahan dan Peralatan Jumlah Harga (Rp) Biaya Total (Rp) Kentang (Solanum tuberosum

(38)

Dari rincian biaya yang telah dilakukan di atas maka total biaya yang diperlukan untuk membuat film plastik pati kentang yaitu sebesar Rp 1.525.000,-.

Produk yang akan dihasilkan dari film plastik pati kentang yaitu plastik kemasan di supermarket pengganti plastik konvensional. Adapun dimensi plastik kemasan tersebut yang akan diproduksi, yaitu :

 Panjang = 30 cm

 Lebar = 30 cm

 Tebal = 3 mm

Adapun perkiraan biaya pembuatan 1 plastik kemasan antara lain : Tabel 2.6 Perkiraan Rincian Biaya Pembuatan Produk

Bahan dan Peralatan Jumlah yang diperlukan

Biaya Total (Rp)

Kentang 0,5 kg 4.500,-

Gliserol 3 mL 135,-

Cetakan akrilik 2 mm 1 buah 15.000,-

Cetakan akrilik 3 mm 1 buah 20.000,-

Biaya analisis produk (Uji tahan bentur)

1 buah 30.000,-

Biaya Tambahan - 7.000,-

Total Rp 76.635,-

(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik dan Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara serta Laboratorium Fisika Terpadu Universitas Negeri Medan.

3.2 BAHAN DAN PERALATAN 3.2.1 Bahan-Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Pati kentang digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastik biodegradable. 2. Air (H2O) digunakan sebagai pelarut.

3. Asam asetat glacial (CH3COOH) digunakan sebagai pelarut.

4. Natrium hidroksida (NaOH) digunakan sebagai penstabil pH. 5. Gliserol (C3H5(OH)3) digunakan sebagai plasticizer (pemplastis).

6. Kitosan digunakan sebagai pengikar air dalam larutan agar film plastik yang dihasilkan tidak mudah hancur.

3.2.2 Peralatan

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Parutan (penghalus kentang)

9. Indikator universal atau kertas lakmus 10.Neraca elektrik

(40)

12.Desikator

13.Fourier Transform Infra-Red (FTIR) SHIMADZU IR-PRESTIGE 21 14.Scanning Electron Microscopy (SEM) ZEISS – MAX 10

3.3 TAHAPAN PENELITIAN 3.3.1 Pembuatan Pati Kentang

Pembuatan pati dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut [4] :

1. 100 gram kentang diparut dan dihaluskan. Kentang tidak perlu dikupas kulitnya tetapi harus bersih

2. Kentang yang sudah dihalukan ditambahkan air sebanyak 100 ml kemudian disaring.

3. Kemudian tambahkan air untuk perendaman pati kentang. Biarkan 5 menit agar pati mengendap ke bawah.

4. Setelah mengendap, buang airnya sehingga meninggalkan pati.

3.3.2 Pembuatan Film Plastik

Pembautan film plastik dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut [4] : 1. Masukkan air sebanyak 100 ml ke dalam beaker glass dan tambahkan pati

kentang sebanyak 10 gram, asam asetat 3 ml dan gliserol 0 ml.

2. Campuran larutan pati kentang dipanaskan 1 jam pada temperatur 72-74 oC dengan menggunakan magnetic stirrer hotplate hingga mengental atau terbentuk gelatin.

3. Masukkan kertas lakmus untuk mengukur pH. Tambahkan larutan NaOH 0,1 M sampai pH larutan netral.

4. Larutan pati kental yang sudah netral dipanaskan kembali hingga terbentuk gelatin kemudian tambahkan kitosan 1 % sebanyak 100 ml kedalam larutan pati kentang.

5. Larutan pati kentang dipanaskan kembali hingga terbentuk gelatin atau mengental.

(41)

3.4 FLOWCHART PROSEDUR PENELITIAN 3.4.1 Pembuatan Pati Kentang

Dibawah ini adalah flowchart pembuatan pati kentang [4] : Mulai

Kentang diparut sebanyak 100 g

Ditambahkan air sebanyak 100 mL

Disaring sehingga didapatkan sari dari ketang

Diendapkan selama 5 menit

Apakah pati sudah mengendap?

Air dibuang

Dikeringkan pada temperatur 105oC

Selesai

Tidak

Ya

(42)

3.4.2 Pembuatan Film Plastik

Dibawah ini adalah flowchart pembuatan film plastik [4] : Mulai

Air dimasukkan ke dalam Beaker gelas sebanyak 100 mL

Ditambahkan pati kentang sebanyak 10 g, 15 g, 20 g

Ditambahkan asam asetat glasial sebanyak 3 ml

Ditambahkan gliserol sebanyak 0 ml, 1 ml, 2 ml, 3 ml

Campuran dimasukkan ke dalam beaker glass

Campuran dipanaskan selama 1 jam dengan temperatur 72-74 oC dengan menggunakan

magnetic stirrer hotplate

Apakah sudah terbentuk gelatin?

Diuji pH dengan kertas lakmus

Ditambahkan NaOH 0,1 M sampai pH netral

Apakah campuran sudah netral?

A

Tidak

Tidak Ya

(43)

A

Ditambahkan kitosan 1 % sebanyak 100 ml ke dalam larutan Larutan dipanaskan kembali hingga mengental

Larutan dipanaskan kembali hingga mengental Larutan dituang kedalam cetakan akrilik untuk proses

pencetakan

Didiamkan selama 2x24 jam di ruangan bertemperatur normal

Selesai

Gambar 3.2 Flowchart Pembuatan Film Plastik

3.5 PENGUJIAN SAMPEL

3.5.1 Analisis Fourier Transform Infra Red (FT-IR)

Sampel yang dianalisis yaitu berupa pati kentang, film plastik pati kentang tanpa gliserol dan film plastik pati kentang dengan gliserol untuk melihat apakah ada terbentuk atau tidak terbentuknya gugus baru. Analisa FT-IR dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3.5.2 Uji Kekuatan Tarik (Tensile Strength) dan Pemanjangan Saat Putus (Elongation at Break)

(44)

Uji kekuatan tarik di hitung dengan cara sebagai berikut [29] :

Pengukuran dilakukan dengan cara yang sama dengan uji kekuatan tarik. Elongasi dinyatakan dalam persentase melalui perhitungan berikut [29]:

3.5.3 Analisis Scanning Electron Microscopy (Sem)

Sampel yang dianalisis yaitu hasil uji kekuatan tarik film plastik pati kentang dengan salah satu komposisi yang memiliki sifat paling baik diantara variabel yang ada untuk melihat perubahan morfologi yang terjadi pada film plastik.

3.5.4 Pengujian Air Yang Diserap (Water Uptake)

Berat awal sampel yang akan diuji dtimbang (Wo). Lalu isi suatu wadah (botol/ gelas/ mangkok) dengan air aquades. Letakkan sampel plastik ke dalam wadah tersebut. Setelah 10 detik angkat dari dalam wadah berisi aquades, timbang berat sampel (W) yang telah direndam dalam wadah. Rendam kembali sampel ke dalam wadah tersebut, angkat tiap 10 detik, timbang berat sampel. Lakukan hal yang sama hingga diperoleh berat akhir sampel yang konstan. Air yang diserap oleh sampel dihitung melalui persamaan [31]:

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 ANALISIS FOURIER TRANSMITTER INFRA RED (FTIR)

Analisis Fourier Transform Infra Red (FT-IR) digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi yang terkandung didalam pati kentang, film plastik pati kentang tanpa gliserol, serta film plastik pati kentang dengan gliserol. Analisis FTIR ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gugus –OH pada pati kentang dan juga gugus –OH setelah pati kentang menjadi film plastik baik dengan penambahan gliserol ataupun tanpa gliserol. Pati kentang mengandung beberapa gugus fungsi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1 dan 4.2 dimana pati kentang terdiri dari amilosa dan amilopektin, diantaranya adalah O-H, C=C, dan C-H [32].

Gambar 4.1 Struktur Amilosa

(46)

4.1.1 Analisis Ftir Untuk Pati Kentang Dengan Film Plastik Pati Kentang Tanpa Gliserol

Berikut merupakan gambar hasil analisis FTIR untuk pati kentang dan film plastik pati kentang tanpa gliserol.

Gambar 4.3 Hasil Analisis FTIR Pati kentang

(47)

Untuk mengidentifikasi gugus tersebut dapat dilakukan analisis FTIR, Gambar 4.5 dibawah ini merupakan hasil analisis FTIR untuk pati kentang dengan film plastik pati kentang tanpa gliserol.

4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0

10

Gambar 4.5 Hasil Analisis FTIR Pati Kentang dan Film Plastik Pati Kentang Tanpa Gliserol

Tabel 4.1 menunjukkan hasil pembacaan analisis FTIR untuk pati kentang dengan film plastik pati kentang tanpa gliserol.

(48)

Pada Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa terdeteksinya gugus –OH pada bilangan 2978,09cm-1 menunjukkan potensi interaksi antara gugus –OH yang ada pada pati kentang dengan bahan pendukung pembuatan film plastik pati kentang tanpa gliserol dengan gugus –OH pada pati kentang yang terdeteksi pada bilangan 3579,88 cm-1. Dari hasil analisis untuk film plastik pati kentang tanpa gliserol memiliki identifikasi pembacaan gugus yang sama dengan pati kentang, tidak ada gugus baru yang terdeteksi setelah penambahan bahan pendukung pembuatan film plastik pati kentang tanpa gliserol. Beberapa gugus fungsi yang terdeteksi pada film plastik pati kentang tanpa gliserol adalah C=C(alifatik) pada bilangan 1697,36 cm-1 dan C-H(alkana) pada bilangan 2877,79 cm-1.

Terdeteksinya gugus -OH, dan gugus C-H pada film plastik pati kentang tanpa gliserol mengindikasikan bahwa pati kentang telah berinteraksi dengan bahan pendukung lain dalam pembuatan film plastik tersebut.

4.1.2 Analisis Ftir Untuk Pati Kentang Film Plastik Pati Kentang Dengan Gliserol

Berikut merupakan gambar hasil analisis FTIR untuk film plastik pati kentang dengan gliserol.

(49)

Untuk mengidentifikasi gugus tersebut dapat dilakukan analisis FTIR, Gambar 4.7 dibawah ini merupakan hasil analisis FTIR untuk pati kentang dengan film plastik pati kentang dengan gliserol :

4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0

10

Gambar 4.7 Hasil Analisis FTIR Pati Kentang dan Film Plastik Pati Kentang Dengan Gliserol

Tabel 4.2 menunjukkan hasil pembacaan analisis FTIR untuk pati kentang dengan film plastik pati kentang dengan gliserol.

(50)

Pada Gambar 4.7 dapat dilihat bahwa terdeteksinya gugus –OH pada bilangan 2970,38 cm-1 menunjukkan potensi interaksi antara gugus –OH yang ada pada pati kentang dengan bahan pendukung pembuatan film plastik pati kentang serta gliserol dengan gugus –OH pada pati kentang yang terdeteksi pada bilangan 3579,88 cm-1. Dari hasil analisis untuk film plastik pati kentang dengan gliserol terbentuk gugus fungsi baru yaitu –OH(aromatik) pada bilangan 3541,31 cm-1 karena adanya interaksi antara pati kentang serta bahan pendukung pembuatan film plastik dengan gliserol. Beberapa gugus fungsi yang terdapat pada film plastik pati kentang dengan gliserol adalah C=C (alifatik) pada bilangan 1697,36 cm-1, C=C(aromatik) pada bilangan 1589,34-1481,33 cm-1, C-H(alkena) pada bilangan 2870,08 cm-1, dan C-H(alkana) pada bilangan 2391,73 cm-1

(51)

4.2 PENGARUH VOLUME GLISEROL DAN BERAT PATI KENTANG TERHADAP SIFAT KEKUATAN TARIK (TENSILE STRENGTH) FILM PLASTIK PATI KENTANG

Gambar 4.8 menunjukkan pengaruh volume gliserol dan berat pati kentang terhadap kekuatan tarik film plastik pati kentang.

Gambar 4.8 Pengaruh Volume Gliserol dan Berat Pati Kentang Terhadap Kekuatan Tarik (Tensile Strengh) Film Plastik Pati Kentang

(52)

Penurunan nilai kekuatan tarik dikarenakan dengan penambahan volume gliserol akan menurunkan kemampuan dirspersi dari padatan sehingga menghasilkan sifat fisik yang lemah terhadap film bioplastik. Penambahan gliserol menyebabkan penurunan gaya tarik antar molekul sehingga menyebabkan ketahanan terhadap perlakuan mekanis film bioplastik tersebut akan semakin menurun.

Plasicizer merupakan bahan tambahan pada pembuatan film dari polimer. Plasicizer akan mengurangi gaya intermolekul yang dapat menyebabkan peningkatan

ruang molekul dan mobilitas dari biopolimer. Grup polar (-OH) di sekitar rantai plasicizer menyebabkan pengembangan ikatan hidrogen polimer-plastik yang

menggantikan interaksi polimer-polimer pada film biopolimer. Peningkatan konsentrasi gliserol akan menghasilkan pengurangan interaksi intermolekul sehingga pergerakan dari rantai molekul akan turun [5].

Dari Gambar 4.8 juga dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya berat pati kentan nilai kekuatan tarik mengalami fluktuatif. Dapat kita lihat nilai kekuatan tarik dari pati 10 gr mengalami penurunan pada film plastik dengan berat pati kentang 15 gr kemudian naik kembali pada saat berat pati 20 gr. Seperti pada volume gliserol 0 ml dengan berat pati 10 g, 15 g dan 20 g nilai kekuatan tariknya, yaitu 9,397 MPa, 4,204 MPa dan 4,239 MPa. Pada saat volum gliserol 1 ml nilai kekuatan tarinya seiring bertambahnya berat pati yaitu, 3,513 MPa, 3,038 MPa, 3,954 MPa. Hal ini juga terjadi pada saat volume gliserol 2 ml dan 3 ml, yaitu 3,329 MPa, 2,859 MPa, dan 3,401 MPa pada saat volum gliserol 2 ml sedangkan pada saat volume gliserol 3 ml nilai kekuatan tariknya, yaitu 2,753 MPa, 2,652 MPa dan 2,676 MPa. Adanya penurunan dan kenaikan ini diduga karena sifat pati yang tidak larut dalam air kecuali pati telah dimodifikasi [34]. Sehingga menyabakan interaksi antara pati dengan air ataupun gliserol yang bersifat hidrofilik [35] tidak terjadi dengan baik.

(53)

Gambar 4.9 (a) Hasil Analisa SEM Film Plastik Pati Kentang Tanpa Gliserol (0 ml) dan Pati Kentang 10 gr

Gambar 4.9 (b) Hasil Analisa SEM Film Plastik Pati Kentang Tanpa Gliserol (0 ml) dan Pati Kentang 15 gr

Lekukkan di permukaan

film plastik

Void pada film plastik

Lekukkan di

(54)

Gambar 4.9 (c) Hasil Analisa SEM Film Plastik Pati Kentang Dengan Gliserol 1 ml dan Pati Kentang 20 gr

Gambar 4.9 (d) Hasil Analisa SEM Film Plastik Pati Kentang Dengan Gliserol 3 ml dan Pati Kentang 15 gr

Gambar 4.9 (a) dapat dilihat morfologi dari film plastik pati kentang tersebut memiliki struktur permukaan yang tidak rata, dapat kita lihat pada gambar terdapat

Lekukan pada permukaan film plastik Void pada

film plastik

Pati yang tidak larut

(55)

lekukan-lekuakan dipermukaan film plastik tersebut. Selanjutnya pada Gambar 4.9 (b) dapat kita lihat bahwa struktur permukaan film plastik tersebut tidak rata, terdapat lekukan-lekukan juga terdapat void. Gambar 4.9 (c) pada film plastik tersebut terbentuk void dan juga lekukan-lekukan yang menujukkan permukaan film plastik tersebut tidak rata. Selanjutnya pada Gambar 4.9 (d) dapat dilihat bahwa terdapat lekukan-lekukan yang menunjukkan permukaan film tidak rata dan juga terdapat gumpalan pati yang tidak larut pada saat proses pembuatan film plastik.

Kekuatan tarik maksimum film plastik diperoleh pada saat volume gliserol 0 ml dengan berat pati 10 gr yaitu dengan nilai kekuatan tarik 9,397 MPa. Sedangkan kekuatan tarik minimum berada pada volume gliserol 3 ml dengan berat pati 15 gr yaitu sebesar 2,652 MPa.

4.3 PENGARUH VOLUME GLISEROL DAN BERAT PATI KENTANG TERHADAP SIFAT PEMANJANGAN PADA SAAT PUTUS (ELONGATION BREAK) FILM PLASTIK PATI KENTANG

Gambar 4.10 menunjukkan pengaruh volume gliserol dan berat pati terhadap pemanjangan saat putus pada film plastik pati kentang.

Gambar 4.10 Pengaruh Volume Gliserol dan Berat Pati Kentang Terhadap Sifat Pemanjangan Saat Putus (Elogation At Break) Film Plastik Pati Kentang

Dari Gambar 4.10 dapat dilihat dengan bertambahnya volume gliserol maka elongasi pada film plastik tersebut semakin meningkat. Dengan bertambahnya volum

(56)

gliserol dari 0 ml hingga 3 ml dengan interval 1 ml maka nilai pemanjangan pada saat putus meningkat. Penambahan gliserol pada film plastik akan meningkatkan persentasi elongasi.

Hal ini dapat dilihat dari data analisis yang didapatkan bahwa penambahan gliserol dari semula 0 ml yang terus meningkat menjadi 1 ml, 2 ml dan 3 ml mengalami peningkatan nilai pemanjangan saat putus yang meningkat darstis. Pada film plastik dengan pati 10 gram nilai pemanjangan saat putus dengan volume 0 ml sebesar 3,795 % dan terus meningkat seiiring bertambahnya volume gliserol dari 1 ml, 2 ml dan 3 ml, yaitu 19,265 %, 19,702 % dan 27,120 %. Begitu juga dengan film plastik dengan berat pati 15 dan 20 gram, yaitu 7,142 %, 10,340 %, 31,773 % dan 44,130 % pada berat pati 15 g. Sedangkan pada pati 20 g nilai pemanjangan saat putusnya adalah 9,779 %, 15,481 %, 18,581 % dan 31, 394 %.

Peningkatan nilai pemanjangan saat putus dari film bioplastik ini disebabkan sifat asi dari gliserol yakni sebagai plasticizer. Gliserol dapat berinteraksi dengan pati dengan cari membentuk ikatan pati-plasticizer dimana ikatan ini akan meningkatkan elastisitas dari suspense keduanya. Penambahan plasticizer juga dapat menyebabkan turunnya gaya intermolecular sepanjang rantai polimer yang meningkatkan fleksibitas [5].

(57)

menyebabkan menurunkan interaksi intermolekuler dan meningkatkan mobilitas polimer sehinga mengakibatkan peningkatan elongasi. Interaksi gliserol dengan matriks pati akan mempengaruhi elastisitasnya [36].

Pemanjangan pada saat putus maksimum film plastik diperoleh pada saat volume gliserol 3 ml dengan berat pati 15 gr yaitu dengan nilai pemanjangan saat putus yaitu 44,130 %. Sedangkan pemanjangaan saat putus minimum berada pada volume gliserol 0 ml dengan berat pati 10 gr yaitu sebesar 3,795 %.

4.4 PENGARUH VOLUME GLISEROL TERHADAP AIR YANG DISERAP (WATER UPTAKE) FILM PLASTIK PATI KENTANG Uji ketahanan air yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar daya serap film plastik terhadap air. Sifat ketahanan bioplastik terhadap air ditentukan dengan uji swelling, yaitu persentasi pengembungan film oleh adanya air. Gambar 4.11 menunjukkan pengaruh volume gliserol terhadap daya serap air film plastik pati kentang.

Gambar 4.11 Pengaruh Volume Gliserol Terhadap Air yang Diserap (Water Uptake) Film Plastik Pati Kentang

Dari Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa persen air yang diserap berbanding lurus dengan bertambahnya gliserol, yaitu pada film plastik pati kentang seiring bertambahnya volume gliserol jumlah air yang diserap makin meningkat. Semakin besar volume gliserol maka air yang diserap dari film plastik tersebut semakin besar

(58)

atau meningkat. Persen air yang diserap tertinggi pada saat penambahan gliserol pada film plastik pati kentang sebanyak 3 ml baik pada saat berat pati 10 g, 15 g dan 20 g yaitu sebesar 90,090 %, 88,889% dan 80,000 %. Sedangkan air yang diserap terendah ketika gliserol tidak ditambahkan pada film plastik patik kentang pada berat pati 10 g, 15 g dan 20 g, yaitu sebesar 66,667 %, 80,000% dan 66,667 %. Dan terus meningkat seiring bertambahnya volume gliserol jumlah air yang diserap juga semakin bertambah. Seperti pada saat volume gliserol 2 ml untuk berat pati 10 g, 15 g dan 20 g jumlah air yang diserap, yaitu 80,000 %, 81,818 %, dan 70,000%. Sedangkan pada saat volume gliserol 2 ml yaitu 88,889 %, 83,333 %, dan 71,429 %. Bahan pendukung yang digunakan pada penelitian ini adalah gliserol. Gliserol merupakan salah satu bahan yang menyebabkan film bioplastik dari pati kentang ini memiliki memiliki daya serap air yang tinggi. Hal ini dikarenakan kitosan merupakan senyawa yang hidrofilik [36].

Peningkatan jumlah air yang diserap ini dikarenakan gliserol merupakan plasticizer yang bersifat hidrofilik sehingga mampu mengikat air. Peningkatan volum

gliserol mengakibatkan air yang tertahan pada film plastik pati kentang semakin meningkat.

Peningkatan air yang diserap film plastik disebabkan adanya peningkatan sifat hidrofilik dari film plastik dengan semakin bertambahnya gugus OH dari gliserol sehingga akan semakin meningkat jumlah air yang diikat. Kadar air merupakan parameter penting untuk mementukan efek plasticizing air pada film biopolimer [37].

(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil analisis spektrum (FT-IR), uji kekuatan tarik, SEM, uji pemanjangan saat putus, uji air yang diserap (water uptake) film plastik pati kentang dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain :

1. Dari hasil analisis karakterisasi FT-IR terhadap pati kentang, film plastik pati kentang tanpa gliserol, dan film plastik pati kentang tanpa gliserol diketahui terdapat gugus hidroksil (-OH) yang menandakan telah terjadinya interaksi pati kentang dengan bahan pendukung pembuatan film plastik dan tidak terbentuk gugus baru hanya terjadi perubahan nilai regangan. Pada pati kentang nilai regangan OH pada 3579,88 cm-1, film plastik pati kentang tanpa gliserol pada 2978,09 cm-1 sedangkan film plastik pati kentang dengan gliserol pada 3541,31 cm-1 dan 2970,38 cm-1.

2. Nilai kekuatan tarik akan menurun seiring bertambahnya volume gliserol. Nilai kekuatan tarik maksimal film plastik pati kentang diperoleh pada variasi volume gliserol 0 ml dengan berat pati kentang 10 g, yaitu sebesar 9,397 MPa.

3. Nilai pemanjangan saat putus akan meningkat dengan bertambahnya volume gliserol. Nilai pemanjangan saat putus film plastik pati kentang diperoleh pada saat variasi volume gliserol 3 ml dengan berat pati kentang 15 g, yaitu 44,130 %. 4. Pengaruh penambahan berat pati menghasilkan nilai yang fluktuatif baik pada

nilai kekuatan tarik dan juga pada nilai pemanjangan saat putus.

5. Dari hasil analisa SEM dapat dilihat bahwa permukaan film plastik yang terbentuk tidak rata. Ada beberapa lekukan, patahan serta void yang terbentuk pada film plastik pati kentang.

(60)

5.2 SARAN

Demi kesempurnaan penelitian ini, maka peneliti menyarankan :

1. Disarankan untuk melakukan pengujian lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, seperti uji densitas, uji ketebalan, uji tranmisi air, dan lain-lain agar dihasilkan film plastik yang lebih baik.

(61)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Huda, Thorikul, dan Feris Firdaus. 2007. Karakteristik Fisiokimiawi Film Plastik Biodegradable dari Komposit Pati Singkong-Ubi Jalar. Jurnal

LOGIKA. Vol. 4. No.2. ISSN 1410-2315.

[2] Desnelli dan Miksusanti. 2010. Studi Biodegradasi Blend PVC-Minyak Nabati Epoksi Sebagai Salah Satu Upaya Mengurangi Pencemaran

Lingkungan Oleh Limbah Plastik. Jurnal Penelitian Sains. Vol. 13 . No. 2(C)

13207. Hal. 33-36

[3] Sunarti TC, Nunome T, Yoshio N, Hisamatsu M. 2001. Study on outer chains from amylopectin between immobilized and free debranching

enzymes. Journal of Applied Glycoscience. Vol. 48. No. 1. Hal. 1-10. ISSN :

1344-7882.

[4] Huri, Daman dan Fitri Choirun Nisa. 2013. Pengaruh Konsentrasi Gliserol dan Ekstrak Ampas Kulit Apel Terhadap Karakteristik Fisik dan Kimia

Edible Film (The Effect of Glycerol and Apple Peel Waste Extract

Concentration on Physical and Chemical Characteristic of Edible Film).

Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No. 4. Hal. 29-40.

[5] Darni, Yuli dan Herti Utami. 2010. Studi Pembuatan dan Karakteristik Mekanik dan Hidrofobisitas Bioplastik dari Pati Sorgum. Jurnal Rekayasa

Kimia dan Lingkunga. Vol.7. No.4. Hal. 190-195. ISSN 1412-5064.

[6] Firdaus, Feris dan Chairil Anwar. 2004. Potensi Limbah Padat-Cair Indutri Tepung Tapioka sebagai Bahan Baku Film Plastik Biodegradabel. Jurnal

LOGIKA. Vol. 1. No. 2. Hal. 38-44. ISSN 1410-2315.

(62)

[8] Crawford, RJ. 1998. Plastics Engineering. 3rd ed. Singapura : John Willey & Sons, Ltd.

[9] Al Ummah, Nathiqoh. 2013. Uji Ketahanan Biodegradable Plastic Berbasis Tepung Biji Durian (Durio Zibethinus Murr) Terhadap Air Dan Pengukuran

Densitasnya. Semarang : Univesitas Negeri Semarang.

[10] Tokiwa Y. Calabia, B.P., Ugwu, C.U., dan Aiba, S. 2009. Biodegradability of Plastic. International Journal of Molecular Science. Vol. 10. Hal. 3722-3742.

[11] Griffin, G. J. L. 1994. Chemistry and Technology of Biodegradable Polimer. London : Chapman & Hall.

[12] Sanjaya, G. L. dan Puspita, L. 2010. Pengaruh Penambahan Khitsan dan Plasticizer Gliserol pada Karakteristik Plastik Biodegradable dari Pati

Limbah Kulit Singkong. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[13] Averous, Luc dan Olivier Vilpoux. 2000. Chapter 18 Starch-Based Plastics. Didalam : Book 3-Technology, use and potentialities of Latin American Tubers. Proceeding of The Food Biopack Conference. Copenhagen :

Denmark Conference. Hal : 521-549

[14] Ophardt, Charles E. 003. Starch. Virtual Chembook El mhusrt Collage. http://www.elmhurst.edu/~chm/vchembook/547starch.html

[15] Nadiah, Nurul Binti Md Aini. 2010. Biodegradable Biocomposite Strach Based Film Blanded With Chitosan And Gelatin. Pahang : Universiti

Malaysia Pahang.

[16] Nand, Viveka dan M. K. Chourasia. 2010. Studies on Storage of Potato (Salanum tuberosum L.) in India. Dikutip dari

(63)

[17] Woolfe, Jennifer A., 1987. The Potato in The Human Diet. Inggris : Cambridge University Press.

[18] Franco, E., Horton, D., Corbaoui, R., Tomassini, L., dan Tardieu, F. 1981. Evaluacion Agroeconomica de Ensayos Conducidos en Campos de

Agricultores en el Valle del Mantaro (Peru). Lima : International Potato

Center.

[19] UNEP. 2002. Glycerol. Dikutip dari http://www.chem.unep.ch/sids/oecdsids/ 56815.pdf. Diakses pada 12 juni 2012.

[20] Kroschwitz, Jacqueline L., and Arza Seidel. 2006. Kirk-Othmer Enclopedia of Chemical Technology. Vol. 20. Ed. 5. University of Michigan : Willey.

[21] Dutta, Pradip Kumar, Joydeep Dutta dan V S Triphati. 2004. Chitin and Chitosan : Chemistry, Properties and Applications. Journal of Scientific &

Industrial Reaserch. Vol 63. Hal. 20-31

[22] Rinaudo, Marguerite. 2006. Chitin and Chitosan : Properties and Applications. Journal ScienceDirect : Program In Polymer Science Vol. 31.

Hal. 603-632. Elsevier Ltd.

[23] Bio Chitosan Indonesia. 2013. Certificate of Analysis Chitosan. Bandung : CV Bio Chitosan Infonesia.

[24] Ratnayake Wajira S. dan Jackson David S. 2008. Chapter 5 : Starch Gelatinization. Journal Advances in Food and Nutrition Research. Vol. 55.

Gambar

Gambar 2.4 Deasitelasi Sebagian Kitin
Tabel 2.2 Sifat Fisika Kitosan [23]
Gambar 2.5 Tas Kemasan Biodegradable yang Dikomersialkan Pada Supermarket di
Tabel 2.5 Rincian Biaya Pembuatan Film Plastik Pati Kentang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Algoritma untuk menentukan jalur kritis dilakukan dengan menghitung waktu mulai tercepat (earliest start time) dan waktu selesai terlama (latest finish time) untuk

(2) Dalam hal kewenangan memberikan Keputusan Pemberian Pengurangan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan berada pada Bupati dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4), Pejabat

Ronick thought for a moment and then said, „I take it these two,‟ he jerked a thumb between Leela and Keefer, „will be fighting this duel?‟. „It‟s what our guests

[r]

yang pada tahun 1980-an menyelamatkan embrio manuskrip yang penulis susun untuk Mata Kuliah Dasar-dasar Perlindungan Tanaman pada Fakultas Pertanian Universitas Lampung.Ketika

PERMINTAAN PASAR INDUSTRI SURATKABAR HARIAN PAGI DENGAN KEHADIRAN FRINGE

yang menyebabkan penyakit Mycosphaerella Leaf Blotch (MLB), bintik daun, dan kerut daun pada jenis Eucalyptus spp., dan (2) Mahasiswa dapat

menyelesaikan Tugas Akhir “Pra Rencana Pabrik Ethyl Ether Dari Ethyl Alcohol.. Dan Sulfuric Acid Dengan Proses Dehydrogenation”, dimana Tugas