• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ro i : limpasan permukaan pada bulan ke i (mm)

IV. PEMBAHASAN 4.1 Neraca Air Lahan

4.2. Pengaruh Waktu Tanam terhadap Biaya Produksi Kentang

Faktor-faktor biaya produksi seperti biaya pupuk organik dan anorganik, biaya obat, dan biaya tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh waktu tanam. Faktor biaya produksi inilah yang nantinya akan mempengaruhi profitabilitas yang didapatkan oleh petani kentang. Pemilihan waktu tanam yang paling baik dapat memaksimalkan produksi yang dihasilkan dan meminimalkan biaya yang dikeluarkan.

Petani di Cikajang Garut menanam kentang sepanjang tahun dan dibagi dalam tiga musim tanam yaitu musim tanam bulan Januari sampai April, Mei sampai Agustus dan September sampai Desember. Analisis usahatani secara umum dapat dilihat pada Tabel 7. Musim tanam Januari-April menghasilkan produksi rata-rata terbesar yaitu 21 ton/ha, sedangkan pada musim

tanam Mei-Agustus mengalami penurunan yang cukup tajam dengan produksi rata-rata 20.2 ton/ha. Musim tanam September- Desember petani menghasilkan produksi rata-rata sebesar 15.7 ton/ha. Hal ini berkaitan erat dengan kadar air tanah hasil analisis neraca air (Gambar 3). Penanaman pada musim tanam Januari akan dipanen pada bulan April, sedangkan pada bulan ini kadar air tanahnya masih tinggi. Penanaman pada musim tanam bulan Mei akan dipanen pada bulan Agustus. Pada pertengahan musim tanam ini mulai terjadi penurunan kadar air tanah tetapi kadar air tanah masih mencukupi untuk proses pertumbuhan kentang selama musim tanam. Pada musim tanam September yang akan dipanen pada bulan Desember mengalami kekurangan air dari awal musim tanam hingga bulan November sehingga hasil panen pada musim tanam ini sangat menurun drastis.

Tabel 6. Tabel neraca air lahan (mm) di daerah Cikajang

Bulan CH ETP CH-ETP APWL KAT dKAT ETA Defisit Surplus Run-off

Jan 324 72 252 300 0 72 0 252 126 Feb 355 72 283 300 0 72 0 283 205 Mar 394 70 324 300 0 70 0 324 264 Apr 251 70 181 300 0 70 0 181 253 May 99 73 26 300 0 73 0 26 223 Jun 72 69 3 300 0 69 0 3 124 Jul 33 64 -31 -31 272 -28 61 3 0 Aug 19 69 -50 -81 232 -40 59 10 0 Sep 20 73 -53 -134 197 -35 55 18 0 Okt 133 74 59 256 59 74 0 0 0 Nov 318 73 245 300 4 73 0 241 121 Des 276 72 204 300 0 72 0 204 162

Gambar 3. Neraca air bulanan di daerah Cikajang 0 50 100 150 200 250 300 350 400

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des

Ti n g g i ai r ( m m ) bulan CH KAT ETP

8

Tabel 7. Analisis usaha tani tanaman kentang di Cikajang-Garut waktu tanam produksi rata-rata

(Ton/Ha) harga jual (Rp/Kg) hasil (Rp) total biaya(Rp) Profit(Rp)

Jan-Apr 21.0 2,000 42,066,667 20,716,667 21,350,000

Mei-Agus 20.2 2,000 40,416,667 21,960,417 18,456,250

Sep-Des 17.5 2,000 34,944,444 21,748,611 13,195,833

4.2.1 Biaya Pupuk

Berdasarkan survei yang dilakukan di Cikajang, pupuk organik yang digunakan oleh petani kentang di daerah tersebut adalah pupuk kandang, sedangkan pupuk anorganik yang digunakan adalah Urea, TSP, dan ZA. Berdasarkan Gambar 4, pada ketiga musim tanam yaitu periode bulan Januari sampai April, Mei sampai Agustus, dan bulan September hingga Desember, terlihat bahwa biaya pupuk organik yang tertinggi terjadi pada periode waktu tanam bulan September sampai Desember sebesar 5.05 juta rupiah dan terendah pada periode Mei sampai Agustus sebesar 3.7 juta rupiah. Penggunaan pupuk organik dilakukan pada awal musim tanam. Pada periode ini, pada awal musim tanam memiliki curah hujan yang besar sehingga dibutuhkan pupuk yang banyak karena pupuk yang diberikan banyak yang terbawa bersama runoff, sedangkan pada periode Mei sampai Agustus, pada awal waktu tanam curah hujan kecil sehingga tidak terjadi runoff. Jumlah pupuk yang digunakan lebih sedikit karena pupuk yang digunakan tidak terbawa bersama runoff.

Biaya pupuk anorganik tertinggi pada periode waktu tanam Januari-April sebesar 2.7 juta rupiah dan terendah pada periode waktu tanam Mei-Agustus sebesar 2.4 juta rupiah. Pemberian pupuk anorganik dilakukan pada pertengahan periode tanam. Pada periode tanam bulan Januari hingga April, curah hujan pada pertengahan waktu tanam sangat tinggi sehingga pupuk anorganik yang diberikan sebagian besar akan terbawa bersama runoff, sedangkan pada periode tanam Mei hingga Agustus, pada pertengahan waktu tanam curah hujan sangat kecil bahkan tidak ada curah hujan, sehingga pupuk yang diberikan tidak terbawa bersama runoff.

Jumlah pupuk yang digunakan dipengaruhi oleh curah hujan dan runoff yang terjadi di daerah tersebut. Semakin besar curah hujan yang terjadi menyebabkan runoff semakin tinggi dan akan membawa sebagian besar pupuk organik bersama aliran runoff tersebut. (Snyder, 1998)

4.2.2 Biaya Obat

Pengobatan oleh petani kentang bertujuan untuk meminimalkan resiko gagal panen yang disebabkan oleh serangan organisme pengganggu tanaman yang berjangkit selama musim tanam. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Hama menimbulkan gangguan tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga, tungau, vertebrata, moluska. Penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman, disebabkan oleh cendawan, bakteri, fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan tingkat tinggi. (Wiyono, 2007)

Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim. Penyakit tanaman lebih banyak menyerang pada saat musim hujan dibandingkan dengan musim kering (Wiyono, 2007). Berdasarkan Gambar 4, biaya obat yang dikeluarkan petani terbesar terjadi pada periode waktu tanam Januari sampai April dan biaya terendah terjadi pada periode waktu tanam Mei sampai Agustus. Pada periode waktu tanam Januari samapai April dan September sampai Desember biaya obat yang dikeluarkan petani lebih tinggi dibanding biaya pada periode waktu tanam Mei sampai Agustus, hal ini disebabkan karena curah hujan dan kelembaban nisbi yang tinggi pada priode waktu tanam tersebut, sehingga kondisi lingkungan tanaman pada waktu tersebut lebih lembab dan dapat mempercepat laju pertumbuhan penyakit.

Berdasarkan survey yang dilakukan, jenis penyakit yang sering menyerang tanaman kentang di Cikajang seperti arok atau penyakit busuk daun, hama bereng yang menyerang daun, penyakit kresek yang menyerang umbi ulat dan gulma yang menjadi kompetitor kentang. Untuk antisipasi serangan hama dan penyakit tersebut petani biasanya menggunakan obat seperti Bemolish, Draconil, dan Antracol.

9

Gambar 4. Biaya rata-rata pada setiap musim tanam 4.2.3 Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan selama priode musim tanam antara lain biaya tenaga kerja untuk pengolahan lahan, biaya tenaga kerja untuk pemupukan, biaya tenaga kerja untuk perawatan gulma dan penyakit, biaya tenaga kerja untuk panen dan biaya tenaga kerja untuk distrtibusi hasil panen dari perkebunan kepada distributor atau agen pengumpul. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dihitung berdasarkan banyaknya jumlah pekerja dan jumlah hari kerja. Upah tenaga kerja di Cikajang-Garut berkisar antara Rp.10,000 sampai Rp.15,000 per hari untuk satu orang pekerja.

Berdasarkan survey, biaya tenaga kerja tertinggi terjadi pada priode waktu tanam Januari, sampai April dan terendah pada priode waktu tanam Mei sampai Agustus (Gambar 4). Pada waktu tanam Januari sampai April, biaya yang dikeluarkan lebih tinggi dikarenakan pada waktu tanam tersebut curah hujan tinggi sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak untuk pemupukan dan pemberian obat. Selain itu, pada saat musim hujan upah tenaga kerja menjadi lebih tinggi karena para pekerja bekerja dengan kondisi hujan. Pada periode waktu tanam Mei sampai Agustus biaya tenaga kerja terbesar dikeluarkan untuk pengairan. Biaya pemupukan dan pengobatan lebih kecil pada waktu tanam Mei sampai Agustus, hal ini disebabkan karena pada waktu tanam tersebut kondisi perkebunan kentang lebih kering sehingga pemupukan dan pengobatan lebih jarang dilakukan.

4.3 Pengaruh Musim Tanam Terhadap

Dokumen terkait