• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.3 Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di SMA Kristen Satya Wacana

4.3.5 Pengaruh yang diharapkan dan tidak diharapkan

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, ada dua perilaku yang muncul sebagai hasil pembelajaran berbasis kontekstual pada bidang PAK. Sikap yang diharapkan berdasarkan program ini adalah siswa mampu tidak hanya mengkaitkan materi pembelajaran dengan pengalaman, namun menerapkannya untuk menyelesaikan masalahnya. Ini telah berhasil dilakukan oleh beberapa siswa dengan baik. Perilaku yang di harapkan lainnya adalah siswa memiliki sikap positif dan kehidupan spiritual yang lebih baik. Beberapa siswa menyatakan bahwa pembelajaran PAK membuat mereka lebih mengenal Tuhan-nya dan bersikap lebih baik dalam menghargai sesama. Penulis melihat berhasilnya program

90

pembelajaran ini mengarahkan siswa untuk mencapai manfaat yang diharapkan melalui perilaku siswa.

Di sisi lain, muncul perilaku yang tidak diharapkan dari program ini. Perilaku ini adalah mereduksinya sikap hormat atau penghargaan siswa kepada guru. Keakraban guru dan siswa melalui komunikasi personal yang dibangun oleh guru membuat siswa menjadi terlalu nyaman. Dampak yang muncul adalah berkurangnya rasa penghargaan siswa kepada guru. Hal ini ditunjukkan dengan penggunaan bahasa Jawa kasar beberapa siswa kepada guru dan ketidakmampuan siswa membedakan cara bersikap kepada teman dan guru. Penulis mengkaji perlunya sikap tegas guru untuk mengingatkan siswa untuk membedakan cara bersikap. Jika tidak, maka kewibawaan guru sebagai pengajar tidak lagi ada. Hal ini akan berdampak pada sikap meremehkan proses pembelajaran di kelas sehingga tujuan pembelajaran sama sekali tidak tercapai.

4.3.6 Analisa hasil program

Pada analisa hasil program, guru telah menyadari bahwa program ini tidak berhasil secara merata. Ketidakberhasilan ini disebabkan karena tidak seluruh peserta yang memperhatikan pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, hanya sebagian siswa yang memperhatikan apa yang sedang diajarkan oleh guru,

91

sehingga siswa yang tidak memperhatikan hanya akan sampai pada pemahaman teoritis. Program pembelajaran PAK berbasis kontekstual tidak boleh terhenti pada

pemahaman teoritis (Sa’ud, 2010: 163).

Hasil pembelajaran berdasarkan blanko penilaian menunjukkan adanya kesenjangan antara siswa yang memperhatikan dan tidak. Siswa yang memberi perhatian akan lulus atau lebih dari KKM yang ditentukan, sedangkan siswa yang tidak memberi perhatian akan cenderung lulus pada batas nilai KKM atau harus mengikuti remidiasi.

Analisa ini menunjukkan perlunya guru menemukan cara yang lebih baik untuk menarik perhatian siswa. Perhatian ini dimaksudkan agar siswa secara menyeluruh terlibat dalam pembelajaran. Jika siswa terlibat penuh dalam pembelajaran, maka materi dan tujuan pembelajaran yang diharapkan akan tercapai. Siswa tidak hanya menghafal materi, namun dapat mengaplikasikan materi dengan pengalaman sehari-hari.

Dalam kehidupan spiritual, untuk mencapai profil

siswa “strong in Christian character”, guru harus lebih

menekankan pada disiplin spiritual. Disiplin spiritual memang telah dicontohkan dengan memulai pembelajaran dengan renungan bersama. Namun penulis melihat bahwa ini belum cukup. Disiplin spiritual dapat ditambahkan dengan cara mewajibkan siswa membawa

92

Alkitab tanpa meminjam atau menekankan pada penerapan nilai-nilai Kekristenan. Dalam praktiknya, guru mengijinkan siswa menggunakan telepon genggam sebagai pengganti Alkitab fisik.

Hasil wawancara menyatakan kurangnya kerjasama guru dengan orang tua. Kerjasama ini dapat dibangun dengan meminta perhatian orang tua dalam membimbing siswa selain untuk rajin belajar, tetapi juga membimbing kehidupan spiritual siswa. Guru dapat membangun relasi dengan orang tua untuk mengetahui latar belajang siswa lebih mendalam, meminta bantuan orang tua jika siswa mengalami kemunduran prestasi atau bersama-sama mencari jalan keluar atas permasalahan yang dihadapi siswa.

Program pembelajaran berbasis kontekstual ini didukung secara penuh oleh sekolah. Ini dapat dilihat dengan penyediaan fasilitas alat musik, Alkitab dan Kidung Jemaat, dan buku pujian di ruang agama. Dukungan lain berupa pendanaan untuk program re-treat dan perayaan hari raya Kristiani serta pendanaan untuk kebutuhan media pembelajaran siswa.

Secara umum evaluasi analisa hasil pembelajaran berbasis kontekstual pada bidang studi PAK di SMA Kristen Satya Wacana telah berjalan baik. Guru menyadari kekurangan dan hambatan yang dialami selama proses pembelajaran. Pihak sekolah telah

93

mendukung program pembelajaran ini sehingga tujuan profil siswa yang diharapkan tercapai. Pemberian teladan bagi tiap guru (tidak hanya guru PAK) juga diperlukan untuk mewujudkan profil ini. Dengan cara demikian maka siswa tidak hanya mendapatkan materi tentang Kekristenan tetapi mendapatkan teladan yang baik dan dekat dengan siswa, yaitu guru.

Hasil analisa program yang penulis temukan adanya pengembangan pembelajaran berbasis kontekstual yang relevan untuk diterapkan pada bidang studi Pendidikan Agama Kristen. Guru menggunakan asas pendampingan pastoral untuk mengetahui permasalah siswa secara mendalam. Pendampingan pastoral ini bukan bertujuan untuk menyelesaikan masalah siswa, tetapi membantu siswa menemukan jalan keluar atas masalahnya secara mandiri. Guru menggunakan asas-asas Kekristenan dalam pendampingan ini sehingga tidak menyalahi tugas atau mengambilalih tugas guru BK. Dengan demikian pengembangan pembelajaran berbasis kontekstual ini terletak pada penggunakan asas pendampingan pastoral pada pembelajaran PAK.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis peroleh, ada beberapa perkembangan dari beberapa hasil penelitian yang penulis kutip. Pada penelitian yang dilakukan oleh Putu Agus Putra Adnyana, Ni Ketut Suarni

94

dan Ni Wayan Koyan (2014) maupun Sulistyowati (2010), metode pembelajaran kontekstual tidak hanya memberi pengaruh pada kemampuan analitik siswa tetapi juga pada kemampuan sosial. Pada dua penelitian ini, CTL diterapkan pada mata pelajaran Kewarganegaraan dan sikap nasionalisme.

Dalam penelitian ini penulis memperoleh hasil yang senada yaitu adanya peningkatan kemampuan analitik siswa untuk memahami topik mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen yang abstrak dan doktrinal. Di samping itu siswa berhasil menerapkan pemahaman atas topik pembelajaran untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. Hal ini merupakan perkembangan dari temuan Armiati dan Febriani (2013), yaitu penerapan CTL untuk terhenti pada pemecahan permasalahan matematika. Di samping itu, hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kehidupan spiritualitas siswa meskipun belum terjadi secara merata. Peningkatan spiritualitas ini ditunjukkan dengan berkurangnya tindak kekerasan antar siswa, sikap menghargai satu sama lain, dan peningkatan kehikmatan siswa saat beribadah.

Dari tiga hasil penelitian yang penulis kutip, ketiganya tidak mengevaluasi guru dalam mempersiapkan pembelajaran berbasis CTL. Dalam penelitian ini, penulis mengevaluasi program pembelajaran PAK berbasis CTL dari segi kemampuan manajerial pembelajaran. Penulis

95

menemukan bahwa guru telah berusaha mempersiapkan dan mengkaitkan topik pembelajaran dengan konteks sekolah (visi dan misi) dan konteks siswa (ekonomi, sosial, dan budaya).

Empat asas CTL yang penulis pilih sebagai indikator pembelajaran PAK berbasis CTL dalam penelitian ini yaitu konstrukstivisme, pemodelan, refleksi dan penilaian nyata telah diterapkan oleh guru baik dalam tahap perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran maupun evaluasi pembelajaran. Dalam penelitian ini pun ditemukan pengembangan asas CTL, di mana guru menggunakan metode pendampingan pastoral untuk mengetahui dan membantu siswa memecahkan masalah yang sedang dialaminya.

Dokumen terkait