• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kontekstual Bidang Studi Pendidikan Agama Kristen di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga T2 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kontekstual Bidang Studi Pendidikan Agama Kristen di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga T2 BAB IV"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

50

Bab IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

4.1 Profil SMA Kristen Satya Wacana

SMA Kristen Satya Wacana atau lebih dikenal dengan SMA Laboratorium terletak di Jalan Diponegoro No. 52-60 Salatiga. Bangunan sekolah ini masih menjadi bagian dari Universitas Kristen Satya Wacana dan berada di bawah badan penyelenggara YPTK Satya Wacana. Secara fisik, sekolah ini memiliki bangunan berlantai tiga yang didesain secara modern.

SMA Kristen Satya Wacana memiliki visi untuk menjadi sekolah yang visioner. Melalui visi tersebut, SMA Kristen Satya Wacana menjabarkannya dalam tiga misi, yaitu:

1. Tanggap terhadap segala perubahan yang terjadi dalam bidang pendidikan,

2. Bersaksi dan berinovasi dalam bidang pendidikan, 3. Meningkatkan jejaring baik antar sekolah maupun

universitas.

SMA Kristen Satya Wacana mengangkat empat profil yang harus dimiliki siswa maupun alumninya, yaitu

(2)

51

Kristen merumuskan nilai-nilai utama dalam akronim LOVE: listen, obey, virtues, dan emotional control.

Dalam pelayanannya sebagai lembaga pendidikan, SMA Kristen Satya Wacana telah menerapkan kurikulum 2013 untuk kelas X dan XI, sedangkan kelas XII masih menggunakan KTSP. Proses belajar mengajar menggunakan sistem moving class, serta menyediakan program pengayaan dan persiapan olimpiade bagi peserta didik berbakat. SMA Kristen Satya Wacana juga menyediakan program beasiswa dan pengembangan diri baik di bidang seni, olahraga, jurnalistik, penelitian, dan bahasa Inggris. Di samping itu, SMA Kristen Satya Wacana juga menyediakan program pertukaran pelajar dengan beberapa sekolah di Melbourne Australia seperti Aitken College, Eltham College, Eltham High School, Eltham Catholic Ladies College, dsb.

(3)

52

mengadakan beberapa kegiatan yang tidak hanya bersifat eksklusif, tetapi juga kegiatan sosial.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1 Relevansi program terhadap konteks

Berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa guru dan kepala sekolah, siswa SMA Kristen Satya Wacana berasal dari latar belakang yang beragam, baik secara ekonomi, sosial dan budaya.

GBK: Siswa di sekolah ini berasal dari berbagai macam latar belakang. Secara budaya memang di dominasi siswa yang berasal dari pulau Jawa, namun demikian beberapa siswa berasal dari luar pulau Jawa bahkan ada yang berasal dari Papua karena program pemerintah. Demikian pula secara ekonomi, sebagai besar berasal dari kalangan menengah ke atas, sehingga soal kemampuan finansial tidak terlalu ada banyak hambatan jika ada kebutuhan pendanaan berkaitan dengan proses belajar mengajar.

Pernyataan tersebut didukung oleh jawaban Kepala Sekolah, yang juga menambahkan siswa berasal dari budaya yang beragam.

(4)

53

Berdasarkan studi dokumentasi, SMA Kristen menyatakan diri sebagai cerminan Indonesia Mini. Sebanyak 60% peserta didik berasal dari luar kota Salatiga dan luar pulau Jawa. Berdasarkan data ini, Guru Agama menyatakan adanya tantangan yang cukup berat dalam menjalankan pembelajaran PAK berbasis kontekstual di sekolah ini.

GA1: Siswa di tempat ini berasal dari bermacam latar belakang. Ini yang membuat saya harus mempersiapkan pembelajaran dan mengkaitkan topiknya dengan kehidupan mereka sehari-hari. Namun ada kesulitan bahwa perbedaan latar belakang ekonomi, sosial dan budaya itu ditambah dengan anggapan bidang studi PAK sebagai mata pelajaran pelengkap rapor saja, sehingga siswa lebih banyak tidak antusias untuk mengikuti pelajaran ini. Makanya saya berusaha mengkaitkan topiknya dengan kehidupan sehari-hari mereka secara umum sebagai remaja.

Guru Agama lainnya yang baru mengajar beberapa bulan di tempat ini juga menyatakan hal yang senada mengenai pembelajaran PAK yang harus mengena secara kontekstual.

(5)

54

Dapat disimpulkan bahwa ada usaha dari guru Agama untuk mengemas pembelajaran PAK dengan konteks. Konteks dalam hal ini bukan hanya latar belakang ekonomi, sosial dan budaya, melainkan konteks siswa sebagai remaja yang juga memiliki permasalahan sehari-hari. Program pembelajaran PAK ini dikemas agar relevan untuk menjawab kebutuhan siswa dalam menghadapi permasalahan sehari-hari.

S1: Guru sering memberikan contoh-contoh kisah Alkitab dan analoginya dengan pengalaman sehari-hari kami. Akhirnya kami menjadi paham dan mengerti tentang topiknya, bahkan kadang membantu saya untuk menghadapi masalah saya.

Pernyataan siswa di atas didukung dengan hasil wawancara beberapa siswa lainnya, yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran PAK siswa diajak untuk menganalogikan topik dengan pengalaman sehari-hari. Dengan cara itu, siswa menjadi lebih paham materi yang diajarkan dan merasakan adanya manfaat praktis.

4.2.2 Manfaat program

(6)

55

teoritis. Pemilihan teks Alkitab juga dikembangkan dan ditafsir oleh guru untuk mempermudah siswa dalam memaknai teks tersebut. Dengan hal ini diharapkan siswa tidak hanya menghafal teks Alkitab dan materi pembelajaran namun juga memahaminya secara praktis bagi kehidupan sehari-hari.

Hasil observasi tersebut juga dibenarkan oleh guru pengampu PAK, yakni tugasnya adalah untuk membuat siswa memahami makna teks, bukan menghafal teks Alkitab. Ditambahkan pula bahwa tema pembelajaran sering dikembangkan agar tidak terpaku pada buku pegangan saja.

GA2: Saya berusaha membuat siswa tidak hanya hafal ayat-ayat Alkitab, sehingga saya membantu mereka untuk memahaminya. Caranya dengan memberikan tafsiran sederhana yang sifatnya aplikatif bagi mereka. Temanya juga sering saya kembangkan dari buku paket yang dipakai, karena kadang tema di buku paket beberapa kali diulang.

Jawaban yang sedikit berbeda diberikan oleh guru PAK senior yang mengajar di kelas XII. Ada sedikit kesulitan untuk memaparkan teks bagi siswa kelas XII, mengingat banyak di antara siswa yang menganggap mata pelajaran PAK bukanlah mata pelajaran inti di ujian nasional nantinya.

(7)

56

terjadi dalam kehidupan mereka sehingga materinya juga tidak hanya sampai pada teori, tapi bisa bermanfaat bagi mereka sehari-hari.

Berdasarkan jawaban guru pengampu PAK, manfaat yang diharapkan bukanlah manfaat teoritis saja. Manfaat praktis yaitu dengan cara mengambil contoh-contoh konkrit atas pengalaman siswa sebagai remaja diharapkan mampu membantu siswa untuk memahami materi yang bersifat abstrak menjadi contoh konkret yang dapat diterapkan siswa sehari-hari.

Di pihak siswa, manfaat praktis yang diharapkan oleh guru PAK telah dirasakan secara maksimal. Beberapa siswa menyatakan bahwa mereka mampu memaknai materi yang diajarkan tidak sampai pada konsep menghafal. Beberapa penafsiran teks Alkitab yang diberikan membantu mereka untuk memaknai teks Alkitab yang cukup abstrak bagi mereka.

S3: Guru kami sering menyampaikan teks Alkitab untuk memberi contoh teladan pada masa Alkitab. Ketika kami kesulitan, guru akan menjelaskan kembali dan memastikan kami paham dengan maknanya. Kami juga diminta untuk mempresentasikan ayat Alkitab yang kami pilih, jika ada kesalahan guru akan segera membantu kami untuk membetulkan.

(8)

57

selanjutnya mereka akan dibantu untuk mengkaitkan tokoh atau makna ayat tersebut dengan mengambil contoh dalam kehidupan mereka.

Setelah tahap pemaknaan materi atau teks Alkitab, guru PAK di kelas X dan XI menggunakan metode tanya jawab untuk mengetahui permasalahan apa yang sedang terjadi di antara siswa. Metode ini digunakan untuk mengenal siswa lebih dalam dan membantu siswa untuk menemukan solusi atas permasalahan tersebut.

GA2: Biasanya setelah pelajaran saya memberi ruang untuk mereka bercerita atau saya bertanya beberapa hal mengenai materi pembelajaran yang ada kaitannya dengan mereka. Dari sini saya kenal mereka lebih jauh, dan saya jadi tahu permasalahan mereka. Jika perlu ada tindak lanjut dari cerita yang mereka sampaikan, saya akan ajak mereka berbicara secara pribadi untuk memberi bantuan pendampingan secara pastoral.

Seorang siswa membenarkan cara yang digunakan oleh guru PAK tersebut. Ia pernah diminta untuk menceritakan masalahnya di depan kelas, kemudian setelahnya ia mendapatkan bantuan pendampingan pastoral oleh guru PAK. Menurutnya, ia merasa terbantu untuk menemukan solusi dari masalah yang sedang ia hadapi.

(9)

58

Penulis menyimpulkan bahwa usaha mengkontekskan materi pembelajaran PAK tidak hanya sampai pada mencari contoh nyata dalam kehidupan siswa sehari-hari, namun juga memberikan bantuan pendampingan pribadi kepada siswa. Dengan cara ini, materi yang disampaikan tidak sekedar memberi manfaat praktis bagi siswa untuk berperilaku, tetapi juga membantu siswa menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi.

4.2.3 Input

Dalam aspek masukan (input) terdapat tiga cakupan, yaitu guru, siswa dan sarana prasarana pembelajaran yang ada di SMA Kristen Satya Wacana.

4.2.3.1 Guru

Guru sebagai fasilitator pembelajaran PAK di SMA Kristen Satya Wacana berjumlah dua orang. Seorang guru (GA1) merupakan alumni fakultas teologi, sedangkan guru lainnya (GA2) alumni program Pendidikan Agama Kristen. GA1 mengajar khusus untuk kelas XII, sedangkan GA2 mengajar kelas X dan XI.

(10)

59

kontekstualisasi di masa pendidikannya. Demikian pula GA2 yang secara khusus memiliki bekal tentang Pendidikan Agama Kristen. Keduanya tidak mengalami kesulitan dalam hal mempersiapkan materi pembelajaran berbasis kontekstual.

Pernyataan GA1 dan GA2 didukung oleh pernyataan Kepala Sekolah, yang mengatakan bahwa guru agama di SMA Kristen Satya Wacana telah memiliki kompetensi yang baik untuk mengajar. Beliau yakin bahwa latar belakang pendidikan yang berbeda mampu memperkuat pembelajaran PAK di SMA Kristen Satya Wacana dan sangat dimungkinkan untuk saling melengkapi. Peluang kerja sama juga muncul bersama guru BK, sehingga dalam hal penyelesaian masalah siswa guru agama bisa mengkomunikasikan apa yang ditemui di kelas kepada guru BK.

4.2.3.2 Siswa

(11)

60

penghargaan berupa beasiswa maupun kemudahan biaya administrasi lainnya.

Siswa yang belajar di tempat ini berasal dari latar belakang yang berbeda. Seperti yang telah disampaikan dalam wawancara baik bersama Kepala Sekolah, Guru BK, dan Guru Agama, ketiganya setuju bahwa siswa di SMA Kristen Satya Wacana berada pada tingkatan ekonomi kelas menengah ke atas. Sedangkan pada latar belakang budaya, siswa tidak hanya berasal dari pulau Jawa, sebagian kecil merupakan pendatang dari berbagai wilayah di Indonesia.

4.2.3.3 Sarana Prasarana

Berdasarkan hasil observasi, sarana prasarana di SMA Kristen Satya Wacana tergolong baik. Sekolah ini memiliki gedung tiga lantai dan ruang kelas yang mendukung proses pembelajaran. SMA Kristen Satya Wacana menerapkan pembelajaran moving class di mana siswa harus menuju ke ruang kelas yang berbeda saat pergantian jam pembelajaran. Setiap ruang dilengkapi oleh LCD projector, whiteboard, kursi untuk guru dan siswa, marker, dan di beberapa kelas memiliki pengeras suara (sound speaker).

(12)

61

Kristen Satya Wacana. Terdapat pula Gedung Olah Raga yang menunjang aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani maupun aktivitas lainnya yang membutuhkan. Di sisi outdoor terdapat teater terbuka, yang biasa digunakan sekolah untuk menyelenggarakan acara yang lingkupnya kecil. Juga disediakan loker untuk setiap siswa menyimpan tas dan benda lainnya agar tidak membebani siswa saat moving class.

Kelengkapan silabus atau kurikulum di SMA Kristen Satya Wacana disediakan dalam bentuk soft file

atau hard file. SMA Kristen Satya Wacana masih menerapkan dua jenis kurikulum yaitu kurikulum 2013 untuk siswa kelas X dan XI, serta kurikulum KTSP untuk siswa kelas XII. Keduanya dapat diperoleh di ruang administrasi jika sewaktu-waktu guru membutuhkan.

(13)

62

4.2.4 Pelaksanaan program

Adapun praktik pembelajaran PAK di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga dibagi dalam tiga tahapan. Tahap pra-pembelajaran adalah tahapan di mana guru mempersiapkan materi pembelajaran beserta metode yang digunakan dalam rumusan RPP. Tahap proses pembelajaran merupakan tahapan guru mempresentasikan materi yang telah dipersiapkan di kelas beserta keadaan kelas selama kegiatan pembelajaran. Tahap terakhir adalah evaluasi hasil belajar, di mana guru mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilakukan melalui metode-metode yang dipilih.

4.2.4.1 Pra-pembelajaran

(14)

63

buku dengan kurikulum 2013 digunakan mengingat materi pembelajaran yang diangkat tidak jauh berbeda.

Penulis melihat adanya usaha guru untuk mempersiapkan pembelajaran PAK berbasis kontekstual. Penggunaan metode yang berkisar pada aspek konstrukstivisme, pemodelan, refleksi dan penilaian nyata. Guru juga sering mempersiapkan beberapa alat pembelajaran berupa permainan maupun aktivitas lainnya secara mandiri. Dengan harapan apa yang ada di RPP merupakan pembelajaran yang didasarkan pada kebutuhan atau latar belakang siswa.

GA2: Aktivitas atau alat-alat kadang saya buat sendiri, karena dari buku kadang tidak sepenuhnya tepat untuk siswa di tempat ini. Jadinya saya pilih permainan atau aktivitas lainnya misal menulis renungan, menulis refleksi, biar saya tahu apa yang mereka rasakan atau sedang alami

(15)

64

4.2.4.2 Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran PAK di SMA Kristen pada umumnya dimulai dengan renungan singkat yang dipimpin oleh sekelompok siswa secara terjadwal. Seorang siswa bertugas membacakan buku renungan, seorang lagi memimpin siswa untuk bernyanyi bersama, dan seorang lagi memimpin doa. Renungan ini dilakukan di awal pembelajaran dengan harapan siswa memulai pembelajaran dengan landasan Firman Tuhan. Selanjutnya guru akan menyampaikan materi pembelajaran yang telah dipersiapkan. Penyampaian materi tidak selalu dimulai dengan ceramah, melainkan pertanyaan-pertanyaan yang tujuannya untuk membangun pemahaman awal siswa.

(16)

65

Proses pembelajaran yang terjadi di ruang PAK tidak sepenuhnya sama seperti yang dirancangkan guru di RPP. Hal ini disampaikan oleh GA1 yang menyatakan banyak hal di kelas yang kadang membuat dia mengubah metode pembelajaran secara tiba-tiba.

GA1: Saya kadang harus merubah metode pembelajaran di kelas karena ternyata kondisi kelas tidak memungkinkan untuk metode tertentu. Yang penting esensinya sama dengan materi yang sudah saya persiapkan.

Berdasarkan wawancara kepada beberapa siswa, pembelajaran PAK di SMA Kristen Satya Wacana membuat mereka lebih paham dengan materi yang disampaikan. Penggunaan metode yang bervariasi terasa tidak menjenuhkan dan siswa diminta terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

S4: Metode yang digunakan mayoritas ceramah dengan berbagai ayat Alkitab dan menyampaikan Firman Tuhan di depan murid. Tapi juga beberapa kali kita diajak nonton film, di mana film itu mengandung makna yang bersangkutan dengan materi pembelajaran kami waktu itu. Kami juga menggunakan metode presentasi, jadi tiap murid dibentuk kelompok dan materi dibagikan untuk dipresentasikan.

(17)

66

S6: Terkadang guru menjelaskan lalu kami mengerjakan tugas. Kami juga diberi kesempatan untuk berpresentasi dan aktif bertanya di kelas. Guru juga membantu kami memajami isi atau arti suatu ayat Alkitab.

Pernyataan ini disetujui oleh beberapa siswa lainnya. Bahwa penggunaan teks Alkitab di pembelajaran PAK cukup banyak di kelas X dan XI. Tak jarang siswa mengalami kebingungan dengan makna yang terkandung dalam teks tersebut, namun guru menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dipahami untuk menjelaskannya kembali.

S4: Guru membantu dengan memberi penjelasan kepada kami tentang ayat-ayat yang tidak kami mengerti. Biasanya guru akan menjelaskan ulang dan diberi contoh tambahan dalam kehidupan sehari-hari.

Metode lain yang cukup unik di pembelajaran PAK ini adalah guru memberi kesempatan untuk menceritakan permasalahan atau pengalaman siswa yang berkaitan dengan materi. Setelahnya guru menarik kesimpulan bersama siswa tentang materi, dan tak jarang guru mendatangi siswa tersebut untuk berbicara empat mata.

S7: Guru PAK sering membantu dalam hal konsultasi, memberi pendapat maupun solusi atau sekedar menjadi tempat untuk menceritakan masalah yang dialami.

(18)

67

S9: Guru cenderung melakukan pendekatan emosional terhadap muridnya. Tidak langsung menekan murid dengan solusi secara spesifik. Namun diberi pengertian mengapa masalah tersebut terjadi dan guru menunjukkan sikap empati sehingga membuat siswa merasa nyaman untuk berbagi masalah. Setelah itu baru diberi arahan atau saran yang bisa diambil siswa untuk menyelesaikan masalah.

Terlihat bahwa pembelajaran di kelas tidak berlangsung hanya sampai pada penyampaian materi dan tugas. Metode pendampingan atau pendekatan personal membuat pembelajaran lebih efektif. Hasil wawancara kepada beberapa siswa menyatakan hal yang senada, yaitu guru memberi ruang kepada mereka untuk menceritakan permasalahan pribadinya dan mengarahkan siswa pada sikap perumusan solusi.

4.2.4.3 Evaluasi Hasil Belajar

Pada tahapan evaluasi hasil belajar, guru agama menyatakan bahwa penilaian tidak hanya dilakukan berdasarkan tes tertulis maupun lisan. Penilaian telah dilakukan sejak proses pembelajaran lewat keaktifan siswa maupun proses pengerjaan tugas di kelas. Bobot penilaian pun lebih besar pada penilaian sehari-hari daripada tes akhir.

(19)

68

Pernyataan ini juga disetujui oleh GA1 yang mengajar di kelas XII, yaitu menggunakan sistem penilaian nyata lewat porto folio maupun apa yang dikerjakan siswa selama proses pembelajaran.

GA1: Karena sekarang diarahkan pakai penilaian nyata, jadi pengambilan nilai tidak lagi cuma dari ulangan. Kadang dari portofolio, penugasan di kelas, atau kalau mereka aktif juga bisa digunakan jadi nilai.

Sistem penilaian ini juga dibenarkan oleh beberapa siswa. Berdasarkan hasil wawancara, siswa menyatakan bahwa penilaiannya tidak hanya berdasarkan hasil tes, tetapi penugasan dan keaktifan di kelas juga digunakan sebagai aspek penilaian.

S10: Kadang guru menggunakan hasil kerja kami, misalnya renungan, refleksi, portofolio atau presentasi kami sebagai penilaian. Waktu proses belajar mengajar pun kadang kami dinilai dengan keaktifan kami.

(20)

69

4.2.5 Pengaruh yang diharapkan dan tidak diharapkan

Pembelajaran PAK berbasis kontekstual diharapkan memiliki pengaruh yang baik dalam kehidupan siswa. Penggunaan metode dan analogi yang dekat dengan kehidupan siswa, diharapkan memberi contoh dan teladan bagi mereka. Namun demikian ada beberapa hal dalam metode ini yang merupakan pengaruh yang tidak diharapkan dari pembelajaran ini. Berdasarkan hasil wawancara kepada guru agama, disampaikan bahwa pengaruh yang tidak diharapkan dari penggunaan metode ini telah terlihat di ruang kelas.

GA1: Pengaruh yang tidak diharapkan paling-paling kalau di kelas, kelas kan santai tapi beberapa siswa memanfaatkan itu. Malah kesannya mereka santai-santai tidak memperhatikan. Beberapa sibuk ngobrol atau rame sendiri. Jadinya ya kalau sudah begini saya serba salah. Dibuat serius mereka tidak suka, dibuat santai mereka seenaknya.

Berdasarkan pernyataan di atas, pengaruh yang tidak diharapkan dari metode ini adalah perilaku siswa yang mengganggu jalannya pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi, pengaruh ini dapat penulis temukan, yaitu keadaan di mana beberapa siswa tidak memperhatikan materi yang sedang diajarkan. Namun demikian sebagian dari siswa masih memberikan perhatian penuh kepada guru yang sedang menyampaikan materi.

(21)

70

menyatakan bahwa kedekatan siswa dengan guru membuat beberapa siswa menganggap guru mereka layaknya teman sendiri. Hal ini dibenarkan oleh guru BK dalam wawancara.

GBK: Tujuan guru agama atau BK di sini ingin punya kedekatan yang erat dengan siswa. Tapi malah kadang beberapa siswa jadi kurang bisa membedakan bagaimana bersikap dengan temannya dan bagaimana bersikap dengan gurunya. Kalau sudah begini, biasanya saya yang tegur agar mereka tetap menghormati gurunya.

Melalui observasi penulis mendapati beberapa siswa menggunakan bahasa Jawa kasar untuk berbicara dengan guru agama. Di antara mereka adalah beberapa siswa yang memang telah berani bersikap terbuka dengan guru tersebut.

Di balik perilaku yang tidak diharapkan, muncul beberapa perilaku siswa yang memang diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran berbasis kontekstual. Ini disampaikan oleh guru agama, yaitu beberapa siswa terbuka tentang masalah pribadinya dan tidak ragu untuk menceritakannya kepada guru agama.

(22)

71

Nampak di sini perilaku positif yang diharapkan muncul, yaitu beberapa siswa ridak ragu untuk berbagi pengalaman atau menceritakan permasalahan mereka kepada guru agama. Ini juga dibenarkan oleh beberapa siswa dalam sesi wawancara.

S7: Dulu guru pernah memberi kesempatan ke kita untuk cerita tentang apa saja. Saya pernah bercerita tentang masalah keluarga saya, sampai saya menangis. Tetapi akhirnya guru bisa memberi nasehat atau saran. Rasanya ayem

kalau cerita sama guru agama, soalnya nggak

perlu formal-formal, terus nasehatnya itu bikin

hati rasanya teduh.

Perilaku yang diharapkan lainnya adalah bagaimana siswa mampu mengintegralkan materi pembelajaran dengan pengalaman mereka sehari-hari. Seorang siswa menyatakan penggunaan analogi teks Alkitab dengan pengalaman mereka sehari-hari membuat mereka bersikap lebih baik. Selain itu mereka mampu menemukan sendiri solusi dari permasalahan yang mereka hadapi.

S5: Ayah saya kan seorang perokok, terus saya teringat pelajaran di kelas kalau kita itu harus menjaga kekudusan tubuh karena tubuh kita merupakan Bait Allah. Jadi suatu saat saya menegur ayah saya dengan itu. Dan sejak itu ayah saya tidak pernah merokok lagi di depan saya.

(23)

72

juga menjadi perilaku yang diharapkan dalam pembelajaran berbasis kontekstual ini. Pengalaman senada juga disampaikan beberapa siswa lainnya, yang menyatakan pembelajaran yang mengambil contoh dari kehidupan mereka membuat mereka tahu bagaimana untuk bersikap. Analogi-analogi yang digunakan dari teks Alkitab juga membuat mereka tidak sekedar paham secara teoritis tetapi membantu mereka untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kepala Sekolah menambahkan bahwa seiring dengan berjalannya waktu, profil Kekristenan bagi siswa mulai dibangun. Berkurangnya tindakan perkelahian atau kekerasan antar siswa telah terjadi. Siswa dirasa memiliki budi pekerti yang baik pula.

KS: Dampak atau manfaat yang terasa itu sudah tidak ada perkelahian antar siswa. Ya paling kalau saling menteleng (melotot) ada tapi tidak sampai pada perkelahian. Selain itu ya karena saya juga membiasakan untuk saling senyum, menyapa dan memberi salam akhirnya siswa juga terbentuk demikian. Ini kan yang Kristus mau atas kita, yaitu hidup damai dan penuh kasih.

(24)

73

sebab siswa diajak terbuka dengan diri sendiri maupun orang lain, sehingga apabila ada masalah yang membutuhkan bantuan, guru agama atau guru BK bisa saling bekerja sama untuk mengarahkan siswa.

4.2.6 Analisa hasil program

Program pembelajaran berbasis kontekstual pada bidang studi PAK ini memiliki tujuan utama agar siswa tidak hanya sampai pada pemahaman teoritis saja. Siswa diharap mampu mengaplikasikan materi di kelas dengan kehidupan mereka. Abstraknya materi tak jarang menuntut guru untuk lebih kreatif dalam memberi contoh atau analogi yang tepat. Bagi beberapa siswa, pembelajaran PAK di SMA Kristen Satya Wacana telah membantu mereka mewujudkan tujuan pembelajaran ini. Sebagian mengaku sangat tertolong dengan analogi yang dipilih, sebagian merasa tertolong untuk menyelesaikan masalahnya.

S10: Pelajaran PAK di kelas memang tidak 100% kondusif, karena beberapa siswa masih ramai sendiri. Tapi buat yang memperhatikan pasti dapat pengetahuan penting. Kadang kan kita sulit memahami materi, guru akan membantu kami dengan contoh-contoh yang dekat dengan kami, sampai kami benar-benar paham.

(25)

74

sebelumnya, siswa mampu mengaplikasikan materi dengan kehidupan mereka.

Berdasarkan wawancara dengan guru dan hasil observasi di kelas, masih ada beberapa kelemahan yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Kurangnya kemampuan guru untuk memimpin kelas agar 100% kondusif membuat jalannya pembelajaran ini tidak berhasil merata. Sebagian siswa tetap terjatuh pada pemahaman teoritis atau menghafal materi. Disampaikan oleh guru bahwa siswa yang memberikan perhatian penuh pada pembelajaran akan mendapatkan hasil yang maksimal, baik itu nilai maupun sikap.

Berdasarkan studi dokumentasi, penugasan maupun soal tes dirancang tidak sekedar memberikan jawaban teoritis namun juga jawaban aplikatif. Studi terhadap blanko nilai pun menunjukkan bahwa siswa yang memberikan perhatian penuh pada pembelajaran ini mayoritas tuntas dari KKM yang ditetapkan. Di sisi lain siswa yang sekedar menghafal atau tidak memberikan perhatiannya akan mendapat nilai setingkat KKM atau bahkan tidak tuntas.

(26)

75

membuat siswa terbuka dan menceritakan kehidupan pribadinya, namun ini hanya dilakukan sebagian siswa.

GA1: Tugas saya memang untuk memperbaiki proses di kelas. Percuma kalau hasilnya tidak bisa merata. Beberapa siswa bersikap acuh tak acuh dengan pelajaran PAK, karena ya itu, PAK cuma dirasa nilai pelengkap dan tidak ada di UN. Padahal sudah dirancang sedemikian rupa agar pembelajaran tidak hanya ceramah, tapi ngajak mereka aktif.

Di sisi lain, Kepala Sekolah berharap bahwa pembelajaran PAK di SMA Kristen Satya Wacana bisa mengarahkan siswa untuk menghayati Kekristenan. Sebagai lembaga pendidikan Kristen, Kepala Sekolah selalu mengingatkan bahwa profil Kristiani yang ada sebagai student profile tersebut harus tercapai dan memberi pengaruhi signifikan bagi siswa.

KS: Saya selalu mengarahkan guru bahwa PAK di sekolah ini tidak hanya menjadi mata pelajaran, tetapi PAK harus membangun Kekristenan siswa. Memang yang sekolah di sini tidak semuanya Kristen, tetapi Kekristenan melalui teladan Kristus harus diajarkan. Saling menolong, saling menyapa, memberi salam, tidak berkelahi, paling tidak ini yang diharapkan. Sekolah juga berusaha menfasilitasi dengan program-program seperti retreat, ibadah awal pekan & akhir pekan, perayaan natal & paskah.

(27)

76

pembelajaran kontekstual merupakan metode yang tepat untuk SMA Kristen Satya Wacana. Kepala Sekolah mengevaluasi perlunya peningkatan kompetensi guru dan program ini sehingga hasil yang dicapai maksimal.

4.3 Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama

Kristen di SMA Kristen Satya Wacana

4.3.1 Relevansi program terhadap konteks

Seperti yang disebutkan oleh Bevans dalam upaya kontekstualisasi yang tepat adalah dengan memperhatikan latar belakang peserta didik berupa status keluarga, kemampuan ekonomi dan mata pencaharian keluarga, pergaulan peserta didik baik di sekolah maupun di luar sekolah, kemampuan akademis peserta didik, relasi dalam keluarga, dll (Bevans, 2002: 13-18). Penulis berusaha menjabarkan kerangka ini dalam diagram di bawah ini,

Pembelajaran Kontekstual

Siswa Masalah

pribadi

ekonomi

sosial Status keluarga

akademis

Topik

Teks Alkitab

Hasil

(28)

77

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa seorang guru PAK sebagai manajer kelas dituntut untuk menyusun materi dengan mempertimbangkan tiga hal. Topik pembelajaran, teks Alkitab dan latar belakang siswa. Dengan pertimbangan ini, diharap materi pembelajaran PAK tidak sampai hanya pada topik dan teks Alkitab, tetapi latar belakang siswa turut diperhatikan. Jika pembelajaran PAK hanya sampai pada dua aspek pertama, maka siswa hanya jatuh pada pemahaman teoritis atau menghafal teori. Sedangkan tujuan dari pembelajaran konstekstual adalah menggunaan materi pembelajaran di kelas untuk menjawab kebutuhan dan secara aplikatif menjadi tawaran solusi bagi masalah siswa.

(29)

78

Dari proses observasi, penulis juga menemukan adanya usaha mengejawantahkan teks Alkitab dengan bahasa sehari-hari siswa sebagai remaja. Cara ini dipilih guru untuk menarik perhatian siswa dan menyederhanakan topik atau teks tersebut sehingga lebih mudah untuk dipahami. Selain itu penggunaan analogi atau contoh dalam kehidupan siswa menjadi tawaran solusi melalui materi pembelajaran. Materi pembelajaran yang bersifat abstrak dijabarkan dalam contoh konkret bagi siswa.

Dari analisis di atas penulis melihat bahwa program pembelajaran PAK berbasis kontekstual ini telah relevan dengan kebutuhan siswa. Baik siswa sebagai naradidik maupun siswa sebagai remaja seutuhnya. Wawancara kepada siswa menunjukkan adanya usaha untuk memahami kebutuhan siswa dan guru masuk ke ranah pengalaman siswa. Dengan demikian analisis ini menjawab pertanyaan penelitian ini, yaitu program ini dirasa telah relevan dengan latar belakang SMA Kristen Satya Wacana sebagai lembaga pendidikan Kristen dan siswa sebagai remaja.

4.3.2 Manfaat program

(30)

79

mengantarkan siswa pada perumusan solusi atas masalah yang dialami (Rusman, 2011: 187). Manfaat selanjutnya yang diharapkan melalui program ini adalah mampunya siswa tidak hanya memahami tetapi juga menghayati materi sehingga bisa dilakukan dan mendatangkan perubahan secara holistik (Sulistyowati: 2010). Berdasarkan ini maka manfaat dari program ini terdiri dari manfaat teoritis dan praktis.

4.3.3 Input

4.3.3.1 Guru

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai guru pengampu mata pelajaran PAK, dapat disimpulkan bahwa guru tersebut telah memiliki kualifikasi sebagai guru bidang studi tingkat SMA. Ini didukung oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 mengenai kualifikasi dan kompetensi guru:

Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

(31)

80

bahwa program studi Teologi tempat guru tersebut menyelesaikan pendidikannya juga menyediakan kurikulum sebagai guru PAK.

Dalam hal pembelajaran PAK, kedua guru telah memiliki kompetensi yang baik. Keduanya tidak mengajarkan materi dengan metode konvensional saja yaitu ceramah. Penggunaan berbagai metode menunjukkan bahwa guru tanggap dengan perubahan yang terjadi di dunia pendidikan masa kini. Guru juga telah memahami dengan baik konsep pembelajaran berbasis konteksual untuk bidang studi PAK. Dalam proses pembelajaran di kelas, guru menggunakan empat aspek yang penulis pilih sebagai aspek yang tepat digunakan untuk bidang studi PAK: Konstruktivisme, Pemodelan, Refleksi dan Penilaian Nyata.

(32)

81

Alkitab dan menyusunnya dalam kata-kata sederhana sehingga siswa mampu memaknai teks tersebut.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek masukan (input) pertama yaitu guru PAK di SMA Kristen Satya Wacana tergolong baik. Kemampuan verbal, penguasaan materi, penguasaan kurikulum, penguasaan metode pembelajaran dan kualifikasi guru menurut permendiknas no. 17 tahun 2007 menjadi indikatornya. Di samping itu pembinaan Kepala Sekolah yang rutin diberikan tiap bulannya menunjukkan keinginan SMA Kristen Satya Wacana yang berusaha meningkatkan kemampuan pengajarnya.

4.3.3.2 Siswa

(33)

82

Latar belakang ekonomi, sosial, dan budaya siswa yang beragama menunjukkan keunikan siswa di sekolah ini. Siswa yang 30% berasal dari luar kota Salatiga bahkan berasal dari luar pulau Jawa menunjukkan keberagaman siswa. SMA Kristen Satya Wacana pun membuka diri terhadap program pemerataan pendidikan bagi anak Indonesia dengan menerima siswa dari Papua tiap tahunnya.

Melihat beberapa pernyataan tersebut, aspek siswa menjadi dukungan yang baik bagi pelaksaan pembelajaran di SMA Kristen Satya Wacana. Dalam hal pembelajaran PAK, siswa cukup kooperatif dan mampu memahami materi yang diberikan secara baik. Beberapa siswa yang memiliki kelemahan akademis menjadi perhatian khusus bagi guru PAK untuk mengetahui penyebab atau metode pembelajaran yang tepat guna untuk semua siswa.

4.3.3.3 Sarana Prasarana

(34)

83

menunjang proses pembelajaran termasuk penggunaan teknologi komunikasi dan komunikasi. Keadaan sarana prasarana di SMA Kristen Satya Wacana tergolong sangat baik.

Ruang kelas yang dilengkapi LCD projector, pengkondisi udara, kursi-meja siswa, white board dan kebutuhan fisik lainnya menunjukkan kondisi kelas yang baik. Di sisi lain, siswa mendapatkan fasilitas gedung olahraga, ruang laboratorium, taman dan teater terbuka, perpustakaan, ruang IT, wifi, loker, kantin, dan ruang pendampingan sebagai penunjang proses pembelajaran. Fasilitas fisik yang disediakan SMA Kristen Satya Wacana menunjukkan sarana prasarana yang lengkap sebagai penunjang kegiatan pembelajaran.

Penerapan kurikulum 2013 dan penyediaan perangkat yang dibutuhkan guru menjadi kemudahan yang diberikan kepada setiap pengajar. Kurikulum ini masih cukup baru diterapkan di sekolah ini, namun demikian pihak sekolah telah memberikan kemudahan dengan menyediakan perangkat yang dibutuhkan. Dalam hal ini, guru cukup berfokus pada proses belajar mengajar dengan baik, sedangkan silabus dan blanko penilaian disediakan oleh pihak sekolah.

(35)

84

desain ruangan ini menunjukkan adanya pembedaan kelas lain dengan kelas PAK. Siswa diharapkan tunduk kepada Tuhan dan mengikuti pembelajaran dengan kerendahan hati. Namun demikian kebersihan ruangan ini, khususnya karpet agaknya harus mendapatkan perhatian lebih. Mengingat beberapa siswa merasa terganggu dengan bau karpet yang kotor. Penyediaan alat musik di ruangan ini juga mendukung proses pembelajaran, mengingat kelas akan dimulai dengan renungan bersama.

4.3.4 Pelaksanaan Program

Menurut Rusman, konsep dasar CTL atau pembelajaran kontekstual berdasarkan asas manusia belajar dari pengalaman dan refleksi (2011: 187). Pola dari model ini adalah siswa dirancang untuk membangun makna dari materi yang telah dipelajari, serta diminta untuk menghubungkan muatan pengetahuan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari. Ada empat dari tujuh aspek pembelajaran berbasis kontekstual yang penulis pilih dan telah berhasil diterapkan pada pembelajaran PAK di SMA Kristen Satya Wacana (Saud: 2010).

a. Konstruktivisme

(36)

85

akan dipelajari. Cara guru untuk menstimulus siswa membangun pemahaman adalah dengan memberikan beberapa pertanyaan mendasar tentang makna topik. Bagian selanjutnya guru akan menarik kesimpulan sementara berdasarkan jawaban siswa. Tak jarang guru menanyakan pemahaman materi berdasarkan pengalaman siswa. Hal ini sesuai dengan asas konstruktivisme dalam CTL, yaitu membangun pemahaman berdasarkan pengalaman siswa (2006: 262).

b. Pemodelan

(37)

86

c. Refleksi

Tahap refleksi tidak hanya dilakukan dengan memberi waktu kepada siswa untuk merenungkan kaitan materi dengan pengalaman sehari-hari. Asas refleksi beberapa kali diberikan dalam bentuk penugasan, misalnya dengan membuat kesaksian verbal maupun non-verbal, membuat renungan singkat secara tertulis, mencari pengalaman sehari-hari yang berhubungan dengan materi, maupun portofolio yang merupakan kaitan antara materi dengan kehidupan nyata sehari-hari.

d.Penilaian Nyata

Tahap penilaian dilakukan oleh guru tidak hanya berdasarkan hasil tes, namun sejak proses pembelajaran. Penilaian nyata menunjukkan apakah siswa mempelajari sesuatu yang baru sejak proses pembelajaran atau tidak. Kecermatan guru sangat diperlukan dalam proses penilaian nyata ini, sebab kemajuan, kemunduran, dan kesulitan siswa dalam belajar menjadi perhatian utama guru (2011: 198). Dalam hal ini guru PAK cukup berhasil melakukan asas penilaian nyata.

(38)

87

bahwa pendampingan pastoral merupakan layanan pertolongan atau kesembuhan dan asuhan melalui perhatian yang intensif kepada individu maupun kelompok dalam permasalahan kehidupan mereka (2010: 13). Pelaksanaan pendampingan pastoral di SMA Kristen Satya Wacana tidak menyalahi atau melebihi kinerja guru bidang bimbingan konseling. Pendampingan pastoral di sekolah ini juga dilakukan dengan bantuan guru BK.

(39)

88

Berdasarkan hasil wawancara yang telah disampaikan siswa, metode ini berhasil secara maksimal untuk membantu siswa memahami materi secara praktis. Di samping itu layanan pendampingan pastoral menjadi penguatan bagi siswa untuk menemukan jalan keluar atas masalahnya. Melalui pendampingan pastoral dapat ditemukan pula penyebab penurunan prestasi siswa, penurunan semangat siswa dalam belajar, maupun konflik antar siswa.

(40)

89

Beberapa evaluasi yang dicatat penulis saat proses pembelajaran PAK di SMA Kristen Satya Wacana adalah perlunya perhatian guru bagi siswa yang masih belum memberikan perhatian sepenuhnya pada PAK. Berdasarkan hasil wawancara, di tiap kelas masih ada beberapa siswa yang cenderung tidak memperhatikan atau mengikuti proses pembelajaran 100%. Jika hal ini tidak ditindaklanjuti guru, maka dampak yang muncul adalah pemahaman dangkal siswa dan manfaat yang tidak tercapai. Catatan evaluasi lainnya adalah

4.3.5 Pengaruh yang diharapkan dan tidak diharapkan

(41)

90

pembelajaran ini mengarahkan siswa untuk mencapai manfaat yang diharapkan melalui perilaku siswa.

Di sisi lain, muncul perilaku yang tidak diharapkan dari program ini. Perilaku ini adalah mereduksinya sikap hormat atau penghargaan siswa kepada guru. Keakraban guru dan siswa melalui komunikasi personal yang dibangun oleh guru membuat siswa menjadi terlalu nyaman. Dampak yang muncul adalah berkurangnya rasa penghargaan siswa kepada guru. Hal ini ditunjukkan dengan penggunaan bahasa Jawa kasar beberapa siswa kepada guru dan ketidakmampuan siswa membedakan cara bersikap kepada teman dan guru. Penulis mengkaji perlunya sikap tegas guru untuk mengingatkan siswa untuk membedakan cara bersikap. Jika tidak, maka kewibawaan guru sebagai pengajar tidak lagi ada. Hal ini akan berdampak pada sikap meremehkan proses pembelajaran di kelas sehingga tujuan pembelajaran sama sekali tidak tercapai.

4.3.6 Analisa hasil program

(42)

91

sehingga siswa yang tidak memperhatikan hanya akan sampai pada pemahaman teoritis. Program pembelajaran PAK berbasis kontekstual tidak boleh terhenti pada

pemahaman teoritis (Sa’ud, 2010: 163).

Hasil pembelajaran berdasarkan blanko penilaian menunjukkan adanya kesenjangan antara siswa yang memperhatikan dan tidak. Siswa yang memberi perhatian akan lulus atau lebih dari KKM yang ditentukan, sedangkan siswa yang tidak memberi perhatian akan cenderung lulus pada batas nilai KKM atau harus mengikuti remidiasi.

Analisa ini menunjukkan perlunya guru menemukan cara yang lebih baik untuk menarik perhatian siswa. Perhatian ini dimaksudkan agar siswa secara menyeluruh terlibat dalam pembelajaran. Jika siswa terlibat penuh dalam pembelajaran, maka materi dan tujuan pembelajaran yang diharapkan akan tercapai. Siswa tidak hanya menghafal materi, namun dapat mengaplikasikan materi dengan pengalaman sehari-hari.

Dalam kehidupan spiritual, untuk mencapai profil

siswa “strong in Christian character”, guru harus lebih

(43)

92

Alkitab tanpa meminjam atau menekankan pada penerapan nilai-nilai Kekristenan. Dalam praktiknya, guru mengijinkan siswa menggunakan telepon genggam sebagai pengganti Alkitab fisik.

Hasil wawancara menyatakan kurangnya kerjasama guru dengan orang tua. Kerjasama ini dapat dibangun dengan meminta perhatian orang tua dalam membimbing siswa selain untuk rajin belajar, tetapi juga membimbing kehidupan spiritual siswa. Guru dapat membangun relasi dengan orang tua untuk mengetahui latar belajang siswa lebih mendalam, meminta bantuan orang tua jika siswa mengalami kemunduran prestasi atau bersama-sama mencari jalan keluar atas permasalahan yang dihadapi siswa.

Program pembelajaran berbasis kontekstual ini didukung secara penuh oleh sekolah. Ini dapat dilihat dengan penyediaan fasilitas alat musik, Alkitab dan Kidung Jemaat, dan buku pujian di ruang agama. Dukungan lain berupa pendanaan untuk program re-treat dan perayaan hari raya Kristiani serta pendanaan untuk kebutuhan media pembelajaran siswa.

(44)

93

mendukung program pembelajaran ini sehingga tujuan profil siswa yang diharapkan tercapai. Pemberian teladan bagi tiap guru (tidak hanya guru PAK) juga diperlukan untuk mewujudkan profil ini. Dengan cara demikian maka siswa tidak hanya mendapatkan materi tentang Kekristenan tetapi mendapatkan teladan yang baik dan dekat dengan siswa, yaitu guru.

Hasil analisa program yang penulis temukan adanya pengembangan pembelajaran berbasis kontekstual yang relevan untuk diterapkan pada bidang studi Pendidikan Agama Kristen. Guru menggunakan asas pendampingan pastoral untuk mengetahui permasalah siswa secara mendalam. Pendampingan pastoral ini bukan bertujuan untuk menyelesaikan masalah siswa, tetapi membantu siswa menemukan jalan keluar atas masalahnya secara mandiri. Guru menggunakan asas-asas Kekristenan dalam pendampingan ini sehingga tidak menyalahi tugas atau mengambilalih tugas guru BK. Dengan demikian pengembangan pembelajaran berbasis kontekstual ini terletak pada penggunakan asas pendampingan pastoral pada pembelajaran PAK.

(45)

94

dan Ni Wayan Koyan (2014) maupun Sulistyowati (2010), metode pembelajaran kontekstual tidak hanya memberi pengaruh pada kemampuan analitik siswa tetapi juga pada kemampuan sosial. Pada dua penelitian ini, CTL diterapkan pada mata pelajaran Kewarganegaraan dan sikap nasionalisme.

Dalam penelitian ini penulis memperoleh hasil yang senada yaitu adanya peningkatan kemampuan analitik siswa untuk memahami topik mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen yang abstrak dan doktrinal. Di samping itu siswa berhasil menerapkan pemahaman atas topik pembelajaran untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. Hal ini merupakan perkembangan dari temuan Armiati dan Febriani (2013), yaitu penerapan CTL untuk terhenti pada pemecahan permasalahan matematika. Di samping itu, hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kehidupan spiritualitas siswa meskipun belum terjadi secara merata. Peningkatan spiritualitas ini ditunjukkan dengan berkurangnya tindak kekerasan antar siswa, sikap menghargai satu sama lain, dan peningkatan kehikmatan siswa saat beribadah.

(46)

95

menemukan bahwa guru telah berusaha mempersiapkan dan mengkaitkan topik pembelajaran dengan konteks sekolah (visi dan misi) dan konteks siswa (ekonomi, sosial, dan budaya).

Referensi

Dokumen terkait

KUDUS-PURWODADI NO.93 MENGUMUMKAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA UNTUK PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN TAHUN 2013, SEPERTI TERSEBUT DIBAWAH INI. NON LELANG/

Pengetahuan fisis adalah suatu pengetahuan yang menunjukkan karakteristik fisik (ukuran, bentuk, warna, tekstur dsb) dari suatu objek/benda dan interaksi maupun

Apabila Saudara membutuhkan keterangan dan penjelasan lebih lanjut, dapat menghubungi kami sesuai alamat tersebut di atas sampai dengan batas akhir pemasukan Dokumen

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian menggunakan analisis regresi dan korelasi yang dilakukan untuk menentukan pola hubungan rasio volume per kapasitas dengan

Dengan permasalahan kemiskinan perkotaan di Provinsi Lampung, maka diperlukan penanggulangan yang dapat mengurangi penyandang fakir miskin.Kementrian Sosial RI

Sehubungan dengan hasil evaluasi dokumen kualifikasi saudar a, per ihal Penawar an Peker jaan Pembangunan Pagar.. kecamatan Sebuku, maka dengan ini kami mengundang

- Pengadaan Kendaraan Roda Dua Penyedia Barang 1 Unit Donggala 20.000.000 P A D JUNI 2012 30 Hari. - Pengadaan Kendaraan Roda Dua Penyedia Barang 2 Unit Donggala 35.000.000

[r]