• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan NAA dan IBA sebagai zat pengatur tumbuh memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) pada seluruh peubah pertumbuhan yang diamati. Penggunaan arang sekam dan zeolit sebagai media tumbuh stek berpengaruh sangat nyata (P<0,01) pada peubah panja ng akar tetapi tidak berpengaruh nyata

(P<0,05) pada peubah tinggi tanaman dan pertambahan jumlah daun. Rekapitulasi analisis sidik ragam terhadap berbagai peubah pertumbuhan seperti yang tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi Analisis Sidik Ragam terhadap Berbagai Peubah Pertumbuhan Stek Pule Pandak

Peubah Pertumbuhan Sumber Keragaman

Panjang Akar Pertambahan Daun Tinggi Tanaman

Perlakuan * ** *

Kelompok ** tn tn

Keterangan :

* = berbeda nyata pada taraf 5% ** = berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn = tidak berbeda nyata

1.Persentase Stek Berakar

Pembentukan akar pada stek dipengaruhi oleh perubahan aliran auksin dalam bahan stek ketika terjadi pelukaan pada pangkal stek. Hal ini menyebabkan pengumpulan auksin di sekitar pangkal stek untuk pembentukan kalus. Saragih (2001) menyatakan adanya kallus belum tentu merupakan tanda bahwa stek dapat menghasilkan akar, karena fungsi kalus untuk menutup luka dan mencegah pembusukan stek.

Pembentukan akar terjadi karena adanya pergerakan ke bawah dari karbohidrat, auksin dan rooting cofactor (zat yang berinteraksi dengan auksin) yang mengakibatkan terjadinya perakaran. Zat-zat ini akan mengumpul di dasar stek dan kemudian menstimulir pembentukan akar. Dengan adanya akumulasi auksin tersebut sel kambium membelah lebih cepat membentuk kalus yang kemudian menjadi akar stek (Rochiman dan Harjadi, 1973).

Pemberian zat pengatur tumbuh pada pangkal stek sangat membantu proses pertumbuhan stek dalam pembentukan akar. Dengan terdapatnya zat pengatur pada pangkal stek menyebabkan terakumulasinya zat pengatur tumbuh dalam keadaan tersedia pada pangkal pelukaan stek.

Munculnya akar merupakan indikator kemampuan stek untuk dapat bertahan hidup. Tetapi ada beberapa stek yang tetap hidup sampai akhir pengamatan meski tidak berakar. Hasil pengamatan menunjukkan stek yang masih hidup 94,60% mempunyai akar atau sebanyak 333 stek. Sisanya tidak berakar, tetapi masih menunjukkan pertumbuhan sampai dengan akhir pengamatan. Stek yang berakar seluruhnya membentuk aka r serabut, sedangkan stek yang tidak berakar membentuk kallus.

Stek yang diberi perlakuan NAA menunjukkan persentase stek berakar sebesar 91,14% atau sebanyak 144 stek, sedangkan pada stek dengan perlakuan IBA persentase stek berakar sebesar 96,55% atau sebanyak 168 stek. Hal ini sesuai dengan Salisbury dan Ross (1992) yang mengatakan IBA lebih lazim digunakan untuk memacu perakaran dibanding dengan NAA atau auksin lainnya. Hartmann dan Kester (1983) dengan percobaannya membuktikan bahwa aktivitas pertumbuhan akar tertinggi diperlihatkan oleh stek yang diberi perlakuan IBA dibanding stek yang diberi perlakuan NAA.

Gambar 2. Histogram Persentase Stek Berakar pada Perlakuan NAA dan IBA

2.Panjang Akar

Perakaran menjadi hal yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan stek. Semakin cepat stek membentuk akar maka semakin cepat pula proses keseimbangan metabolisme dalam tubuh stek. Fungsi utama akar sebagai penyerap air dan unsur hara dari dalam tanah atau media untuk disuplai ke dalam batang stek mempunyai peranan penting.

Pada berbagai perlakuan yang diberikan, sampai dengan 2 MST stek belum berakar. Menjelang 3 MST sebagian stek sudah berakar dan pada 4 MST lima stek yang dipilih secara acak pada masing-masing perlakuan sudah berakar.

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 Perlakuan

Persentase Stek Berakar

(%)

NAA IBA

Beberapa stek yang bertahan hidup sampai akhir pengamatan meski tidak berakar diduga karena menyerap mineral atau nutrisi yang diberikan melalui daun yang ada pada batang stek. Suplai makanan instan tersebut dapat diserap dengan mudah oleh stek yang belum berakar. Daun pada stek dapat mempengaruhi pemulihan bagian yang luka dan pembentukan akar.

Nilai rata-rata panjang akar tertinggi diperoleh dari perlakuan tanpa zat pengatur tumbuh (kontrol) yaitu 3,38 cm, sedangkan nilai rata-rata panjang akar terendah diperoleh dar i perlakuan IBA 0,5 mg/l yaitu 1,99 cm.

Gambar 3. Histogram Rata-rata Panjang Akar Stek Pule Pandak dengan Perlakuan NAA, IBA dan Kontrol

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap panjang akar stek pule pandak dilakukan pengujian dengan statistik. Berdasarkan sidik ragam, perlakuan berpengaruh nyata terhadap panjang akar stek pule pandak (P<0,05). Hasil analisis sidik ragam terlampir (Lampiran 5), dan hasil uji Duncan seperti tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3. Uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Panjang Akar Stek Pule Pandak

No. Perlakuan Panjang Akar (cm) Persen terhadap Kontrol (%)

1. IBA 0,5 mg/l 1,99d 58,88 2. IBA 2,0 mg/l 2,29cd 67,60 3. NAA 1,0 mg/l 2,37bcd 70,27 4. NAA 0,1 mg/l 2,73abcd 80,92 5. IBA 1,0 mg/l 2,90abcd 85,80 6. I BA 1,5 mg/l 2,95abc 87,28 7. NAA 0,5 mg/l 2,96abc 87,72 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 Perlakuan

Rata-rata Panjang Akar (cm)

IBA 0,5 mg/l IBA 2,0 mg/l NAA 1,0 mg/l NAA 0,1 mg/l IBA 1,0 mg/l IBA 1,5 mg/l NAA 0,5 mg/l IBA 0,1 mg/l NAA 1,5 mg/l NAA 2,0 mg/l KONTROL

8. IBA 0,1 mg/l 3,02abc

89,35

9. NAA 1,5 mg/l 3,10abc 91,57

10. NAA 2,0 mg/l 3,27ab 96,75

11. Kontrol 3,38a 100,00

*) Nilai rata-rata yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95%.

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan kontrol dan IBA 0,5 mg/l memberikan pengaruh yang nyata terhadap rata-rata panjang akar stek pule pandak. Stek yang ditanam pada media kontrol memiliki akar yang lebih panjang daripada stek yang diberi perlakuan. Meskipun panjang akar stek pada perlakuan kontrol tidak berbeda nyata dengan stek pada perlakuan NAA 2,0 mg/l, NAA 1,5 mg/l atau IBA 0,1 mg/l.

3.Pertambahan Daun

Pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi seperti pada pembentukan biomassa tanaman. Pengamatan daun dapat didasarkan pada fungsinya sebagai penerima cahaya dan alat fotosintesis. Pada awal pertumbuhan tanaman daun belum aktif berfotosintesis. Daun baru aktif berfotosintesis pada fase perkembangan selanjutnya dan memiliki peranan penting dalam proses pertumbuhan selama akar belum muncul. Daun mengantikan peran akar dalam menyerap mineral yang dibutuhkan untuk proses pertumbuhan (Sitompul dan Guritno, 1995).

Pengamatan terhadap pertambahan daun dilakukan selama 8 minggu pengamatan, dimana setiap pengamatan dilakukan satu minggu sekali. Stek telah menampakkan pertumbuhan daun mulai pada 2 MST sampai dengan 8 MST. Pengamatan mulai dilakukan pada 2 MST. Pada 2 – 4 MST, jumlah pertambahan daun tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan IBA 2,0 mg/l yaitu masing-masing sebanyak 58, 84, dan 96 helai. Pada 5 MST jumlah pertambahan daun tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan IBA 0,1 mg/l dan IBA 2,0 mg/l yaitu sebanyak 104 helai, dan pada pengamatan berikutnya (6 – 8 MST) jumlah pertambahan daun tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan IBA 0,1 mg/l yaitu masing-masing sebanyak 130, 155 dan 200 helai. Jumlah pertambahan daun terendah pada 2 MST ditunjukkan oleh perlakuan NAA 0,1 mg/l dan NAA 2,0 mg/l masing-masing

sebanyak 10 helai. Pada 3 MST juga ditunjukkan oleh perlakuan NAA 2,0 mg/l sebanyak 18 helai. Pada 4 MST, jumlah pertambahan daun terendah kembali ditunjukkan oleh perlakuan NAA 0,1 mg/l. Pada pengamatan berikutnya (5 – 8 MST) jumlah pertambahan daun terendah ditunjukkan oleh perlakuan NAA 1.5 mg/l masing-masing sebanyak 39, 46, 51 dan 81 helai.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah daun cenderung meningkat dengan lamanya waktu pengamatan, seperti tersaji pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik Pertambahan Daun Stek Pule Pandak dengan Perlakuan NAA, IBA dan Kontrol

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap pertambahan daun stek pule pandak dilakukan pengujian dengan statistik. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan jumlah daun (P<0,01). Hasil analisis sidik ragam terlampir (Lampiran 6).

Tabel 4. Uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Daun Stek Pule Pandak

No. Per lakuan Pertambahan Daun (helai) Persen terhadap kontrol (%)

1. NAA 1,5 mg/l 2,58d 86,72 2. NAA 0,5 mg/l 2,89cd 97,03 3. NAA 0,1 mg/l 2,97cd 99,81 4. Kontrol 2,97cd 100,00 5. NAA 2,0 mg/l 3,22bcd 108,24 6. NAA 1,0 mg/l 3,35bcd 112,56 7. IBA 2,0 mg/l 3,54bcd 119,06 8. IBA 1,0 mg/l 3,98abc 133,92 9. IBA 0,5 mg/l 4,07abc 136,72 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Minggu Setelah Tanam (MST)

Pertambahan Daun (helai)

KONTROL NAA 0,1 mg/l NAA 0,5 mg/l NAA 1,0 mg/l NAA 1,5 mg/l NAA 2,0 mg/l IBA 0,1 mg/l IBA 0,5 mg/l IBA 1,0 mg/l IBA 1,5 mg/l IBA 2,0 mg/l

10. IBA 1,5 mg/l 4,22ab

141,99

11. IBA 0,1 mg/l 5,02a 168,72

*) Nilai rata-rata yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95%.

Hasil uji Dunca n menunjukkan bahwa perlakuan NAA 1,5 mg/l dan IBA 0,1 mg/l memberikan pertambahan jumlah daun yang nyata, seperti tersaji pada Tabel 4.

4.Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman diamati sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat. Sebagai parameter pengukur pengaruh lingkungan, tinggi tanaman sensitif terhadap faktor lingkungan seperti cahaya (Sitompul dan Guritno, 1995).

Gambar 5. Histogram Rata -rata Tinggi Tanaman dengan perlakuan NAA, IBA dan Kontrol

Histogram diatas menunjukkan bahwa tinggi stek pule pandak tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan IBA 0,1 mg/l yaitu 2,03 cm dan tinggi stek terendah pada perlakuan IBA 2,0 mg/l yaitu 0.9 cm.

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap tinggi stek pule pandak dilakukan pengujian dengan statistik. Berdasarkan sidik ragam, perlakuan berpengaruh nyata terhadap tinggi stek pule pandak (P<0,05). Hasil Uji Duncan memperlihatkan bahwa stek tanaman pule pandak yang diberi perlakuan IBA 0,1 mg/l dan 2,0 mg/l menunjukkan hasil yang berbeda nyata dibandingkan dengan

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 Perlakuan

Rata-rata Tinggi Tanaman

(cm) IBA 2,0 mg/l KONTROL NAA 1,5 mg/l NAA 0,5 mg/l IBA 0,5 mg/l NAA 0,1 mg/l IBA 1,5 mg/l NAA 1,0 mg/l NAA 2,0 mg/l IBA 1,0 mg/l IBA 0,1 mg/l

perlakuan lainnya. Hasil analisis sidik ragam terlampir (Lampiran 7), dan hasil Uji Duncan seperti yang tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5. Uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Tinggi Stek Tanaman Pule Pandak

No. Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Persen terhadap kontrol (%)

1. IBA 2.0 mg/l 0,90d 83,33 2. Kontrol 1,08bc 100 3. NAA 1.5 mg/l 1,19bcd 109,72 4. NAA 0.5 mg/l 1,28cd 118,06 5. IBA 0.5 mg/l 1,36bcd 125,46 6. NAA 0.1 mg/l 1,51ac 139,81 7. IBA 1.5 mg/l 1,56abc 144,44 8. NAA 1.0 mg/l 1,59abc 146,76 9. NAA 2.0 mg/l 1,71ab 158,33 10. IBA 1.0 mg/l 1,77ab 163,43 11. IBA 0.1 mg/l 2,03a 187,96

*) Nilai rata-rata yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95%.

C. Pengaruh Media terhadap Pertumbuhan

Dokumen terkait