• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. KAJIAN KEPUSTAKAAN

2) Pengasuhan Anak Baru Lahir dan Bayi

Pengasuhan pada saat baru melahirkan, adalah saat dimulainya tanggung jawab orang tua. Kebutuhan dasar bayi yang baru lahir adalah makanan,

satu bentuk komunikasi bayi adalah dengan menangis, orang tua yang penuh perhatian akan mulai mengenali berbagai jenis tangisan bayinya yang mengekspresikan berbagai kebutuhan yang berbeda seperti rasa lapar, tidak nyaman, bosan, atau kesepian. Bayi yang baru lahir dan bayi muda membutuhkan air susu ibu (Asi) pada setiap beberapa jam yang tentu saja akan mengganggu siklus tidur orang tuanya, tetapi hal itu tetap dilakukan oleh orang tua karena kasih sayang terhadap anaknya. Ketika bayi menangis, orang tua menanggapi dengan antusias untuk menggendong, membelai lembut, memeluk, dan menggoyang-goyang secara lembut untuk menenangkan bayinya yang sedang menangis. Bahkan melakukan pijatan dan mandi air hangat mereka lakukan. Bayi yang baru lahir dapat menghibur diri dengan mengisap jempol mereka atau dot, dan kebutuhan untuk menyusu adalah naluriah yang memungkinkan bagi bayi untuk diberi makan. Menyusui adalah metode memberi makan yang dianjurkan oleh semua organisasi kesehatan bayi (Gartner LM, 2005).

Hasil penelitian Zhao C, et al (2019) menunjukkan bahwa bayi berusia di bawah enam bulan sudah bisa mengenali nada suara orang yang sedang marah. Dalam studinya tersebut ditemukan bahwa otak bayi usia kurang dari enam bulan sudah mulai mengidentifikasi nada marah yang didengar dari lingkungan sekitarnya; dia dapat membedakan konten emosional dari suara ibu mereka jauh sebelum mereka mampu memahami kata-kata berdasarkan intonasi, nada, irama, dan unsur-unsur lain. Bahkan, bayi sangat sensitif dengan nada suara seseorang seperti halnya orang dewasa memproses dan menginterpretasikan suara seseorang yang bicara dengan mereka.

Penelitian Zhao Chen dkk. juga menemukan bahwa suara marah dan bahagia dapat mengaktivasi jaringan di bagian frontal cortex pada otak bayi, yang fungsinya berkaitan dengan kemampuan sosialisasi anak. Otak bayi sangat sensitif terhadap berbagai nada emosional yang mereka dengar dan nada tersebut dapat menyebabkan pola aktivasi yang berbeda di area otak bayi yang juga diketahui terlibat dalam pemrosesan suara pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih tua. Pola tersebut menunjukkan bahwa

bayi, sehingga semakin sering emosional ibu mereka akan semakin kuat respons otaknya.

Dalam hubungan antara orang tua dan anak, ada istilah yang dikenal dengan istilah Bonding Attachment; bonding dapat diartikan sebagai daya tarik awal dan dorongan untuk terjadinya ikatan batin antara orang tua dan bayinya, sedangkan attachment adalah suatu perubahan perasaan satu sama lain yang paling mendasar ketika ada perasaan keterkaitan tanggung jawab dan kepuasan. Menurut Lee & Lok (2012) Bonding mengacu pada keterikatan emosional dan komitmen individu untuk membuat hubungan sosial dengan orang tua dan berbagai pihak di keseluruhan siklus kehidupan, dan bonding mempunyai pengaruh terhadap pembentukan hubungan erat antara orang tua dan anak yang menjadi dasar tumbuhnya kasih sayang antar satu sama yang lainya.

Fitriani L. (2017) dalam penelitiannya telah membuktikan adanya hubungan antara pelaksanaan bonding dan attachment dengan reaksi ibu dan bayi. Oleh karena Fitriani menyarankan kepada petugas di kamar bersalin tempat dia melakukan penelitian untuk selalu menerapkan teknik Bonding dan attachment. Kemudian studi pemrosesan bayi dari pidato emosional menemukan peningkatan aktivasi temporal dalam menanggapi pidato marah dan bahagia dibandingkan dengan pidato netral pada bayi 7-8 bulan (Grossmann T., et. al. 2010). Bounding attachment juga dipengaruhi oleh dukungan sosial terutama dukungan dari suami. Hasil penelitian Winarni menyimpulkan adanya pengaruh dukungan suami terhadap istri dalam kondisi psikologi postpartum dan jika istri tersebut tidak terganggu kondisi psikologinya maka bounding attachment antara ibu dan bayi akan terjalin (Winarni et al., 2018).

Pembentukan keterikatan kasih sayang (attachments) dianggap menjadi dasar dari kapasitas bayi/anak untuk membentuk dan membangun hubungan sepanjang hayat. Keterikatan kasih sayang ini tidak sama dengan cinta dan/atau kasih sayang meskipun mereka sering pergi bersama-sama.

Keterikatan dalam kasih sayang yang dibangun hanya sesaat dan kurangnya

keterikatan atau terjadi gangguan yang serius terhadap keterikatan kasih sayang berpotensi terhadap terjadinya kerusakan yang serius bagi kesehatan dan kesejahteraan anak. Secara fisik seseorang mungkin tidak melihat gejala atau indikasi gangguan tapi secara emosional anak mungkin akan terpengaruh. Studi menunjukkan bahwa anak-anak dengan keterikatan kasih sayang yang terjaga (secure attachment) memiliki kemampuan untuk membentuk hubungan yang sukses, mengekspresikan diri secara interpersonal dan memiliki harga diri yang tinggi. Sebaliknya anak-anak yang memiliki pengasuh yang lalai atau tidak tersedia secara emosional dapat menunjukkan masalah perilaku seperti gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress disorder) atau oppositional-defiant disorder (SS, Hamilton, 2013).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengasuhan ketika bayi baru lahir dan pada masa bayi adalah dengan melakukan beberapa aktivitas, yaitu: a) pemenuhan kebutuhan dasar bayi yang baru lahir yakni makan, tidur, nyaman, dan bersih; dan b) pembentukan keterikatan kasih sayang (attachments) dengan cara: (1) mengenali jenis tangis bayi; (2) menimang bayi yang sedang menangis; (3) memijit dan memandikan dengan air hangat; (4) menyusui bayi secara cukup dari segi frekuensi, volume, dan masa atau lamanya disusui. Pembentukan keterikatan kasih sayang (attachments) merupakan dasar dari kapasitas bayi/anak untuk membentuk dan membangun hubungan sepanjang hayat. Keterikatan dalam kasih sayang yang dibangun hanya sesaat dan kurangnya keterikatan atau terjadi gangguan yang serius terhadap keterikatan kasih sayang berpotensi terhadap terjadinya kerusakan yang serius bagi kesehatan dan kesejahteraan anak, khususnya dilihat dari segi emosional. Anak-anak dengan keterikatan kasih sayang yang terjaga (secure attachment) memiliki kemampuan untuk membentuk hubungan yang sukses, mengekspresikan diri secara interpersonal dan memiliki harga diri yang tinggi. Sebaliknya anak-anak yang memiliki pengasuh yang lalai atau tidak tersedia secara emosional dapat menunjukkan masalah perilaku seperti gangguan stres pasca trauma.