pemanfaatan tanah secara optimal dan
berkeadilan(SS-3)
Untuk pencapaian sasaran strategis ini, BPN-RI mengidentifikasikan 1 (satu) indikator kinerja utama (IKU), yaitu IKU Meningkatnya persentase jumlah wilayah/bidang/luas tanah yang dilakukan pengaturan dan penataan pertanahan serta redistribusi tanah. IKU ini dijabarkan ke dalam 2 (dua) sub IKU yang masing-masing pencapaiannya ditabulasikan dalam table 3.15
Tabel 3.15
Pencapaian IKU Pada SS-3
Indikator Kinerja TARGET
(Bidang)
REALISASI (Bidang) % Jumlah wilayah/bidang/luas tanah yang
dilakukan pengaturan dan penataan pertanahan serta redistribusi tanah
- Jumlah bidang tanah yang ditata melalui Konsolidasi Tanah
4.430 2.656 59,9
5 - Jumlah bidang tanah yang
ditata melalui Redistribusi Tanah
175.500 159.480 90,8 7 179.930 162.136 90,1
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 40 Berikut uraian untuk masing-masing sub IKU:
Jumlah Bidang Tanah Yang Ditata Melalui Konsolidasi Tanah
Penyelenggaraan konsolidasi tanah merupakan kebijaksanaan pertanahan mengenai penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah serta usaha penyediaan tanah untuk kepentingan pembangunan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
IKU ini merupakan salah satu indikator untuk menilai pelaksanaan penataan bidang tanah melalui konsolidasi tanah yang telah dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Pengukuran atas IKU ini adalah Jumlah bidang tanah yang ditata melalui konsolidasi tanah dan dapat bermanfaat bagi institusi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, masyarakat serta pemangku kepentingan lainnya dan merupakan ukuran tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas dan fungsi dari Deputi Bidang Pengaturan Dan Penataan Pertanahan.
Pada tahun 2013 ini dilaksanakan penataan bidang tanah melalui konsolidasi tanah sebanyak 2.656 bidang tanah. Capaian tersebut lebih rendah dari target yang ditetapkan dalam Renstra sebanyak 4.430 bidang tanah. Rendahnya capaian tersebut dikarenakan efisiensi keuangan dan kesiapan provinsi dalam menyelesaikan konsolidasi tanah sesuai waktu yang ditentukan.
Untuk perbandingan tingkat capaian jumlah bidang tanah yang telah ditata melalui kegiatan konsolidasi tanah dari kurun waktu 2010 sampai dengan 2013 sebagai berikut:
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 41
Tabel 3.16
Capaian konsolidasi tanah Tahun 2010 – 2013 Capaian Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Jumlah Target 9.200 10.000 2.663 4.430 26.293 Realisasi 8.790 7.912 2.020 2.656 21.378
Adapun pola jumlah bidang tanah yang ditata melalui kegiatan konsolidasi tanah dari kurun waktu tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Grafik 3.5
Capaian konsolidasi tanah Tahun 2010 – 2013
Grafik 3.6
Jumlah bidang Hasil Konsolidasi Tanah Tahun 2010-2013
205.000 210.000 215.000 220.000 225.000 230.000 235.000 240.000 245.000 250.000 Jumlah Peserta Jumlah Bidang 219.445 246.093 bi dang
Rata-rata jumlah bidang pertahun = 7938 bdg
0 2000 4000 6000 8000 10000 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Target Realisasi 2010 2011 2012 2013 8.219 7.821 1.820 2.656
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 42
Dalam upaya untuk memenuhi target Renstra, maka akan ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan analisis terhadap lokasi-lokasi yang potensial untuk dilaksanakan kegiatan konsolidasi tanah, sehingga dapat ditetapkan lokasi prioritas pelaksanaan konsolidasi tanah;
2. Penyempurnaan petunjuk teknis pelaksanaan konsolidasi tanah. Selain mendukung kebijakan pengaturan dan penataan pertanahan berkaitan dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah/kawasan (P4T) melalui pelaksanaan konsolidasi tanah, IKU ini juga dapat memberikan manfaat terhadap:
a. Institusi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Badan Pertanahan Nasional dapat menunjukkan peran aktifnya di masyarakat melalui program konsolidasi tanah, di mana di dalam proses pelaksanaannya dilakukan melalui mekanisme kesepakatan yang melibatkan berbagai pihak (stakeholder) untuk mewujudkan tertatanya P4T.
b. Masyarakat
Melalui konsolidasi tanah, masyarakat dapat mewujudkan lingkungan yang tertata, berkeadilan dan berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri, karena pada dasarnya konsolidasi tanah melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat pesertanya melalui mekanisme kesepakatan bersama.
c. Pemangku Kepentingan Lainnya
Dalam kegiatan konsolidasi tanah, pemangku kepentingan mulai dari institusi pusat sampai daerah yang terkait dengan pengembangan wilayah dan pembangunan fisik, sosial, ekonomi dan budaya dapat merasakan dampak dari konsolidasi.Dampak pertama adalah pengejawantahan dari Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW), di mana kesesuaian peruntukan tanah dengan RTRW merupakan
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 43
syarat utama dari konsolidasi tanah. Yang kedua adalah penyediaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan melalui mekanisme pemberian Sumbangan Tanah Untuk Pembangunan (STUP) dari masyarakat peserta, yang akan dimanfaatkan untuk prasarana jalan dan saluran, fasilitas dan utilitas umum maupun sosial. Lebih lanjut lagi melalui integrasi dan sinkronisasi program pembangunan ke dalam kegiatan konsolidasi tanah, pemerintah dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki daerah setempat dalam rangka mewujudkan rasa keadilan dan kesejahteraan di dalam masyarakat.
Jumlah Bidang Tanah Yang Ditata Melalui RedistribusiTanah
Jumlah Bidang Tanah yang Diberikan kepada Penerima Manfaat melalui Kegiatan Redistribusi Tanah merupakan salah satu indikator untuk menilai hasil pelaksanaan landreform, yaitu jumlah bidang yang telah diredistribusikan.Direktorat Landreform sebagai pengemban kegiatan landreformdiharapkan mampu meningkatkan jumlah redistribusi tanah dalam rangka mengurangi ketimpangan penguasaan pemilikan tanah, kemiskinan sertameningkatkan kesejahteraan petani.
Tabel 3.17
Target IKU pada Renstra 2010-2014
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Utama
Target Pencapaian IKU
2010 2011 2012 2013 2014 Meningkatnya pelaksanaan redistribusi tanah Jumlah bidang tanah yang diberikan kepada penerima manfaat melalui kegiatan Redistribusi Tanah 210.000 210.000 210.000 210.000 210.000
Cara pengukuran IKU ini adalah jumlah bidang yang diredistribusikankepada penerima manfaat dibandingkan dengan jumlah bidang yang diredistribusikan kepada penerima manfaat dalam target
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 44
pencapaian IKU. Jumlah bidang yang akan diredistribusikan menurut Renstra Direktorat Landreform 2010-2014 adalah sebanyak 1.050.000 bidang.
BerdasarkanTabel 3.18 dan Grafik 3.7 berikut ini, realisasi bidang tanah yang diredistribusikan tahun 2013 adalah sebanyak 159.480 bidang (90,87%) terhadap target Tapkin atau 75,94% terhadap target Renstra. Adapun jumlah bidang tanah yang telah diredistribusikan dari tahun 2010-2013 sebanyak 630.933 bidang (75,11%) terhadap Renstra. Dapat dilihat bahwa capaian tertinggi redistribusi tanah pada tahun 2010, sehingga bila dibandingkan dengan capaian tahun 2013 mengalami penurunan.Penurunan capaian ini terjadi karena penurunan usulan redistribusi tanah dari satuan kerja. Penurunan usulan ini disebabkan semakin berkurangnya ketersediaan tanah obyek landreform.
Tabel 3.18
Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja
2010 2011 2012 2013 Jumlah
Target RENSTRA 210.000 210.000 210.000 210.000 840.000 Target TAPKIN 210.500 181.825 132.155 175.500 717.470 Realisasi 193.111 146.187 132.155 159.480 630.933
Berdasarkan Renstra 2010-2014 bahwa rencana setiap tahun pelaksanaan redistribusi tanah adalah 210.000 bidang. Namun pada kenyataannya redistribusi tanah yang dilaksanakan tidak mencapai Renstra. Diperkirakan hingga akhir periode Renstra (tahun 2014) realisasi pencapaian redistribusi tanah kemungkinan kecil tidak akan memenuhi Renstra.
Perkembangan Realisasi IKU dari Tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013 dalam bentuk persentase secara grafik dapat dilihat dalam Grafik 3.8 berikut ini.
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 45
Grafik 3.7
Realisasi Redistribusi Tanah Tahun 2010-2013
Dalam upaya untuk memenuhi Renstra, maka BPN-RI akan meningkatkan jumlah redistribusi tanah untuk tahun 2014. Adapun langkah-langkah yang akan dilaksanakan antara lain:
1. Melakukan identifikasi lokasi potensi TOL (Tanah Obyek Landreform) lebih awal agar dapat direncanakan untuk kegiatan redistribusi tanah 2014;
2. Mengidentifikasi SK TOL Lama (SK Kinag) yang tanahnya belum diredistribusikan untuk segera diredistribusikan; dan
3. Mencari sumber-sumber potensi obyek landreform baru, misalnya obyek hasil penyelesaian sengketa/pertanahan atau tanah negara bekas tanah terlantar.