• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terwujudnya jaminan kepastian hukumhak atas tanah

Dalam dokumen BABI PENDAHULUAN. A. Latar Belakang (Halaman 23-36)

Untuk pencapaian sasaran ini, BPN mengidentifikasikan 2 (dua) indikator kinerja utama (IKU), yaitu IKU-1 bertambahnya persentase jumlah bidang tanah yang dilegalisasi dan IKU-2 meningkat-nya indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan legalisasi aset tanah.

IKU-1: Bertambahnya persentase jumlah bidang tanah yang dilegalisasi

IKU-1 ini dijabarkan ke dalam 6 (enam) sub IKU yang masing-masing pencapaiannya ditabulasikan dalam table 3.3. Sesungguhnya percepatan legalisasi aset merupakan sebuah keharusan untuk mewujudkan fokus dari arah pembangunan nasional di bidang pertanahan. Masih banyaknya bidang tanah yang belum terdaftar dan diberikan legalitas asetnya berupa sertipikat hak atas tanah, akan Gambar3.3 Penyerahan sertipikat di Palembang

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 24

berpengaruh terhadap kepastian hukum atas aset tanah, baik bagi masyarakat, pemerintah dan dunia usaha. Pada gilirannya pemilikan/penguasaan tanah yang belum terlegalisasi tersebut, akan rentan terhadap terjadinya sengketa dan konflik pertanahan.

Dari tahun 2010-2014 target untuk Kegiatan legalisasi aset yang tertera pada Penetapan Kinerja selalu lebih rendah dari Renstra, hal ini berkaitan dengan ketersediaan anggaran.

Grafik 3.1

Perbandingan Target Renstra dan Penetapan Kinerja

Tabel 3.3

Capaian IKU-1 pada SS-1

Terwujudnya Jaminan Kepastian HukumHak Atas Tanah (Bidang)

IndikatorKinerja Target Realisasi %

Jumlah bidang tanah yang

dilegalisasi/ disertipikatkan 928.695 841.326 90,59 a.Sertipikasi Prona 844.292 770.075 93,95 b. Sertipikasi UKM 20.000 19.192 95,96 c. Sertipikasi Petani 24.000 22.519 93,83 d. Sertipikasi Nelayan 18.000 16.527 91,82 e. Sertipikasi Transmigrasi 14.901 5.976 60,38 f. Sertipikasi MBR 7.500 7.037 93,83 0 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 1.200.000 2010 2011 2012 2013 2014

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 25

Grafik 3.2

Persentase Realisasi Capaian IKU-1

Hingga berakhirnya tahun 2013, capaian untuk IKU-1 ini adalah sebesar 90,59% atau terealisasi sebesar 841.326 bidang

Apabila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2012 seperti yang ditabulasikan pada table 3.4, maka legalisasi aset tahun 2013 mengalami pertumbuhan negative sebesar 7,5.

Tabel 3.4

Perbandingan Realisasi Legalisasi Aset tahun 2012 dan 2013

Indikator

2012 2013 Pertumbuhan

Target Realisasi % Target Realisasi % Jumlah % Jumlah bidang tanah yang dilegalisasi/ disertipikatkan 869.139 908.283 95,69 928.695 839.918 90,44 (68.365) -7,5 93,95 95,96 93,83 91,82 60,38 93,83 0 20 40 60 80 100 Prona UKM Petani Nelayan Transmigrasi MBR

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 26

Pertumbuhan negatif ini disebabkan rendahnya capaian realisasi sertipikasi hak atas tanah transmigrasi yakni sebesar 60,38%.

Berikut uraian untuk masing-masing sub IKU jumlah bidang tanah yang dilegalisasi/ disertipikatkan:

 Sertipikasi Tanah Prona

PRONA, adalah singkatan dari Proyek Operasi Nasional Agraria. PRONA adalah salah satu bentuk kegiatan legalisasi aset dan pada hakekatnya merupakan proses administrasi pertanahan yang meliputi; adjudikasi, pendaftaran tanah sampai dengan penerbitan sertipikat/ tanda bukti hak atas tanah dan diselenggarakan secara massal.

Untuk tahun 2013 target Prona adalah 844.292 bidang, terealisasi sebesar 770.075 bidang atau 93,95%.

Tabel 3.5

Capaian Sertipikasi Prona 2010-2013

PRONA

TAHUN TARGET REALISASI %

2010 226.214 236.130 104,38

2011 568.211 547.486 96,35

2012 785.800 745.540 94,88

2013 844.292 770.075 93,95

Jika dilihat dari jumlah

bidang tanah yang

disertipikatkan, dari tahun 2010-2013 maka jelas terlihat antara target dan persentase realisasi berbanding terbalik, semakin besar target maka persentase realisasi menurun.

Grafik 3.3

Capain Sertipikasi Prona 2010-2013

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 27

Kendala:

1. Daftar nama calon peserta yang diusulkan ternyata subyek dan obyeknya bermasalah/ sengketa

2. Sertipikat tanah belum dapat diserahterimakan kepada peserta, karena masih terdapat peserta kegiatan yang terhutang BPHTB. 3. Masih terdapat peserta yang alas haknya (data yuridisnya) belum

lengkap

4. Terdapat lokasi kegiatan yang sebagian tumpang tindih dengan kawasan hutan contohnya Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Riau.

 Sertipikasi Tanah UKM

Sertipikat Tanah UKM adalah kegiatan legalisasi aset dengan subyek hak adalah pengusaha kecil dan mikro. Legalisasi aset ini merupakan kerjasama antara Badan Pertanahan Nasional RI dengan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia serta Kementerian Dalam Negeri. Program ini dimaksudkan untuk memberikan fasilitasi akses penguatan hak berupa sertipikasi tanah kepada Usaha Mikro dan Usaha Kecil. Sehingga diharapkan dengan program ini kedepan para penggiat UKM dapat meningkatkan pengembangan usaha dan iklim investasinya dan tentu saja diharapkan akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat usaha kecil dan mikro.

Untuk tahun 2013 target sertipikasi tanah UKM adalah 20.000 bidang, terealisasi sebesar 19.192 bidang atau 95,96%.

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 28

Kendala:

1. Masih ditemukan hambatan dalam penentuan lokasi kegiatan sesuai kriteria program;

2. Program sertipikasi kurang didukung kesiapan instansi terkait; 3. Usulan nama peserta dan aberkas alas hak terlambat disampaikan

ke kantor pertanahan

4. Sering terjadi perubahan nama peserta dan lokasinya (daftar nominative peserta belum “clean and clear”);

5. Terjadi peralihan penguasaan tanah transmigrasi kepada pihak lain secara di bawah tangan;

6. Letak lokasi yang jauh terkadang di luar pulau sehingga kesulitan transportasi;

7. Lokasi yang diusulkan ternyata masuk lokasi HGU; Tabel 3.6

Capaian Sertipikasi UKM 2010-2013 UKM

TAHUN TARGET REALISASI %

2010 29.701 30.304 102.03

2011 19.800 18.625 94.07

2012 20.163 18.973 94.10

2013 20.000 19.192 95.96

Grafik 3.4

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 29

8. Usulan peserta bersifat sporadik (tidak mengelompok); dan

9. Bidang tanah calon peserta terindikasi sengketa dengan pihak lain.

 Sertipikasi Tanah Pertanian

Sertipikat Tanah Petani adalah sub komponen dari komponen kegiatan legalisasi aset. Objek kegiatan ini adalah tanah yang dimiliki/dikuasai oleh petani sedangkan subjek kegiatan ini adalah petani (tanaman pangan, holtikultura, perkebunan dan peternakan). Seperti kegiatan legalisasi aset lainnya, sertipikasi tanah petani pada hakekatnya merupakan proses adminstrasi pertanahan yang meliputi adjudikasi, (pengukuran, pemetaan, pengumpulan data yuridis, pengumuman, penetapan/pemberian hak), pendaftaran tanah dan penerbitan sertipikat hak atas tanah. Sertipikasi tanah petani dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum kepemilikan tanah bagi petani, sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan modal usaha.

Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Kementerian Pertanian dengan Badan Pertanahan Nasional RI berdasarkan Keputusan bersama Menteri Pertanian dengan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor: 515/KPTS/HK.060/9/2004 dan Nomor: 2/SKB/BPN/2004 tanggal 02 September 2004.

Maksud dan tujuan program ini adalah untuk:

1. Mendukung dan mempertahankan Program Ketahanan Pangan Nasional;

2. Memberikan kepastian hak atas tanah dan kepastian hukum atas kepemilikan tanah yang diusahakan masyarakat petani yang tinggal dipedesaan secara cepat, tepat, mudah, murah dan aman;

3. Meningkatkan nilai manfaat lahan yang semula berupa sebidang tanah predikat modal pasif menjadi modal aktif dapat terwujud, sehingga dapat digunakan sebagai alat penjaminan bagi petani

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 30

dalam rangka penguatan kemampuan permodalan usaha taninya; dan

4. Untuk mengendalikan laju alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian.

Untuk tahun 2013 target sertipikasi tanah Pertanian adalah 24.000 bidang, terealisasi sebesar 22.519 bidang atau 93,83%.

Tabel 3.7

Capaian Sertipikasi Pertanian 2010-2013

PERTANIAN

TAHUN TARGET REALISASI %

2010 24.100 21.423 88,89

2011 26.600 23.309 87,63

2012 30.000 27.671 92,24

2013 24.000 22.519 93,83

 Sertipikasi Tanah Nelayan

Sertifikasi Tanah Nelayan adalah sub komponen dari komponen kegiatan legalisasi aset. Sertipikasi tanah nelayan pada hakekatnya adalah proses administrasi pertanahan yang meliputi adjudikasi, pendaftaran tanah dan penerbitan sertipikat hak atas tanah. Sertipikasi tanah nelayan merupakan kerjasama antara Badan Pertanahan Nasional RI dengan Kementrian Kelautan dan Perikanan, berdasarkan Keputusan bersama Nomor: 04/MEN-KP/KB/XI/2007 dan Nomor: 7–SKB–BPNRI– 2007 tanggal 15 November 2007 Program ini dimaksudkan untuk memberikan fasilitasi akses penguatan hak berupa sertipikasi tanah kepada nelayan dan usaha penangkapan ikan skala kecil dengan tujuan yang ingin dicapai:

1. Memberikan kepastian hukum hak atas tanah (aset) nelayan dan usaha penangkapan ikan skala kecil;

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 31

2. Memberikan/meningkatkan akses permodalan berupa kemampuan jaminan kredit/pembiayaan dalam rangka pengembangan usaha; dan 3. Meningkatkan minat dan kepercayaan lembaga keuangan/

perbankan untuk penyaluran kredit.

Untuk tahun 2013 target sertipikasi tanah Pertanian adalah 18.000 bidang, terealisasi sebesar 16.527 bidang atau 91,82%.

Tabel 3.8

Capaian Sertipikasi Nelayan 2010 – 2013

NELAYAN

TAHUN TARGET REALISASI %

2010 3.000 3.001 100,03

2011 9.000 8.451 93,90

2012 15.000 13.431 89,54

2013 18.000 16.527 91,82

 Sertipikasi Tanah Transmigrasi

Tujuan pensertipikatan tanah transmigrasi adalah memastikan bahwa setiap kepala keluarga transmigrasi yang telah ditempatkan dan telah memenuhi semua persyaratan yang ditentukan peraturan perundang-undangan, mendapat bidang tanah yang dijanjikan dengan status hak yang kuat (bersertipikat).

Untuk tahun 2013 target sertipikasi tanah Transmigrasi adalah 14.901 bidang, terealisasi sebesar 5.976 bidang atau 60,38%.

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 32

Tabel 3.9

Capaian Sertipikasi Transmigrasi 2010 – 2013

TRANSMIGRASI

TAHUN TARGET REALISASI %

2010 32.984 23.492 71,22

2011 137.435 98.926 71,98

2012 38.575 23.453 60,80

2013 14.901 5.976 60,38

Rendahnya realisasi kegiatan ini disebabkan:

a. Belum terbitnya SK HPLnya karena berkas yang diserahkan oleh instansi terkait belum sesuai dengan persyaratan antara lain:

- belum ada pelepasan kawasan hutan (contoh: provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Maluku, Provinsi Kalimantan Tengah);

- belum selesainya proses ganti rugi; b. Obyeknya (tanah) sudah beralih tangan;

c. Subyeknya (orang) sudah banyak yang berpindah; dan d. Transmigran tidak mampu membayar BPHTB;

 Sertipikasi Tanah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

Legalisasi Aset ini, merupakan kerjasama antara BPN-RI dengan Kementrian Perumahan Rakyat RI berdasarkan kesepakatan bersama antara Kementrian Perumahan Rakyat RI dengan Kepala BPN-RI Nomor: 08/SKB/M/2010 dan Nomor: 7/SKB/XII/2010 tanggal 03 Desember 2010.

Gambar 3.4

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 33

Untuk tahun 2013 target sertipikasi tanah Pertanian adalah 7.500 bidang, terealisasi sebesar 7.037 bidang atau 93,83%.

Tabel 3.10

Capaian Sertipikasi MBR 2010 – 2013

MBR

TAHUN TARGET REALISASI %

2010 - - -

2011 11.508 10.841 94,20

2012 7.500 6.415 85,53

2013 7.500 7.037 93,83

IKU-2: Meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan

Legalisasi Aset Tanah

BPN-RI berupaya menyajikan indeks kepuasan masyarakat secara rutin, dengan harapan mampu memberikan gambaran mengenai kualitas pelayanan di Badan Pertanahan Nasional kepada masyarakat. Indeks tersebut diperoleh berdasarkan pendapat masyarakat terhadap pelayanan legalisasi aset tanah, dalam hal ini diprioritaskan untuk kegiatan prona. Pengolahan data indeks kepuasan masyarakat mengikuti petunjuk dalam keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tanggal 24 Februari 2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Pada tahun 2013, pengukuran IKM dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap, tahap I dilakukan pada bulan Maret di 32 Provinsi dan tahap II di 31 provinsi dengan mengambil sampel 1 (satu) kantor pertanahan kabupaten/kota di setiap provinsi. IKM terhadap pelayanan legalisasi aset tanah dinilai dari 13 unsur seperti tersaji pada table 3.12.

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 34

Tabel 3.11

Kategorisasi Indeks Kepuasan Masyarakat

Interval Mutu Kinerja

81,26 - 100 A SANGAT BAIK

61,26 - 81,25 B BAIK

43,76 - 61,25 C CUKUP BAIK

25 - 43,75 D KURANG BAIK

0 - 24 E TIDAK BAIK

Dari pengolahan data, dapat diketahui bahwa indeks kepuasan masyarakat (IKM) tahun 2013 adalah 73,64 dengan mutu kinerja yang baik (B).

Tabel 3.12

Unsur-unsur yang dinilai pada IKM

Kode

Unsur Nama Unsur

Median

Unsur Median Kategori U13 rasa aman karena sudah

memiliki sertipikat (Prona) 10

DIPERBAIKI U14

rasa yakin akan sertipikat (Prona) sebagai bukti otentik

10

U9 kesopanan dan keramahan

petugas 24

U7 kecepatan penyelesaian Prona 27 U3 kejelasan petugas Prona 30 U4 kedisiplinan petugas prona 30

U1 prosedur Prona 31

31 U5 tanggung jawab petugas

Prona 31

U8 keadilan mendapatkan Prona 32

DIPERTAHANK AN U12 kepastian jadwal Prona 34

U2 persyaratan Prona 35

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 35 U6 kemampuan petugas Prona 38

U11 kepastian biaya Prona 39

Untuk kedepannya, dalam menentukan IKM terhadap pelayanan legalisasi aset, sebaiknya tidak hanya melibatkan responden yang ikut dalam program permerintah seperti prona, tetapi juga masyarakat yang langsung datang ke kantor pertanahan untuk mendaftarkan tanah hak miliknya sehingga diharapkan IKM yang didapatkan lebih berkualitas.

Tabel 3.13

Peringkat Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Tahap II Tahun 2013

NO PROVINSI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN/KOTA SAMPLING INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) MUTU KINERJA

1 D.I. Yogyakarta Kabupaten Sleman 92,3000 A SANGAT BAIK 2 Sumatera Barat Kabupaten Lima Puluh Kota 92,0160 A SANGAT BAIK 3 Sulawesi Tengah Kabupaten Donggala 90,5960 A SANGAT BAIK 4 Jawa Timur Kabupaten Pasuruan 90,1700 A SANGAT BAIK

5 Maluku Kota Ambon 89,1760 A SANGAT BAIK

6 Sumatera Selatan Kabupaten Ogan Ilir 86,6200 A SANGAT BAIK 7 Sulawesi Barat Kabupaten Majene 86,3833 A SANGAT BAIK 8 Banten Kabupaten Pandeglang 86,3360 A SANGAT BAIK 9 NTB Kabupaten Lombok Tengah 84,9160 A SANGAT BAIK 10 Kalimantan Timur Kabupaten Kutai

Kartanegara

84,3480 A SANGAT BAIK 11 Sulawesi Selatan Kabupaten Gowa 83,7800 A SANGAT BAIK 12 Papua Barat Kabupaten Manokwari 82,7860 A SANGAT BAIK 13 Riau Kabupaten Pelalawan 82,5629 A SANGAT BAIK 14 Kalimantan Barat Kabupaten Pontianak 82,3600 A SANGAT BAIK 15 Sulawesi Utara Kota Tomohon 82,0760 A SANGAT BAIK 16 Lampung Kabupaten Pesawaran 82,0760 A SANGAT BAIK 17 Bengkulu Kabupaten Bengkulu Tengah 82,0760 A SANGAT BAIK 18 Kepulauan Riau Kota Batam 81,5080 A SANGAT BAIK

19 Aceh Kabupaten Aceh Besar 80,7371 B BAIK

20 Kepulauan Belitung Bangka Kabupaten Bangka 80,7033 B BAIK

21 Maluku Utara Kota Ternate 80,2300 B BAIK

22 Jawa Tengah Kabupaten Grobogan 79,5200 B BAIK 23 Kalimantan Tengah Kabupaten Pulang Pisau 78,6680 B BAIK

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 36 24 Jawa Barat Kabupaten Bandung 77,2480 B BAIK 25 Jambi Kabupaten Muaro Jambi 76,2743 B BAIK 26 Sulawesi Tenggara Kabupaten Konawe Selatan 73,8400 B BAIK

27 NTT Kabupaten Kupang 70,0533 B BAIK

28 Sumatera Utara Kabupaten Deli Serdang 69,0120 B BAIK 29 Gorontalo Kabupaten Gorontalo 68,5150 B BAIK

30 Bali Kabupaten Bangli 68,1600 B BAIK

31 Kalimantan Selatan Kabupaten Banjar 67,8760 B BAIK

Sasaran 2:Terwujudnya pengendalian, penguasaan,

Dalam dokumen BABI PENDAHULUAN. A. Latar Belakang (Halaman 23-36)

Dokumen terkait