• Tidak ada hasil yang ditemukan

B.1. Perusahaan Pengiriman Barang

Perusahaan pengiriman barang merupakan pihak yang melakukan pengiriman atas barang yang dikirim oleh pengirim barang dan bertanggung jawab

sampai barang diterima oleh penerima barang.Pada pelaksanaannya perusahaan ini menggunakan kendaraan sendiri untuk angkutan darat dan menggunakan angkutan lainnya seperti pesawat terbang dan kapal laut untuk pengiriman yang melintasi pulau dimana kita ketahui bersama bahwa Indonesia memiliki banyak pulau yang tersebar luas di kawasannya, sehingga perlu kerjasama dengan angkutanlainya untuk mengangkut barang.

Angkutan multimoda adalah angkutan barang dengan menggunakan paling sedikit 2 (dua) modaangkutan yang berbeda atas dasar 1 (satu) kontrak sebagai dokumen angkutan multimoda dari satutempat diterimanya barang oleh badan usaha angkutan multimoda ke suatu tempat yang ditentukan untukpenyerahan barang kepada penerima barang angkutan multimoda.35

Permasalahan hukum perusahaan pengiriman barang pada dasarnya tidak ada pengaturan yang jelas mengenai regulasi hukumnya dimana banyak sekali peraturan yang dapat memberikan aturannya masing terhadap perusahaan ini diantaranya adalah Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), UU No 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolahan Wilayah pesisir dan Pulau-Pulau Kecil , UU No.17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, UU No. 38 tahun 2009 Tentang Pos, UU No. 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, UU No.8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, UU No. 40 tahun 2014 Tentang Perasuransian, dll serta peraturan pemerintah untuk pelaksanaan undang-undang yang di atas.

Perusahaan pengiriman barang juga bisa disebut perusahaan multimoda (multimoda transport). Pelaksanaan pengiriman barang perusahaan pengiriman barang menggunakan lebih dari satu moda angkutan maka perusahaan pengiriman barang dapat dikategorikan sebagai perusahaan angkutan multimoda.

23

1. Pengertian Perusahaan Pengiriman Barang

Perusahaan pengiriman barang yang kegiatannya bertindak sebagai pengirim atas kuasa yang diberikan untuk menyelenggarakan jasa titipan. Penyelenggaran jasa titipan dalam pasal 2 Peraturan Menteri Perhubungan KM No Tahun 2005 tentang penyelenggaraan jasa titipan,

Jasa titipan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menerima, membawa dan atau menyampaikan paket, uang dan suratpos jenis tertentu dalam bentuk barang cetakan, surat kabar,sekogram, bungkusan kecil dari pengirim kepada penerima dengan memungut biaya.

Perusahaan pengiriman barang dalam penerapannya bisa banyak diartikan bisa sebagai ekspeditur ataupun penyelenggara pos. Menurut UU No 38 Tahun 2009 Tentang Pos pasal 1 ayat 2 disebutkan penyelenggara pos adalah badan usaha yangmenyelenggarakan pos. Dimana penyelenggaraannya dilakukan oleh badan usaha yang berbadan hukum di Indonesia baik itu badan usaha milik negara, badan usaha daerah, badan usaha milik swasta maupun koperasi.36

Perusahaan pengiriman barang juga pada dasarnya merupakan perusahaan ekspeditur dimana bila ada subjek hukum yang bersedia untuk mencarikan untuk mencari pengangkut yang baik bagi seorang pengirim.37

Ekspeditur diwajibkan membuat catatan -catatan dalam register harian secara berturut-turuttentang sifat dan jumlah barang-barang atau barang-barang Dalam Kitab Undang- Undang Hukum Dagang dalam pasal 86 disebutkan:

Ekspeditur adalah seseorang yang pekerjaannya menyelenggarakanpengangkutan barang-barang dagangan dan barang-barang lain di

darat atau diperairan.

36

Pasal 4 Undang-Undang No.38 tahun 2009 Tentang Pos.

37 Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3 Hukum Pengangkutan

daganganyang harus diangkut, dan bila diminta, juga tentang nilainya. Disini jelas, bahwa ekspeditur menurut undang-undang hanya seorang perantara yang bersedia mencarikan pengangkut bagi pengirim dan tidak mengangkut sendiri barang-barang yang telah diserahkan kepadanya itu.

Proses yang terjadi terlihat jelas perbedaan antara ekspeditur, pengangkut dan pengusaha transport. Perbedaan antara ekspeditur di satu pihak dengan pengangkut dan pengusaha transport di lain pihak adalah: ekspeditur hanya bersedia untuk mencarikan pengangkut bagi pengirim, sedangkan pengangkut dan pengusaha transport bersedia untuk menyelenggarakan pengangkutan dengan menggunakan moda yang ada. Laluperjanjian yang dibuat antara ekspeditur dan pengirim disebut perjanjian ekspedisi, sedangkan perjanjian antara ekspeditur, atas nama pengirim dengan pengangkut disebut perjanjian pengangkutan.

Kecuali pasal 86 sampai 90 KUHD, juga pasal 95 KUHD, mengenai persoalan daluarsa bagi gugatan terhadap ekspeditur dan lain-lain berlaku bagi ekspeditur. Daluarsa bagi gugatan terhadap ekspeditur hanya satu tahun bagi pengiriman-pengiriman dalam wilayah Indonesia dan dua tahun terhadap pengiriman dari Indonesia keluar negeri.38

Perantara pengangkutan yang begitu banyak hanya ekspeditur sajalah yang mendapat pengaturannya dalam undang-undang. Oleh karena itu, bagi ekspeditur berlaku pasal 86 sampai 90 KUHD disamping itu berlaku juga pasal 95 KUHD tentang daluarsa gugatan hukum terhadap ekspeditur. Peraturan ini semua adalah peraturan pelengkap dan berlaku juga bagi ekspeditur yang tidak tetap, yaitu ekspeditur insidentill.

25

Undang-undang No. 1 tahun 2009 tentang Penerbangan mengantur tentang ekpeditur dalam hal ini disebut kegiatan usaha penunjang pengangkutan udara dalam pasal 131-pasal 133. Perusahaan-perusahaan penunjang tersebut diselenggarakan oleh badan hukum Indonesia atau warga negara Indonesia dengan izin pemerintah. Untuk mendapat izin usaha penunjang pengangkutan udara niaga yang dimaksud, wajib memenuhi persyaratan berikut:

a. Akta pendirian badan usaha yang telah disahkan oleh menteri yang berwenang dan salah satu usahanya bergerak dibidang penunjang pengangkutan udara.

b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

c. Surat keterangan domisili yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang. d. Surat persetujuan dari badan kordinasi penanaman modal daerah apabila

menggunakan fasilitas penanaman modal. e. Tanda bukti modal yang disetor

f. Garansi/ jaminan bank

g. Kelayakan teknis dan operasi (Pasal 132 UU Penerbangan)39 2. Tugas Perusahaan Pengiriman Barang

Merumuskan tugas perusahaan pengiriman barang/ekspeditur sebagai yang dilakukan dalam pasal 86 ayat 1 KUHD, pembentuk undang-undang memakai istilah doen vervoen (menyuruh mengangkut). Jadi, menurut pembentuk undang- undang tugas ekspeditur terpisah dengan tugas pengangkut. Tugas ekspeditur hanya mencarikan pengangkut yang baik bagi pengirim, dan tidak menyelenggarakan pengangkutan itu sendiri. Sedang menyelenggarakan pengankutan adalah tugas pengangkut.

Tugas yang dilakukan oleh perusahaan pengiriman barang ialah pengangkutan. Pengangkutan yang dilakukan oleh pengangkut maupun ekpeditur pada dasarnya dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat

asal ke tempat tujuan.Pengangkutan didefinisikan sebagai perpindahan tempat, baik mengenai benda-benda maupun orang, karena perpindahan itu mutlak dibutuhkan dalam rangka mencapai dan meninggikan manfaat serta efisien.40

M.N. Nasution menjelaskan pengangkutan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal menuju tempat tujuannya. Selanjutnya dijelaskan bahwa proses pengangkutan tersebut merupakan gerakan dari tempat asal, dimana kegiatan angkutan itu dimulai, ketempat tujuan, dan kemana kegiatan pengangkutan diakhiri.41Hasim Purba memberikan definisi pengangkutan sebagaiKegiatan pemindahan orang dan atau orang dari suatu tempat ke tempat lain baik melalui angkutan darat, angkutan perairan maupun angkutan udara dengan menggunakan alat angkutan.42

Sution usman dan Djoko Prakoso memberi definisi Pengangkutan adalah sebuah perjanjian timbal balik, pada masa mana pihak pengangkut mengikat diri untuk menyelenggarakan barang dan/ orang ketempat tujuan, sedangkan pihak lainnya (pengirim-penerima; pengirim atau penerima; penumpang) berkeharusan untuk menunaikan pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut.43

40 Sinta Uli, Op.cit, Hal.20.

41 M.N. Nasution, Manajemen Transportasi, Bogor, Ghalia Indonesia, 2008, Hal. 3. 42

Hasim Purba, Op.cit Hal.4.

43 Sution Usman Adji, Djoko Prakoso, dkk, Hukum Pengangkutan di Indonesia, Rineka Cipta,

Jakarta, 2007, hal. 6.

Usaha untuk mencarikan pengangkut yang baik dan cocok dengan barang yang akan diangkut, biasanya ekspeditur bertindak atas nama sendiri, walaupun untuk kepentingan dan atas tanggung jawab pengirim.

Pasal 455 KUHD berbunyi:

Barang siapa membuat perjanjian carter kapal untuk orang lain, terikatlah dia untuk diri sendiri terhadap pihak lawannya, kecuali apabila pada waktu membuat perjanjian tersebut dia bertindak dalam batas-batas kuasanya dan menyebutkan nama si pemberi kuasa yang bersangkutan.

27

Kedudukan ekspeditur dalam penganturan pasal 455 KUHD adalah sama dengan komisioner, yang biasanya bertindak atas nama diri sendiri.44

3. Perjanjian ekspedisi dan perjanjian pengangkutan

Pelaksanaan penggangkutan tidak lepas dari yang namanya perjanjian, dimana perjanjian ini mengikat penganggkut dengan konsumen. Perjanjian adalah suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan namaapapun, baik tertulis maupun tidak tertulis.45

Perjanjian pengangkutan adalah persetujuan di mana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan penumpang dan/atau barangdari satu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat dan penumpang atau pemilik barang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan.46Surbekti mengatakan yang dimaksud dengan perjanjian pengangkutanyaitu suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi untuk dengan amanmembawa orang/barang dari satu tempat ke tempat lain, sedangkan pihak lainmenyanggupi akan membayar ongkosnya.47

Suatu perjanjian pengangkutan pada dasarnya merupakan suatu perjanjianbiasa, yang dengan sendirinya tunduk pada ketentuan-ketentuan yang berlakuuntuk suatu perjanjian pada umumnya, yaitu tunduk pada ketentuan yang terdapatdalam Buku Ke III KUHPerdata tentang Perikatan, selama tidak ada

44 Purwosutjipto, Op.cit Hal.14.

45 Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang PerlindunganKonsumen.

46

Soegjatna Tjakranegara, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Rineka Cipta, Jakarta, 2005, Hal. 2.

pengaturankhusus tentang perjanjian pengangkutan dalam peraturan perundang- undangan dibidang angkutan.48

Hukum pengangkutan juga mengenal istilah perjanjian ekspedisi. Hukum pengangkutan membuat perjanjian antara ekspeditur dan pengirim yang disebut perjanjian ekspedisi. Purwosutjipto menyebutkan bahwa perjanjian ekspedisi adalah perjanjian timbal balik antara ekspeditur dengan pengirim, dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut yang baik bagi si pengirim, sedangkan si pengirim meningkatkan diri untuk membayar provisi kepada ekspeditur.

Menurut sistem hukum Indonesia, pembuatan perjanjian pengangkutantidak disyaratkan harus tertulis, cukup dengan lisan, asal ada persetujuankehendak (konsensus). Kenyataannya hampir semua perjanjian pengangkutandarat, laut, dan udara dibuat secara tidak tertulis, tetapi selalu didukung dokumenpengangkutan. Dokumen pengangkutan bukan perjanjian tertulis melainkansebagai bukti bahwa persetujuan diantara pihak-pihak itu ada. Alasan perjanjianpengangkutan tidak dibuat tertulis karena kewajiban dan hak pihak-pihak telahditentukan dalam undang- undang. Mereka hanya menunjuk atau menerapkanketentuan undang-undang.

49

48

Siti Nurbaiti, Hukum Pengangkutan Darat, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta, 2009, Hal. 13.

49Purwosujipto, Op.cit, Hal.13.

Perjanjian ekspedisi yang dibuat oleh ekspeditur dengan pengirim barang harus tertuang dalam bentuk lisan maupun tulisan dan ada syarat–syarat tertentu sebagai isi pelaksanaan perjanjian. Isi perjanjian yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan undang–undang, ketertiban umum dan kesusilaan.

29

Isi perjanjian ekspedisi tidaklah berbeda dengan perjanjian pengangkutan, dimana harus mengikuti prinsip perjanjian pada umumnya, yang berbeda adalah pihak-pihak yang mengikatkan dirinya. Pada perjanjian ekpeditur yang mengikatkan diri adalah pengirim barang dengan ekspeditur sedangkan pada perjanjian pengangkutan yang mengikatkan diri bisa saja ekspeditur atau pengirim dan lain-lain dengan pihak pengangkut.

B.2. Perusahaan Multimoda

Sistem pengangkutan adalah jalur (line) pengangkutan melalui jalan rel, jalan raya; perairan (sungai, danau, dan laut); atau melalui udara. Setiap sistem pengangkutan melalui satu jalur pengangkutan disebut moda pengangkutan. Alat pengangkut mekanik yang digunakan melalui moda pengankutan jalan rel disebut kereta api; melalui moda pengangkutan jalan raya (darat) disebut kendaraan bermotor umum; melalui moda pengangkutan perairan (sungai, danau, dan laut) disebut kapal; dan melalui moda pengangkutan udara disebut pesawat udara. Jika pengangkutan melalui lebih dari 1 moda pengangkutan dan menggunakan gabungan 2 atau lebih jenis pengangkut mekanik serta dibuktikan dengan dokumen pengangkutan, pengangkut yang demikian disebut pengangkutan multimoda.50

Istilah yang identik dengan multimoda transport yaitu: Trough Transport Combined, dan Integrated Transport, dapat juga di identikkan dengan Non Vessel Common Carrier (NVOC), yaitu pengiriman dan barang ekspor atau impor diatur dalam satu paket atau dengan istilah yang lazim disebut one stop service dengan B/L atau FIATA B/L.

Peraturan Pemerintah No.8 tahun 2011 tentang Angkutan Multimoda memberikan definisi tentang angkutan multimoda

Angkutan Multimoda adalah angkutan barang dengan menggunakan paling sedikit 2 (dua) modaangkutan yang berbeda atas dasar 1 (satu) kontrak sebagai dokumen angkutan multimoda dari satutempat diterimanya barang oleh badan usaha angkutan multimoda ke suatu tempat yang ditentukan untukpenyerahan barang kepada penerima barang angkutan multimoda.

51

pengertian angkutan multimoda apabila kita kaitkan secara keseluruhan dar beberapa pengertian diatas perusahaan pengiriman barang yang menggunakan

50 Abdulkadir Muhammad, Op.cit. Hal. 296. 51 Sinta Uli, Op.cit. Hal. 2.

banyak moda pengiriman dapat disebut perusahaan multimoda. Pada dasarnya perusahaan pengiriman barang (ekspeditur) menggunakan menggunkan banyak moda transport untuk mengangkut barang.

Pada dasarnya tidak ada ketentuan didalam undang-undang yang secara rinci membahas angkutan multimoda tetapi ada beberapa peraturan yang mengatur tentang multimoda. Adapun peraturan-peraturan yang mengatur tentang Multimoda trransport terdapat dalam :

a. UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian yang diatur dalam pasal 147 dan pasal 148

b. UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang diatur pada Pasal 165.

c. UU No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran yang diatur dalam Pasal 50.

d. PP No. 8 Tahun 2011 Tentang Angkutan Multimoda

e. PM No. 8 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan dan Pengusaan Angkutan Multimoda

Pengangkutan Multimoda sebagai gabungan dan kesatuan dari dua ataulebih Moda Pengangkutan diselenggarakan dengan tujuan totalitas dari tujuan semua moda pengangkutan. Oleh karena itu, pengangkutan multimoda diselenggarakan untuk :

a. Memadukan dua atau lebih moda pengangkutan sebagai satu kesatuan yang utuh dan handal.

31

b. Memperlancar arus perpindahan orang atau barang dengan selamat, aman, cepat, lancar, teratur, nyaman, dan efektif, serta efisien.

c. Menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan dan perairan.

d. Melayani masyarakat dengan biaya yang relatif terjangkau oleh daya beli masyarakat.

e. Menunjang pertumbuhan dan pemerataan serta stabilitas pembangunan Nasional yang berkelanjutan .

f. Memantapkan perwujudan wawasan nusantara dan memperkukuh ketahanan Nasional.

g. Mengutamakan dan melindungi pengangkutan multimoda nasional. h. Mempererat hubungan antar bangsa.52

Demi tercapai tujuan tersebut, pengangkutan multimoda dikuasai oleh negara dan pembinaannya dilakukan oleh pemerintah. Pengertian dikuasai oleh negara adalah bahwa negara mempunyai hak penguasaan atas penyelenggaraan pengangkutan multimoda. yang pembinaannya dilakukan oleh pemerintah. Perwujudan pembinaan meliputi aspek-aspek pengaturan, pengendalian. Dan pengawasan.53

C.Pengaturan Hukum Mengenai Kerjasama dan Tanggung Jawab Perusahaan

Dokumen terkait