• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA TERHADAP PERDAGANGAN

C. Pengaturan dan Jenis-jenis Sanksi dalam Hukum Pidana dan Sanksi Menurut

TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DALAM RANGKA PERLINDUNGAN TERHADAP SATWA LIAR

1. Pengertian Sanksi Dalam Hukum Pidana

Pengertian sanksi dalam berbagai literatur pada umumnya adalah suatu alat pemaksa agar seseorang menaati aturan ataupun norma-norma yang berlaku65

2. Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana

. Sanksi terhadap norma agama misalnya, bahwa para pelanggar kelak akan mendapatkan siksaan di neraka. Sanksi terhadap pelanggaran kesusilaan misalnya, berupa pengucilan dari anggota masyarakat. Sanksi terhadap norma kesopanan adalah akan mendapatkan perlakuan yang tidak terhormat dan lain sebagainya. Pengaturan sanksi dalam hukum / norma hukum juga tidak berbeda dari saksi-sanksi lainnya. Pengaitan saksi-sanksi pada norma hukum lebih mengikat dan dirasakan sebagai alat pemaksa yang diserahkan serta dilaksanakan oleh penguasa, dalam hal ini berarti negara melalui alat-alat kelengkapannya. Sanksi terhadap norma hukum berbeda dengan sanksi-sanksi lainnya ialah bahwa sanksi terhadap norma hukum lebih berupa hukuman yang dengan segera dapat dilaksanakan oleh yang melanggarnya, sedangkan sanksi terhadap norma lain belum tentu dirasakan segera oleh yang melanggarnya.

65

Rini Mirza : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Perdagangan Ilegal Satwa Liar Yang Dilindungi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Register No.2.640/Pid.B/2006/PN.Medan, Register No.2.641/Pid.B/2006/PN.Medan dan Register No.2.642/Pid.B/2006/PN.Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Hukum terbagi atas hukum publik dan hukum privat (perdata) dalam arti yang luas. Norma-norma hukum tersebut baik hukum publik maupun privat juga dikaitkan dengan sanksi tertentu. Pelanggaran terhadap norma hukum administrasi misalnya akan dikenakan sanksi administrasi seperti penundaan kenaikan pangkat, pemindahan maupun pemecatan. Pelanggaran terhadap norma hukum perdata akan dikenakan sanksi dalam perdata seperti ganti rugi, batalnya suatu perjanjian dan sebagainya begitu juga dalam hal pelanggaran norma hukum pidana akan dikenakan sanksi pidana seperti hukuman mati, penjara, denda dan pidana tambahan tertentu lainnya Pengertian yang dapat diambil dalam hal ini ialah bahwa sanksi tidak hanya bersifat preventif namun dapat juga bersifat represif66

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tugas sanksi

.

67

a. Merupakan alat pemaksa atau pendorong ataupun jaminan agar norma hukum ditaati oleh setiap orang

adalah :

b. Merupakan akibat hukum bagi seseorang yang telah melangar norma hukum Sanksi dalam norma hukum pidana diterapkan atas pelanggaran norma-norma yang dirasakan bersifat merusak kepentingan umum sehingga perlu dirasakan sanksi yang lebih berat yaitu sanksi pidana itu sendiri. Penentuan sanksi pidana didasarkan bahwa benar-benar dibutuhkan adanya alat pemaksa yang tertinggi (ultimum remedium) untuk menjamin suatu norma. Norma hukum pidana dan sanksi pidana dapat dikatakan sebagai benteng dari hukum (het strafrecht is het citadel van het recht )

66

Ibid Hal. 30

67

Rini Mirza : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Perdagangan Ilegal Satwa Liar Yang Dilindungi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Register No.2.640/Pid.B/2006/PN.Medan, Register No.2.641/Pid.B/2006/PN.Medan dan Register No.2.642/Pid.B/2006/PN.Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Jenis-jenis sanksi pidana dalam perundang-undangan berdasarkan Pasal 10 KUHP terdiri atas pidana pokok dan pidana tambahan68

a. Pidana Pokok yang terdiri atas

yaitu :

1) Pidana mati 2) Pidana penjara 3) Pidana kurungan 4) Pidana denda

b. Pidana Tambahan yang terdiri atas 1) Pencabutan hak-hak tertentu 2) Perampasan barang-barang tertentu 3) Pengumuman putusan hakim

Pembagian jenis sanksi lainnya berupa tindakan tidak selalu mutlak diterapkan, dalam hukum pidana juga dikenal berbagai semacam sanksi lainnya yang berupa tindakan perbaikan (maatregel)69

Pidana adalah alat untuk mencegah timbulnya kejahatan dengan tujuan agar tata tertib masyarakat tetap terpelihara, dan sanksi adalah alat ataupun instrument untuk menegakkan tata tertib tersebut, dengan demikian untuk

yaitu misalnya apabila seorang anak yang belum cukup umur maka selain mengembalikan kepada orang tuanya. Hakim juga dapat memerintahkan si anak untuk diserahkan kepada pemerintah agar dididik paksa, demikian juga kepada seseorang yang telah dinyatakan gila melakukan suatu tindak pidana, maka Hakim dapat memerintahkan agar yang bersangkutan untuk dimasukkan kedalam rumah sakit jiwa.

68

R.Soesilo (2000). KUHP. Bandung: Politeia

69

Rini Mirza : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Perdagangan Ilegal Satwa Liar Yang Dilindungi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Register No.2.640/Pid.B/2006/PN.Medan, Register No.2.641/Pid.B/2006/PN.Medan dan Register No.2.642/Pid.B/2006/PN.Medan), 2008.

USU Repository © 2009

mencapai tujuan ketertiban masyarakat, maka pidana dan sanksi pidana mempunyai 3 macam sifat70

a. Bersifat menakut-nakuti (afschrikking) yaitu :

b. Bersifat memperbaiki (verbetering)

c. Bersifat membinasakan ( onschadelijk maken )

Pemberian sanksi pidana pada dasarnya ditujukan kepada 2 hal yaitu (pelaku) yang bersangkutan dan yang kedua adalah (sanksi) pidana itu merupakan suatu pernyataan pencelaan kepada perbuatan si pelaku71

3. Sanksi Pidana Terhadap Perlindungan satwa Liar Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya.

Sanksi pidana dalam rumusan tindak pidana perdagangan ilegal satwa liar yang dilindungi tercantum dalam Pasal 40 Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tersebut yaitu :

Pasal 40

1) Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 ( dua ratus juta rupiah ).

2) Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) 3) Barangsiapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap

ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 32 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000,00 ( seratus juta rupiah )

70

Adami Chazawi (2002). Pelajaran Hukum Pidana I. Jakarta: Rajawali Press, Hal 162

71

M.Sholehudin ( 2003). Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana Jakarta: Rajawali Press, Hal. 144

Rini Mirza : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Perdagangan Ilegal Satwa Liar Yang Dilindungi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Register No.2.640/Pid.B/2006/PN.Medan, Register No.2.641/Pid.B/2006/PN.Medan dan Register No.2.642/Pid.B/2006/PN.Medan), 2008.

USU Repository © 2009

4) Barangsiapa karena kelalaiannya melakukan pelangggaran terhadap ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

5) Tindak pidana sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dan (2) adalah kejahatan dan tindak pidana sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (3) dan (4) adalah pelanggaran.

Berdasarkan pada ketentuan pidana dalam Pasal 40 tersebut, maka dapat Disimpulkan bahwa formulasi sanksi pidana/kebijakan penal72

a. Sanksi pidana dalam ketentuan undang-undang tersebut adalah single track sistem dimana hanya mengandung sanksi pidana saja, tanpa adanya sanksi atau tindakan perbaikan lainnya.

dalam UU No. 5 Tahun 1990 tersebut adalah :

b. Penggunaan sanksi pidana juga menyebut pidana pokok (penjara, kurungan dan denda) yang dikenakan dan adanya pidana tambahan berupa perampasan tumbuhan maupun satwa langka tersebut untuk diserahkan kepada negara agar dikembalikan kehabitatnya semula ( Pasal 24 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya)

c. Dalam hal penggunaan pidana pokoknya bersifat gabungan (penjara dan denda) yang dijatuhkan sekaligus terhadap masing-masing tindak pidananya d. Penjatuhan sanksi pidana hanya dilakukan terhadap orang perorang dan tidak

mencantumkan korporasi sebagai pelaku tindak pidana tersebut.

72

Barda Nawawi Arif (2003). Kapita Selekta Hukum Pidana Bandung: Citra Aditya. Hal 18

Rini Mirza : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Perdagangan Ilegal Satwa Liar Yang Dilindungi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Register No.2.640/Pid.B/2006/PN.Medan, Register No.2.641/Pid.B/2006/PN.Medan dan Register No.2.642/Pid.B/2006/PN.Medan), 2008.

USU Repository © 2009

e. Penjatuhan sanksi pidana juga tidak menyebutkan pidana minimum khusus, dan hanya pidana maksimum yang diancamkan.

f. Penjatuhan sanksi pidana didalam undang-undang ini dirumuskan dengan penyebutan kualifikasi deliknya yaitu kejahatan dan pelanggaran. (Pasal 40 ayat (5) )

Ancaman dan penjatuhan sanksi pidana atas suatu tindak pidana dalam Peraturan perundang-undangan, khususnya undang-undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya pada prinsipnya bertujuan untuk tegaknya kepastian hukum dalam hal perlindungan terhadap satwa liar berikut ekosistemnya tersebut agar tetap lestari dan terhindar dari kepunahan yang disebabkan oleh berbagai hal ( salah satunya akibat perdagangan ilegal ). Sanksi pidana yang diancamkan selain itu juga berfungsi sebagai tekanan psikologis (psycologie dwang) agar setiap orang takut untuk berbuat jahat dan membuatanya jera agar tidak lagi mengulangi perbuatannya73 seperti halnya teori-teori tujuan pemidanaan atau pemberian sanksi pada umumnya.

73

Rini Mirza : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Perdagangan Ilegal Satwa Liar Yang Dilindungi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Register No.2.640/Pid.B/2006/PN.Medan, Register No.2.641/Pid.B/2006/PN.Medan dan Register No.2.642/Pid.B/2006/PN.Medan), 2008.

USU Repository © 2009

BAB III

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PERDAGANGAN ILEGAL SATWA LIAR YANG DILINDUNGI

(Study Putusan Register No.2.640/Pid.B/2006/PN.Medan, Register No.2.641/Pid.B/2006/PN.Medan dan Register

No.2.642/Pid.B/2006/PN.Medan)

A. Posisi Kasus

1. Kronologis Perkara

Kasus tindak pidana dalam perlindungan satwa liar yang terjadi di wilayah hukum Pengadilan Negeri Medan diantaranya ialah kasus dengan register No. 2.640/Pid.B/2006/PN.Medan, register No. 2.641/Pid.B/2006/PN.Medan dan register No.2.642/PidB/2006/PN.Medan. Kasus tersebut berawal dari informasi yang diterima seorang anggota kepolisian bernama Leonardo kataren tentang adanya orang yang hendak menjual gading gajah. Berdasarkan informasi tersebut, saksi Leonardo Kataren bersama dua orang rekannya yang bernama Aulia Rahman dan Kiki Mr yang juga seorang anggota kepolisian kemudian berusaha mengecek kebenaran informasi tersebut dengan menyamar berpura-pura menjadi orang yang hendak membeli gading gajah tersebut. Leonardo Ketaren, Aulia Rahman dan Kiky Mr kemudian sepakat bertemu dengan terdakwa Rusdi Lubis dan Zainudin Nasution untuk menegoisasikan perihal penjualan gading tersebut di Hotel Kenanga Jl. SM Raja Medan. Kedua terdakwa saat itu datang ke hotel

Rini Mirza : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Perdagangan Ilegal Satwa Liar Yang Dilindungi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Register No.2.640/Pid.B/2006/PN.Medan, Register No.2.641/Pid.B/2006/PN.Medan dan Register No.2.642/Pid.B/2006/PN.Medan), 2008.

USU Repository © 2009

tersebut dengan menaiki mobil Isuzu panther warna biru dengan nomor polisi BK 1153 LP.

Kedua terdakwa, Rusdi Lubis dan Zainudin Nasution sesampainya di hotel Kenanga Medan kemudian membawa turun gading gajah tersebut lalu bernegosiasi dengan saksi Aulia Rahman. Gading gajah tersebut pada awalnya hendak dijual oleh tersangka Zainudin Nasution dengan harga Rp 75.000.000,- (Tujuh puluh lima juta rupiah) lalu kemudian saksi aulia rahman menawarnya dengan harga Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah ), kemudian saksi Kiki Mr menanyakan siapa pemilik gading gajah tersebut dan dijawab oleh terdakwa Zainuddin Nasution bahwa pemiliknya adalah Muhammad Rafi Sekedang, H. Syarifuddin Hasan dan H. Sabaruddin Pelis. Saksi Kiki Mr lalu menyuruh terdakwa Zainuddin Nasution untuk menghubungi terdakwa Rafi Sekedang dan Syarifudin Hasan agar datang ke hotel dengan alasan takut untuk membawa uang tersebut. Terdakwa Rafi Sekedang saat itu mengatakan minta dijemput, namun tidak diperbolehkan oleh saksi Aulia Rahman dan Kiki Mr. kemudian saksi menyuruh terdakwa Zainuddin Nasution untuk mengatakan “mobil rusak, putus tali kipasnya”

Terdakwa Rafi Sekedang, H.Syarifuddin Hasan dan H. Sabaruddin Pelis kemudian datang ke hotel dan berjumpa dengan saksi Aulia Rahman dan Kiki Mr. Terdakwa Rafi Sekedang dan Sabaruddin Pelis meminta pembayaran gading gajah tersebut seharga awalnya Rp 75.000.000 (tujuh puluh lima juta rupiah) dan kembali saksi Aulia Rahman menawarnya Seharga Rp.50.000.000 ( lima puluh juta rupiah) namun ditolak oleh terdakwa Rafi Sekedang dan Sabaruddin Pelis

Rini Mirza : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Perdagangan Ilegal Satwa Liar Yang Dilindungi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Register No.2.640/Pid.B/2006/PN.Medan, Register No.2.641/Pid.B/2006/PN.Medan dan Register No.2.642/Pid.B/2006/PN.Medan), 2008.

USU Repository © 2009

dengan mengatakan bahwa “ tidak mungkin, ada pembeli yang hendak membelinya lebih mahal lagi”. Saksi Aulia Rahman kemudian menanyakan dimana sebelumnya gading gajah itu disimpan dan dijawab oleh terdakwa Sabarudin Pelis bahwa sebelumnya gading gajah itu disimpan di rumah terdakwa Syarifuddin Hasan. Selanjutnya atas perbuatan para terdakwa tersebut mereka kemudian ditangkap dan dibawa ke polsek Medan kota untuk Proses lebih lanjut.

Berdasarkan proses pemeriksaan di Pengadilan diperoleh fakta-fakta bahwa gading gajah tersebut diperoleh terdakwa Rafi Sekedang dari temannya seorang anggota Arhanud di Binjai yang dititipkan kepada terdakwa untuk dijual lalu dibawa terdakwa ke rumah pakciknya terdakwa Sabaruddin Pelis, kemudian dibawa lagi oleh seorang bernama Amril ke Pantai cermin untuk dijual tetapi tidak laku, akhirnya dijemput kembali oleh terdakwa Rafi Sekedang bersama Sabarudin Pelis dan Zainuddin Nasution. Terdakwa Sabarudin Pelis kemudian menghubungi terdakwa Syarifuddin Hasan dan beliau mengatakan ada yang mau membeli gading gajah dan menyuruh agar gading gajah itu dibawa kerumahnya (Syarifuddin Hasan), tidak lama kemudian orang yang mau membeli tadi datang yang ternyata bernama (terdakwa) Rusdi Lubis..

Terdakwa Rusdi Lubis selanjutnya menawar gading gajah tersebut seharga Rp 5.000.000,- ( lima juta rupiah ) per kilogram dan Rafi Sekedang mengatakan agar transaksi dilakukan saat itu juga ( Rabu, 10 mei 2006 ) namun dijawab oleh terdakwa Rusdi Lubis bahwa transaksi akan dilakukan besoknya ( Kamis 11 mei 2006 ) dan selanjutnya terjadilah kronologis perkara seperti yang diuraikan sebelumnya.

Rini Mirza : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Perdagangan Ilegal Satwa Liar Yang Dilindungi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Register No.2.640/Pid.B/2006/PN.Medan, Register No.2.641/Pid.B/2006/PN.Medan dan Register No.2.642/Pid.B/2006/PN.Medan), 2008.

USU Repository © 2009

2. Dakwaan Dan Tuntutan Dalam Perkara 2.1. Dakwaan Dalam Perkara

2.1.1. Terdakwa H.Sabaruddin Pelis dan H.Syarifuddin Hasan

Berdasarkan uraian kejadian dalam perkara tersebut diatas, Kejaksaan Negeri Medan yang menuntut perkara register No. 2.642/PidB/2006/PN.Medan dalam berkas dakwaan terpisah atas nama terdakwa H.Sabaruddin pelis dan H.Syarifuddin Hasan mendakwa terdakwa dengan dakwaan alternatif yaitu :

a. Dakwaan Pertama :

Terdakwa Sabarudin Pelis dan Terdakwa Syarifuddin Hasan dengan sengaja melakukan pelanggaran ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya, dimana dalam pasal tersebut dikatakan bahwa :

Pasal 19

Ayat (1) “setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam”

Pasal 33

Ayat (1) “setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional”

Rini Mirza : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Perdagangan Ilegal Satwa Liar Yang Dilindungi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Register No.2.640/Pid.B/2006/PN.Medan, Register No.2.641/Pid.B/2006/PN.Medan dan Register No.2.642/Pid.B/2006/PN.Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Jaksa penuntut umum dalam dakwaannya menganggap bahwa kedua terdakwa berperan sebagai orang yang melakukan ataupun menyuruh melakukan dan turut serta melakukan perihal penjualan gading gajah tersebut karena perbuatan terdakwa yang menyimpan, membawa dan ikut menegosiasikan harga penjualan atas gading gajah tersebut kepada ketiga saksi Polisi yang menyamar tersebut, atau;

b. Dakwaan Kedua

Terdakwa Sabarudin Pelis dan Syarifuddin Hasan dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan (2) serta Pasal 33 ayat (3) UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dimana disebutkan bahwa :

Pasal 21

Ayat (1) : Setiap orang dilarang untuk:

a) Mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan tumbuhan yang dilindungi dan bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati;

b) Mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain baik didalam maupun diluar Indonesia;

Ayat (2) : Setiap orang dilarang untuk :

a) Menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup;

b) Menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati;

c) Mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain didalam ataupun diluar Indonesia.

d) Memperniagakan, menyimpan, atau memiliki kulit, tubuh atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang terbuat dari

Rini Mirza : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Perdagangan Ilegal Satwa Liar Yang Dilindungi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Register No.2.640/Pid.B/2006/PN.Medan, Register No.2.641/Pid.B/2006/PN.Medan dan Register No.2.642/Pid.B/2006/PN.Medan), 2008.

USU Repository © 2009

bagian-bagian satwa tersebut atau mengeluaarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain didalam ataaupun diluar Indonesia.

e) Mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakaan, menyimpan atau memiliki telur dan/atau sarang satwa yang dilindungi

Pasal 33

Ayat (3) : “setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam”

Jaksa penuntut umum dalam dakwaannya mendakwa bahwa kedua terdakwa tersebut dengan sengaja memberi kesempatan, sarana dan keterangan untuk melakukan kejahatan yang dilakukan para terdakwa tersebut, dimana para terdakwa yang memberikan dan menyediakan rumahnya sebagai tempat penyimpanan gading gajah tersebut dan juga sebagai pihak-pihak yang ikut membantu menegosiasikan harga penjualan gading gajah tersebut.

2.1.2. Terdakwa Zainuddin Nasution

Terhadap terdakwa atas nama Zainuddin Nasution. Jaksa penuntut umum dalam perkara register No. 2.640/Pid.B/2006/PN.Medan, juga mengajukan dakwaan alternatif dengan rumusan:

a. Dakwaan Pertama

Terdakwa Zainuddin Nasution didakwa bersalah melakukan Pelanggaran sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 19 Ayat (1) dan 33 Ayat (1) UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dengan perannya sebagai orang yang segaja memberi sarana, kesempatan ataupun keterangan untuk melakukan kejahatan dimana terdakwa berperan sebagai orang

Rini Mirza : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Perdagangan Ilegal Satwa Liar Yang Dilindungi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Register No.2.640/Pid.B/2006/PN.Medan, Register No.2.641/Pid.B/2006/PN.Medan dan Register No.2.642/Pid.B/2006/PN.Medan), 2008.

USU Repository © 2009

yang mengemudikan mobil yang membawa para terdakwa lainnya menuju hotel kenanga tempat transaksi gading gajah tersebut akan dilakukan. Terdakwa juga yang membawa turun gading gajah tersebut dari dalam mobil dan ikut menegosiasikan perihal harga gading gajah tersebut kepada saksi Aulia Rahman dan Kiki Mr. terdakwa Zainudin Nasution juga yang menghubungi terdakwa Rafi Sekedang dan Syarifuddin Hasan untuk menegosiasikan kembali harga gading gajah tersebut kepada saksi. Atas perbuatannya terdakwa diancam pidana Pasal 40 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya junto Pasal 56 ayat 92 KUHP. atau;

b. Dakwaan Kedua

Jaksa penuntut umum dalam dakwaan keduanya menilai bahwa terdakwa Zainuddin Nasution melanggar Pasal 21 Ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 Ayat (3) UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya juncto Pasal 56 Ayat 2 KUHP sebagai orang yang membantu melakukan atas peran terdakwa tersebut sebagai supir yang mengangkut dan membawa gading gajah tersebut.

2.1.3. Terdakwa Rusdi Lubis Dan Muhammad Rafi Sekedang

Jaksa penuntut umum dalam perkara register No.2.641/Pid.B/2006/PN.Medan atas nama terdakwa Rusdi Lubis dan Rafi Sekedang juga mengajukan dakwaan alternatif dengan rumusan;

Rini Mirza : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Perdagangan Ilegal Satwa Liar Yang Dilindungi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Register No.2.640/Pid.B/2006/PN.Medan, Register No.2.641/Pid.B/2006/PN.Medan dan Register No.2.642/Pid.B/2006/PN.Medan), 2008.

USU Repository © 2009

a. Dakwaan Pertama

Jaksa penuntut umum mendakwa Rusdi Lubis dan Rafi sekedang melanggar Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (3) UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya juncto Pasal 55 KUHP dengan perannya sebagai orang yang melakukan, menyuruh melakukan dan turut serta melakukan atas perannya sebagai orang yang ikut membawa dan menegosisasikan perihal harga penjualan gading gajah tersebut, Rusdi Lubis berperan sebagai orang atau perantara utama dengan saksi Aulia Rahman dalam pertemuan di hotel kenanga sedangkan terdakwa Rafi sekedang merupakan orang yang pertama sekali memiliki dan mendapati gading gajah tersebut dari seorang temannya di Binjai dan sebagai orang yang ikut serta menegosisasikan dan menyimpan gading gajah tersebut. Atas perbuatannya kedua terdakwa diancam dengan pidana sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 41 ayat (1) UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

b. Dakwaan Kedua

Jaksa penuntut umum dalam uraian dakwaan keduanya menyebutkan bahwa terdakwa Rusdi Lubis dan Muhammad Rafi sekedang dengan dakwaan melanggar Pasal 21 ayat (1) dan (2) serta Pasal 33 ayat (3) UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yaitu sebagai orang yang melakukan, menyuruh melakukan dan turut serta melakukan atas perannya yang ikut menegosiasikan perihal penjualan gading gajah tersebut kepada para saksi dari kepolisian yang ketika itu menyamar sebagai pembelinya.

Rini Mirza : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Perdagangan Ilegal Satwa Liar Yang Dilindungi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Register No.2.640/Pid.B/2006/PN.Medan, Register No.2.641/Pid.B/2006/PN.Medan dan Register No.2.642/Pid.B/2006/PN.Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam oleh Pasal 40 ayat (1) UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekositemnya juncto Pasal 55 KUHP.

2.2. Tuntutan Dalam Perkara

2.2.1. Tuntutan Terhadap Sabarudin Pelis Dan Syarifuddin Hasan

Jaksa penuntut umum setelah mengajukan dakwaan, memperhatikan barang bukti dan mendengar keterangan saksi-saksi seperti yang telah disebutkan

Dokumen terkait