• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B.1 Pengaturan Perlindungan Saksi Dan Korban dalam Sistem

Perlindungan saksi dan korban pada masa yang akan datang pada dasarnya telah diterapkan dalam Konsep RUU KUHP Tahun 2012 yang hingga kini tidak kunjung di sahkan, terdapat beberapa ketentuan yang mengacu kepada perlindungan yang berorientasi kepada korban secara langsung dalam Ketentuan Buku Kedua Konsep, adapun ketentuan tersebut yaitu:

Pasal 306

(1) Setiap orang yang bersama-sama orang lain secara terang-terangan di muka umum melakukan kekerasan terhadap orang atau barang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori IV.

(2) Pembuat tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan :

a. pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori IV, jika kekerasan dilakukan dengan menghancurkan barang atau kekerasan tersebut mengakibatkan cidera pada badan orang;

b. pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun, jika kekerasan tersebut mengakibatkan luka berat; atau c. pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun, jika

kekerasan tersebut mengakibatkan matinya orang. (3) Pembuat tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dan ayat (2), dapat dijatuhi pidana tambahan berupa pembayaran ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (1) huruf d.

Pasal 449

(1) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori IV, setiap orang;

(a)Membubuhi merek dagang lain secara palsu selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 445 dan Pasal 446,

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undanganharus atau bole dibubuhkan pada barang atau bungkusnya atau memalsukan merek yang asli dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai barang tersebut seolah-olah mereknya asli atau tidak palsu;

(b)Dengan maksud yang sama sebagaimana dimaksud pada huruf a, membubuhi merek pada barang atau bungkusnya dengan memakai cap yang asli secara melawan hukum; atau

(c)Memakai merek asli untuk barang atau bungkusnya, padahal merek tersebut bukan untuk barang atau bungkus tersebut, dengan maksud untuk memakainya seolah-olah merek tersebut ditentukan untuk barang itu. (2) Pembuat tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat dijatuhi pidana tambahan berupa pembayaran kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (1) huruf d.

Pasal 464

Setiap orang yang melangsungkan perkawinan dan tidak memberitahukan kepada pihak lain bahwa baginya ada penghalang yang sah, dan berdasarkan penghalang tersebut perkawinan kemudian dinyatakan tidak sah, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori IV.

Ketentuan pada Pasal 306 ayat (2) , Pasal 449 ayat (2) , dan Pasal 464 mencantumkan Pidana Tambahan berupa ganti kerugian kepada korban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (1) huruf d. Pidana tambahan dapat dijatuhkan bersama-sama dengan pidana pokok, sebagai pidana yang berdiri sendiri atau dapat dijatuhkan bersama-sama dengan pidana tambahan yang lain, ini merupakan bentuk perlindungan secara langsung atau konkret kepada korban.

Pasal 336

“Setiap saksi dan orang lain yang berkaitan dengan tindak pidana terorisme, korupsi, hak asasi manusia, atau pencucian uang yang menyebutkan nama atau alamat

pelapor atau hal lain yang memberikan kemungkinan dapat diketahuinya identitas pelapor dalam penyidikan dan pemeriksaan di sidang pengadilan dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori II”.

Pasal 336 mengatur mengenai orang yang membuka rahasia identitas saksi dalam tahapan penyidikan dan pemeriksaan di sidang pengadilan dalam kasus-kasus tertentu yang berkaitan dengan kejahatan terorganisir dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori II. Perlindungan terhadap identitas saksi dan korban merupakan hal yang sangat penting, karena dapat mempengaruhi kesaksian seorang saksi apabila terjadi intimidasi terhadap saksi.

Pasal 337

(1) Setiap orang yang merusak gedung, ruang sidang pengadilan, atau alat-alat perlengkapan sidang pengadilan yang mengakibatkan hakim tidak dapat menyelenggarakan sidang pengadilan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun.

(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada saat sidang pengadilan sedang berlangsung yang menyebabkan sidang pengadilan tidak dapat dilanjutkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun.

(3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan aparat penegak hukum yang sedang menjalankan tugasnya mengalami luka-luka, dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun. (4) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

mengakibatkan matinya aparat penegak hukum yang sedang menjalankan tugasnya atau saksi saat memberikan kesaksiannya, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun.

Pasal 337 ayat (2) mengatur mengenai perbuatan orang yang merusak gedung, ruang sidang pengadilan atau alat-alat perlengkapan sidang pengadilan pada saat sidang pengadilan berlangsung yang mengakibatkan sidang tidak dapat dilanjutkan dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun penjara, ini merupakan tindak pidana terhadap penyelenggara peradilan (Contempt of Court), namun jika dikaji lebih lanjut terdapat pengaturan mengenai perlindungan terhadap saksi pada ayat (4) dimana terdapat pemberatan karena akibat dari perbuatan pada Pasal 337 ayat (2) yang menyebabkan kematian pada saksi atau aparat penegak hukum dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun, hal ini merupakan perlindungan secara tidak langsung bagi saksi.

Pasal 338

“Setiap orang yang melakukan penyerangan langsung kepada saksi saat memberikan kesaksiannya, atau aparat penegak hukum dan petugas pengadilan yang sedang menjalankan tugasnya yang mengakibatkan saksi tidak dapat memberikan kesaksiannya, atau aparat penegak hukum dan petugas pengadilan tidak dapat menjalankan tugasnya, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun”.

Pasal 338 Konsep ini mengatur mengenai orang yang secara langsung melakukan penyerangan terhadap saksi pada saat memberikan kesaksiannya di pengadilan yang mengakibatkan saksi tidak dapat memberikan kesaksiannya, atau aparat penegak hukum (hakim, jaksa, panitera, atau petugas kepolisian) yang sedang

menjalankan tugasnya pada saat proses peradilan tersebut sehingga tidak dapat menjalankan tugasnya, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun. Perlindungan terhadap saksi dalam Pasal ini merupakan perlindungan secara tidak langsung yang diberikan kepada saksi.

Perlindungan saksi dan korban selama ini diberikan karena adanya ancaman yang dilakukan oleh perseorangan, namun ancaman tersebut dapat juga dilakukan oleh korporasi, oleh karenanya perlu adanya pengaturan mengenai korporasi.

Pedoman pemidanaan bagi korporasi dapat dilihat dalam Konsep RUU KUHP Tahun 2012 antara lain :

a. Penegasan korporasisebagai subjek tindak pidana. b. Penentuan sanksi pidana/tindakan untuk korporasi.

c. Penentuan kapan korporasi dapat dipertanggungjawabkan. d. Penentuan kapan pengurus dapat dipertanggungjawabkan. e. Penentuan alasan pembenar dan pemaaf bagi korporasi. Selain itu perlu juga menambahkan hal-hal yang berkaitan dengan pidana tambahan yang dapat dijatuhkan sendiri tanpa dibarengi dengan pidana pokoknya dan pedoman pengganti denda untuk korporasi seperti yang diatur dalam Konsep RUU KUHP 2012, sebagai berikut:

1. Pedoman penjatuhan pidana tambahan yang dapat dijatuhkan sendiri tanpa didahului dengan pidana pokok seperti yang terdapat dalam Pasal 67 ayat (2) Konsep yaitu:

“Pidana tambahan dapat dijatuhkan bersama-sama dengan pidana pokok, sebagai pidana yang berdiri sendiri atau dapat dijatuhkan bersama-sama dengan pidana tambahan yang lain”.

2. Pedoman pidana pengganti denda untuk korporasi jika denda tidak dibayar seperti dalam Pasal 85 Konsep yaitu: “Jika pengambilan kekayaan atau pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 ayat (2) tidak dapat dilakukan maka untuk korporasi dikenakan pidana pengganti berupa pencabutan izin usaha atau pembubaran korporasi”.

B.2. Pengaturan Perlindungan Saksi Dan Korban dalam Kajian