• Tidak ada hasil yang ditemukan

dengan maksud untuk membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat otentik mengenai keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum. Jabatan Notaris merupakan suatu lembaga yang diciptakan oleh Negara. Menempatkan Notaris sebagai jabatan merupakan suatu bidang pekerjaan atau tugas yang sengaja dibuat oleh aturan hukum untuk keperluan dan fungsi tertentu (kewenangan tertentu) serta bersifat berkesinambungan sebagai suatu lingkungan pekerjaan tetap.

1. Rahasia Jabatan Notaris

Sebelum seorang calon Notaris memangku Jabatan Notaris haruslah mengucapkan sumpah/janji yang sebagaimana telah diatur dalam Pasal 4 UUJN menurut agamanya dihadapan Menteri atau Pejabat yang ditunjuk. Pengucapan janji/sumpah ini dilakukan dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal keputusan pengangkatan sebagai Notaris. Dalam hal ini, jika pengucapan sumpah/janji tidak dilakukan maka keputusan pengangkatan Notaris dapat dibatalkan oleh Menteri.

Rahasia jabatan merupakan sesuatu yang berkenaan dengan jabatan dan tidak boleh diketahui umum; hal ini diatur di dalam Pasal 322 KUHP, yaitu:69

(1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan atau pencahariannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan penjara dan denda sembilan ribu rupiah;

(2) Jika kejahatan yang dilakukan terhadap seseorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat dituntut atas pengaduan orang itu.

Seorang Notaris yang telah diangkat dan mengucapkan sumpah/janji, dalam waktu 60 (enam puluh) hari sejak tanggal pengambilan sumpah.janji, memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan. Kewajiban tersebut diatur dalam Pasal 7 UUJN, yang berupa :

a. Menjalankan jabatannya dengan nyata;

b. Menyampaikan berita acara sumpah/janji jabatan Notaris kepada Menteri, Organisasi Notaris, dan Majelis Pengawas Daerah; dan

c. Menyampaikan alamat kantor, contoh tanda tangan, dan paraf, serta traan cap atau stempel jabatan Notaris berwarna merah kepada Menteri dan pejabat lain yang bertanggung jawab di bidang pertanahan, Organisasi Notaris, Ketua Pengadilan Negeri, Majelis Pengawas Daerah, serta Bupati/Walikota di tempat Notaris diangkat.

69

Pasal 54 UUJN yang mengatur mengenai Grosse Akta, Salinan Akta dan Kutipan Akta menyatakan “Notaris hanya dapat memberikan, memperlihatkan atau memberitahukan isi akta, grosse akta, salinan akta atau kutipan akta, kepada orang yang berkepentingan langsung pada akta, ahli waris, atau orang yang memperoleh hak, kecuali ditentukan lain oleh perundang-undangan”.

Pasal 322 ayat (1) KUHP yang mengatur mengenai sanksi pidana terhadap orang yang wajib merahasiakan sesuatu tetapi dibukanya rahasia tersebut, menyatakan : “Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan atau pencahariannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah”.

MenurutG. H. S. Lumban Tobing, “Dalam semua akta itu Notaris menerangkan atau memberikan dalam jabatannya sebagai pejabat umum kesaksian dari semua apa yang dilihat, disaksikan dan dialaminya yang dilakukan oleh pihak lain.”70

Dalam akta otentik yang diperbuat Notaris memuat tentang kepastian tanggal (Pasal 15 ayat 1), dalam grosse dari akta otentik untuk pengakuan hutang dengan frasa di kepala akta “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” yang memiliki kekuatan eksekutorial seperti halnya putusan hakim (Pasal 1 angka 11), minuta akta otentik merupakan arsip Negara (Pasal 15 ayat 1). Oleh karena itu, akta otentik merupakan alat bukti yang sempurna tentang yang termuat di dalamnya sehingga

70

hakim dapat menerima dan menganggap bahwa apa yang dituliskan di dalam akta tersebut sungguh telah terjadi sesuatu yang benar. Alasan inilah mengapa keterangan dalam akta otentik yang diperbuat oleh atau dihadapan Notaris harus di jaga kerahasiaannya karena dalam minuta akta tersebut memuat segala sesuatu yang di tulis dan di tetapkan adalah benar sesuai kehendak para penghadap yang terkait dalam akta tersebut sebagai para pihak dalam akta, dan Notaris merupakan pembuat dokumen yang kuat dalam suatu peristiwa hukum yang terjadi di hadapannya.

Telah diuraikan di atas mengenai kewajiban Notaris, sebagaimana dalam Pasal 16 ayat (1) huruf f UUJN mewajibkan Notaris sebagai Pejabat Umum untuk merahasiakan isi akta, maka dalam Kode Etik Notaris yang merupakan peraturan internal anggota kelompok juga mewajibkan Notaris harus bertindak jujur, tidak berpihak dan menjalankan isi Undang-Undang dan sumpah jabatan Notaris.

2. Pelanggaran Rahasia Jabatan Notaris

Sumpah jabatan Notaris maupun kode etik Notaris keduanya memuat tentang rahasia jabatan yang dimiliki oleh Notaris. Notaris sebagai jabatan kepercayaan wajib untuk menjaga rahasia yang dipercayakan orang yang menggunakan jasa Notaris kepadanya. Rahasia jabatan tidak sekedar merupakan ketentuan etik melainkan menjadi asas hukum yang diberikan verschoningsrecht. Dalam Pasal 170 KUHAP ,Notaris karena jabatan, harkat martabat dan pekerjaannya wajib menyimpan rahasia, dibebaskan dari kesaksian.71

Menurut Pasal 322 KUHP maupun Pasal 146 HIR dan Pasal 227 RIB, ada kategori-kategori orang yang karena jabatan atau pekerjaannya dianggap sebagai wajib menyimpan rahasia. Dalam Pasal 322 KUHP diadakan sanksi pidana terhadap mereka dari ketegori-kategori tersebut yang dengan sengaja membuka rahasia itu, sedangkan menurut Pasal 146 HIR dan 227 RIB mereka boleh menolak untuk memberi kesaksian mengenai rahasia tersebut.72 Membocorkan rahasia dikaitkan dengan hukum, dapat didasarkan pada Pasal 322 KUHP dan Pasal 1909 KUHPerdata73dan bahkan apabila terdapat unsur pencemaran nama baik dapat dilihat pada Pasal-Pasal perbuatan melawan hukum dalam KUHPerdata.

Kewajiban untuk menyimpan rahasia pekerjaan ataupun rahasia jabatan, harus memenuhi syarat-syarat, yakni:74

a. Harus ada suatu kewajiban menyimpan rahasia karena pekerjaan ataupun jabatannya(beroep, ambt)dan harkat-martabat;

b. Hal ini mengenai pengakuan dipercayakan kepada penyimpan rahasia;

(1) Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada mereka; (2) Hakim menentukan sah atau tidaknya alasan untuk permintaan tersebut.

72

Ko Tjay Sing,Rahasia Pekerjaan Dokter dan Advokat,PT. Gramedia, Jakarta, 1978, hal 4.

73Pasal 1909 KUHPerdata selengkapnya berbunyi:

Semua orang yang cakap untuk menjadi saksi, wajib memberikan kesaksian di muka Hakim; Namun dapatlah meminta dibebaskan dari kewajiban memberikan kesaksian:

(1) Siapa saja yang mempunyai pertalian keluarga sedarah dalam garis ke sampinng derajat kedua atau keluarga semenda dengan salah satu pihak;

(2) Siapa saja yang mempunyai pertalian darah dalam garis lurus tak terbatas dan dalam garis ke samping dalam derajat kedua dengan suami atau isteri salah satu pihak;

(3) Siapa saja yang karena keddudukannya, pekerjaannya atau jabatannya diwajibkan undang-undang untuk merahasiakan sesuatu, namun hanya mengenai hal-hal yang dipercayakan kepadanya karena kedudukan, pekerjaan dan jabatannya itu.

74Oemar Seno Adji, Etika Profesional dan HukumPertanggungjawaban Pidana Dokter, Erlangga, Jakarta, 1991, hal 46.

c. Apa yang disampaikan harus mempunyai sifat rahasia.

Undang-undang memberikan jaminan bahwa rahasia mereka tidak akan diumumkan baik di luar maupun di muka pengadilan. Jaminan pertama, diberikan dalam Pasal 322 KUHP yang mengancam hukuman penjara atau denda wajib penyimpan rahasia yang dimaksud dalam Pasal tersebut yang dengan sengaja membuka rahasianya. Jaminan kedua, terdapat untuk perkara perdata dalam Pasal 146 HIR (dan dalam Pasal 1909 ayat (3) KUHPerdata) dan untuk perkara pidana dalam Pasal 227 RIB, dalam Pasal-Pasal mana kepada para wajib penyimpan rahasia tersebut, diberi hak untuk sebagai saksi atau ahli menolak memberikan keterangan kepada pengadilan tentang fakta-fakta yang diketahui karena pekerjaannya.

Pembuat undang-undang melindungi rahasia jabatan karena dianggap sebagai kepentingan masyarakat yang dianggap lebih besar daripada kepentingan peradilan untuk menemukan “kebenaran materil”.75Perlindungan atas rahasia jabatan diberikan oleh undang-undang karena sifat-sifat istimewa dari masing-masing jabatan kepercayaan, yang mengkehendaki bahwa yang melakukan jabatan itu diwajibkan tidak memberitahukan kepada orang lain hal-hal yang mereka ketahui karena jabatannya.

Seorang Notaris dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan hannya dapat memberikan bantuan sebaik-baiknya dan secara optimal, kalau kepadanya diberikan kepercayaan penuh oleh peminta bantuan memberitahukan segala sesuatu yang ada

hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kesulitannya kepada pihak yang diminta bantuan dan menjawab pertanyaan kliennya.

3. Rahasia Jabatan Notaris Berindikasi Tindak Pidana

Sejalan dengan perkembangan dan dinamika sosial yang terjadi di masyarakat sehubungan Rahasia Jabatan Notaris manakala akta yang diperbuat berindikasi tindak pidana yang dilakukan oleh Notaris dan Notaris dapat dimintai keterangan oleh Penegak Hukum seringkali menimbulkan keresahan dan kesimpangsiuran antara Notaris, Penegak Hukum dan Masyarakat.

Secara umum tindak pidana dapat dibedakan secara kualitatif berupa :76 a) Kejahatan( Rechtdelicht);

Kejahatan merupakan suatu perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan keadilan, terlepas apakah perbuatan tersebut diancam pidana dalam suatu undang-undang ataupun tidak. Meskipun tidak dirumuskan sebagai delik dalam undang-undang, namun perbuatan ini benar-benar dirasakan oleh masyarakat sebagai bentuk perbuatan yang bertentangan dengan keadilan.

b) Pelanggaran(wetsdelicht);

Pelanggaran merupakan suatu perbuatan-perbuatan yang oleh masyarakat baru disadari sebagai suatu tindak pidana, dikarenakan undang-undang merumuskannya sebagai suatu delik.

76Tongat, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Perspektif Pembaharuan, UMM Press, Malang, 2009, hal.117.

Notaris dalam menjalankan jabatannya seringkali ditemui melakukan beberapa pelanggaran terhadap UUJN dalam hal pembuatan akta-akta Notaris, yakni :

a) Akta dibuat tanpa dihadiri oleh saksi-saksi, sedangkan di dalam akta disebutkan dan dinyatakan “dengan dihadiri saksi-saksi”;

b) Akta yang bersangkutan tidak dibacakan oleh Notaris di hadapan para penghadap yang terkait dengn akta yang diperbuat;

c) Akta yang bersangkutan tidak ditandatangani dihadapan Notaris bahkan bisa saja minuta akta tersebut dibawa oleh orang lain dan ditandatangani di tempat yang tidak diketahui oleh Notaris;

d) Notaris membuat akta diluar wilayah jabatannya, akan tetapi Notaris dalam aktanya mencantumkan seolah-olah dilangsungkan dalam wilayah hukum kewenangannya atau seolah-olah dilakukan ditempat kedudukan Notaris yang bersangkutan.

Sanksi terhadap Notaris yang membuka rahasia jabatannya dengan mengabaikan Hak Ingkar yang melekat padanya dapat dikenai saksi :

1. Sanksi Pidana : melanggar Pasal 322 ayat (1) KUHP dengan ancaman pidana penjara paling lama 9 bulan atau pidana denda paling banyak Rp. 9.000,-;

2. Sanksi Perdata : melanggar Pasal 1365 KUHPerdata sebagai perbuatan melawan hukum dengan sanksi gugatan ganti kerugian;

3. Sanksi Administratif : terdapat pada Pasal 54 UUJN yang dapat dikenai saksi berupa :

b) Pemberhentian sementara; c) Pemberhentian dengan hormat; d) Pemberhentian dengan tidak hormat; 4. Sanksi Kode Etik Notaris

a) Bab III tentang Kewajiban, Larangan dan Pengecualian yang termuat dalam Pasal 4 angka 15 isinya melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik Notaris, dan tidak terbatas pada pelanggaran-pelanggaran terhadap UUJN, Isi Sumpah Jabatan, ketentuan dalam AD/ART INI;

b) Bab IV Pasal 6 tentang Sanksi yang akan dikenakan terhadap pelanggaran kode etik yaitu teguran; Peringatan; Schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan perkumpulan; Onzetting (pemecatan) dari keanggotaan perkumpulan; Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan perkumpulan.

Kejahatan terhadap rahasia jabatan Notaris apabila seorang Notaris dengan sengaja membuka rahasia jabatan yang wajib disimpannya karena jabatannya terdapat dalam Pasal 322 KUHP dengan pidana penjara sembilan bulan atau denda paling banyak Rp. 600,-; Apabila dibukanya rahasia seseorang oleh Notaris yang mengakibatkan masyarakat mengetahuinya dan mengakibatkan kerugian bagi pihak terkait dengan akta tersebut dapatlah Notaris tersebut digugat secara perdata berdasarkan Pasal 1365 KUH Pdta yang menyatakan bahwa tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian tersebut.

Dokumen terkait