• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN

B. Pengawasan Anggaran Biaya Operasional

Menurut Reksohadiprodjo (2000:63) pengawasan pada hakikatnya merupakan usaha memberikan petunjuk pada para pelaksana agar mereka selalu bertindak sesuai dengan rencana. Diharapkan agar para pelaksana membatasi tindakan-tindakannya memcapai tujuan sedemikian rupa sehingga tidak begitu menyimpang dari yang diperbolehkan. Pengawasan menjadikan siklus fungsi manajemen lengkap dan membawa organisasi ke perencanaan. Makin jelas, lengkap dan terkoordinir rencana-rencana makin lengkap pula pengawasannya. Pengawasan itu terdiri dari penentuan standar-standar, pengawasan/supervisi kegiatan atau pemeriksaan, pembandingan hasil dengan standar, serta kegiatan mengkoreksi kegiatan atau standar.

Pengawasan anggaran biaya operasional ini timbul karena adanya pencatatan yang langsung diambil dari lembaran laporan pengiriman dan surat atau daftar permintaan pemakaian,sehingga apa yang terjadi dalam perusahaan akan tercermin pula atau dengan kata lain pengawasan berfungsi sebagai pembanding antara kenyataan yang terjadi dengan perencanaan yang dibuat dengan membuat alat pengukur, melakukan evaluasi secara berkala dan melakukan koreksi langsung setiap terjadi kesalahan.

Pengawasan anggaran biaya operasional pada PTPN II Kebun Basilam dilakukan melalui anggaran. Sebagaimana kita ketahui bahwa anggaran selain sebagai alat perencanaan juga sekaligus sebagai alat pengawasan. Evaluasi terhadap anggaran dilakukan adalah untuk mengetahui kelemahan-kelemahan atau

kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan. Apabila ada terjadi suatu kesalahan maka akan diadakan proses koreksi atau perbaikan untuk anggaran periode berikutnya. Dan evaluasi anggaran periode berjalan juga akan dialkukan dalam rangka mengoptimalkan pencapaian rencana kerja, selalu diadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap alokasi pada biaya anggaran.

Untuk melakukan pengawasan terhadap anggaran biaya operasional, penulis membandingkan anggaran dengan realisasinya dari semua perkiraan-perkiraan yang terdapat didalam anggaran biaya operasional tersebut.

1. Pengawasan anggaran biaya penjualan

PTPN II Kebun Basilam menyusun langkah-langkah pengawasan anggaran biaya penjualan, yaitu:

a. Pengawasan langsung dilakukan oleh pimpinan perusahaan dengan

ikut serta terlibat dalam penyusunan anggaran biaya penjualan pada awal bulan.

b. Pimpinan perusahaan akan memeriksa jumlah pelunasan piutang

yang akan diterima dan membandingkan biaya realisasi dengan anggaran biaya penjualan yang telah disusun.

2. Pengawasan anggaran biaya administrasi dan umum

PTPN II Kebun Basilam melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membuat anggaran biaya administraasi dan umum pada awal

b. Mengalokasikan setiap jenis biaya administrasi dan umum kebagian keuangan atau pembukuan.

c. Pengawasan anggaran biaya overhead

PTPN II Kebun Basilam dalam melakukan pengawasan anggaran biaya overhead dengan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Memperkirakan biaya pemeliharaan mesin dan menganalisamya

b. Menghitung penyusutan mesin

c. Membuat anggaran biaya

Evaluasi terhadap anggaran dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan atau kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan. Apabila ada kelemahan maka akan diambil tindakan korektif untuk anggaran periode berikutnya. Evaluasi tidak hanya terbatas pada evaluasi akhir periode. Perusahaan menganut prinsip fleksibilitas anggaran, artinya dalam rangka mengoptimalkan pencapaian rencana kerja selalu diadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap alokasi pada biaya anggaran. pelaksanaan anggaran pada PTPN II Kebun Basilam didalam hubungan dengan pengawasan anggaran biaya operasional adalah sebagai berikut:

a. Laporan realisasi anggaran bulanan

Berdasarkan laporan realisasi anggaran, khususnya anggaran biaya bulanan dari masing-masing cabang atau unit usaha disusun laporan evaluasi realisasi anggaran bulanan oleh masing-masing penanggungjawab anggaran . Laporan evaluasi realisasi anggaran khususnya biaya-biaya bulanan berisi analisa penyimpangan anggaran dan tindak lanjut terhadap penyimpangan anggaran.

b. Laporan realisasi anggaran triwulan

Proses pengawasan anggaran operasional pelaksanaan anggaran triwulan pada hakikatnya merupakan kompilasi dan akumulasi dari pelaksanaan pengendalian anggaran operasional bulanan yang menjadi bagian triwulan yang bersangkutan.

c. Revisi anggaran

Revisi anggaran dilakukan apabila terjadi perubahan-perubahan yang tidak terakomodasi sebelumnya sehingga membuat anggaran tidak dapat berfungsi sebagai pedoman kerja dan alat pengawasan manajemen dengan efektif. Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan pengawasn anggaran biaya operasional adalah terlebih dahulu menyusun dasar dari pengawasan tersebut. Adapun dasar pengawasan yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode variance (penyimpangan). Untuk melakukan pengawasan terhadap anggaran biaya operasional, penulis membandingkan anggaran dengan realisasi yang terjadi.

Menurut Sule (2006:334) semakin sedikit penyimpangan anggaran yang terjadi, maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan dalam hal penganggaran ini, artinya apa yang telah dianggarkan perusahaan memang sesuai dengan apa yang dibelanjakan, ataupun sebaliknya, apa yang telah dibelanjakan sesuai dengan apa telah dianggarkan. Akan tetapi penyimpangan anggaran tersebut memiliki dua kemungkinan, yaitu penyimpangan yang diinginkan dan penyimpangan yang tidak diinginkan. Penyimpangan yang diinginkan adalah penyimpangan anggaran dari aktual dan yang dianggarkan di mana penyimpangan yang terjadi memberikan arus kas masuk yang lebih baik bagi perusahaan. Penyimpangan

yang tidak diinginkan yaitu terjadinya penyimpangan yang mengakibatkan arus kas keluar perusahaan bertambah banyak.

1. Pengawasan pendapatan

Pengawasan intern kas yang dilakukan pada perusahaan ini adalah dengan menciptakan prosedur-prosedur yang dapat mencegah atau memperkecil kesempatan berbuat curang. Menerapkan sistem pengawasan intern dengan menyelenggarakan sistem akuntansi yang telah dirancang sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Kasir bertanggung jawab atas penerimaan, penyimpangan dan pengeluaran uang kas. Semua yang diterima harus dibuktikan dengan pembuatan bukti masuk. Formulir ini mencakup bukti masuk, bukti penerimaan, atau kuitansi. Bukti masuk yang dimaksud adalah suatu formulir yang diberi nomor tercetak dan digunakan atau dikeluarkan secara berurutan. Jika memberi tanda penerimaan kas dalam bentuk cek atau giro, maka nomor cek atau giro harus dicantumkan dalam bukti masuk untuk memudahkan pengecekan bila diperlukan.

Semua penerimaan kas dalam bentuk apa saja harus didepositokan ke bank pada hari kerja berikutnya. Jika letak bank jauh maka dapat ditahan untuk dijadikan dana kerja. Menguangkan cek pihak ketiga dengan menggunakan uang tunai di kas hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Direktur Utama. Pada hari berikutnya, kasir diwajibkan membuat laporan kas harian untuk mengikhtisarkan penerimaan dan pengeluaran kas hari sebelumnya, berdasarkan bukti masuk dan bukti pengeluaran kas yang dikeluarkan pada hari yang bersangkutan

Formulir bukti masuk adalah formulir yang harus dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu harus disimpan dalam tempat terkunci agar tidak dapat jatuh ketangan orang tidak berwenang yang dapat menggunakan bukti masuk tersebut untuk penyelewengan. Auditor intern dalam pemeriksaan mendadak harus memeriksa bukti masuk yang telah dipakai maupun yang belum dipakai.

2. Pengawasan anggaran biaya operasional langsung

Pengawasan anggaran biaya operasional langsung dilakukan dengan membandingkan anggaran biaya operasional langsung dengan realisasi yang terjadi di lapangan.

TABEL 3.4

PTPN II KEBUN BASILAM

PENGAWASAN ANGGARAN BIAYA OPERASIONAL LANGSUNG TAHUN 2006

(Dalam satuan rupiah)

Uraian Anggaran Realisasi Variance

Biaya Pegawai Biaya Administrasi 518.578.678 13.800.000 322.613.478 15.291.536 195.965.200 (1.491.536) Total 532.378.678 337.905.014 194.473.664

Sumber : PTPN II Kebun Basilam

Perbedaan anggaran dengan realisasi anggaran biaya operasional langsung adalah sebesar Rp 194.473.663, perbedaan ini menunjukkan keuntungan dipemakaian biaya. Namun pada pemakaian biaya administrasi terjadi penyimpangan biaya dari anggaran.

3. Pengawasan anggaran biaya operasional tidak langsung

Pengawasan biaya operasional tidak langsung dilakukan untuk mendukung pengawasan anggaran biaya operasional langsung. Karena biaya tidak langsung membantu dalam operasi kerja biaya langsung.

TABEL 3.5

PTPN II KEBUN BASILAM

PENGAWASAN ANGGARAN BIAYA OPERASIONAL TIDAK LANGSUNG

TAHUN 2006 (Dalam satuan rupiah)

Uraian Anggaran Realisasi Variance

Biaya Pemeliharaan Biaya Penyusutan Biaya Amortisasi Biaya Asuransi Biaya Sewa Biaya Umum 1.224.799.149 402.603.216 46.121.828 2.124.025 254.795.490 1.654.128.197 524.314.315 364.597.998 45.056.662 2.124.025 254.795.490 1.004.195.532 700.484.834 38.005.218 1.065.166 - - 649.932.665 Total 3.584.571.905 2.195.084.022 1.389.487.883

Sumber : PTPN II Kebun Basilam

Perbedaan yang terjadi antara anggaran biaya operasional tidak lansung dengan relisasinya adalah bersifat menguntungkan, dimana anggaran biaya yang telah dibuat sebesar Rp 3.584.571.905 terealisasi sebesar Rp 2.195.084.022. Selisih sebesar Rp 1.389.487.883, artinya perusahaan dapat menekan pemakaian biaya .

4. Pengawasan anggaran Laba Rugi

Setelah disusun perbandingan anggaran dan realisasinya untuk semua perkiraan biaya yang ada, barulah kemudian disusun anggaran laba rugi serta realisasinya.

TABEL 3.6

PTPN II KEBUN BASILAM

PENGAWASAN ANGGARAN LABA RUGI TAHUN 2006

(Dalam satuan rupiah)

Uraian Anggaran Realisasi Variance

Pendapatan Bersih Total Beban 14.164.538.747 4.116.950.583 9.608.650.343 2.532.989.036 4.555.888.404 2.532.989.036

Laba Rugi Perusahaan 10.047.588.164 7.075.661.307 2.022.899.368

Sumber : PTPN II Kebun Basilam

Pada akhirnya perusahaan memperoleh laba sebesar Rp 7.075.661.307. Sedangkan perolehan laba yang dianggarakan sebesar Rp 10.047.588.164.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dan memberikan saran-saran yang bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam mengatasi permasalahan yang timbul. Dari analisis yang dilakukan penulis terhadap perencanaan dan pengawasan anggaran biaya operasional pada PTPN II Kebun Basilam kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut:

1. Proses penyusunan anggaran pada PTPN II Kebun Basilam dimulai dari

penyusunan anggaran ditingkat cabang atau unit usaha lalu diajukan ke tingkat kantor pusat untuk kemudian dibahas oleh direksi dengan komisi anggaran kantor pusat dan disampaikan kepada pemegang saham dan dewan komisaris.

2. Dalam menerapkan sistem pengawasan intern PTPN II Kebun Basilam

menyelenggarakan sistem akuntansi yang telah dirancang sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

3. Dilihat dari laba rugi perushaan, anggaran yang dibandingkan dengan

realisasinya, terjadi penyimpangan dari yang dianggarkan sebesar

Rp 10.047.588.164 menjadi Rp 7.075.661.307 saat direalisasikan. Ini

menunjukkan terjadinya penyimpangan anggaran sebesar

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mencoba memberikan beberapa saran agar perusahaan dapat mengambil kebijaksanaan yang tepat sehubungan dengan perencanaan dan pengawasan anggaran biaya operasional dan dapat meninjau kembali kebijaksanaan yang telah diterapkan. Saran-saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut:

1. PTPN II Kebun Basilam telah memiliki sistem dan prosedur yang baik

dalam perencanaan dan pengawasan anggaran biaya operasional. Hal ini dapat dilihat penulis dengan tersedianya dokumentasi peraturan dan instruksi secara formal yang merupakan pedoman perusahaan dalam menjalankan kegiatannya. Tetapi dalam hal praktek usaha, tidak dapat dipastikan hal ini telah dijalankan sesuai pedoman, oleh karena tidak adanya alat ukur yang diterapkan.

2. Anggaran dapat digunakan sebagai alat ukur efisiensi namun

mengandalkan anggaran saja tidaklah cukup memadai. Ada baiknya perusahaan menggunakan teknik pengukuran efisiensi melalui laba usaha.

3. Pada masa mendatang pimpinan perusahaan harus dapat lebih menekan

DAFTAR PUSTAKA

Madura, Jeff. 2001. Pengantar Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.

Perusahaan Negara Perkebunan / Perseroan Terbatas Perkebunan. 1975. Buku Pedoman Accounting Umum Kebun Kelapa Sawit, Karet Dan Teh.

Perusahaan Negara Perkebunan / Perseroan Terbatas Perkebunan. 1975. Buku Pedoman Pengawasan Biaya Kebun Kebun Kelapa Sawit, Karet Dan Teh.

Reksohadiprodjo, Sukanto. 2000. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta : BPFE. Sule, Ernie Tisnawati. 2006. Pengantar Manajemen. Jakarta : Kencana.

Dokumen terkait