BAB III PEMBAHASAN
E. Pengawasan Biaya Produksi
Manajemen operasional didalam organsisasi bisnis merupakan bagian yang memproduksi barang atau jasa dalam menghasilkan produk didalam proses konversi yang menjadi elemen dasar adalah faktor masukan (In-puts factor) untuk diproses dan keluaran (outputs) sebagai hasil dari proses masukan disertai informasi umpan balik (information feedback) yang merupakan sistem operasional (Manahan, 2004).
Pengawasan biaya produksi merupakan suatu kegiatan dalam mengadakan penilaian, pengukuran dan perbaikan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan rencana pengeluaran biaya produksi yang telah dilakukan.
Pengawasan biaya produksi dilakukan untuk mengetahui penyimpangan- penyimpangan yang terjadi dalam suatu kegiatan kerja. Penyimpangan ini diukur dari realisasi kegiatan dengan anggaran yang telah ditetapkan.
Faktor-faktor pentingnya pengawasan biaya produksi adalah perubahan yang selalu terjadi baik diluar maupun didalam organisasi dan kesalahan-kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan anggota organisasi memerlukan pengawasan dan pembenahan.
Adapun persyaratan sistem pengawasan biaya produksi yang efektif adalah pengawasan haruslah memenuhi sifat serta kebutuhan kegiatan yang ada,
pengawasan harus dapat memberikan laporan penyimpangan secepat mungkin, pengawasan harus menyatakan pola organisasi, pengawasan harus ekonomis tidak mengeluarkan biaya yang besar dan pengawasan haruslah mudah dimengerti maksud dan tujuannya.
Pengawasan biaya produksi mempunyai manfaat bagi suatu organisasi. Manfaat tersebut adalah dapat menjamin diadakannya tindakan korektif, mencegah penyimpangan atau kesalahan dan dapat dengan segera melaporkan penyimpangan- peyimpangan biaya produksi, memperbaiki berbagai penyimpangan atau kesalahan yang terjadi meningkatkan rasa tanggung jawab setiap pegawai dalam menjalankan tugasnya.
Agar perencanaan yang telah disusun dan dijalankan PT. Perkebunan Nusantara III berhasil sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dilakukan pengawasan terhadap biaya produksi. Pengawasan ini berguna untuk mengendalikan pengeluaran biaya produksi, mencegah terjadinya pemborosan, melihat pembandingan seberapa jauh pelaksanaan rencana dan biaya tercapai serta mendorong kesadaran pengendalian biaya.
Pengawasan biaya produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III dilakukan dengan dua cara, yaitu pengawasan biaya melalui pembukuan, antara lain dengan pencatatan dan penggolongan berdasarkan pembukuan, kwitansi serta prosedur pengeluaran dan pengawasan biaya melalui perbandingan anggaran-anggaran biaya tahun lalu.
1. Pengawasan Anggaran Biaya Administrasi dan Umum
Anggaran administrasi yaitu anggaran yang berisi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kegiatan-kegiatan yang menunjang usaha perusahaan diluar kegiatan perusahaan.
Anggaran biaya umum adalah anggaran yang berisi semua biaya dikeluarkan oleh perusahaan untuk direksi dan stafnya termasuk gaji, bonus tahunan, biaya perjalanan dan administrasi kantor.
Pengawasan yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara III terhadap biaya administrasi dan umum adalah:
a) Membuat Laporan Laba Rugi pada awal periode b) Mengalokasikan biaya tersebut secara tepat
c) Memeriksa bukti-bukti pengeluaran atau kwitansi-kwitansi yang terjadi.
2. Pengawasan Anggaran Biaya Overhead
a) Membuat anggaran biaya overhead
b) Menghitung penyusutan terhadap peralatan
c) Serta memperkirakan biaya operasi tidak langsung dan menganalisisnya.
3. Pengawasan Pendapatan
Pengawasan pendapatan adalah pengawasan yang dilakukan melalui kegiatan operasional organisasi, tetapi pengawasan operasional tidak akan efisien tanpa adanya pengawasan akuntansi. Pengawasan pendapatan merupakan suatu kegiatan dalam mengadakan penilaian, pengukuran dan perbaikan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan rencana pengeluaran biaya operasi yang telah dilakukan.
Agar perencanaan pendapatan yang telah disusun dan dijalankan tiap-tiap bagian PT. Perkebunan Nusantara III berhasil sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dilakukan pengawasan atas pendapatan. Pengawasan ini berguna untuk mengendalikan pengeluaran biaya operasional untuk mencegah terjadinya pemborosan, melihat pembandingan seberapa jauh pelaksanaan rencana dan biaya tercapai serta mendorong kesadaran pengendalian biaya.
4. Pengawasan Anggaran Biaya Produksi
Pengawasan operasional adalah pengawasan yang dilakukan melalui kegiatan operasional organisasi, tetapi pengawasan operasional tidak akan efisien tanpa adanya pengawasan akuntansi. Pengawasan melalui anggaran biaya produksi secara keseluruhan, perencanaan biaya produksi untuk setiap kg produksi kelapa sawit untuk tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 3.558,86/kg untuk total biayanya dengan kuantitas anggaran sebesar Rp. 2.184.867.888.000.
Pengendalian biaya produksi secara keseluruhan ini meliputi pengendalian keseluruhan total biaya produksi yang mencakup biaya tanaman, biaya pengolahan, biaya penyusutan dan biaya pembelian.
Berikut ini adalah pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) secara menyeluruh dari tahun 2009 - 2013:
1. Biaya produksi tahun 2009
Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap kg produksi kelapa sawit untuk tahun 2009 adalah Rp. 3.539,07/kg dengan total biaya sebesar Rp. 2.216.191.485.464 untuk kuantitas realisasi sebesar 626.206.751 kg.
Penyimpangan biaya produksi
Anggaran biaya produksi tahun 2009 Rp. 2.184.867.888.000 Realisasi biaya produksi tahun 2009 Rp. 2.216.191.485.464
Selisih Rp. 31.323.597.464
Selisih sebesar Rp. 31.323.597.464 (1,43%) merupakan penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance).
Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2009 berada diatas anggaran disebabkan oleh:
Perbedaan Kuantitas
= (kuantitas sesungguhnya – kuantitas standar) x harga standar = (626.206.751 – 613.923.829) x 3.558,86
= 12.282.922 x 3.558,86
= 43.713.178.380 (unfavorable variance)
Realisasi biaya produksi tahun 2009 dibandingkan dengan RKAP tahun 2009 berada diatas sebesar Rp. 31.323.597.464 atau 1,43%. Sedangkan realisasi biaya produksi Rp. 3.539,07/kg tahun 2009 apabila dibandingkan dengan RKAP tahun 2009 berada dibawah sebesar 19,79/kg atau 0,56%.
2. Biaya produksi tahun 2010
Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap kg produksi kelapa sawit untuk tahun 2010 adalah Rp. 3.860,81/kg dengan total biaya sebesar Rp. 2.582.988.260.857 untuk kuantitas realisasi sebesar 669.027.329 kg.
Penyimpangan biaya produksi
Anggaran biaya produksi tahun 2010 Rp. 2.406.405.203.000 Realisasi biaya produksi tahun 2010 Rp. 2.582.988.260.857
Selisih Rp. 176.583.057.857
Selisih sebesar Rp. 176.583.057.857 (7,34%) merupakan penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance).
Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2010 berada diatas anggaran disebabkan oleh:
Perbedaan harga
= (harga sesungguhnya – harga standar) x kuantitas sesungguhnya = (3.860,81 – 3.655,67) x 669.027.329
= 205,14 x 669.027.329
= 137.245.083.236 (unfavorable variance)
Realisasi biaya produksi tahun 2010 dibandingkan dengan RKAP tahun 2010 berada diatas sebesar Rp. 176.583.057.857 atau 7,34%. Sedangkan realisasi biaya produksi Rp. 3.860,81/kg tahun 2010 apabila dibandingkan dengan RKAP tahun 2010 berada di atas sebesar 205,14/kg atau 5,61%.
3. Biaya produksi tahun 2011
Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap kg produksi kelapa sawit untuk tahun 2011 adalah Rp. 4.379,81/kg dengan total biaya sebesar Rp. 3.073.950.048.329 untuk kuantitas realisasi sebesar 701.844.730 kg.
Penyimpangan biaya produksi
Anggaran biaya produksi tahun 2011 Rp. 2.815.772.314.000 Realisasi biaya produksi tahun 2011 Rp. 3.073.950.048.329
Selisih Rp. 258.177.734.329
Selisih sebesar Rp. 258.177.734.329 (9,17%) merupakan penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance).
Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2011 berada diatas anggaran disebabkan oleh:
Perbedaan Kuantitas
= (kuantitas sesungguhnya – kuantitas standar) x harga standar = (701.844.730 – 697.457.613) x 4.037,19
= 4.387.117 x 4.037,19
= 17.771.624.881,23 (unfavorable variance) Perbedaan harga
= (harga sesungguhnya – harga standar) x kuantitas sesungguhnya = (4.379,81– 4.037,19) x 701.844.730
= 342,62 x 701.844.730
= 240.466.041.392,6 (unfavorable variance)
Realisasi biaya produksi tahun 2011 dibandingkan dengan RKAP tahun 2011 berada di atas sebesar Rp. 258.177.734.329 atau 9,17%. Sedangkan realisasi biaya produksi Rp 4.379,81/kg tahun 2011 apabila dibandingkan dengan RKAP tahun 2011 berada diatas sebesar 342,62/kg atau 8,49%.
4. Biaya produksi tahun 2012
Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap kg produksi kelapa sawit untuk tahun 2012 adalah Rp. 3.932,23/kg dengan total biaya sebesar Rp. 2.772.072.186.181 untuk kuantitas realisasi sebesar 704.962.616 kg.
Penyimpangan biaya produksi
Anggaran biaya produksi tahun 2012 Rp. 2.914.015.179.000 Realisasi biaya produksi tahun 2012 Rp. 2.772.072.186.181
Selisih Rp. 168.942.992.819
Selisih sebesar Rp. 168.942.992.819 (5,74%) merupakan penyimpangan yang menguntungkan (favorable variance).
Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2012 berada dibawah anggaran disebabkan oleh :
Perbedaan Kuantitas
= (kuantitas sesungguhnya – kuantitas standar) x harga standar = (704.962.616 – 720.362.277) x 4.082,69
= 15.399.661 x 4.082,69
= 62.872.041.968,09 (favorable variance) Perbedaan harga
= (harga sesungguhnya – harga standar) x kuantitas sesungguhnya = (3.932,23 – 4.082,69) x 704.962.616
= 150,48 x 701.844.730
= 105.613.594.970,4 (favorable variance)
Realisasi biaya produksi tahun 2012 dibandingkan dengan RKAP tahun 2012 berada dibawah sebesar Rp168.942.992.819 atau 5,74%. Sedangkan realisasi biaya
produksi Rp. 3.932,23/kg tahun 2012 apabila dibandingkan dengan RKAP tahun 2012 berada dibawah sebesar 150,46/kg atau 3,69%.
5. Biaya produksi tahun 2013
Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap kg produksi kelapa sawit untuk tahun 2013 adalah Rp. 4.435,32/kg dengan total biaya sebesar Rp. 3.111.490.562.884 untuk kuantitas realisasi sebesar 701.525.353 kg.
Penyimpangan biaya produksi
Anggaran biaya produksi tahun 2013 Rp. 3.087.703.886.000 Realisasi biaya produksi tahun 2013 Rp. 3.111.490.562.884
Selisih Rp. 23.786.676.884
Selisih sebesar Rp. 23.786.676.884 (0,77%) merupakan penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance).
Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2013 berada diatas anggaran disebabkan oleh :
Perbedaan harga
= (harga sesungguhnya – harga standar) x kuantitas sesungguhnya = (4.435,32 – 3.992,95) x 701.525.353
= 442,37 x 701.525.353
= 310.333.770.407 (unfavorable variance)
Realisasi biaya produksi tahun 2013 dibandingkan dengan RKAP tahun 2013 berada diatas sebesar Rp. 23.786.676.884 atau 0,77%. Sedangkan realisasi biaya produksi Rp. 4.435,32/kg tahun 2013 apabila dibandingkan dengan RKAP tahun 2013 berada dibawah sebesar 442,37/kg atau 11,08 %.
Dapat disimpulkan bahwa relisasi biaya produksi berada diatas ataupun dibawah biaya yang telah dianggarkan perusahaan. Adapun penyebab-penyebab realisasi biaya produksi bisa berada dibawah atau diatas biaya yang dianggarkan mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 adalah sebagai berikut :
1) Gaji, tunjangan dan biaya sosial karyawan, berada dibawah dan diatas biaya yang dianggarkan. Salah satu penyebabnya adalah berkurangnya pegawai karena adanya pegawai yang dimutasi atau pegawai yang dipindahkan kekebun lain atau pensiun, meningkatnya jumlah tunjangan karyawan dan naiknya gaji para pegawai.
2) Pemeliharaan tanaman menghasilkan juga cenderung berada dibawah angka yang dianggarkan oleh perusahaan. Salah satu penyebabnya adalah gaji untuk para pekerja dibidang ini tidak terlalu banyak, atau biaya untuk peralatan pemeliharaan tanamana menghasilkan tidak terlalu banyak dikeluarkan.
3) Panen, merupakan biaya yang selalu berada dibawah angka yang dianggarkan oleh perusahaan. Salah satu penyebabnya adalah pekerja dibidang ini sebagian besar adalah buruh harian lepas (BHL), sehingga gaji yang dikeluarkan perusahaan tidak terlalu banyak.
4) Biaya penyusutan berada diatas biaya yang dianggarkan. Biaya penyusutan pengolahan ini dimaksudkan penyusutan terhadap barang-barang yang secara langsung berhubungan dengan proses pengolahan.
5) Beban umum juga berada dibawah angka yang telah dianggarkan. Biaya umum biasanya meliputi biaya yang bersifat umum seperti biaya tamu, biaya untuk mengamankan areal.
6) Pada tahun 2012 dan tahun 2013 terdapat beban overhead, meskipun biaya
overhead ini berada diatas biaya yang dianggarkan namun, selisih biaya antara realisasi dan yang dianggarkan hanya sedikit. Kenaikan biaya overhead ini disebabkan oleh meningkatnya biaya yang termasuk kedalam biaya overhead. Seperti gaji, tunjangan dan biaya sosial karyawan pimpinan, beban pemeliharaan bangunan rumah, pajak, retribusi dan PBB, beban asuransi, beban penerangan dan beban persediaan air.