PELAKSANAAN PENGAWASAN DI INDONESIA 1# Pelaksanaan pengawasan
1. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan atau atasan lang- sung, baik di tingkat ?usat maupun di tingkat Daerah ;
Pelaksanaan pengawasan yang dilakykan di Indonesia didasarkan oleh kebi jaksanaan pemerintah yang dituangkan da- lan Instruksi Presiden Nomor T5 Tahun 1983 tefatang Podoman Pokok Pengawasan yang pada intinya dalam pasal 2 ayat 1 di- sebutkan bahwa pengawasan terdiri ;
1. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan atau atasan lang- sung, baik di tingkat ?usat maupun di tingkat Daerah ; 2. Pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan yang di
lakukan secara fungsional.1^
Dalam kaitan ini kebijaksanaan yang tertuang dalam Inpres No* 15 Tahun 1983, menekankan perlunya pengawasan yang dilai kukan oleh Pimpinan Organisasi atau Satuan Kerja terhadap bawahannya disamping pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional dan perlunya tindak lanjut dari hasil pengawasan oleh atasan yang bertanggung;,;Ji^Eai«^
a. Pengawasan Fungsional
Pemegang,penyelenggara dan tanggung jawab fungsi pe- gnwasan dalam setiap penyelenggaraan manajemen dalam orga nisasi adalan pimpinan organisasi yang bersangkutan. Dalam organisasi yang ke'cil pimpinan itulah satu-satunya pengwas
BAB III
^Lihat Inpres No. 15 ^ahun 1985* Bab I, pasal 2 a-yat 1 .
dan fungsi pengawasan dilaksanakan sendiri oleh pimpinan. Namun bagi organisasi-organisasi besar fungsi pengawasan
tidak mungkin dilakukan sendiri oleh pimpinan untuk menjan*; k.'iu secara intensif semua lapisan prgaaieasi. Mengingat be- gitu banyak dan luadnya obyek yang diawasi, pimpinan perlu di.bantu oleh aparat khusus yang diberi tugas pokok untuk me- lakukan pengawasan terhadap semua aspekmpelaksanaan tugas*
A
Pengawasan yang dilakukan oleh aparat yang diadakan khusus untuk merabantu pimpinan dalara menjakamkan fungsi pengawasan dilingkungan organisasi yang menjadi tanggung jawabnya, ini lah yang disebut pengawasan fungsional,
Berdasarkan Instruksi ^residen Nomor 15 tahun
1983
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan, pengawasan fungsio nal dilakukan oleh :
a. Badan Pcngawas Keuangan dan Pembangunan 9
b* Inspektorat Jenderal Departemen ; c. Inspektorat Wila^ah Propinsi ;
d. Inspektorat Wilayah Kabupaten atau Kotemadya ; e. Inspektorat Jenderal Pembangunan J'7
Tugas pokok masing-masing aparat pengawasan fungsi
onal diatur dalam beberapa peratuaran perundang-undanr^an yanr,
berlaku.
1. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)*
Tugas pokok yang dilakukan oleh Badan Pengawas
Keu-* Keu-* Keu-* 9 % ? • * .
angan dan Pembangunan diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 yang pada pokoknya adalah diadakan untuk mem’
bantu ^residen dalam nenjalankan pengawasan u£um atas
pengua-saan keuangan serta pengawasan pembangunan yang menjadi tang-18
gung jawab Presiden.
2. Inspektorat Jenderal Departemen
Inspektorat Jenderal Departemen adalah aparat penga wasan fungsional di tingkat Departemen untuk membantu Mente-
ri dalam menyelenggarakan pengawasan unum atas segala aspek
pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawab Menteri yang bersangkutan. Kedudukan, tugas pokok dan fungdi Inspektorat Jendoral diatur dalara Keputusan Prosiden Nomor 44 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Organisasi Departemen, bahwa tugas pokok Tnspektorat Jenderal adalah melakukan pengawasan dalam ling- kungan Departemen, terhadap pelaksanaan tugas semua unsur De- parteman agar supaya dapat berjalan sesuai dengan rencana dan peraturan yang berlaku, baik tugas yang bersifat rutin maupun tugas pembangunan. Untuk menjalankan tugas pokok
ter-%
sebut ditentukan adanya fungsi yang harus diselenggarakan oleh Inspektorat Jenderal yaitu :
a* Melakukan pemeriksaan terhadap semua unsur at-iu inj- tcnai dilin.^kur..'-an Mepartemen atas petunjuk Menteri. b. Melakukan pengusutan mengenai kebenaran laporan atau
Bandingkan, Keppres No.
31
Tahun 1983, Bab I, pasal 2* 18
pengaduan tentang hambatan, penyimpangan atau penya- lahgunaan dalam pelaksanaan dalam pelaksanaan dibi- dang administrasi, keuangan dan pembangunan ya g di lakukan unsur atau instansi di lingkungan Departemen. c. Melakukan penghjiair" serta penilaian atas hasil lapo- ran berkala ataunsewaktu-watu dari setiap unsur atau instansi dilingkungan Departemen.
Untuk Inspektorat Jenderal pada Departemen Dalam Negeri ju ga melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan jalannya perae- rintah daerah, hal ini ditegaskan dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1979.
3. Inspektorat Wilayah Propinsi
Inspektorat Wilayah Propinsi adalah aparat pengawa san fungsional yang berkedudukan sebagai pembantu Gubornur Kepala Daerah Tingkat I dalam melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan.
4. Inspektorat Wilayah Kabupaten Atau Kotamadya
Inspektorat wilayah Kabupaten atau Kotamadya juga me rupakan aparat pengawasan fungsional yang berkedudukan sefca- gaipembantu Bupati atau Wali Kota Kepala Daerah Tingkat II dalam melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan. 5. Inspektur Jenderal Pembangunan
Inspektur Jenderal Pembangunan adalah aparat penga was fungsional yang melakukan pengawasan atas petunjuk lang- sung dari Presiden atau Wakil Presiden untuk melakukan pe-
Bantuan desa maupun proyek-proyek daerah.
Dalam melakukan kegiatan pengawasan aparat pengawasan fungsional dilakukan atas dasar Progran Kerja Pengawasan Ta- hunan yang penyusunannya dilakukan dalam bentuk usulan ren- cana kerja atas petunjuk MENKO EKUIN dan WASBANG. Kemudian usulan Progran Kerja Pengawasan Tahunan tersebut disusun o- leh BPKP menjadi Progran Kerja Pengawsan Tahunan setelah di- konsoltasikan dengan aparat pengawasan fungsional yang ber sangkutan, dengan berpedoman kepada petunjuk yang diberikan oleh MENKO EKUIN dan WASBANG, serta Pelaksanaan pengawasan dilakukan secara berjenjang nenurut tata kerja yan£ berlaku
dengan dikoordinasikan oleh BPKP. *
Untuk pelaksanaan,perencanaan progran pengawasan di Daerah dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional yang ada didaerah di koordinasikan oleh BPKP yang bersangkutan. Da lam melakukan tugasnya Kepala Perwakilan BPKP berada di ba- wah koordinasi Gubernur Kepala Daerah sebagai kepala Wila- yah. Segala kebijalsanaan koordinasi tidak boleh bertentangi * an dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Kepala BPKP dan tidak boleh bertentangan dengan perundang-undangan yang ber laku*
b. Pengawasan Atasan Langsung atau Pengawasan Melekat
Pengawasan Melekat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian yang terus-menerus, yang dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahannya, secara preventif atau represif agar pelaksanaan tugs^ bawahan
ter-;>ebut berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan ren
cana kegiatan dan peraturan perundang-undangan yanr, bcrlaku.
Pelaksana dari pengawasan melekat adalah dilaJtukan oleh a- tasan yang bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan se bagai proses yang berlangsung terus-menerus yang dilakukan secara vertikal maupun horisontal menurut tugas dan fungsi- nya. Pengawasan melekat dimaksudkan untuk mewajibkan agar setiap atasan atau pejabat pimpinan suatu unit kerja dapat langsung mengetahui kegiatannyata dari setiap aspek serta permasalahan pelaksanaan tugas dalam lingkungan satuan orgo- nisasi.Juga dimaksudkan untuk apabila terjadi pen^Lmpangan dapat langsung segera mengambil langkah-langkah porbaikan dan tindakan seperlunya sesuai dengan rencana £ang telah di- tetapkan sebelumnya serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melakukan kegiatannya, pengawasan melekat dila kukan melalui jalur-jalur yam; disebut dengan -istcr pcngen4 dalian manajeman yang terdiri dari struktur organisasi, peri incian kebijaksanaan pelaksanaan, rencana kerja, prosedur kerja, pencatatan hasil kerja dan pelaporan, serta pembina
IQ an pesonil* 7
2, Mekanisme Kepja Pengawasan Fungsional dan Pengawasan Me- lckat.
a. Mekanisme Kerja Pengawasan Fungsional
Kebijaksanaan pengawasan nasional dipegang oleh Pre siden seperti kita ketahui dari beberapa Inpres yan,? raenga- tur tentang kebijaksanaan pengawasan, yang pelaksanaannya dibantu oleh Wakil■Presiden. Karena itu setiap tahun Wakil Prosiden menetapkan sasaran-sasaran pengawasan dan hal-hal lain yang bersangkutan dengan pengawasan yang hari^s dilaksa- nakan oleh seluruh aparat pengawasan fungsional.Kebijaksanaan an Wakil Presiden ini dijabarkan oleh menteri -menteri untuk dilaksanakan oleh inspektorat Jenderalnya masing-mosing dan oleh Kepala BPKP untuk dilakdanakan oleh aparatnya sondifci. Dalam penjabaran kebijaksanaan Wakil Presiden ini para menfc tri dan Kepala BPKP dikoordinasikan oleh MENKO EKUIN dan WAS- BANG.
Untuk tujuan koordinasi ini,setiap tahun, setelah di- tetapkannya kebijaksanaan WakilPresiden, Menko Ekuin dan Was bang raengeluarkan petunjuk kepada Mentri,Gubernur, Bupatia- tau Walikota dan Kepala BPKP mengenai penjabaran sasaran yang ditetapkan Wakil Presidentersebut, Atas dasar petunjuk .
ini Kepala BPKP memberikan petunjuk cara-cara penyusunan Pro gram Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) kepada seluruh aparat pengawasan fungsional. Dalam petunjuk ini ant^ra lain dise- butkan standart yang harus dipakai dalam menyusun PKPT, an- tora lain standart waktu.yang^-dipergunakan untuk memeriksa suatu instansi atau proyek yang mempunyai ciri-ciri tertentu, Atas daear standart inilah dengan memperhatikan personil yan ; tersedio, dapat dihitung berapa besar kemampuan suatu aparat
pengawasan fungsional•
Dalam menyusu PKPT ini yang harus mengadakan koordi- n.'.si terlebih dahulu adalah Inspektorat Jenderal Departemen Jalara ^egeri dengan Inspektorat Wilayah rropinei dan tn;jpok- torat Kabupatan atau Kotamadya untuk menentukan saron-saran agar tidak terjadi tumpan >tindih. Hal ini sangt perlu dila kukan, mengingat bukan hanya Inspektorat Jenderal Dalam Noge- ri yag berwenang untuk melakukanpemerikeaan tirhadap instan si atai proyek pemerintah daerah tetapi juga karena Inspok- torat Wilayah Propinsi dan Inspektorat Kabupaten atau Kota madya berwenang pula memeriksa terhadap proyek-proyek ^epar-
tomen Dalam Negeri yang ada di wilayah raasing-masing. Seti- ap aparat pengawasan fungsional selanjutnya menyusun Usulan Progran Kerja Pengawasan Tahunan (UPKPT) yang diajukan kepa- da BPKP. Inspektorat Jenderal Departemen atau Unit Pengawa san lembaga, menyampaikan UPKPT kepada BPKP pusat, sedang kan Inspektorat Wilayah Propinsi maupun Kabupaten atau Ko
tamadya menyampaikan UPKPT-nya di wilayah masing-masing. Per- wakilan BPKP tersebut meneliti UPKPT Inspektorat Propinsi atau Inspektorat KabupatenAotamadya tentang kesesuaiannya dengan sasaran-sasaran yang telah ditentukan, tentang kemung- kinan adanya tumpang tindih dan tentang kemungkinan terlak- sanakannya program tersebut dengan memperhatikan |tandart serta kekuatan personil raasing-masing. UPKPT Perwakilan BP- Kr.dan UPKrT Inspektorat Wilayah propinsi dan Inspektorat
oleh Perwakilan BPKP dikirimkan ke BPKP Pusat.
UPKPT Inspektorat Jenderal, UPKPT Perwakilan BPKP, UPKPT Inspektorat Wilayah Propinsi dan Inspektorat Wilayah Kabupaten/Kotamadya dan UPKPT BPKP Pusat diteliti oleh BPKP pusat tentang kesesuaian dengan sasaran-sasaran yang telah ditentukan, tentang kemungkinan akan terjadinya tumpang-tin-
dih, maka diadakan rapat untuk. siapa yang akan
melakukan pemeriksaannya. UPKPT hasil rapat inilah yang men jadi UPKPT seluruh aparat pengawasan fungsional yang kemud.i-
nn oleh Kepala BPKP Pusat diusulkan untuk disahkan menjadi
PKPT oleh Menko Ekuin dan Wacbang. Apabila telah dicuhkan maka PKPT tersebut merupakan rencana kerja pengawasan seca ra nasional yang akan dilaksanakan oleh. sel m ^ h aparat penga- wacan fungsional pemerintah baik di Pusat maupun di Daerah.
PKPT ini harus ditaati seluruh aparat pengawasan fung sional, baik mengenai proyek atau instansi yang menjadi ob- yek peraeriksaannya, sasarannya dan juga waktu pemoriksaannya. PKPT ini haya dapat dilanggar apabila salah satu aparat pe- nr;awasan fungsional memperoleh data atau informasi yang ku- nt tentang adanya tindakan yang merugikan negara atau kasus hambayan pembangunanlainnya. Disini terlihat bahwa peraerik- saan kasus keruglan negara dan hambatan pembangunan mendapat kan prioritas pelaksanaannya. ^
2 0
Wawancara dengan Ketua Perwakilan BPKP wilayah Pro
b* Mekanisrae Kerja Pengawasan Atasan Langsung atau Pengawa san Melekat
Pelaksanaan pengawasan melekat dllakgaj^nkan oleh a- tasan atau pimpinan lang sung terhadap bawahannya, dengan menjalankan fungsi manajemen seorang manajer* Hubungan ker- ja yan;: dilakukan dalam menjalankan fungsi manajemen meli- puti hubimgan atasan dengan bawahan, bawahan dengan atasan dan atasan dengan pihak luar,
Hubungan atasan dengan bawahan dilakukan dongan cara memantau, raengamati dan memeriksa pelaksanaan tugas bawah-in agar berjalan sesuai dengan rencana, ketentuan dan tolok u- kur yang berlaku. Dari hasil Pemantauan dan pengamatan dapat diidentifikasi, menganalisis dan mengevaluasi gejala-gejala dau penyimpangan yang terjadi, sehingga dapat menentukan se- bab dan akibatnya dan cara mengatasinya. Merumuskan tindak lanjut berupa penghargaan, hukuman atau penyempurnaan adrai- nistrasi sesuai dengan kewenangan, apabila dalam pengamntan atau pemantauan diteraukan keadaan bawahan yang dernikian,
»
Hubungan bawahan dengan atasan dilakukan dengan bawa han menyampaikan laporan-laporan pekerjaannya yang menjadi ruanglingkup tugasnya dan tanggung jawabnya kepada atasan secara berkala sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan baik diminta maupun tidak diminta.
Hubungan atasan dengan pihak luar dalam hal ini ber hubungan dengan pihak aparat pengawasan fungsional raengenai
Dari hasil kerja tersebut dengan menjalankan pembi-naan melalui sarana pengawasan melekat yaitu melalui jalur-jalur sistem pengendalian manajemen dapat berfungsi dengan baik maka pengawasan melekat merupakan pengawasan secara ot-tomatis yang secara preventif dapat mencegah sesuatu yang tida dak di perkenankan, mempunyai daya cegah yang tinggi sedini raungkin, serta kegiatan operasional dapat berjalan ke arah
pencapaian sasaran secara efektif dan sehingga
pe-ngawasan fungsional akan berfungsi sebagaiIsarana pepe-ngawasan
21
penunjang.
-BAB;7IV
TINDAK LANJUT PENGAWASAN 1. Beberapa Macam Tindak Lanjut Pengawasan
Pelaksanaan' pengawasan tidak akan ada ^irtinya bila tanpa dilakukantindak lanjut dan haya merupakan inefisien-
si dan pemborosan saja . Berdasarkan ketentuan perundang-
undangan yanr, berlaku yaitu Inprea No* 15 Tahun
1983
tolahditentukan macara atau jenis tindak lanjut untuk agar pelak sanaan pengawasan berjalan efektif dan efisien. Tidak lanjut torsebut berupa :
a. Tindakan Administratif ;
b. Tindakan tuntutan atau gugatan perdata ; c. Tindakan pengaduan tindak pidana ;
d. Tindakan pcnyempurnaan aparatur pemerintah dibidang pp kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan.
Tindakan -tindakan tersebut dikenakan kepada aparat pemerintahan dengan bersifat bukan alternatif tetapi dapat dikenakan secara- kumulatif, artinya apabila terjadi pelang garan tindakan korupsi dikalangan pegawai negeri, maka pelang
>
gar tidak saja dikenakan tindakan pidana tetapi juga diwajib- kan mongganti kerugian perdata sekaligus dapat dikenakan sank- si. yan^; bersifat administratif.2^
a. Tindakan Administratif
Tindakan administratif yangmerupakan salah satu tin dnk lanjut dari pengawasan dilakukan berdasarkan ketentuan porundang-undangan dibidang kepegawaian, termasuk penerapan hukuman disiplin yang dimaksud dalanm Peratutan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Nege- ri Sipil.
Diterapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun
1980
ini dimaksudkan untuk menjamin terpeliharanya ketertiban dan pembangunan yang dipikulkan kepada para pegawai negeri sipil. Teraturan ini raengatur segala sesuatu yang berkaitan dongan kewajiban, larangon dan sanksi apabila kewajibnn-kownjiban itu tidak ditaati atau larangan-larangan itu dilanggar.Yng pada intinya adalah pagawai negeri wajib melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya,. mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan ajau perintah kedinasan dan dilarang melakukan kegiatan "kolusi".
b. Tindakan tuntutan atau gugatan perdata
Tindakan gugatan perdata dapat dikenakan kepada para pejabar aparatur pemerintahan bila diketahui melakukan tin dakan yang bersifat merugikan negara secara material, Tun tutan , perda£a itu dikenakan kepada pegawai negeri cipil borupa antara lain :
1
. tuntutan ganti kerugian atau penyetoran kemboli ;2
. tuntutan perbendaharaan ;Tuntutan ganti kerugian dikenakan kepada pegawai nc- gnri sipil yang bukan raenjabat sebagai bendahurawan atas da
s' r pasal 7 k Undang-undang Perbendaharaan Indonesia (XCW)
yang menurut pasal ini adalah pegawai negeri yon/" karenr. ko- lalaiannya atau karena tindakan melawan hukum sehingga karc- nn pcrbuatannya itu norugikan negara, maka di wajibkan meng- ganti kerugian.^
c* Tindakan pengaduan tindak pidana
Dalam melaksanakan tugasnya aparat pemerintah atau pegawai negeri bila ditemukan tindakan penyalahgunaan wewe-nang atau sumber politik untuk kepentingan pribadi atau go-longan maka tindakan itu dapat dikatakan sebagai tindakan ko
<?6
rupsi, sehingga dapat digolongkan dalam tindak pidana, Dari temuan tindak pidana tersebut dapat dibedakan d;ilara duamacam tindak lanjut yaitu tidak lanjut pidana umum dan tindak lanjut pidana khusus* Untuk tindak lanjut pidana dari hasi temuan pihak aparat pengawasan apabila bersifat
tindak pidana umum, hasil pemeriksaan tersebut akan diserah kan pada pihak Kepolisian dan apabila hasil temuannya itu ber sifat pidana khusus maka hasil temuan itu diserahkan pada pi hak Kcjaksaan untuk diperiksa.
25
^Bandmgkan dengan Undang-undang Perbendaharaan Indo-n''oia(ICW), pasal 74*
t"°BakirHasun,"Korupsi, Efisiensi Usaha dan Marketing Su.jia]u ,Prisma, No* 2 Th. XII, Pebruari 1983, h.21.
d. Tindakan penyempurnaan aparatur pemerintah^di bidan?: kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan
Tindak lanjut berupa penyempurnaan terhadap bidang y:inn: menyangkut kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksa-n,’.,an merupakan tindak lanjut yang bersifat preventi.f,untuk menjamin kelancaran pelaksanaan tugas-tugas umum pemorinta-han dan pembangunan serta pencegapemorinta-han terhadap pemborosan,
27 kobocoran dan penyimpangan.
ronyempurnaan-penyempurnaan yang dilnkuaknn borkait- nn d^ngnn manalah tindak lanjut yan ; bercifat provenfctf ini
dilakukan dengan dasar Kepnfeusa* Prcsidon Taflun
1974
tentang Pokok pokok Organisasi Departemen untuk bidan;:yan" menyangkut masalah kelembagaan, Undang-undang Nomor 8 Tahun 197*1 tentang Pokok pokop Kepegawaain yang dilaksana- kan dengan aturan pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 10
1979 d^n Peratutan Pemerintah Nomor 30 Tahun 19804 dibidabg kepegawaian serta untuk ketatalaksanaan dilakukan dengna pe- n;/cmpurn.;an administrasi dan keuangan negara, administrasi p ngelulaan kekayaan negara dalam bentuk barang bergerak ma- upun barang tidak bergerak. Dalam melakukan penyempurnaan ke- tyt&jLaksanaan.tfcrsebut harus ditetapkan atau dlntur dengan Kcputusa Mentri atau Pimpinan Lerabaga Pcmorintan Non Depar- tamen atau Pinpinan Instansi lainnya, dilakukan setelah
ber-Sarwono Kusumaatmad.ia. op„cit..h. 62.
konsultasi dengan atau mendapat persetujuan Mentri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.
2. Mekanisme Pelaksanaan Tindak Lanjut Pengawasan
Pelaksanaan' dari tindak lanjut hasil pengawasan ti dak lupas dari adanya laporan-laporan yang dilaksanakan di- lapangan baik di instansi pemerintahan di Pusat maupun di- Daerah ataupun dari hasil pengawasan mengenai pelaksanaan proyek-proyek pembangunan sektoral, Inpres bantuan desa yang dilakukan berdasarkan rencana yang telah disusun.
Laporan hasil pemeriksaan oleh Kepala Perwakilan BPKP disarapaikan kepada Deputi Kepala BPKP yang bersangkutan, de ngan sisertai Surat Pengantar Masalah. Dalam Surat Pengantar Masalah ini dikemukakafi saran-saran mengenai langkah-langkah yang harus diambil atau yang harus dilakukai^JpKP Pusat. Hal- hal yang momerlukan tindak lanjut di daerah harus diselosai kan di daerah, sehingga Surat Pengantar Masalah hanya menge- nai hal-hal yang perlu dilakukan tindak lanjutnya di tingkat Pusat. Termasuk dalam masalah yang harus diselesaikan oleh BPKP Pusat ialah masalah yang menyangkut Gubernur Kepala Da erah tingkat I. Seperti diketahui bahwa gubernur merupakan koordinator para pejabat pemerintah pusat didaerah sehingga sulit untuk menyerahkan penyelesaiannya masalah yang menyang kut gubernur kepada Kepala Perwakilan BPKP.
Laporan beserta pengantar masalah ditollti oloh dirok- tur yang membidangi instansi atau proyek pada Doputi Kepala
merupakan masalah yang perlu diselesaikan pejabat tingkat departemen, maka masalah itu disertai saran penyelesaian disampaikan kepada pejabat eselon satu atau langsung kepa da mentrinya, tergantung pada masalahnya* Inspektur Jende ral atau Kepala Unit Pengawasan Lembaga, menerima semua su- rat a£au laporan dari BPKP pusat mengenai departemen atau lembaga yang bersangkutan.
Dari laporan-laporan yang diterima oleh BPKP Pusat dari Kepala Perwakilan BPMK dan Inspektorat Jenderal atau Kepala unit pengawasan disampaikan kepada mentri atau Pim pinan lembaga Pemerintah Non departemen atau Pimpinan *ns- tansi yangbersangkutan dengan tembusan kepada Kepaka BPKP disertai saran tindak lanjut mengenai penyelesaian masalah yang terungkap. Hhtt3ks untuk masalah yang mempunyai dampak yangluas baik mengenai pemerintahan dan pembangunan maupun tehadap kehidupan masyarakat maka laporan itu disampaikan kopada Menko Ekuin dan Wasbang dan mentri atau Pimpinan Lem baga Hon Departemen atau Pimpinan ^nstansi yang bersangku- tah dengan tembusan kepada Kepala BPKP*
Menko Ekuin dab Wasbang kemudian menyampaikan selu ruh hasal laporan yangditerima dari hasil keja pelaksanaan pengawasan kepada Presiden dengan tembusan kepada Wakil Pre siden. Kemudian dalam menjalankantugasnya sebagai perabantu prosiden dalam hal ini lebih dikhususkan pada masalah penga- wnsan pembangunan, maka Wakil Presiden dapat sewaktu-waktu minta laporan dan penjelasan, baik dari Menko Ekuin dan
Was-banfe, dari Kepala BPKP, raaupundari aparat pengawasan fung sional yang lain untuk dipergunakan oleh Wakil Presiden da lam menentukan kebijaksanaan pengawasan selanjutnya.
Dalam mengambil langkah-langkah tindak lanjut para Mentri atau Pimpinan Lembaga Pemerintan Non Departemen atau Pimpinan Instansi lainnya,setelah menerima laporan untuk ke- raudian menyelesaikan masalah-masalah yang telah diidentifi- kacikan dalam rangka pelaksanaan pengawasan, sesuia dengan ketentuan peraturan pecyndang-undangan yang borlaku. Penye- l^nggaraan tindak lanjut tersebut kemudian di koordinasikan oleh Menko Ekuin dan Wasbang dan dibantu oleh Kepala BPKP.
Langkah-langkah tindak lanjut yang dilakukan oleh Montri atau Pimpinan lembaga Pemerintah Non ^epartemen atau Pimpinan Instansi lainnya, 'seperti tersebut diatns diberi- tahukan kepada Mentri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara? khusus menyangkut tindakan administrasi dan tindakan penyem purnaan aparatur pemerintah dan kepada Kepala BPKP mengenai tindakan yang berupa tindakan administratif, tindakan guga- tan perdata dan tindakan pengaduan tindak pidana serta tin- dakan penyerapurnaan aparatur pemerintahan*
Penyelesaian tindak lanjut masalah yang berhubungan dengan tindak pidana harus disampaikan oleh Kepala BPKP ke pada Kepala Kepolisian Republik Indonesia dan atau kepada Jaksa Agung, kemudian disampaikan juga kepada Menko Ekuin dan Wasbang dan juga kepada Mentri.atau Pimpinan Lembaga Po-