• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENTINGNYA PENGAWASAN MELEKAT DALAM MENUNJANG KELANCARAN PEMBANGUNAN NASIONAL (Suatu Analisis Yuridis terhadap Inpres No. 15 Tahun 1983) Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENTINGNYA PENGAWASAN MELEKAT DALAM MENUNJANG KELANCARAN PEMBANGUNAN NASIONAL (Suatu Analisis Yuridis terhadap Inpres No. 15 Tahun 1983) Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

I W A N A R I A T N O

P E N T I N G N Y A

P E N G A W A S A N

M E L E K A T

D A L A M

M E N U N J A N G

K E L A N C A R A N

P E M B A N G U N A N

N A S I O N A L

( S u a tu A v m lisis Y u r i d i s te r h a d a p Io p r e s N o . 1 5 T a h u u 1 9 8 3 )

(2)

P E K T IN G N Y A P EN G A iV A SA N M E L E K A T D A L A M

HENUNJANG KELANCARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

C Suatu Analisis Yuridis terhadap Inpres No. 15 Tahun 1983 )

S K R I P S I

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGA3 DAN MEM^NUIII

SYARAT-3YARAT UNTUK KENCAPAI GELAR SARJANA HUKUM

O L EH IV / A N A R IA T N O

038612286

SOEHIRKAN DJAMAL, S.H.

FAKULTAG HUKUM UNIVER5ITAG AIRLANGGA

SURABAYA

(3)

DIUJI PADA TANGGAL 8 JANUARI 1990

PANITIA PENGUJI :

KETUA

SEKRETARIS

ANGGOTA

2. SGEMARDJI, S.H.

(4)

Segala puji syukur saya panjatkan kepada Allah CV/T

rena hanya atas rahmad dan perkenan-Nya maka saya dapat

mcny^l onaikan skripsi ini. Saya menyadari sep|puhnya bahwa

V'iry.'j tulip saya ini masih sangat jauh dari sempurna dan < .

d.-'rat dikatakan merupakan setitik ilmu dalam lautan 11 mu,

t-tnpi mengingat karya tulis ini merupakan sebagaian dari

■•yamt-syarat dan kewajiban untuk mencapai gelar ^arjana

liukum* pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga, maka de.

n ; n nelosainya penulisan ini betul-betul merupakan hal

yang snn;at membahagiakan bagi saya.

Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada yan :

brhormat Rapak Soeherman Djamal,S.H. yang telah burkenan

moluangkan waktu yang sangat berharga untuk mumbimbing saya

dalm menyelcsaikan karya tulis saya ini.

Pada kesempatan ini pula, atas dorongan dan bantuan

yang telah diberikan kepada saya selama menyusun karya tu-

T1.:s ini, saya sampaikan pula terima kasih kepada :

1. Bapak R, Djoko Soemadijo,S*H., selaku Dekan Fakultas »

Hukum Universitas Airlangga.

2. Rapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Air­

langga.

% Bapak Kepala Perwakilan BPKP Daerah Tingkat I Propin­

(5)

R-ipak Kepala Kejaksaan Tinggi Daerah Tingkat I Pro­

pinsi Jawa Timur d/h Kepala Seksi Pidana Khusiis.

0. Kepada semua pihak yang telah membantu ne]osainya

p-nul i rsnn ini, yang tidak dapat Gaya sebul tn

persatu.

Sncaro khusus pula saya sampaikan banyak terimn kas.ih kapa-

dr Bapanda, Ibunda, Kakak dan Adikku tercinta serto keluor-

f*aku yang lain yang telah banyak raemberikan dorun;ran dan >

bantuan baik berupa moril maupun materiil dalam mony :1c-

.''iknn skripsi ini,

Sebagai manusia biasa yang tak lepas dari kesalahan

d-in kekurangan, maka dengan ini saya harapkan caran-saran

d n kritikan yang sifatnya membangun demi lebih sempurna-

nyo skripsi ini,

Akhir sebagai penutup saya mengharap semo^a karya

tulin ini bermanfaat bagi masyarakat dan dapat memborikan

^;umbangan pemikiran bagi mereka yang memerlukan.

Surabaya, 22 Descmbor W P Q

Penyusun

(6)

DAFTAR ISI

halaraan

KATA PENGANTAR ... i

Daftar Isi ... *... iii

■1A'; I : PENDAHULUAN 1. Formasalahan : Latar Belakang dan ftumu-nnnnyn ... ... 1

2* Penjelasan Judul ... 7

3. Alasan Pemilihan Judul • ••... 8

4. Tujuan Penulisan ... 9

5. Metodologi ... 9

6. Pertanggungjawaban Sistematika ... 11

BAB II : PERANAN PENGAWASAN MELEKAT 1 . Pentingnya Pengawasan Melekat Dalarj Pem- bangunan Nasional ... 13

2. Pengawasan Molekat S obagai Sistem Pcngon dalian Manajemen ... 16

RAis ITI : PKT.AKSANAAN PENGAWASAN DI INDONESIA 1. Pelaksanaan Pengawasan ... .23

a* Polaksanaan Pengawasan Fungsional •• 23 b. Pelaksanaan Pengawasan Melekat ... 27

2. Melanisme Kerja Pengawasan Fungsional dan Pongawasan Melekat ... 2?,

BAB IV : TINDAK LANJUT PENGAWASAN

1* Beborapa Macam Tlndak Lanjut 3A

(7)

b. Tindnkan Tuntuton atau pugatan „ - rO-'t.*: .

c. Tindakan Pen~aHunn Tindnk Pidanr; ...

d. Tindakan Pen:/empur naan Aparatur row-'rin-

tah di Bidan^ Kelombagaan, Kcpc^awnian,

d a n Kctat-.ilakcanaan ...

2. Mekaniome r^lakannaan Tindak Lan.jut- r,'ti

"i-w.ioan ... .

T^ U V : P K N U T U P

1• Kesimpulan ...

,?• Saran ...

(8)

PENDAHULUAN

1. Peraagalaham : LatarVBalakaag dam Ruausannya BAB I

Pada hakekatnya eetiap pembaaguaan selalu bertujuan

untuk peniagkata* harkat da* aartabat aanuaia. Indonesia

sebagai negara berkambaae juga aelaksaaakan pembangunannya

untuk peniagkataa harkat dan aartabat aanusla Indonesia ya-

itu aewujudkam suatu aasyarakat yang adil dan makaur, yan*

merata balk secara materiil da* spirituil berdasarkan Paa-

casila dan Undaag-uadang Dasar T9 k 5 ^

Sebagai upaya uatuk aewujutkan dari cifca-cita itu,

maka diperlukan saraaa penunjangaya yaitu suatu slstea pe-

ngawasaa peabaagunan yang secara aenyeluruh, terarah dan

terpadu yang berlaagsuag terua-aeaerus dan berkesimaabungan.

Peagawasaa aerupakan bagaian dari seluruh kegiatan

penerintahan yang diaaksudkan untuk aengupayakan tercapai-

aya tujuan daa sasaraa peabanguaa* yang sebelumnya telah

ditetapkan dalaa suatu kebijaksaaauu Lsaahnya pengawasan

terhadap aparatur pemerintah, selaia aeaghambat pelaksanaaa

pembangunan juga dengan sendirinya akan nerusak citra dan

kewibawaaa aparatur peaerintah itu sendiri.

Majelis ^erausyawarataa Rakyat Republik Indonesia

'Ba»di»tka» dengaa TAP MPR NO.il/MPR/T988, Bab II,

(9)

dalam Ketetapan MPR N0.II/MPR/T988 Tentang Saris-garis Be-

sar Halua* ^egara, telah menggariskan pokok-pokok arah dan

kebijaksaaaaa pembamgunaa aparatur pemerintah yang menyata-

kan bahwa

Pembanguaaa pemerintah diarahkan untuk meaciptakan apa­ ratur yaag lebih efisiaa, afektif, bersih dan berwibawa aerta mampu melaksanakan aeluruh tugas uaum pemorinta- han. dan perabangunaa dengan sebaik-baiknya dengan dilan- dasl semaagat dan aikap pengabdian pada masyarakat, ne- gara dan baagsa. Dala* hubungan Ini kemampuan aparatur

pemerintah untuk merencanakan, melaksan i an, tii ng'iwaei

dan mengendalikan pembangunan perlu ditingkatkan. Un­ tuk itu perlu ditingkatkan mutu, kemampuan dan kesejah taraan manusianya, organisasinya dan tata kerja terma- auk koordinasi serta penyediaan sarana dan prasarana.

Sebagai kelanjutan dari Ketetapan MPR tersebut, Presiden

sebagal mandataris MPR yang bertugas aelaksanaJtan ketetapan

dalam pengarahannya pada Sldang Kabinet ^aripurna^Pertama

Kabiaet Pewbanguaan V yang dilaksanakan pada tanggal 28

fta-ret 1988 menegaskan bahwa TAP MPR N0.II/MPR/ 1988 melimpah

kan tugae kepada ^residen sebagai Mandataris untuk

1. Melanjutkam pelaksanaaa pembangunan serta untuk merenca-

nakan REPELITA selanjutnya, berkaitan dengan Garis-garis

Besat Haluaa Negara.

2. Meneruskan penertiban dan pendayagunaan aparatur negara

disegala bidang dan tingkatannya mulai dari aparat peme­

rintah pusat saapai aparat pemerintah daerah.

(10)

3* Meneruskan penataan dan pembinaan kehidupan aasyarakat

agar sesuai dengan pandangan hidup Pancasila dan (Jndang

undang Dasar 1945*

k. Melaksanakan polltlk luar negeri yang telah digariskan

dalam GBH3I yaitu politik luar negeri yang bebas aktif

dengan bersrisntaai kepada kepentingan nasional.^

Disaaping itu, kebijaksanaan dan langkah-langkah penertiban

aparatur peaerintah perlu dilanjutkan dan makin ditingkat-

kan, terutaaa dalam *enanggulangl masalah korupai, penya-

lahgunaaa wewenang, kdbocoran dan peaborosan kekayaan dan

keuangan negara, peaungutan liar sorta berbagai bentuk pe-

nyeleweagan lainnya yang dapat aenghambat pelakeanaan pem­

bangunan nan nerusak citra serta kewibawaan aparatur

perae-rintah.*1

»

Langkah-langkah dan usaha pendayagunaan aparatur pe-

aerintah pada hakekatnya tidak lepas dari kebijaksanaan ad-

ministrasi negara yang pada dasarnya adalah agar administra-

ai negara manpu menjadi pendorong, pengarah serta mencipta-

kan iklimyang sehat bagi kegiatan aembangun aasyarakat de­

ngan kata lain disebut peran Peaerintah sebagai "agent of

^Secretariat Negara, Pengarahan ^residen pad Sidang Kabinet Paripurna pertama dSTl" K W l A d t PSm&'aHgU&Afl V, J&-

k&rt&, ^8 Marat lyBS.---

:---^Sarwono Kusuaaaflaadja, Peningkatan Pengawagan Me-

lekat % l a n Rangka Pendayagunaan Aparatur Negara, Pedoaan Pengawasan Melekat« edisi•lengkap, Armas Duta, Jakarta,

(11)

development" atau peran sebagai "roda gandeng" gerakan mo­

tor pembangunan.

Pelaksanaan pengawasan yaag di lakukan di Indonesia

bukanlah seaata-aata untuk mencari kesalahan seseorang, te-

tapi aerupakan kegiatan pengawasan terutama ditujukan untuk

menemukan secara dini keealahan-kesalahan atau penyimpangan

penyimpangan, sehingga dapat dengan segera diadakan perbaik-

kan secara seksaaa, terutaaa bagi pimpinan di dalam melak -

sanakan tugas-tugas umum pemerintahan.

Pengawasan dimaksutkan untuk mencapai sasaran keber-

sihan dan kewibawaan pemerintah, dengan sasaran kebersihan

dimaksudkan dengan mampu mengungkapkan semua penyelewengan

dan kebocoran yang terjadi kalau memang ada. ^edangkan de­

ngan sasaran kewibawaan dimaksudkan mampu mengungkapkan

pomboroean jikalau ada, namun manpu pula menunjukkan secara-

monyakinkan bahwa dalam kegiatan yang diperiksa sesungguh

nya tidak terdapat penyimpangan, sehingga menimbulkan

keper-cayaan yang merupakan unsur pokok adanya kewibawaai.^

Dinegara kita pelaksanaan pengawasan dalaa ne jalankai

proses pembangunan sudah dilakukan ol«h aparat pengawasan

fungaional pemerintah baik di pusat maupun didaerah. Bering

kali pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsi

onal ini kurang efektif mcngingat kurang jelasnya

(12)

ri'ian pengawasan secara nasional dan tidak a'danya alat yang

i .-at dipakai untuk melakukan koordinasi pelaksanaannya.

FCurang efektifnya pengawasan yang dilakukan oleh a-

r m t pengawasan fungsional yang dikarenakan tidak adanya

H^ordinasi pelaksanaan pengawasan adalah terja^linya tumpang

tindlh antara aparat pengawasan fungsional dalam menjalan-

k n n tugasnya, Tumpang-tindih ini dalam pelaksanaan pengawa-

r an mcrupakan pemborosan, baik ditinjau dari segi pengawa­

san maupun dari segi yang diperiksa* Bahkan adanya tumpang-

tindiH ini, ada instansi lain yang sebenarnya harus diperiks

kirena tenaga dan waktu yang diserap oleh pelaksanaan penga-

vr ’-in jadinyn tidak diperiksa.

01- h karenanya rnaka, untuk melaksanakan tugas peng*-

vr ;nn dikeluarkan Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1983 ten

tang Podoman Pokok Pengawasan dan Instrukrsi Presidon Nomor

1 m3hun 1989 tentang Pedoman Pengawasan Melekat.

Dalam kedua Inpres tersebut, mengandung pongertian

bnhv/a pelaksanaan pengawasan pembangunan tidak hanya dila-

kukan oleh pihak aparat pengawasan fungsional tetapi juga

pengawasan yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap bawa-

hannya yang dilakukan masing-masing satuan organislsi atau

:'i^uan kerja. ^ehingga dirasa akan lebi.k efektif k a m n a

jnlain masih adanya pengawasan yang dilakukan o]eh aparat

]>''nHawaiian fungsional juga ada pengawasan yang dilakukan o-

(13)

tor-aebut diharapkan pelaksanaan pengawasan di negara kita da-

pat berjalan dengan efektif dan efisien.

Pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung ter-

hadap bawahan yang aelanjutnya disebut Pengawasan melekat

(built in control) mempunyai sifat preventif (pencegahan)

sehingga dirasakan lebih efektif dam efisian karena penga-

wasan tersebut mpmpunyai unsur-unsur yang sangat mendukung

bugi bekerjanya sistem pengawasan. Unour-unaur yang dimak-

sut adalah :

1. Adanya sarana pengawasan melekat atau disebut Sistem Pe-

ngendalian Manajenem, yang dibuat oleh pimpinan ;

2. Adanya petugas-petugas yang melaksanakan sarana^atau

sis-ten tersebut ;

3. Adanya Pimpinan atau atasan yang terus oenerus melakukan

pengawasan agar petugas atau bawahannya secara utuh me­

laksanakan sistem tersebut dan melaksanakan pengawasan

terhadap sistem yang sudah ada jika hal itu diperlukan.^

Adanya peraturan yang jelas, pelaksanaan yang efek­

tif dan efisien, tanpa adanya tindak lanjut dari pengawasan

maka adanya pengawasan dianggap mandul dan tidak ada arti-

nya. Dalam pengawasan melekat esensi yang terpenting adalah

tindak lanjut. Pengawasan berupaya dan untuk itu perlu

(14)

Na-kembangkan sistem atau cara disesuaikan dengan gaya kepemim

pinan yang ada, agar dapat diketahui apa yang telah dilaksa

nakan, dan sedini mungkin diketahui apabiliJt^ter jadi penyim-

pangan tetapi juga ■ keberhasilan, seberapa jauh dam apa se-

babnya. Tindak lanjut itu dapat berupa atau bersifat tindak

lanjut korektif administratif, perdata, pidana maupun tindak

lanjut pengembangan dan penyempurnaan administrasi itu sen-

diri.^

Dari uraian tersebut di atas terdapat persoalan-per-

eoalan serta agar skripsi ini lebih mengarah pada tmjuan dan

sasarannya, maka penulis perlu membatasi permasalahan yang

menyangkut tentang pokok permasalahan yang dapat dirumuskan

sobagai berikut :

:\J • Apa arti penting diterapkannya pengawasan melekat dalam

pelaksanaan kegiatan pemerintahan umum dan pembangunan ?

b)♦ Benarkah pengawasan melekat lebih efisien. dan efektif

bila dibandingkan dengan pengawasan fungsional, serta

bagaimanakah pelaksanaannya ?

c)* Bagaimanakah tindak lanjut dari pengawasaS* bila dikete

mukan penyelewengan-penyelewengan serta bagaimana pula

penyelesaiannya ?

2. Penjelasan Judul

n

'Bintoro Tjokroamidjojo^Pengawasan Melekat Sebagai Fungsi Manajemen", Pedoman Pengawasan Melekat. edisi leng- .

(15)

Skripsi ini 8 ay a beri judul"Pft*ti**By# Pengawasan

Melekat Dalam Menunjang Relancaran Pembangunan Nasional'1

suatu Analisa Yuridisterhadap Inpres No* T5 Tahun 1983, te-

lah mencerminkan inti permaaalahannya.

Banyaknya jenis pengawasan yang ada di Indonesia

telah membawa pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan

hukum adrainistrasi negara di Indonesia terutama dalam

pro**-ses pelaksanaan administrasi pemerintahan dan pembangunan.

Penting dimakaudkan adalah peranan atau kegunaan da­

lam mencapai suatu tujuan.

Pengawasan melekat yang dimakdud adalah pengertian

yang terdapat dalam Inpres No. 15 Tahun 1983 yang mulanya

hanya terdapat pada pasal 3 ayat 1 yang dimulai dengan ju-

dul Bab II yaitu Pengawasan Atasan Langsung.

Analisa yuridis yang dimaksud adalah meninjau aspek-

aspek hukumnya karena di dalam Inpres No. 15 Tahiti 1983 ju­

ga menyangkut aspek politik,aspek ekonomis dan aspek sosial.

Inpres No. 15 Tahun 1983 dijadikan analisa karena 1n-

pres tersebut berisi tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan

yang dijadikan pedoman pelaksanaan pengawasan di Indonesia.

3- Alasan Peailihan Judul

Pilihan iudul "Pentingnya Pengwasan Melekat Dalam Me-

nunjang Kelancaran Pembangunan Nasional", suatu tinjauan yu­

ridis terhadap Inpres No. 15 xahun 1983, sebagai topik baha-

(16)

ean merupakan hal yang lagi menghangat dibicarakan dan di­

lakukan oleh pemarintah untuk menciptakan suasana pembangu­

nan yang tertip dan lancar serta untuk menciptakan aparatur

pemerintah yang bersih dan berwibawa.

Disamping itu pemilihan judul ini juga dilatarbela-

kangi oleh masih sedikitnya pembahasan masalah pengawasan

khususnya pengawasan melekat dalam perkuliahan hukum admi­

nistrasi negara, sehingga tidak mongherankan jika perkemba-

ngan pengawasan khususnya pengawasan melekat kuramg dipaha-

mi. Melalui skripsi ini saya berharap bahwa pembaca dapat

memperoleh gambaran yang jelas terhadap masa3&h-masalah pe­

ngawasan khususnya pengawasan fcelekat dan perkembangan ad­

ministrasi negara.

if. Tujuan Penulisan

Tujuan pertama dari penulisan skripsi ini aifialah un­

tuk melengkapi dan memenuhi persyaratan dalam memperoleh

golar kesarjanaan pada Fakultas Hukum Universitas Airlang-

ga Surabaya.

Tujuan yang kedua adalah memberikan gambaran dan pen­

jelasan sekitar pelaksanaan pengawasan khususnya pengawasan

melekat kaitannya dengan pelaksanaan program pembangunan,

serta guna menciptakan aparatur pemerintah yang bersih dan

berwibawa untuk mensukseskan program pembangunan.

5* Metodologj

(17)

Sangat disadari bahwa permasalahan yang melingkupi

bidan*: administpasi negara, sangat luas, berfariasi dan kom-

plok* Untuk memahami pembahasan raacalah dalam :;krir.r,i ini,

hanya ditujukan pada beberapa masalah yang erat. kr>itannya

dongan kaidah-kaidah hukum adminiBtrasi negara Tndononia*

I'.ndekotan masalah dilakukan dengan meninj.nu toori-t^ori da-

1 am hukum administrasi negara, beberapa pasal dalam Inpres

No. 15 Tahun 19^3 ^an Inpres No. 1 Tahun 19^9. Juga diporgu-

rj-\an pendekatan dari disiplin ilmu yang lain ynitu :

Yuridis cebagai pendekatan yang utama yaitu mplnkuknn

pendekatan dengan menggunakan kaidah-kaidah hukum admi-

nistrasi negara yang digunakan di Indonesia.

>». r>oGlologi.G nobngal pendekatan digunakan un^uk membnntu

memrfcahkan masalah-masalah sosial*

b. Sumber Data

Sumber data penulisan ini yang utama adalah data ke-

pustakaan sebagai data primer yang diperoleh dilapangan ser­

ta wawancara.

c. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Untuk menyusun skripsi ini, dikumpulkan data melalui

-t-idi kepuiitakaan yang meliputi berbagai tulisan ilmiah, pe-

Y' turnn p^rundang-undangan yang borkaitan donrnn mnr.nlnh

yang nayn bnhac serta dari hasil wawancara ynng saya lakukan

lilapangan.

(18)

Setelah data terkumpul, saya mekakukan analisis des

kriptif normafcif dan analisis kualitatif dengan raetoda de-

duktif. Deskritif normafcif adalah menggambarkan suatu per-

raasalahan yang diperoleh dari data kepustakaan* Analisis

kualitatif adalah analisis data yang tidak menggunakan ang-

ka-anhka matematis. Hasil analisa tersebut saya paparkan

dan jelaskan dalam skripsi ini sesuai dengan data yang saya

peroleh.

6. Eertanggungjawaban Sjstematlka

Materi pembahasan skripsi ini terdiri atas 5 bab.

Pendahuluan saya letakkan dalas bab awal, sebab merupakan

pengantar yang menggaabarkan secara umum inti permasalahan

dengan mengemukakan antara lain :

a. permasalahan ;

b. penjelasan Judul t

c. alasan pemllihan judul j

d. tujuan penulisan skripsi ;

e. metodologl ;

f* portanggungjawaban sistematika.

Peraxtan pengawasan melekat, saya letakkan dalam bab

II, sebab supaya dapat memahami arti dan fungsi yang dimak-

sutkan dalam peaulisan skips! ini lebih mendalam.

Pelaksanaan pengawasan melekat lebih efektif dan e-

fisien, saya letakkan dalam bablll, karena menyangkut efek

(19)

'.sehubu-ngan de'.sehubu-ngan peran pengawasan melekat yang telah saya urai-

kan dalam bfeb II*

Tindak lanjut pengawasan, saya uraikan dalam bab IV

raengingat tindak lanjut pengawasan merupakan pembahasan se­

bagai langkah lanjut dari pelaksanaan pengawasan, yang kait

annya dengan penegakan hukum* Masalah ini saya letakkan da-

1 'im bab IV karena akan lebih memperjelas lagiipraktek pelak­

sanaan pengawasan di instansi yang terkait,

Penutup sebagai bab terakhir, saya letakkan pada bab

V, karena dalam bab ini saya akan tergambar dengan jelas a-

danya kesimpulan dari keseluruhan materi dari permasalahan

(20)

BAB II

PERANAN PENGAWASAN MELEKAT

1 * Pentingnya Pengawasan Melekat Dalam peabangunan Nasional

Berlangsunghya suatu negara dalam melaksanakan pem­

bangunan nasional tidak dapat dilepaskan dari kualitas sis—

tem adainistrasi negara yang dimiliki negara tersebut. Sis-

tern adainistrasi negara mengandung potensi yantf mendukung ' '

pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan nasional; di pihak

lain, justru dapat menjadi kendala bagi upaya dalam melaksa

nakan pembangunan nasional tersebut.

Pembangunan nasional itu sendiri mempunyai arti yang

luas sekali, yang meliputi segala aspek kehidupan, seperti

sosial, politik, ekonomi, hukum dan sebagainya, termasuk kon-

disi geografi dan kekayaan alam lainnya*

Dalam kaitannya dengan proses pembangunan nasional itu

^emerintah telah menuangkan dalam kebijaksanaan dalam bentuk

serangkaian program-program pembangunan secara menyeluruh, »

terarah dan terpadu yang berlangsung terus-menerus dan ber-

kesinambungan. Rangkaian program tadi dituangkan dalam bentuk

Garis-garis Besar Haluan Negara , yang ditetapkan tiap-tiap

lima tahun sekali oleh MPR, dan selanjutnya menjadi kewajiban

bagi Presiden untuk melaksanakan amanat MPR tersebut dalam

pelaksanaan dibidang pemerintahan umum dan pembangunan,

fCrida kedua dari Panca Krida Cabinet Pembangunan V, menyebut-

kan bahwa :"Meningkatkan disiplin nasional yan ; dipelopori o-

(21)

ber-sih dan berwibawa”*

Untuk mendukung Krida tersebut, raaka adanya satu cis­

tern pengawasan yang efektif dan efisien raempunyai peranan

yang sangat penting dan menentukan. Seperti telah ^dikatakan

oleh Presiden pada pidato pelantikan tanggal 11 Maret 1988

yaitu" Saya juga mohon pengawasan yang sebaik-baiknya. Pe­

ngawasan itu saya anggap sama pentingnya dengan riukunan.

Dengan pengawasan itu saya dapat terhindar dari kesalahan

bangsa kita akan terhindar dari kesulitan yang tidak perlu".

Model pengawasan yang dijadikan pedoman adalah ber-

dasarkan pada Inpres No. 15 Tahun 1983 yaitu mengenai Pc-

tioman Pokok Pengawaean dan Inpres No. 1 Tahun 1989 tentang

Podoraan Pokok Pengawasan Melekat.

Kedua Inpres tersebut pada garis besarnya adalah bah-

w ri pengawasan ditujukan pada peningkatan pendayagunaan apa-

r- tur pemerintahan yang dalam melaksanakan tugas umum peme­

rintahan dan pembangunana menuju terwujudnya pemerintahan o

y:-ng bersih dan berwibawa. Sasaran kebersihan dan kewibawa-

.m pemerintah dimaksudkan adalah dengan sasarlbi kebersihan

mampu mengungkapkan semua penyelewengan dan kebocoran yang

terjadi kalau memang ada. Dan sasaran kewibawaan adalah mara-

pu mengungkapkan pemborosan jika ada, namun mampu pula

mc-Q

Bandingkan dengan Inpres No*15 Tahun 1983 dan In-

(22)

nunjukkan secara meyakinkan bahwa dalam kegiatan yang

dipe-riksa sesungguhnya tidak ada penyimpangan, sehinnga menim-o

bulkan kepercayaan yang merupakan unsur kewibawaan.

Dalam Inpres No. 1 Tahun 1^89 tentang Pedoman Penga­

wasan Melekat disebutkan bahwa tujuan pengawasan melekat a-

dalah terciptanya kondisi yang mendukung kelancaran dan ke-

tapajan pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pemba­

ngunan, kebijaksanaan, rencana dan peraturan perundang-unda-

an yang berlaku, yang dilakukan oleh atasan langsung. Dari

tujuan tersebut, maka setiap atasa menikul kewajiban untuk

melakukan pengawasan terhadap bawahannya, yakni menjalankan

fungsi pengawasan melekat.

Pengawasan melekat dimaksudkan agar ti^|uan dan sasa-

ran kegiatan unit-unit pemerintah dapat tercapai secara ber-

dayaguna dan berhasilguna, dilaksanakan sesuai dengan renca­

na, pembagian dan pendelegasian tugas, rumusan kerja, pedo­

man pelaksanaan dan peraturan perungang-undangan yang berla-

ku. Oleh karena itu sistem pemantauan, pemeriksaan dan peni-

laian atas kegiatan setiap satuan organisasi atau unit peme­

rintah selalu perlu dilakukan agar diketahui sedin: mun;:kin

apabila terjadi penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang, se-

hingga dapat dengan segera diadakan perbaikan dan pelurusan

kembali.

(23)

Dengan demikian pengawasan melekat mempunyai sifat

provontif karena peranannya sangat penting dalam mencegah ;

adanya kebocoran dan bentuk-bentuk penyelewengan yang dapat

raengurangi keberhasilan bahkan dapat menggagalkan pembangunan*

2. Pengawasan Melekat Sebagai Sistem Pengendalian Menejemen

Seperti telah dikemukakan diatas, bahwa pengawasan

melekat yang dilakukan oleh atasan langsung mcrupakan fung-

ni pengawasan melekat yaitu melakukan fungsi mamajemen. Ada

pun uncur-unsur yang harus dipenuhi dalam melakukan fungsi

manajemcn menurut ketentuan Inpres No.15 Tahun 1983 dan In-

pros No.l Tahun 1989 adalah :

Dalam Inpres No* 15 Tahun 1983 disebutkan bahja:

Pengawasan melekat dilakukan :

1.melalui penggarisan struktur organisasi yang jelas

dengan penbagian tugas dan fungsi beserta uraiannya

yang jelas pula.

2.melalui kebijaksanaan pelaksanaan yang dituangkan secara tertulis yang dapat menjadi pegangan dalam pelaksanaannya oleh bawahan yang menerima pelimpa- hanwewenang dari atasan.

3*melaluirencana kerja yang menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan, bentuk hubungan kcrja yang m e n > gaabarkan kegiatan tersebut, dan hubungan antara ber- bagai kegiatan beserta sasaran yang harus dicapainya. melalui prosedur kerja yang raerupakan pctunjuk pelak­ sanaan yang jelas dari atasan kepada bawahan.

5.melalui poncatatan hasil kerja serta pelaporannya yang yang merupakan alat bagi atasan untuk mendapatkan in—

formasi yang diperlukan bagi pengambilan keputusan serta penyusunan pertanggungjawaban baik mengenai pe­ laksanaan tugas maupun mengenai pengelolaan keuangan. 6.melalui pembinaan personil yang terus mencrus agar

para pelaksana menjadi unsur yang mampu melaksanakan

(24)

dengan balk tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan tidak melakukan tindakan yang b^rtentangan dengan mak- sud serta kepentingan tugasnya.

Dalam rumusan yang terdapat dalam Inpres No.1 Tahun 1989

raonyebutkan hal yang sama seperti tercantum dalam Inpres

No. 15 Tahun 1983. Dari rumusan itu dapat diuraikan dengan

lebihjelas lagi bahwa ruraudan itu terdiriatas4unsur-unsur

sebagai berikut:

a. Struktur Organisasi

Dengan pcnggarisan struktur organisasi yang jelas, dengan

pembagaian tugas atau fungsi sederaikian rupa sehingga mam-

pu melaksanakan kegiatan operasi secara layakfserta di da­

lam pengorganisasian diperlukan adanya koordinasi yang

mantap. Dan berprinsip pada pembagian tanggung jawab, we-

wenang, fungsi, tugas, efektifitas optimal certa keluwe-

san organisasi yang diperkenankan.

b. Perincian Kebijaksanaan Pelaksanaan

Dalam kebijaksanaan yang disusun secara baik, tidak akan

memuat hal-hal yang bertentangan dengan kebijaksanaan yang

lebih tinggi tingkatannya (prinsip herarkis). Oleh karena

itu perlu adanya perincian kebijaksanaan Eclaksanaan se­

cara jelas,sehingga pola perilaku dapat ditentukan terle-

bih dahulu dan yang harus diperhatikan oleh pafa pegawai

dalam melaksanakan kegiatan.Dalam perumusan kebijaksanaan

itu harus diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

(25)

kebijaksanaan tersebut harus sistematis, dapat dikomunika-

sikan, selaras dengan kebi jaksanaan yang lebih tin/;gi,efi­

sien, efektif serta dapat diefaluasi secara periodik.

c. Roncana ^crja

Agar satuan-satuan kerja yang tidak kehilangan arah, maka

seorang pimpinan harus raerabuat rencana-rencana kerja yang

meng garnbarkan kegiatan apa yang harus dilaksanakan, bagai-

mana koordinasinya, bagaimana bentuk hubungan kerja antar

kegiatan tersebut dan hubungan antar berbagai kegiatan de­

ngan target-target yang harus dicapai.

d. Prosedur kerja

Prosedur kerja ini merupakan petunjuk polakdanaan atau bi-

asa disebut JUKLAKtyang digunakan sebagai alat atau sarana

untuk mequdahkan pelaksanaan kegiatan. Prosedur ini harus

disusun berdasarkan metoda-metoda ilmiah, yang dipakai un­

tuk melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan kebijaksanaan

yang telah ditentukan. Hal ini berarti prosedur itu dibuat

dalam rangka meraudahkan pencapaian tujuan dan sasaran,bukan

sebaliknya tambah berbelit-belit yanf; akhirnya justru raeng-

hambat pelaksanaannya. Oleh karena itu prosedur harus disu­

sun sedemikian rupa sehingga mampu dijangkau atau dilaksa­

nakan oleh apsirat pelaksana, (Jntk itu pimpinan harus mem-

perhatikan secara seksama situasi dan kondisi lingkungan

korjanya,

(26)

kegiatan. Pimpina* atau atasan bertanggung jawab atas pe­

laksanaan tugas-tugas yang dilaksanakan oleh bawahannya,

maka seorang pimpinan harus senantiasa tanggap dan was-

pada terhadap apa yang dilakukan oleh bawahannya. untuk

itu, pimpinan harus membuat daftar catatan hasil kerja

yang harus diisi oleh bawahannya dan kemudian secara ber-

kala melaporkan kepada atasannya.Dengan demikian atasan

mondapatkan informasi yang diperlukan untuk pcngambilan

keputusan serta sebagai bahan untuk menyusun pcrtanggung

jawaban atas pelaksanaan tugas yang sdiembannya.

f. Pembinaan Personil

Adanya pembinaan personil yang dapat memberikan tugas

dan kewajiban yang sepadan kepada para pegawai yang raara-

pu melaksanakan.Kadang-kadang penyimpangan itu bermula da­

ri kurangnya pembinaan personil, oleh karena itu agar per­

sonil memahami materi tugasnya maka perlu diadakan lang-

kah-langkah misalnya penataran, training, kursus, seminar,

dan sebagainya* Pembinaan yang dilakukan secara intensif

dan kualitatif, diharapkan dapat menjadi unsur yang mam-

pu melaksanakan tugas dengan baik tugas yang menjadi tang­

gung jawabnya dan diharapkan tidak melakukan tindakan yang

bertentangan dengan maksud dan tujuan tugasnya.

Rumusan yang terdapat dalam Inpres tersebut meiiupakan

unsur-unsur yang terdapat dalam sistem pengendalian mamajemen

seperti disebutkan oleh beberapa pendapat tentan,- sictom pe-

(27)

Rumusan sistem pengendalian manajemen yang diberikan

oleh BPKF ad&lah sebagai berikut:

Pengendalian manajemen mencakup seluruh sistem organisasi,

kebijaksanaan, prosedur dan praktek-praktek yang

dite-rapkan dalam mengelola urusan-urusan instansi atau badan

usaha dalam mengusahakan pelaksanaan tanggun:: jawab ynxir:

12 <’ituga6kan secara berdayaguna dan berhasilguna.

Humusan yang hampir sama yang diberikan oleh Pusat Pengemba-

ngan Akutansi-STAN yang menyatakan sebagai berikut:

Pengendalian manajenem meliputi seluruh sistem organisasi

kebijaksanaan, prosedur dan praktek yang diterapkan oleh m

manajenem dalam mengelola instansi atau badan usaha railik

negara dan mengudahakan palaksanaan tenggungjawab 6ecara

efektif untuk mencapai hasil yang dimaksudkan.1-^

Komudian rurausan yang diberikan oleh BEPEKA adalah sebagai be­

rikut:

Sistem pengendalian itu melingkupi struktur organisasi

serta segala cara dan tindakan yang dikoordinasikan untuk

mengamankan efisiensi operasi dan mendorong detainya

kcbijaksanaan pimpinan yang telah ditetapkan.

12Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Norma Pe-

moriksaan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah, Kel

1^Pusat Pongerabangan Akuntansi-STAN, Petunjuk Pemerik

(28)

•Tyga rumusan yang diberikan oleh Prof. Hadibroto dan Drs.Oe-

mar '.Vitarsa mengenai sistem pengendalian mamajemen adalah

sebagai berikut:

Sistem pengendalian manajeman meurpakan suatu sistem pe­

ngawasan yang terdiri dari beberapa unsur, yaitu:unsur

rencana organisasi, unsur sistem otorisasi>dan prosedur

pencatatan yang mampu untuk mengadakan pengawasan akun-

tansi terhadap harta benda, kewajiban, hasil dan biayu;

Unsur praktek yang sehat untuk dilaksanakan da Jam penimai

an tugas pada tiap bagaian organisasi, dan unsur mutu per­

sonalia yang raemadai sesuai dengan tanggung jawabnya.1^

Dari rumusan -rumusan yang diberikan oleh beberapa pen-

dapat yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan secara

urnum unsur-unsur yang ada pada sitem pengendalian manajemen

adalah :

a. Organisasi ;

b. Kebijaksanaan ;

c. Prosedur >

d* Personalia ;

e. Perencanaan ;

f. Akuntansi ;

g. Pelaporan ; .

H. Pemeriksaan intern.

Kesemua unsur tersebut terdapat dalam ketentuan Inpres baik

1 5

(29)

pada Inpres No.15 Tahun 1983 maupun Inpres No.1 Tahun 1989,

walaupun ada beberapa unsur yang tidak tordapat didalam ke-

dua Inpres tersebut. Akan tetapi kekurangan-kekurancan ter­

sebut tidaklah- bersifat mendasar melainkan hanya mengenai

(30)

PELAKSANAAN PENGAWASAN DI INDONESIA

1# Pelaksanaan pengawasan

»

Pelaksanaan pengawasan yang dilakykan di Indonesia

didasarkan oleh kebi jaksanaan pemerintah yang dituangkan da-

lan Instruksi Presiden Nomor T5 Tahun 1983 tefatang Podoman

Pokok Pengawasan yang pada intinya dalam pasal 2 ayat 1 di-

sebutkan bahwa pengawasan terdiri ;

1. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan atau atasan lang-

sung, baik di tingkat ?usat maupun di tingkat Daerah ;

2. Pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan yang di­

lakukan secara fungsional.1^

Dalam kaitan ini kebijaksanaan yang tertuang dalam Inpres

No* 15 Tahun 1983, menekankan perlunya pengawasan yang dilai

kukan oleh Pimpinan Organisasi atau Satuan Kerja terhadap

bawahannya disamping pengawasan yang dilakukan oleh aparat

pengawasan fungsional dan perlunya tindak lanjut dari hasil

pengawasan oleh atasan yang bertanggung;,;Ji^Eai«^

a. Pengawasan Fungsional

Pemegang,penyelenggara dan tanggung jawab fungsi pe-

gnwasan dalam setiap penyelenggaraan manajemen dalam orga­

nisasi adalan pimpinan organisasi yang bersangkutan. Dalam

organisasi yang ke'cil pimpinan itulah satu-satunya pengwas

BAB III

(31)

dan fungsi pengawasan dilaksanakan sendiri oleh pimpinan.

Namun bagi organisasi-organisasi besar fungsi pengawasan

tidak mungkin dilakukan sendiri oleh pimpinan untuk menjan*;

k.'iu secara intensif semua lapisan prgaaieasi. Mengingat be-

gitu banyak dan luadnya obyek yang diawasi, pimpinan perlu

di.bantu oleh aparat khusus yang diberi tugas pokok untuk me-

lakukan pengawasan terhadap semua aspekmpelaksanaan tugas* A

Pengawasan yang dilakukan oleh aparat yang diadakan khusus

untuk merabantu pimpinan dalara menjakamkan fungsi pengawasan

dilingkungan organisasi yang menjadi tanggung jawabnya, ini

lah yang disebut pengawasan fungsional,

Berdasarkan Instruksi ^residen Nomor 15 tahun

1983

tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan, pengawasan fungsio­

nal dilakukan oleh :

a. Badan Pcngawas Keuangan dan Pembangunan 9

b* Inspektorat Jenderal Departemen ;

c. Inspektorat Wila^ah Propinsi ;

d. Inspektorat Wilayah Kabupaten atau Kotemadya ;

e. Inspektorat Jenderal Pembangunan J'7

Tugas pokok masing-masing aparat pengawasan fungsi

onal diatur dalam beberapa peratuaran perundang-undanr^an yanr,

berlaku.

1. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)*

Tugas pokok yang dilakukan oleh Badan Pengawas

Keu-* Keu-* Keu-* 9 % ? • * .

(32)

angan dan Pembangunan diatur dalam Keputusan Presiden Nomor

31 Tahun 1983 yang pada pokoknya adalah diadakan untuk mem’

bantu ^residen dalam nenjalankan pengawasan u£um atas

pengua-saan keuangan serta pengawasan pembangunan yang menjadi tang-18

gung jawab Presiden.

2. Inspektorat Jenderal Departemen

Inspektorat Jenderal Departemen adalah aparat penga­

wasan fungsional di tingkat Departemen untuk membantu Mente-

ri dalam menyelenggarakan pengawasan unum atas segala aspek

pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawab Menteri yang

bersangkutan. Kedudukan, tugas pokok dan fungdi Inspektorat

Jendoral diatur dalara Keputusan Prosiden Nomor 44 tahun 1974

tentang Pokok-pokok Organisasi Departemen, bahwa tugas pokok

Tnspektorat Jenderal adalah melakukan pengawasan dalam ling-

kungan Departemen, terhadap pelaksanaan tugas semua unsur De-

parteman agar supaya dapat berjalan sesuai dengan rencana

dan peraturan yang berlaku, baik tugas yang bersifat rutin

maupun tugas pembangunan. Untuk menjalankan tugas pokok ter-%

sebut ditentukan adanya fungsi yang harus diselenggarakan

oleh Inspektorat Jenderal yaitu :

a* Melakukan pemeriksaan terhadap semua unsur at-iu inj-

tcnai dilin.^kur..'-an Mepartemen atas petunjuk Menteri.

b. Melakukan pengusutan mengenai kebenaran laporan atau

Bandingkan, Keppres No.

31

Tahun 1983, Bab I, pa­

(33)

pengaduan tentang hambatan, penyimpangan atau penya-

lahgunaan dalam pelaksanaan dalam pelaksanaan dibi-

dang administrasi, keuangan dan pembangunan ya g di­

lakukan unsur atau instansi di lingkungan Departemen.

c. Melakukan penghjiair" serta penilaian atas hasil lapo-

ran berkala ataunsewaktu-watu dari setiap unsur atau

instansi dilingkungan Departemen.

Untuk Inspektorat Jenderal pada Departemen Dalam Negeri ju­

ga melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan jalannya perae-

rintah daerah, hal ini ditegaskan dalam Undang-undang No.

5 Tahun 1979.

3. Inspektorat Wilayah Propinsi

Inspektorat Wilayah Propinsi adalah aparat pengawa­

san fungsional yang berkedudukan sebagai pembantu Gubornur

Kepala Daerah Tingkat I dalam melakukan pengawasan terhadap

jalannya pemerintahan.

4. Inspektorat Wilayah Kabupaten Atau Kotamadya

Inspektorat wilayah Kabupaten atau Kotamadya juga me­

rupakan aparat pengawasan fungsional yang berkedudukan sefca-

gaipembantu Bupati atau Wali Kota Kepala Daerah Tingkat II

dalam melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan.

5. Inspektur Jenderal Pembangunan

Inspektur Jenderal Pembangunan adalah aparat penga­

was fungsional yang melakukan pengawasan atas petunjuk lang-

(34)

Bantuan desa maupun proyek-proyek daerah.

Dalam melakukan kegiatan pengawasan aparat pengawasan

fungsional dilakukan atas dasar Progran Kerja Pengawasan Ta-

hunan yang penyusunannya dilakukan dalam bentuk usulan ren-

cana kerja atas petunjuk MENKO EKUIN dan WASBANG. Kemudian

usulan Progran Kerja Pengawasan Tahunan tersebut disusun o-

leh BPKP menjadi Progran Kerja Pengawsan Tahunan setelah di-

konsoltasikan dengan aparat pengawasan fungsional yang ber­

sangkutan, dengan berpedoman kepada petunjuk yang diberikan

oleh MENKO EKUIN dan WASBANG, serta Pelaksanaan pengawasan

dilakukan secara berjenjang nenurut tata kerja yan£ berlaku

dengan dikoordinasikan oleh BPKP. *

Untuk pelaksanaan,perencanaan progran pengawasan di

Daerah dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional yang ada

didaerah di koordinasikan oleh BPKP yang bersangkutan. Da­

lam melakukan tugasnya Kepala Perwakilan BPKP berada di ba-

wah koordinasi Gubernur Kepala Daerah sebagai kepala Wila-

yah. Segala kebijalsanaan koordinasi tidak boleh bertentangi *

an dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Kepala BPKP dan

tidak boleh bertentangan dengan perundang-undangan yang ber­

laku*

b. Pengawasan Atasan Langsung atau Pengawasan Melekat

Pengawasan Melekat merupakan suatu rangkaian kegiatan

yang bersifat sebagai pengendalian yang terus-menerus, yang

dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahannya, secara

(35)

ter-;>ebut berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan ren­

cana kegiatan dan peraturan perundang-undangan yanr, bcrlaku.

Pelaksana dari pengawasan melekat adalah dilaJtukan oleh a-

tasan yang bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan se­

bagai proses yang berlangsung terus-menerus yang dilakukan

secara vertikal maupun horisontal menurut tugas dan fungsi-

nya. Pengawasan melekat dimaksudkan untuk mewajibkan agar

setiap atasan atau pejabat pimpinan suatu unit kerja dapat

langsung mengetahui kegiatannyata dari setiap aspek serta

permasalahan pelaksanaan tugas dalam lingkungan satuan orgo-

nisasi.Juga dimaksudkan untuk apabila terjadi pen^Lmpangan

dapat langsung segera mengambil langkah-langkah porbaikan

dan tindakan seperlunya sesuai dengan rencana £ang telah di-

tetapkan sebelumnya serta peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Dalam melakukan kegiatannya, pengawasan melekat dila­

kukan melalui jalur-jalur yam; disebut dengan -istcr pcngen4

dalian manajeman yang terdiri dari struktur organisasi, peri

incian kebijaksanaan pelaksanaan, rencana kerja, prosedur

kerja, pencatatan hasil kerja dan pelaporan, serta pembina IQ

an pesonil* 7

2, Mekanisme Kepja Pengawasan Fungsional dan Pengawasan Me-

lckat.

a. Mekanisme Kerja Pengawasan Fungsional

(36)

Kebijaksanaan pengawasan nasional dipegang oleh Pre­

siden seperti kita ketahui dari beberapa Inpres yan,? raenga-

tur tentang kebijaksanaan pengawasan, yang pelaksanaannya

dibantu oleh Wakil■Presiden. Karena itu setiap tahun Wakil

Prosiden menetapkan sasaran-sasaran pengawasan dan hal-hal

lain yang bersangkutan dengan pengawasan yang hari^s dilaksa-

nakan oleh seluruh aparat pengawasan fungsional.Kebijaksanaan

an Wakil Presiden ini dijabarkan oleh menteri -menteri untuk

dilaksanakan oleh inspektorat Jenderalnya masing-mosing dan

oleh Kepala BPKP untuk dilakdanakan oleh aparatnya sondifci.

Dalam penjabaran kebijaksanaan Wakil Presiden ini para menfc

tri dan Kepala BPKP dikoordinasikan oleh MENKO EKUIN dan WAS-

BANG.

Untuk tujuan koordinasi ini,setiap tahun, setelah di-

tetapkannya kebijaksanaan WakilPresiden, Menko Ekuin dan Was

bang raengeluarkan petunjuk kepada Mentri,Gubernur, Bupatia-

tau Walikota dan Kepala BPKP mengenai penjabaran sasaran

yang ditetapkan Wakil Presidentersebut, Atas dasar petunjuk .

ini Kepala BPKP memberikan petunjuk cara-cara penyusunan Pro­

gram Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) kepada seluruh aparat

pengawasan fungsional. Dalam petunjuk ini ant^ra lain dise-

butkan standart yang harus dipakai dalam menyusun PKPT, an-

tora lain standart waktu.yang^-dipergunakan untuk memeriksa

suatu instansi atau proyek yang mempunyai ciri-ciri tertentu,

Atas daear standart inilah dengan memperhatikan personil yan ;

(37)

pengawasan fungsional•

Dalam menyusu PKPT ini yang harus mengadakan koordi-

n.'.si terlebih dahulu adalah Inspektorat Jenderal Departemen

Jalara ^egeri dengan Inspektorat Wilayah rropinei dan tn;jpok-

torat Kabupatan atau Kotamadya untuk menentukan saron-saran

agar tidak terjadi tumpan >tindih. Hal ini sangt perlu dila­

kukan, mengingat bukan hanya Inspektorat Jenderal Dalam Noge-

ri yag berwenang untuk melakukanpemerikeaan tirhadap instan­

si atai proyek pemerintah daerah tetapi juga karena Inspok-

torat Wilayah Propinsi dan Inspektorat Kabupaten atau Kota­

madya berwenang pula memeriksa terhadap proyek-proyek ^epar-

tomen Dalam Negeri yang ada di wilayah raasing-masing. Seti-

ap aparat pengawasan fungsional selanjutnya menyusun Usulan

Progran Kerja Pengawasan Tahunan (UPKPT) yang diajukan kepa-

da BPKP. Inspektorat Jenderal Departemen atau Unit Pengawa­

san lembaga, menyampaikan UPKPT kepada BPKP pusat, sedang

kan Inspektorat Wilayah Propinsi maupun Kabupaten atau Ko­

tamadya menyampaikan UPKPT-nya di wilayah masing-masing. Per-

wakilan BPKP tersebut meneliti UPKPT Inspektorat Propinsi

atau Inspektorat KabupatenAotamadya tentang kesesuaiannya

dengan sasaran-sasaran yang telah ditentukan, tentang kemung-

kinan adanya tumpang tindih dan tentang kemungkinan terlak-

sanakannya program tersebut dengan memperhatikan |tandart

serta kekuatan personil raasing-masing. UPKPT Perwakilan BP-

(38)

oleh Perwakilan BPKP dikirimkan ke BPKP Pusat.

UPKPT Inspektorat Jenderal, UPKPT Perwakilan BPKP,

UPKPT Inspektorat Wilayah Propinsi dan Inspektorat Wilayah

Kabupaten/Kotamadya dan UPKPT BPKP Pusat diteliti oleh BPKP

pusat tentang kesesuaian dengan sasaran-sasaran yang telah

ditentukan, tentang kemungkinan akan terjadinya tumpang-tin-

dih, maka diadakan rapat untuk. siapa yang akan

melakukan pemeriksaannya. UPKPT hasil rapat inilah yang men­

jadi UPKPT seluruh aparat pengawasan fungsional yang kemud.i-

nn oleh Kepala BPKP Pusat diusulkan untuk disahkan menjadi

PKPT oleh Menko Ekuin dan Wacbang. Apabila telah dicuhkan

maka PKPT tersebut merupakan rencana kerja pengawasan seca­

ra nasional yang akan dilaksanakan oleh. sel m ^ h aparat penga-

wacan fungsional pemerintah baik di Pusat maupun di Daerah.

PKPT ini harus ditaati seluruh aparat pengawasan fung­

sional, baik mengenai proyek atau instansi yang menjadi ob-

yek peraeriksaannya, sasarannya dan juga waktu pemoriksaannya.

PKPT ini haya dapat dilanggar apabila salah satu aparat pe-

nr;awasan fungsional memperoleh data atau informasi yang ku-

nt tentang adanya tindakan yang merugikan negara atau kasus

hambayan pembangunanlainnya. Disini terlihat bahwa peraerik-

saan kasus keruglan negara dan hambatan pembangunan mendapat

kan prioritas pelaksanaannya. ^

2 0

Wawancara dengan Ketua Perwakilan BPKP wilayah Pro­

(39)

b* Mekanisrae Kerja Pengawasan Atasan Langsung atau Pengawa­

san Melekat

Pelaksanaan pengawasan melekat dllakgaj^nkan oleh a-

tasan atau pimpinan lang sung terhadap bawahannya, dengan

menjalankan fungsi manajemen seorang manajer* Hubungan ker-

ja yan;: dilakukan dalam menjalankan fungsi manajemen meli-

puti hubimgan atasan dengan bawahan, bawahan dengan atasan

dan atasan dengan pihak luar,

Hubungan atasan dengan bawahan dilakukan dongan cara

memantau, raengamati dan memeriksa pelaksanaan tugas bawah-in

agar berjalan sesuai dengan rencana, ketentuan dan tolok u-

kur yang berlaku. Dari hasil Pemantauan dan pengamatan dapat

diidentifikasi, menganalisis dan mengevaluasi gejala-gejala

dau penyimpangan yang terjadi, sehingga dapat menentukan se-

bab dan akibatnya dan cara mengatasinya. Merumuskan tindak

lanjut berupa penghargaan, hukuman atau penyempurnaan adrai-

nistrasi sesuai dengan kewenangan, apabila dalam pengamntan

atau pemantauan diteraukan keadaan bawahan yang dernikian, »

Hubungan bawahan dengan atasan dilakukan dengan bawa­

han menyampaikan laporan-laporan pekerjaannya yang menjadi

ruanglingkup tugasnya dan tanggung jawabnya kepada atasan

secara berkala sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan

baik diminta maupun tidak diminta.

Hubungan atasan dengan pihak luar dalam hal ini ber

(40)

Dari hasil kerja tersebut dengan menjalankan

pembi-naan melalui sarana pengawasan melekat yaitu melalui

jalur-jalur sistem pengendalian manajemen dapat berfungsi dengan

baik maka pengawasan melekat merupakan pengawasan secara

ot-tomatis yang secara preventif dapat mencegah sesuatu yang tida

dak di perkenankan, mempunyai daya cegah yang tinggi sedini

raungkin, serta kegiatan operasional dapat berjalan ke arah

pencapaian sasaran secara efektif dan sehingga

pe-ngawasan fungsional akan berfungsi sebagaiIsarana pepe-ngawasan

21

penunjang.

(41)

-BAB;7IV

TINDAK LANJUT PENGAWASAN

1. Beberapa Macam Tindak Lanjut Pengawasan

Pelaksanaan' pengawasan tidak akan ada ^irtinya bila

tanpa dilakukantindak lanjut dan haya merupakan inefisien-

si dan pemborosan saja . Berdasarkan ketentuan perundang-

undangan yanr, berlaku yaitu Inprea No* 15 Tahun

1983

tolah

ditentukan macara atau jenis tindak lanjut untuk agar pelak­

sanaan pengawasan berjalan efektif dan efisien. Tidak lanjut

torsebut berupa :

a. Tindakan Administratif ;

b. Tindakan tuntutan atau gugatan perdata ;

c. Tindakan pengaduan tindak pidana ;

d. Tindakan pcnyempurnaan aparatur pemerintah dibidang pp kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan.

Tindakan -tindakan tersebut dikenakan kepada aparat

pemerintahan dengan bersifat bukan alternatif tetapi dapat

dikenakan secara- kumulatif, artinya apabila terjadi pelang

garan tindakan korupsi dikalangan pegawai negeri, maka pelang >

gar tidak saja dikenakan tindakan pidana tetapi juga diwajib-

kan mongganti kerugian perdata sekaligus dapat dikenakan sank-

si. yan^; bersifat administratif.2^

a. Tindakan Administratif

(42)

Tindakan administratif yangmerupakan salah satu tin

dnk lanjut dari pengawasan dilakukan berdasarkan ketentuan

porundang-undangan dibidang kepegawaian, termasuk penerapan

hukuman disiplin yang dimaksud dalanm Peratutan Pemerintah

Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Nege-

ri Sipil.

Diterapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun

1980

ini dimaksudkan untuk menjamin terpeliharanya ketertiban dan

pembangunan yang dipikulkan kepada para pegawai negeri sipil.

Teraturan ini raengatur segala sesuatu yang berkaitan dongan

kewajiban, larangon dan sanksi apabila kewajibnn-kownjiban

itu tidak ditaati atau larangan-larangan itu dilanggar.Yng

pada intinya adalah pagawai negeri wajib melaksanakan tugas

kedinasan dengan sebaik-baiknya,. mentaati segala peraturan

perundang-undangan dan peraturan ajau perintah kedinasan dan

dilarang melakukan kegiatan "kolusi".

b. Tindakan tuntutan atau gugatan perdata

Tindakan gugatan perdata dapat dikenakan kepada para

pejabar aparatur pemerintahan bila diketahui melakukan tin­

dakan yang bersifat merugikan negara secara material, Tun­

tutan , perda£a itu dikenakan kepada pegawai negeri cipil

borupa antara lain :

1

. tuntutan ganti kerugian atau penyetoran kemboli ;

2

. tuntutan perbendaharaan ;

(43)

Tuntutan ganti kerugian dikenakan kepada pegawai nc-

gnri sipil yang bukan raenjabat sebagai bendahurawan atas da­

s' r pasal 7 k Undang-undang Perbendaharaan Indonesia (XCW)

yang menurut pasal ini adalah pegawai negeri yon/" karenr. ko-

lalaiannya atau karena tindakan melawan hukum sehingga karc-

nn pcrbuatannya itu norugikan negara, maka di wajibkan meng-

ganti kerugian.^

c* Tindakan pengaduan tindak pidana

Dalam melaksanakan tugasnya aparat pemerintah atau

pegawai negeri bila ditemukan tindakan penyalahgunaan

wewe-nang atau sumber politik untuk kepentingan pribadi atau

go-longan maka tindakan itu dapat dikatakan sebagai tindakan ko <?6

rupsi, sehingga dapat digolongkan dalam tindak pidana,

Dari temuan tindak pidana tersebut dapat dibedakan

d;ilara duamacam tindak lanjut yaitu tidak lanjut pidana umum

dan tindak lanjut pidana khusus* Untuk tindak lanjut pidana

dari hasi temuan pihak aparat pengawasan apabila bersifat

tindak pidana umum, hasil pemeriksaan tersebut akan diserah

kan pada pihak Kepolisian dan apabila hasil temuannya itu ber­

sifat pidana khusus maka hasil temuan itu diserahkan pada pi­

hak Kcjaksaan untuk diperiksa.

25

^Bandmgkan dengan Undang-undang Perbendaharaan Indo-n''oia(ICW), pasal 74*

(44)

d. Tindakan penyempurnaan aparatur pemerintah^di bidan?:

kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan

Tindak lanjut berupa penyempurnaan terhadap bidang

y:inn: menyangkut kelembagaan, kepegawaian dan

ketatalaksa-n,’.,an merupakan tindak lanjut yang bersifat preventi.f,untuk

menjamin kelancaran pelaksanaan tugas-tugas umum

pemorinta-han dan pembangunan serta pencegapemorinta-han terhadap pemborosan, 27

kobocoran dan penyimpangan.

ronyempurnaan-penyempurnaan yang dilnkuaknn borkait-

nn d^ngnn manalah tindak lanjut yan ; bercifat provenfctf ini

dilakukan dengan dasar Kepnfeusa* Prcsidon Taflun

1974

tentang Pokok pokok Organisasi Departemen untuk bidan;:

yan" menyangkut masalah kelembagaan, Undang-undang Nomor 8

Tahun 197*1 tentang Pokok pokop Kepegawaain yang dilaksana-

kan dengan aturan pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 10

1979 d^n Peratutan Pemerintah Nomor 30 Tahun 19804 dibidabg

kepegawaian serta untuk ketatalaksanaan dilakukan dengna pe-

n;/cmpurn.;an administrasi dan keuangan negara, administrasi

p ngelulaan kekayaan negara dalam bentuk barang bergerak ma-

upun barang tidak bergerak. Dalam melakukan penyempurnaan ke-

tyt&jLaksanaan.tfcrsebut harus ditetapkan atau dlntur dengan

Kcputusa Mentri atau Pimpinan Lerabaga Pcmorintan Non Depar-

tamen atau Pinpinan Instansi lainnya, dilakukan setelah

ber-Sarwono Kusumaatmad.ia. op„cit..h. 62.

(45)

konsultasi dengan atau mendapat persetujuan Mentri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara.

2. Mekanisme Pelaksanaan Tindak Lanjut Pengawasan

Pelaksanaan' dari tindak lanjut hasil pengawasan ti­

dak lupas dari adanya laporan-laporan yang dilaksanakan di-

lapangan baik di instansi pemerintahan di Pusat maupun di-

Daerah ataupun dari hasil pengawasan mengenai pelaksanaan

proyek-proyek pembangunan sektoral, Inpres bantuan desa yang

dilakukan berdasarkan rencana yang telah disusun.

Laporan hasil pemeriksaan oleh Kepala Perwakilan BPKP

disarapaikan kepada Deputi Kepala BPKP yang bersangkutan, de­

ngan sisertai Surat Pengantar Masalah. Dalam Surat Pengantar

Masalah ini dikemukakafi saran-saran mengenai langkah-langkah

yang harus diambil atau yang harus dilakukai^JpKP Pusat. Hal-

hal yang momerlukan tindak lanjut di daerah harus diselosai

kan di daerah, sehingga Surat Pengantar Masalah hanya menge-

nai hal-hal yang perlu dilakukan tindak lanjutnya di tingkat

Pusat. Termasuk dalam masalah yang harus diselesaikan oleh

BPKP Pusat ialah masalah yang menyangkut Gubernur Kepala Da­

erah tingkat I. Seperti diketahui bahwa gubernur merupakan

koordinator para pejabat pemerintah pusat didaerah sehingga

sulit untuk menyerahkan penyelesaiannya masalah yang menyang

kut gubernur kepada Kepala Perwakilan BPKP.

Laporan beserta pengantar masalah ditollti oloh dirok-

(46)

merupakan masalah yang perlu diselesaikan pejabat tingkat

departemen, maka masalah itu disertai saran penyelesaian

disampaikan kepada pejabat eselon satu atau langsung kepa­

da mentrinya, tergantung pada masalahnya* Inspektur Jende­

ral atau Kepala Unit Pengawasan Lembaga, menerima semua su-

rat a£au laporan dari BPKP pusat mengenai departemen atau

lembaga yang bersangkutan.

Dari laporan-laporan yang diterima oleh BPKP Pusat

dari Kepala Perwakilan BPMK dan Inspektorat Jenderal atau

Kepala unit pengawasan disampaikan kepada mentri atau Pim­

pinan lembaga Pemerintah Non departemen atau Pimpinan *ns-

tansi yangbersangkutan dengan tembusan kepada Kepaka BPKP

disertai saran tindak lanjut mengenai penyelesaian masalah

yang terungkap. Hhtt3ks untuk masalah yang mempunyai dampak

yangluas baik mengenai pemerintahan dan pembangunan maupun

tehadap kehidupan masyarakat maka laporan itu disampaikan

kopada Menko Ekuin dan Wasbang dan mentri atau Pimpinan Lem­

baga Hon Departemen atau Pimpinan ^nstansi yang bersangku-

tah dengan tembusan kepada Kepala BPKP*

Menko Ekuin dab Wasbang kemudian menyampaikan selu­

ruh hasal laporan yangditerima dari hasil keja pelaksanaan

pengawasan kepada Presiden dengan tembusan kepada Wakil Pre­

siden. Kemudian dalam menjalankantugasnya sebagai perabantu

prosiden dalam hal ini lebih dikhususkan pada masalah penga-

wnsan pembangunan, maka Wakil Presiden dapat sewaktu-waktu

(47)

Was-banfe, dari Kepala BPKP, raaupundari aparat pengawasan fung­

sional yang lain untuk dipergunakan oleh Wakil Presiden da­

lam menentukan kebijaksanaan pengawasan selanjutnya.

Dalam mengambil langkah-langkah tindak lanjut para

Mentri atau Pimpinan Lembaga Pemerintan Non Departemen atau

Pimpinan Instansi lainnya,setelah menerima laporan untuk ke-

raudian menyelesaikan masalah-masalah yang telah diidentifi-

kacikan dalam rangka pelaksanaan pengawasan, sesuia dengan

ketentuan peraturan pecyndang-undangan yang borlaku. Penye-

l^nggaraan tindak lanjut tersebut kemudian di koordinasikan

oleh Menko Ekuin dan Wasbang dan dibantu oleh Kepala BPKP.

Langkah-langkah tindak lanjut yang dilakukan oleh

Montri atau Pimpinan lembaga Pemerintah Non ^epartemen atau

Pimpinan Instansi lainnya, 'seperti tersebut diatns diberi-

tahukan kepada Mentri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara?

khusus menyangkut tindakan administrasi dan tindakan penyem

purnaan aparatur pemerintah dan kepada Kepala BPKP mengenai

tindakan yang berupa tindakan administratif, tindakan guga-

tan perdata dan tindakan pengaduan tindak pidana serta tin-

dakan penyerapurnaan aparatur pemerintahan*

Penyelesaian tindak lanjut masalah yang berhubungan

dengan tindak pidana harus disampaikan oleh Kepala BPKP ke­

pada Kepala Kepolisian Republik Indonesia dan atau kepada

Jaksa Agung, kemudian disampaikan juga kepada Menko Ekuin

(48)

sangkutan disertai penyelesaian masalahnya.

Dari Uraian mengenai tindak lanjut yang berhubungan

dengan tindak pidana untuk kasus yang berindikasi tindak

pidana khusus, perkaranya dilinpahkan kepada Kejaksaan A-

gung. Adapun mekanisme penyampaian laporan tersebut, scrau-

a dilakukan oleh BPKP Pusat setelah ada pembicaraan antara

Ketua BPKP dengan Kejaksaan Agung. Sebeluin diser.^hk^n ke

Kejaksaan Agung, laporan tersebut ditampun^ atau diteliti

terlebih dahulu oleh Deputi bidang pengawasan khusus BPKP.

Dalam kenyataannya penyampaian laporan hasil pemeriksaan

BPKP kepada pihak Kejaksaan Agung relatif lama karena ada­

nya jalur yang cukup panjang. *

Untuk itu, agar penyampaian laporan dapat segera di'

teriraa pihak Kejaksaan Agung dan segera diperiksa, maka

Kepala BPKP dapat mengambil jalan pintas dengan pertimba-

ngan bahwa lamanya penyampaian laporan kepada Jaksa Agung

tersebut mengakibatkan penuntutan di pengadilan banyak yang

menjatuhkan vonis bebas karena adanya bukti-bukti yang ti­

dak cukup akibat hilang atau diperbaiki, sudah dilakukan

perbaikan atas kekurangan yang dilakukansebelumnya, Pe«

n^ambilan jalan pintas tersebut, telah diadakan kerja sama

antara Kepala BPKP dengan Jaksa Agung pada tanggal 13 April

1988 dengan dikeluarkan Instruksi Jaksa Agung RI Nomor:

R-0^6/A-6A/l988 tanggal 20 April 1988, yang mana kerja

sama tersebut meliputi penanganan kasus- kasus yang berindi­

(49)

ta-hap penyelidikan, tata-hap penyelidikan dan prioritas pena-

aganan* yang menghasilkan perubahan mekanisme penyampaian

laporan.

Adapun mekariismeyangdilakukan adalah jika di dalam

rangka pemeriksaan kasus yang diduga mengandung unsur tin­

dak pidana khusus diketemukan bukti-bukti yan." akan dipergu­

nakan sebagai alat bukti di rauka pengadilan, maka Kepala Per­

wakilan BPKP meminta secara tertulis kepada Kejaksaan Ting-

gisetempat untuk membantu penyidikan. Apabila dari hasil pe­

meriksaan telah ada persesuaian pendapat antara BPKP di da­ ft

erah dengan Kejaksaan Tinggi setempat bahwa kasus yang dipe-

riksa telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana, agar segera

disusun Laporan Hasil Pemeriksaan. Jika belum ada persesu­

aian pendapat, maka hasil pemeriksaan disampaikan kepada De-

puti bidang pengawasan khusus disertai penjelasan mengenai

hal-hal yang menjadi sebab perbedaan pendapat. Deputi bi­

dang pengawasan khusus harus menilai dan memberikan petunjuk

ponyempurnaannya dan seterusnya disampaikan kepada Kejaksaan

Tinggi setempat.Jika ternyata belum atau tidak terjadi per­

sesuaian pendapat maka Deputi bidang pengawasan khusus akan

raembahas kasus tersebut dengan pihak Kejaksaan Agung dan bi­

la dipandang perlu menyarankan untuk diadakan ekspose dan

seluruh unsur pemeriksa BPKP maupun Kejaksaan Tinggi diberi

kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya masing-masing.Da­

(50)

nya dibuat petunjuk bahwa sebelum meminta bantuan dari Kg

-jaksaan Tinggi setempat, hendaklah data atau dokuraen yang

telah dikurapulkan ditelaah lebih mendalam. Kemudian setolah

meminta bantuan dari Kejaksaan Tinggi setempat untuk penyi-

dJkan, tidak berarti bahwa petugas BPKP menyorahkan tugas

*

tersebut sepenuhnya kepada Jaksa penyidik, karena di dalam

prakteknya tindakan penyidikan dilakukan bersama-cnma oleh

Jaksa penyidik dengan pemeriksa BPKP, bahkan pemeriksaan o-

leh BPKP-lah yang secara aktif memberikan masukan kepada

Jaksa penyidik agar arah penyidikan dapat benar-benar m<:»

ngarah kepada sasaran yang infcin di capai. Apabila dalam rang-

ka penyidikan diperlukan adanya ijin Mentri Keuangan untuk

melakukan pemeriksaan rekening nasabah didalan suatu bank

maka BPKP di daerah menulis surat kepada Kejaksaan Tinggi

setempat untuk meminta ijin tersebut raelalui. Kejaksaan Agung.

Apabila torjadi hal yang sebaliknya dimana Kejaksaan Tinggi

m'nta bantuan BPKP untuk memeriksa atau raenetapkan besarnya

kurugian negara maka bila dapat dipenuhi BPKP di daerah

melaporkan pemberian bantuan tersebut kepada Deputi bidang

pengawasan khusus BPKP. i

Didalara melakukan pemeriksaan tersebut pemeriksa BPKP

memfunyai kebebasan penuh untuk menetapkan data dan catatan

yanr; diperlukan untuk diperiksa, kalau perlu pemeriksa BPKP

d a p a t meminta tambahan data atau catatan lain kepada Kejak-

snn Tinggi guna melengkapi bahan pemeriksaan terutama bahan-

(51)

Dengan demikian maka pelaksanaan pemoriksaan menja­

di pemerlksa penuh, dimana pemeriksa BPKP harus membunt la­

poran pemeriksaan dan disampaikan kepada Kejaksaan Tin/:gi

" p Q

dan kepada Deputi bidang pengawasan khusus BPKP. *

(52)

PENUTUP

Dari uraian bab-bab terdahulu, dapat diambil bobornpa

kosimpulan dan saran sebagai berikut.

1. Kesimpulan

1

. Terciptanya pemerintah yang bersih, berkemampuan dan ber­

wibawa pada hakekatnya merupakan amanat rakyat dan sasa­

ran jangka panjang telah diamanatkan dalam Garis-garis

Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1988.

*

Z* Dalam kaitannya dengan proses pemerintahan dan pembangu-

nan nacional, Pemerintah telah melakukan tindakan penga­

wasan untuk raeningkatkan pendayagunaan aparatur peraerin-

tahan dalam tugas umum pemerintahan dan pembangunan menu-

ju terwujudnya pemerintahan yang bersih dan berwibawa ser­

ta berkemampuan.

3. Pelaksanaan pengawasan diatur dalam kebijaksanaan Inpres

No. 15 ^ahun 1983 dan Inpres No. 1 Tahun 1989, dengan

dua macam bentuk pengawasan yaitu Pengawasan fungsional

dan Pengawasan melekat.

4* Pengawasan Melekat atau Pengawasan Atasan Langsung yang

dilaksanakan melalui jalur-jalur organisasi, perincian

kebijaksanaan pelaksanaan, rencana kerja, prosedur kerja,

pencatattan hasil kerja atau pelaporan dan pembinaan per­

sonal pada prinsipnya merupakan Sistem Pen^ndalian Mana-

jemen.

Referensi

Dokumen terkait

14.1 Supplier tidak berhak atas hak kepemilikan. 14.2 Semua zat, bagian, container, dll yang disediakan oleh Konsumen kepada Supplier adalah hak milik Konsumen. Jika

KATA

Beberapa penelitian lainnya juga menunjukkan hasil yang tidak konsisten di mana penelitian di Rwanda menemukan tidak ada perbedaan kepatuhan minum obat pasien TB dan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peningkatan hasil belajar heading sepakbola dengan media bola plastik disimpulkan bahwa pada siklus I

Desa Masing merupakan desa yang terletak di Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng. Suku warga Desa Masing mayoritas adalah Suku Bugis. Bahasa yang digunakan sehari-hari

Saya akan menghilangkan informasi yang diperlukan dari laporan keuangan jika informasi tersebut dapat digunakan oleh perusahaan lain untuk bersaing dengan

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hakikat Iman adalah merupakan pembenaran dalam hati terhadap unsur-unsur keimanan dan pengucapan dengan lisan serta

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis ucapkan karena skripsi dengan judul “Evaluasi terhadap Sistem Pengendalian Intern dan Sistem Pengendalian