FAKTOR - FAKTOR PENGARUH KETERSEDIAAN BERAS
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
TUGAS AKHIR
AISYAH HERIANTI LUBIS
112407011
PROGRAM STUDI D3 STATISTIKA
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKTOR-FAKTOR PENGARUH KETERSEDIAAN BERAS
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya
AISYAH HERIANTI LUBIS
112407011
PROGRAM STUDI D3 STATISTIKA
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : Faktor – Faktor Ketersediaan Beras di Kabupaten Serdang Bedagai
Kategori : Tugas Akhir
Nama : Aisyah Herianti Lubis
Nomor Induk Mahasiswa : 112407011
Program Studi : D3 Statistika
Departemen : Matematika
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Disetujui di Medan, Juli 2014
Disetujui oleh:
Program Studi D3 Statistika FMIPA USU Pembimbing,
Ketua,
Dr. Faigiziduhu Bu’ulölö, M.Si Dr. Elly Rosmaini, M.Si
PERNYATAAN
FAKTOR-FAKTOR PENGARUH KETERSEDIAAN BERAS KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2014
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul Faktor-Faktor Pengaruh Ketersediaan Beras Kabupaten Serdang Bedagai.
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Daftar Isi iv
Daftar Tabel vi
Daftar Gambar vii
Bab 1 Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 3
1.5 Metode Penelitian 3
1.6 Sistematika Penelitian 6
Bab 2 Tinjauan Pustaka 8
2.1 Konsep Dasar Statistika 8
2.2 Analisis Jalur 9
2.3 Pengertian Analisis Jalur 9
2.4 Kegunaan Analisis Jalur 11
2.5 Asumsi-Asumsi Analisis Jalur 12
2.6 Model Analisis Jalur 13
2.7 Diagram Jalur dan Persamaan Struktural 17
2.8 Besarnya Pengaruh Variabel Eksogen Terhadap Endogen 20
2.9 Pengujian Koefisien Jalur 21
Bab 3 Gambaran Umum Perusahaan 24
3.1 Sejarah Singkat Badan Ketahanan Pangan 24
3.2 Tugas dan Fungsi Pokok 25
3.3 Kebijakan- Kebijakan 27
Bab 4 Hasil dan Pembahasan 31
4.1 Pengolahan Data 31
4.2 Menghitung Koefisien Jalur 32
4.2.1 Menyusun Hipotesis 32
4.2.2 Menghitung Matriks Korelasi antar Variabel 33
4.2.3 Model Persamaan Struktural 35
4.2.4 Hasil Perhitungan Koefisien dengan Amos 35
Halaman
Bab 5 Implementasi Sistem 42
5.1 Pengertian Implementasi Sistem 42
5.2 Sekilas Tentang Amos Versi 18 43
5.3 Mengaktifkan Amos 43
5.4 Membuka Lembaran Baru 44
5.5 Membuat Gambar Path Diagram 45
5.6 Pengisian Data 45
5.7 Pengolahan Data dengan Analisis Jalur 48
5.8 Output Hasil Pengolahan Data 49
Bab 6 Kesimpulan dan Saran 50
6.1 Kesimpulan 50
6.2 Saran 51
Daftar Pustaka
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1 Ketersediaan Beras (Y), Produksi Beras (X1), Kebutuhan Beras
(X2), Luas Lahan (X3) per bulan pada Tahun 2011-2012
Di Kabupaten Serdang Bedagai 31
Tabel 4.2 Hasil Output SPSS Mengenai Korelasi 32
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Tampilan Model Diagram Jalur Berdasarkan Paradigma 5
Gambar 2.1 Tampilan Model Mediasi 15
Gambar 2.2 Tampilan Model Kombinasi Regresi Berganda & Mediasi 16
Gambar 2.3 Tampilan Model Kompleks 16
Gambar 2.4 Tampilan Diagram Jalur Menyatakan Hubungan Kausal 18
Gambar 4.1 Tampilan Diagram Jalur Paradigma 33
Gambar 4.2 Tampilan Output Diagram Jalur Menggunakan AMOS 35
Gambar 4.3 Tampilan Hasil Output AMOS 39
Gambar 4.4 Tampilan Hasil Output AMOS Secara Keseluruhan 39
Gambar 4.5 Tampilan Hasil Output AMOS Lanjutan 40
Gambar 4.6 Tampilan Hasil Output AMOS Lanjutan 40
Gambar 5.1 Tampilan Awal AMOS versi 18 44
Gambar 5.2 Tampilan Path Diagram 45
Gambar 5.3 Tampilan Pengisian Data 46
Gambar 5.4 Tampilan Pengisian Data pada Data File 46
Gambar 5.5 Tampilan Pengolahan Data 47
Gambar 5.6 Tampilan Pengisian Kotak pada Analysis Properties 47
Gambar 5.7 Tampilan Pemasukan pada Calculate Estimates 48
Gambar 5.8 Tampilan Mengklik Hasil dari Calculate Estimates 48
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Seperti diketahui bersama, perwujudan ketahanan pangan merupakan
tanggung jawab pemerintah bersama masyarakat, seperti tertuang dalam
Undang – Undang No 7 Tahun 1996 tentang pangan. Dalam hal ini
pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian, dan
pengawasan terhadap ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah dan
mutunya, aman, bergizi, beragam, merata dan terjangkau oleh daya beli
masyarakat. Sedangkan masyarakat berperan dalam menyelenggarakan
produksi dan penyediaan, perdagangan dan distribusi serta sebagai konsumen
yang berhak memperoleh pangan yang aman dan bergizi. Dengan demikian
sistem ketahanan pangan yang terdiri dari sub sistem ketersediaan, distribusi
dan kewaspadaan pangan yang akan mencakup seluruh komponen bangsa.
Ketersediaan pangan merupakan salah satu sub sistem utama dalam
sistem ketahanan pangan, yang menjelaskan tentang jumlah bahan pangan
yang tersedia di suatu wilayah. Ketersediaan pangan dapat diwujudkan
melalui produksi dalam negeri ataupun daerah. Pemasukan dari luar negeri
atau luar daerah dan cadangan yang dimiliki daerah yang bersangkutan.
Ketahanan pangan masyarakat bergantung pada ketersediaan pangan
ketersediaan pangan perlu diketahui secara periodik. Untuk itu perlu dilakukan
pemantauan ketersediaan pangan, kebutuhan dan cadangan bahan pangan.
Tujuan dari pemantauan ketersedian, kebutuhan dan cadangan pangan adalah
untuk memantau ketersediaan dibandingkan tingkat kebutuhan akan pangan
masyarakat. Sehingga informasi ini dapat menjadi acuan bagi institusi yang
bersangkutan dalam usaha perumusan kebijakan dan memecahkan masalah
ketersediaan pangan.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengusul judul “FAKTOR –
FAKTOR PENGARUH KETERSEDIAAN BERAS KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI”.
1.2Perumusan Masalah
Sesuai dengan judul permasalahan ini, yang menjadi masalah adalah
bagaimana mengetahui hubungan ketersediaan beras dengan faktor – faktor
yang mempengaruhinya. Untuk hal tersebut diatas, salah satu cara yang dapat
dilaksanakan adalah dengan menggunakan analisa jalur. Serta
mengidentifikasi variabel – variabel yang mendukung dalam penelitian ini
adalah Ketersediaan Beras (Y) , Produksi Beras (X1), Kebutuhan Beras (X2)
dan Luas Lahan (X3).
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui
rentang waktu antara 2011 sampai 2012. Dan juga penulis ingin mengetahui
apakah ada dampak yang signifikan terdapat pada faktor – faktor yang
mempengaruhi ketersediaan beras tersebut.
1.4Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dnegan harapan dapat memberikan manfaat antara
lain:
1. Memberikan atau menambah wawasan bagi penulis, terutama dalam
penerapan ilmu yang didapat selama didunia perkuliahan, dengan
menyatukan materi dan objek permasalahan yang dijadikan sebagai materi
pembahasan.
2. Memberi sumbangan pemikiran pada pihak Badan Ketahanan Pangan
Sumatera Utara khususnya Kabupaten Serdang Bedagai yang
berkepentingan dalam ketersediaan beras.
3. Hasil penelitian inidiharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan dan
referensi bagi pihak yang berkepentingan.
4. Melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya.
1.5Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam melaksanakan penelitian ini
1. Studi Kepustakaan
yaitu metode pengumpulan data untuk memperoleh data dan informasi dari
perpustakaan dengan cara membaca buku-buku referensi dan bahan –
bahan yang bersifat teoritis yang mendukung penulisan tugas akhir.
2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk keperluan riset ini telah dilakukan oleh penulis
dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari instasi yang ada
di Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara. Data yang dikumpulkan
tersebut kemudian disusun dan kemudian disajikan dalam bentuk angka –
angka dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang
gambaran data tersebut.
3. Teknik dan Analisa Data
Data penelitian dianalisis adalah menggunakan analisis jalur. Analisis jalur
adalah suatu teknik untuk menganalisa hubungan sebab – akibat yang
terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi
variabel tergantung tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak
langsung atau juga dapat dikatakan bahwa analisis jalur merupakan
kepanjangan dari analisis regresi berganda.
Dalam menganalisis data ini, penulis menggunakan model persamaan satu
jalur. Pada model persamaan satu jalur ini, hubungan pertamanya sama
dengan regresi berganda, yaitu variabel bebas yang terdiri dari lebih dari
satu variabel bebas dan variabel tergantungnya satu atau lebih dari satu
Model diagram jalur berdasarkan paradigma hubungan variabel:
Gambar 1.1 Model diagram jalur berdasarkan paradigma
Diagram jalur tersebut terdiri atas persamaan struktural yaitu X1, X2, X3 disebut
sebagai variabel eksogen dan Y sebagai variabel endogen. Adapun rumus
persamaan jalurnya dapat dituliskan sebagai berikut:
�
=
�
����
�+
�
����
�+
�
����
�+
�
����
�Dimana koefisien jalur dari variabel – variabel tersebut akan dicari nilai dan
pengaruhnya masing – masing terhadap variabel terikat dengan menggunakan
1.6Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan Tugas Akhir ini terdiri dari 6 (enam) bab yang masing –
masing dirincikan dalam beberapa sub bab yaitu:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, lokasi penelitian,
tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan penyelesaian masalah sesuai
dengan judul dan permasalahan yang diutarakan
mengenai analisis jalur.
BAB 3 : GAMBARAN UMUM BADAN KETAHANAN
PANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA
Bab ini berisis tentang sejarah singkat Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara.
BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan mengenai data yang dianalisis,
metode analisis data dengan menggunakan analisis
BAB 5 : IMPLEMENTASI SISTEM
Bab ini menjelaskan pengertian implementasi
sistem,pengenalan Amos, cara kerja Amos dan cara
pengoprasian Amos.
BAB 6 : PENUTUP
Bab ini berisi tentang beberapa kesimpulan dan
saran yang dapat diberikan penulis sesuai dengan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Konsep Dasar Statistika
Statistika merupakan cara – cara tertentu yang digunakan dalam
mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan, menganalisa, dan
memberi informasi serta interpretasi terhadap sekumpulan data. Sehingga
kumpulan bahan keterangan yang dikumpulkan dapat memberi pengertian dan
makna tertentu. Seperti pengambilan kesimpulan membuat estimasi dan juga
prediksi yang akan datang.
Ruang lingkup statistika meliputi statistika deduktif atau deskriptif dan
statistika induktif atau inferensial. Statistika induktif terdiri dari menghimpun,
menyusun, mengolah, menyajikan dan menganalisa data angka. Sedangkan
statistika deduktif adalah meliputi teori probability, distribusi teoritis,
distribusi sampling, penaksiran, pengujian hipotesa, korelasi, komparasi, dan
regresi. Sumber data statistik dapat dikumpulkan langsung oleh peneliti dari
pihak yang bersangkutan, disebut dengan data primer. Dan data juga dapat
2.2Analisis Jalur
Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada
tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright (Joreskog dan
Sorbom, 1996; Johnson dan Wichern, 1992). Teknik analisis jalur sebenarnya
merupakan perkembangan korelasi yang diuraikan menjadi beberapa
interpretasi akibat yang ditimbulkannya. Lebih lanjut, analisis jalur
mempunyai kedekatan dengan regresi berganda. Dengan kata lain, regresi
berganda merupakan bentuk khusus dari analisis jalur. Teknik ini juga dikenal
sebagai model sebab akibat (causing modeling). Penanaman ini didasarkan
pada alas an bahwa analisis jalur memungkinkan pengguna dapat menguji
proposisi teoritis mengenai hubungan sebab akibat tanpa memanipulasi
variabel-variabel (Sarwono, 2007).
Analisis jalur adalah suatu teknik untuk menganalisa hubungan sebab
akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya
mempengaruh variabel tergantung tidak hanya secara langsung, tetapi juga
secara tidak langsung (Robert D. Rutherford 1993).
2.3Pengertian Analisis Jalur
Telaah statistika menyatakan bahwa untuk tujuan peramalan atau pendugaan
nilai Y atas dasar nilai-nilai X1, X2, ….., Xi, pola hubungan yang sesuai
adalah pola hubungan yang mengikuti model regresi, sedangkan untuk
mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung, secara serempak atau
mandiri beberapa variabel penyebab terhadap sebuah variabel akibat, maka
pola yang tepat adalah model analisis jalur. Analisis jalur (path analysis)
dikembangkan oleh Sewall Wright (1934). Path analysis digunakan apabila
secara teori kita yakin berhadapan dengan masalah yang berhubungan sebab
akibat. Tujuannya adalah menerangkan akibat langsung dan tidak langsung
seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab, terhadap variabel lainnya
yang merupakan variabel akibat.
Terdapat beberapa defenisi mengenai analisis jalur, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Analisis jalur adalah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat
yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi
variabel tergantung tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak
langsung (Robert D. Rutherford 1993).
2. Analisis jalur merupakan pengembangan langsung bentuk regresi berganda
dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat kepentingan (magnitude) dan
signifikansi (significance) hubungan sebab akibat hipotetikal dalam
seperangkat variabel (Paul Webley, 1997).
3. Model perluasan regresi yang digunakan untuk menguji keselarasan matriks
korelasi dengan dua atau lebih model hubungan sebab akibat yang
dibandingkan oleh peneliti. Modelnya digambarkan dalam bentuk gambar
lingkaran dan panah dimana anak panah tunggal menunjukkan sebagai
sebagai variabel tergantung (pemberi respon) sedang yang lain sebagai
penyebab. Pembobotan regresi diprediksikan dalam suatu model yang
dibandingkan dengan matriks korelasi yang diobservasi untuk semua variabel
dan juga dilakukan perhitungan uji keselarasan statistik (David Garson, 2003).
Dari defenisi-defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya analisis
jalur merupakan kepanjangan dari analisis regresi berganda. Jadi, model path
analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan
tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat
variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Oleh sebab itu,
rumusan masalah penelitian dalam kerangka path analysis berkisar pada:
a. Apakah variabel eksogen (X1, X2, ….., Xk) berpengaruh terhadap variabel
endogen Y
b. Berapa besar pengaruh kausal langsung, kausal tidak langsung, kausal total
maupun simultan seperangkat variabel eksogen (X1, X2, ….., Xk) terhadap
variabel endogen
2.4Kegunaan Analisis Jalur
Kegunaan model path analysis adalah untuk:
a. Penjelasan terhadap fenomena yang dipelajari atau permasalahan yang diteliti.
b. Prediksi nilai variabel terikat (Y) berdasarkan nilai variabel bebas (X), dan
c. Faktor determinan yaitu penentuan variabel bebas (X) mana yang berpengaruh
dominan terhadap variabel terikat (Y), juga dapat digunakan untuk menelusuri
mekanisme (jalur-jalur) pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat
(Y).
d. Pengujian model, menggunakan teori trimming, baik untuk uji reliabilitas
konsep yang sudah ada ataupun uji pengembangan konsep baru.
2.5Asumsi-asumsi Analisis Jalur
Sebelum melakukan analisis, hendaknya diperhatikan beberapa asumsi
sebagai berikut:
1. Pada model analisis jalur, hubungan antar variabel adalah bersifat linier,
adaptif dan bersifat normal.
2. Hanya system aliran kausal kesatu arah artinya tidak ada arah kausalitas
yang berbalik.
3. Variabel terikat (endogen) minimal dalam skala ukur interval dan rasio.
4. Menggunakan sampel probability sampling yaitu teknik pengambilan
sampel untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
5. Observed variables diukur tanpa kesalahan instrument pengukuran valid
dan reliable artinya variabel yang diteliti dapat diobservasi secara
langsung.
6. Model yang dianalisis dispesifikasikan dengan benar berdasarkan
diuji dibangun berdasarkan teoritis tertentu yang mampu menjelaskan
hubungan kausalitas antar variabel yang diteliti.
2.6Model Analisis Jalur
Beberapa istilah dan defenisi dalam path analysis:
1. Dalam path Analysis, kita hanya menggunakan sebuah lambung variabel,
yaitu X. Untuk membedakan X yang satu dengan X yang lainnya, kita
menggunakan subscript (indeks). Contoh : X1, X2, X3, ….., Xk.
2. Kita membedakan dua jenis variabel, yaitu variabel yang menjadi
pengaruh (exogenous variable), dan variabel yang dipengaruhi
(endogenous variable).
3. Lambang hubungan langsung dari eksogen ke endogen adalah panah
bermata satu, yang bersifat recursive atau arah hubungan yang tidak
berbalik/satu arah.
4. Diagram jalur merupakan diagram atau gambar yang mensyaratkan
hubungan terstruktur antar variabel (Harun Al Rasyid, 2005).
Ada beberapa model jalur mulai dari yang paling sederhana sampai dengan
yang lebih rumit, diantaranya diterangkan di bawah ini:
a. Analisa Jalur Model Trimming
Model Trimming adalah model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model
struktur analisis jalur dengan cara mengeluarkan dari model variabel eksogen
yang koefisien jalur diuji secara keseluruhan apabila ternyata ada variabel yang
signifikan, perlu memperbaiki model struktur analisis jalur yang telah
dihipotesiskan.
b. Analisis Jalur Model Dekomposisi
Model dekomposisi adalah model yang menekankan pada pengaruh yang bersifat
kausalitas antar variabel, baik pengaruh langsung ataupun tidak langsung dalam
kerangka path analysis, sedangkan hubungan yang sifatnya nonkausalitas atau
hubungan korelasional yang terjadi antar variabel eksogen tidak termasuk dalam
perhitungan ini. Perhitungan menggunakan analisis jalur dengan menggunakan
model dekomposisi pengaruh kausal antar variabel dapat dibedakan menjadi tiga:
1. Direct causal effects (Pengaruh Kausal Langsung) adalah pengaruh satu
variabel eksogen terhadap variabel endogen yang terjadi tanpa melalui variabel
endogen lain.
2. Indirect causal effects (Pengaruh Kausal Tidak Langsung) adalah pengaruh satu
variabel eksogen terhadap variabel endogen yang terjadi melalui variabel endogen
lain terdapat dalam satu model kausalitas yang sedang dianalisis.
3. Total causal effects (Pengaruh Kausal Total) adalah jumlah dari pengaruh
kausal langsung dan pengaruh kausal tidak langsung.
c. Model Regresi Berganda
Model ini merupakan pengembangan regresi berganda dengan menggunakan dua
d. Model Mediasi
Model mediasi atau perantara dimana variabel Y memodifikasi pengaruh variabel
X terhadap variabel Z. Model digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Model Mediasi
e. Model Kombinasi Regresi Berganda Dan Mediasi
Model ini merupakan kombinasi antara model regresi berganda dan mediasi, yaitu
variabel X berpengaruh terhadap variabel Z secara langsung dan tidak langsung
mempengaruhi variabel Z melalui variabel Y . Model digambarkan sebagai
Gambar 2.2 Model kombinasi regresi berganda dan mediasi
f. Model Kompleks
Model ini merupakan model yang lebih kompleks, yaitu variabel X1 secara
langsung mempengaruhi Y2 dan melalui variabel X2 secara tidak langsung
mempengaruhi Y2, sementara variabel Y2 juga dipengaruhi oleh variabel Y1.
Model digambarkan sebagai berikut:
g. Model Rekursif dan Model Non Rekursif
Dari sisi pandang arah sebab dan akibat, ada dua tipe model jalur, yaitu jalur
rekursif dan non rekursif. Model rekursif ialah jika semua anak panah menuju satu
arah.
Pada bagian berikut untuk mempermudah kita dalam memahami analisis
jalur, maka kita bisa menggunakan model-model jalur berikut:
1. Model Persamaan Satu Jalur
Model persamaan satu jalur merupakan hubungan sebenarnya sama
dengan regresi berganda, yaitu variabel bebas terdiri lebih dari satu
variabel dan variabel tergantungnya hanya satu.
2. Model Persamaan Dua Jalur
Model ini terdiri dari tiga variabel bebas dan mempunyai dua variabel
tergantung.
3. Model Persamaan Tiga jalur
Model ini terdiri dari tiga variabel bebas, salah satu variabel bebas menjadi
variabel perantara dan mempunyai dua variabel tergantung.
2.7Diagram Jalur dan Persamaan Struktural
Pada saat akan melakukan analisis jalur, disarankan untuk terlebih dahulu
menggambarkan secara diagramatik struktur hubungan kausal antara variabel
Diagram), dan bentuknya ditentukan oleh proposisi teoritik yang berasal dari
kerangka pikir tertentu.
Gambar 2.4 Diagram Jalur Yang Menyatakan Hubungan Kausal Dari X1
Sebagai Penyebab Ke X2 Sebagai Akibat
Keterangan:
X1 adalah variabel eksogenus (exogenous variable), untuk itu selanjutnya variabel
penyebab akan kita sebut sebagai variabel eksogenus. X2 adalah variabel
endogenus (endogenous variable), sebagai akibat, dan ε adalah variabel residu
(residual variable), yang merupakan gabungan dari: (1) Variabel lain, di luar X1,
yang mungkin mempengaruhi X2 dan telah teridentifikasi oleh teori, tetapi tidak
dimasukkan dalam model. (2) Variabel lain, di luar X1, yang mungkin
mempengaruhi X2 tetapi belum teridentifikasi oleh teori. (3) Kekeliruan
pengukuran (error of measurement), dan (4) Komponen yang sifatnya tidak
Langkah kerja yang dilakukan untuk menghitung koefisien jalur adalah:
1. Gambarkan dengan jelas diagram jalur yang mencerminkan proposisi
hipotetik yang diajukan, lengkap dengan persamaan strukturalnya. Di sini
kita harus bisa menterjemahkan hipotesis penelitian yang kita ajukan ke
dalam diagram jalur, sehingga bisa tampak jelas variabel apa saja yang
merupakan variabel eksogenus dan apa yang menjadi variabel
endogenusnya.
2. Menghitung matriks korelasi antar variabel formula untuk menghitung
koefisien korelasi yang dicari adalah menggunakan Product Moment
Coeffisient dari Karl Pearson. Alasan penggunaan teknik koefisien korelasi
dari Karl Pearson adalah karena variabel-variabel yang hendak dicari
korelasinya memiliki skala pengukuran interval.
3. Identifikasikan sub-struktur dan persamaan yang akan dihitung koefisien
jalurnya. Misalkan saja dalam sub-struktur yang telah kita identifikasi
terdapat k buah variabel eksogenus, dan sebuah (selalu hanya sebuah)
variabel endogenus Xu yang dinyatakan oleh persamaan:
�� = ����1�1+ ����2�2+ … + �������
Kemudian hitung matriks korelasi antar variabel eksogenus yang
menyusun substruktur tersebut.
4. Menghitung matriks invers korelasi eksogenus
2.8Besarnya Pengaruh Variabel Eksogen Terhadap Variabel Endogen
Pengaruh yang diterima oleh sebuah variabel endogenus dari dua atau lebih
variabel eksogenus, dapat secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.
Pengaruh secara sendiri-sendiri (parsial), bisa berupa pengaruh langsung, bisa
juga berupa pengaruh tidak langsung, yaitu melalui variabel eksogen yang
lainnya. Menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta
pengaruh total variabel eksogenus terhadap variabel endogenus secara parsial,
dapat dilakukan dengan rumus:
1. Besarnya pengaruh langsung variabel eksogenus terhadap variabel endogenus
=
�
�����
�
����2. Besarnya pengaruh tidak langsung variabel eksogenus terhadap variabel
endogenus
=
�
�����
�
�����
�
����3. Besarnya pengaruh total variabel eksogenus terhadap variabel endogenus
adalah penjumlahan besarnya pe ngaruh langsung dengan besarnya pengaruh tidak
langsung
=
��
�����
�
�����
+
��
�����
�
�����
�
�����
Selanjutnya pengaruh bersama-sama (simultan) variabel eksogenus
�
��
�(��,��,…,��)
=
��
�����
����…
�
�����
�
�
�����
����…
�
�����
Dimana:
�2�
�(�1,�2,…,��)adalah koefisien determinasi total X1, X2, … Xk terhadap Xu atau
besarnya pengaruh variabel eksogenus secara bersama-sama (gabungan) terhadap
variabel endogenus.
����1����2… �����adalah koefisien jalur.
����1����2… ����� adalah koefisien variabel eksogenus X1, X2, ... Xk dengan
variabel endogenus Xu.
2.9Pengujian Koefisien Jalur
Menguji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang telah
dihitung, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, serta
menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel eksogenus
terhadap variabel endogenus, dapat dilakukan dengan langkah kerja berikut:
1. Nyatakan hipotesis statistik (hipotesis operasional) yang akan diuji.
Ho : ����� = 0, artinya tidak terdapat pengaruh variabel eksogenus (Xu)
terhadap variabel endogenus (Xi).
H1 : ����� ≠ 0, artinya terdapat pengaruh variabel eksogenus (Xu) terhadap
Dimana u dan i = 1, 2, …, k
2. Gunakan statistik uji yang tepat, yaitu:
Untuk menguji setiap koefisien jalur:
�
=
�
������
� −
�
��
�(��,��,…,��)����� − � − �
dimana:
i = 1, 2, …, k
k = Banyaknya variabel eksogenus dalam sub-struktur yang sedang diuji
t = Mengikuti tabel distribusi t, dengan derajat bebas = n – k – 1
Kriteria pengujian:
Ditolak Ho jika nilai hitung t lebih besar dari nilai tabel thit > ttabel (n-k-1)
• Untuk menguji koefisien jalur secara keseluruhan atau bersama-sama:
�
=
(
� − � − �
) (
�
�
�
�(��,��,…,��)
)
��
� −
�
��
�(��,��,…,��)�
dimana:
i = 1, 2, …, k
k = Banyaknya variabel eksogenus dalam sub-struktur yang sedang
t = Mengikuti tabel distribusi F snedecor, dengan derajat bebas
(degrees of freedom) k dan n – k – 1
Kriteria pengujian :
Ditolak Ho jika nilai hitung F lebih besar dari nilai tabel Fhit > Ftabel(k, n-k-1)
• Untuk menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel
eksogenus terhadap variabel endogenus.
�
=
�
����−
�
������
� −
�
��
�(��,��,…,��)�(
�
��+
�
��−
�
��� − � − �
Kriteria pengujian:
Ditolak Ho jika nilai hitung t lebih besar dari nilai tabel thit > ttabel(n-k-1)
3. Ambil kesimpulan, apakah perlu trimming atau tidak.
Apabila terjadi trimming, maka perhitungan harus diulang dengan
menghilangkan jalur yang menurut pengujian tidak bermakna (no
BAB 3
GAMBARAN UMUM BADAN KETAHANAN PANGAN
PROVINSI SUMATERA UTARA
3.1 Sejarah Singkat Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara adalah lembaga pemerintah
yang didirikan pada tanggal 16 Mei 2000 di Jalan Jenderal Besar Abdul haris
Nasution No 24 Medan.
Kantor badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara Medan
berlandaskan pada visi dan misi berikut:
1. Visi Kantor Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara
Terwujudnya ketahanan pangan masyarakat yang berbasis kepada sumber
daya lokal yang dimiliki secara efisien dan berkelanjutan menuju
masyarakat yang berkualitas dan sejahtera.
2. Misi Kantor Badan Ketahanan Pangan Privinsi Sumatera Utara
a. Meningkatkan pemberdayaan dan kemandirian masyarakat untuk
mewujudkan ketahanan pangan yang berbasis sumber daya lokal yang
dimiliki.
b. Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan kesejahteraan
3.2 Tugas dan Fungsi Pokok Kantor Badan Ketahanan Pangan Provinsi
Sumatera Utara
Tugas dan Fungsi Pokok Kantor Badan Ketahanan Pangan Provinsi Suamtera
Utara adalah:
1. Menyiapkan bahan dalam perumusan kebijakan teknis dalam lingkup
ketahanan pangan.
2. Menyelenggarakan evaluasi dan pengkajian ketahanan pangan,
pembinaan, kewaspadaan, dan gizi serta pembinaan penyeragaman
konsumsi pangan sumber daya dalam ketahanan pangan.
3. Melaksanakan tugas lain yang terkait dengan ketahanan pangan sesuai
dengan ketetapan kepala daerah.
4. Mengkoordinasikan perumusan kebijakan dan perencanaan program
peningkatan ketahanan pangan daerah yang meliputi aspek – aspek sebagai
berikut:
a. Aspek ketersediaan yang bersumber dari produksi, cadangan dan
import.
b. Aspek distribusi yang berbasis kepada stabilitas harga pangan, aman
dan terjangkau.
c. Aspek konsumsi yang berbasis kepada keanekaragaman konsumsi non
beras, bermutu atau bergizi dan aman.
5. Mengkoordinasikan monitoring program peningkatan ketahanan pangan
mengantisipasi dan memecahkan masalah yang dihadapi melalui hal – hal
sebagai berikut:
a. Monitoring pelaksanaan kegiatan tani
b. Monitoring eksport atau import bahan pangan strategis
c. Monitoring harga bahan pangan statergis dan lokal
d. Monitoring pengadaan/ penyajian/ penyaluran cadangan pangan
e. Monitoring daerah rawan pangan
f. Monitoring kewaspadaan pangan (bencana alam dan gangguan OPT)
g. Monitoring penganekaragaman konsumsi bahan pangan
h. Monitoring mutu dan keamanan pangan
i. Supervisi yang terkoordinasi ke lapangan
6. Melaksanakan pengkajian, analisis dan pembinaan terhadap aspek – aspek
ketahanan pangan (ketersediaan, distribusi, penganekaragaman konsumsi
dan kewaspadaan dan keamanan pangan).
7. Memantau mengendalikan ketersediaan dan distribusi bahan pangan,
terutama sembilan bahan pokok.
8. Mengkoordinasikan pelaporan dan evaluasi program peningkatan
ketahanan pangan yang meliputi aspek ketersediaan, mutu dan keamanan
3.3 Kebijakan – kebijakan Kantor Badan Ketahanan Pangan untuk
Peningkatan Pangan
Kebijakan Kantor Badan Ketahanan Pangan untuk peningkatan pangan
meliputi berbagai aspek diantaranya adalah:
1. Kebijakan dalam aspek ketahanan pangan:
a. Menjaga ketersediaan pangan melalui upaya – upaya peningkatan
produksi dan produktivitas bahan nabati dan hewani sesuai potensi
wilayah masing – masing yang diwujudkan melalui 4 (empat) usaha
pokok yaitu intensivikasi, ekstensivikasi, diversivikasi, dan rehabilitasi
dengan 8(delapan) langkah kegiatan utama, yaitu:
1. Pemberdayaan kelompok tani dan kelembagaan kelompok petani
(KUD, Koptan dan lain – lain)
2. Pemantapan penyediaan dan penyaluran sarana produksi (benih,
pupuk, obat – obatan dan lain – lain)
3. Penyediaan dan penyalura kredit modal
4. Peningkatan mutu teknologi
5. Peningkatan kinerja penyuluh
6. Mengembangkan kemitraan dalam pemasaran hasil
7. Peningkatan mutu koordinasi
8. Peningkatan dan pengembangan jaringan irigasi.
b. Perlunya menata ulang kembali mekanisme/ tata cara pengadaan dan
pemerintah daerah sehingga pupuk betul – betul tersedia ditengah –
tengah petani yang memenuhi prinsip enam tepat.
c. Tingkat ketersediaan bahan pangan yang bersumber dari produksi
lokal harus diupayakan secara bertahap mencapai titik ideal yaitu
sesuai dengan tingkat kebutuhan dan jika terjadi kelebihan (surplus)
diprioritaskan untuk perdagangan antar provinsi maupun eksport.
d. Mendukung kebijakan pemerintah untuk tetap melaksanakan larangan
import beras tahun 2005 dan tahun 2006, menginat cadangan dan
produksi cukup tinggi.
e. Untuk memantapkan ketersediaan gula, pemerintah dihimbau untuk
memberikan kepercayaan kepada pemerintah daerah untuk
melaksanakan import gula melalui importir daerah sehingga lebih
memudahkan dalam pengawasan.
2. Kebijakan dalam aspek distribusi:
a. Mengembangkan kerja sama jaringan distribusi dan informasi pangan
dalam daerah dan antar daerah untuk mewujudkan ketersediaan dan
stabilitas harga.
b. Peningkatan efisiensi kelancaran distribusi bahan pangan melalui
informasi berbagai peraturaan yang menghambat lalu lintas
perdagangan, pengembangan sasaran dan prasarana distribusi serta
c. Peningkatan kemampuan masyarakat dan pemerintah daerah dalam
menstabilkan harga bahan pangan antar waktu maupun antar wilayah.
d. Penguatan pasar yang bukan saja antar provinsi tetapi juga eksport
serta pengembangan kemitraan pemasaran hasil.
3. Kebijakan dalam aspek penganekaragaman konsumsi:
a. Melakukan upaya –upaya diverifikasi konsumsi pangan yang beragam,
bergizi dan berimbang serta aman, sesuai dengan kondisi dan situasi
daerah dengan mengutamakan sumber pangan lokal untuk mencegah
ketergantungan terhadap satu jenis pangan tertentu sesuai dengan Pola
Pangan Harapan (PPH).
b. Penurunan konsumsi beras sebagai bahan pangan pokok masyarakat.
c. Peningkatan penganekaragaman konsumsi pangan yang seimbang baik
jenis nabati, atau hewani maupun mutu dan gizi.
d. Peningkatan konsumsi bahan pangan lokal sebagai basis pada non
beras.
4. Kebijakan dalam aspek kewaspadaan dan keamanan pangan:
a. Melaksanakan pengamatan dini kerawanan pangan sertsa
mengembangkan cadangan pangan daerah untuk mengantisipasi
kondisi darurat (bencana alam, kerawanan pangan kronis, dan lain –
lain) yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dalam 3 bulan.
b. Peningkatan kemampuan fungsi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
c. Peningkatan keberdayaan masyarakat miskin yang berada dalam
kondisi kerawanan pangan kronis serta pengembangan jaringan
pengamanan pangan bagi kelompok rawan pangan transien
(mendadak) karena bencana alam dan sosial.
d. Peningkatan pengembangan keamanan mutu dan gizi pangan.
5. Kebijakan dalam upaya pengentasan kemiskinan:
a. Mengurangi jumlah penduduk yang kelaparan sekurang – kurangnya
1% per tahun sebagai komitmen Indonesia dalam deklarasi Roma
Tahun 1996 pada KKT Pangan Dunia melaluo Pembangunan
Ketahanan Pangan di pedesaan dan perkotaan.
b. Mengembangkan desa mandiri pangan dan menggalang sumber –
sumber dana masyarakat yang memadai yang dimulai pada tahun
2005.
6. Kebijakan dalam pemberdayaan masyarakat dalam ketahanan pangan:
Meningkatkan pemberian bantuan langsung masyarakat baik berupa dana
penguatan modal bagi lembaga ekonomi pedesaan maupun bantuan dana
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Pengolahan Data
Setiap data yang telah didapat merupakan alat pengambil keputusan dalam
pemecahan persoalan yang ada. Dalam hal ini persoalan yang diteliti tentang
ketersediaan beras dan faktor – faktor yang mempengaruhinya yaitu produksi
beras, kebutuhan dan luas lahan. Adapun data yang digunakan adalah data
sekunder yang didapat dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara
[image:40.595.96.528.460.752.2]pada tahun 2011/2012.
Tabel 4.1 Ketersediaan Beras (Y), Produksi Beras (X1), Kebutuhan Beras
(X2), Luas Lahan (X3) per bulan pada tahun 2011 dan 2012 di Kabupaten
Serdang Berdagai
Bulan Ketersediaan
Beras (ton) Produksi Beras (ton) Kebutuhan Beras (ton) Luas Panen (Ha)
Januari 2011 25.992 26.888 6677 8945 Februari 2011 20.056 20.747 6677 6902 Maret 2011 24.754 25.607 6677 8519 April 2011 31.234 32.310 6677 10749
Mei 2011 2.575 2.663 6677 886
Juni 2011 2.589 2.678 6677 891
Juli 2011 976 1.010 7745 336
Agustus 2011 24.722 25.574 8814 8508 September 2011 33.739 3.901 6677 11611 Oktober 2011 8.069 8.347 6677 2777 Nopember 2011 9.830 10169 6744 3383 Desember 2011 729 754 7478 251 Januari 2012 6.001 6.697 6677 2198 Februari 2012 53.479 59.678 6677 19588 Maret 2012 19.199 21.424 6677 7032 April 2012 1.723 1.922 6677 631
Mei 2012 513 573 6677 188
Juli 2012 15.808 17.640 7745 5790 Agustus 2012 45.065 50.288 8814 16506 September 2012 32.315 36.060 6677 11836 Oktober 2012 2.968 3.312 6677 1087 Nopember 2012 658 734 6744 241 Desember 2012 9.569 10.679 7478 3505
• Sumber : Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara
4.2Menghitung Koefisien Jalur
4.2.1 Menyusun Hipotesis
H0 : Tidak terdapat hubungan kausalitas antara kebutuhan beras dengan produksi.
H1 : Terdapat hubungan kausalitas antara kebutuhan beras dengan produksi beras.
H0 : Tidak terdapat hubungan kausalitas antara luas lahan dengan produksi beras.
H1 : Terdapat hubungan kausalitas antara luas lahan dengan produksi beras.
H0 : Tidak terdapat hubungan kausalitas antara produksi beras dengan
ketersediaan beras.
H1 : Terdapat hubungan kausalitas antara produksi beras dengan ketersediaan
beras.
H0 : Tidak terdapat hubungan kausalitas antara kebutuhan beras dengan
ketersediaan beras.
H1 : Terdapat hubungan kausalitas antara kebutuhan beras dengan ketersediaan
beras.
H0 : Tidak terdapat hubungan kausalitas antara luas lahan dengan ketersediaan
beras.
Gambar diagram jalur :
Gambar 4.1 Diagram Jalur
Dimana:
X1 = Produksi Beras
X2 = Kebutuhan Beras
X3 = Luas Lahan
Y = Ketersediaan Beras
4.2.2 Menghitung matriks korelasi antar variabel, yang diperoleh dari
SPSS
Tabel 4.2 Hasil Output SPSS mengenai Korelasi Correlations Ketersediaan _Beras Produksi _Beras Kebutuhan _Beras Luas _Lahan Ketersediaan _Beras
Pearson Correlation 1 .919** .211 .999**
Sig. (2-tailed) .000 .322 .000
N 24 24 24 24
Produksi _Beras
Pearson Correlation .919** 1 .264 .927**
Sig. (2-tailed) .000 .213 .000
N 24 24 24 24
Kebutuhan _Beras
Pearson Correlation .211 .264 1 .217
Sig. (2-tailed) .322 .213 .308
N 24 24 24 24
Luas _Lahan
Pearson Correlation .999** .927** .217 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .308
N 24 24 24 24
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Keterangan :
Dari hasil SPSS diperoleh :
• Secara signifikan ketersediaan beras dengan produksi beras berkorelasi
sebesar 0,919 atau 91,9 %
• Secara signifikan ketersediaan beras dengan kebutuhan beras berkorelasi
sebesar 0,211 atau 21,1 %
• Secara signifikan ketersediaan beras dengan luas lahan berkorelasi sebesar
4.2.3 Model Persamaan Struktural
Diagram jalur tersebut terdiri atas persamaan struktural yaitu X1, X2, X3
disebut sebagai variabel eksogen dan Y sebagai variabel endogen. Adapun
rumus persamaan jalurnya dapat dituliskan sebagai berikut:
�
=
�
����
�+
�
����
�+
�
����
�+
�
����
��
�=
�
�����
�+
�
�����
�+
�
�����
�Dimana koefisien jalur dari variabel – variabel tersebut akan dicari nilai dan
pengaruhnya masing – masing terhadap variabel terikat dengan menggunakan
aplikasi AMOS dan SPSS.
4.2.4 Hasil perhitungan koefisien yang diperoleh dari Amos
[image:44.595.163.463.508.728.2]Standard Estimates
Keterangan :
• ��1�2 = 0,07 , artinya pengaruh kebutuhan beras tidak terlalu besar
mempengaruhi produksi beras, namun semakin banyak kebutuhan beras
maka semakin besar pula produksi beras.
• ��1�3 = 0,92 artinya luas lahan sangat mempengaruhi produksi beras.
Semakin besar luas lahan maka semakin besar pula produksi beras.
• ���1 = - 0,05 , artinya produksi beras berbanding terbalik dengan
ketersediaan beras. Dimana semakin tinggi tingkat produksi beras maka
semakin rendah pula ketersediaan beras begitu sebaliknya namun dalam
skala yang kecil.
• ���2 = - 0,003 , artinya kebutuhan beras berbanding terbalik dengan
ketersediaan beras. Dimana semakin tinggi kebutuhan beras maka semakin
rendah atau sedikit ketersediaan beras begitu sebaliknya namun dalam
skala yang sangat kecil.
• ���3 = 1,04 , artinya luas lahan sangat berpengaruh terhadap ketersediaan
beras. Dimana semakin luas suatu lahan maka semakin besar pula
ketersediaan beras yang ada.
Dari hasil diatas dapat dituliskan persamaan menjadi dibawah ini:
�
=
�
����
�+
�
����
�+
�
����
�+
�
����
��
�=
�
�����
�+
�
�����
�+
�
�����
��
�=
�
,
���
�+
�
,
���
�Dari kedua hasil diatas dapat diartikan bahwa pada variabel ketersediaan beras
pengaruh positif berasal dari luas lahan sedangkan kebutuhan dan hasil produksi
berpengaruh negatif. Pada variabel produksi beras terdapat pengaruh yang positif
dari variabel kebutuhan dan luas lahan.
• Pengaruh yang diterima oleh X1 sebesar :
�2�
1(�2,�₃) = [0,07 0,92] �
0,264 0,927�
= 0,01848 + 0,85284
= 0.87132
= 0,872
Jadi pengaruh yang diterima oleh Produksi beras sebesar 0,872 atau 87,2 %.
• Pengaruh yang diterima oleh Y sebesar :
�2�(
�1,�2,�3) = [−0,05 −0,003 1,04] �
0,919 0,211 0,999
�
=−0,04595−0,000633 + 1,03896
= 0.992
Tabel 4.3 Hasil Output SPSS Menjelaskan Nilai Tiap Variabel
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 653.143 1437.401 .454 .654
Produksi_Beras -.046 .021 -.050 -2.157 .043
Kebutuhan_Beras -.064 .207 -.003 -.311 .759
Luas_Lahan 2.907 .063 1.046 46.003 .000
a. Dependent Variable: Ketersediaan_Beras
Dari hasil SPSS maka dapat diketahui, bahwa variabel signifikan itu adalah
Pvalue < 0,05 :
1. Produksi beras = 0,043, maka berarti produksi beras signifikan.
2. Kebutuhan beras = 0,759, maka berarti kebutuhan beras tidak signifikan.
3. Luas lahan = 0,000, maka berarti luas lahan signifikan.
Maka dari hasil output SPSS diatas diperoleh koefisien-koefisien regresi linier
berganda sebagai berikut:
�0 = 653,143
�1 = - 0,046
�2 = - 0,064
�3 = 2,907
4.3 Pengujian Koefisien Jalur
[image:48.595.114.513.179.410.2]Penulis menggunakan Uji Chi square, nilai chi square diperoleh dari amos yaitu :
Gambar 4.3 Hasil Output AMOS Melihat Nilai
[image:48.595.116.513.467.695.2]Gambar 4.5 Hasil Output AMOS lanjutan
Gambar 4.6 Hasil Output AMOS lanjutan
1. Hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh antara produksi beras, kebutuhan beras dan luas lahan
[image:49.595.113.514.356.585.2]H1 : ada pengaruh antara produksi beras, kebutuhan beras dan luas lahan dengan
ketersediaan beras.
2. Tingkat signifikansi
α = 5 % = 0,05
3. Uji Statistik
Chi – square hitung = 1,111
df = 1
Chi – square tabel = ( X2(1;0,05)) = 0.004
4. Kriteria keputusan
X2 hitung = 1,111
X2 tabel = 0.004
X2 hitung > X2 tabel, maka H0 ditolak H1 diterima
5. Kesimpulan
Karena X2 hitung > X2 tabel yaitu 1,111 > 0.004 maka H0 ditolak dan H1 diterima
yang berarti Ada pengaruh antara variabel produksi beras, kebutuhan beras dan
BAB 5
IMPLEMENTASI SISTEM
5.1Pengertian Implementasi Sistem
Implementasi sistem adalah prosedur yang dilakukan untuk menyelesaikan
desain sistem yang ada dalam sistem yang telah disetujui, dan memulai sistem
baru atau sistem yang sudah diperbaiki.
5.2Sekilas Tentang Amos Versi 18
Ada beberapa program komputer yang dapat digunakan untuk menganalisis
model persamaan struktural antara lain AMOS, ESQ, LISREL, with PRELIS,
LISCOMP Mx, SASS PROC CALIS, STATISTICA-SEPATH. Program
AMOS memiliki kelebihan karena user friendly graphical interface. Program
ini dibuat oleh perusahaan Smallwaters Corporation da versi untuk student
dapat diperoleh secara gratis di
sebenarnya lengkap seperti haknya full version, tetapi jumlah variabel hanya
dibatasi sampai delapan variabel saja.
Pada saat ini AMOS sudah mencapai AMOS 18, namun demikian
semua data dan output pada buku (yang dibuat menggunakan AMOS 18)
dapat diakses dengan program AMOS versi-versi sebelumnya,yakni AMOS 4,
AMOS 5, AMOS 6, AMOS 7, AMOS 16, maupun AMOS 17. Mulai dari
16. Ada lompatan versi AMOS, dari AMOS 7 ke AMOS 16, yang disebabkan
adanya keinginan untuk menyamakan versi AMOS dengan SPSS terbaru.
Namun dari sisi content dan future, antara AMOS 16 dan AMOS 7, kemudian
dengan AMOS 17 dan AMOS 18, hampir tidak ada perubahan, kecuali adanya
kemampuan mixed modeling yang ada pada versi 16, konversi ke program
Visual Basic. Dan beberapa tambahan kemampuan buatan diagram.
Untuk dapat menggunakan AMOS 18, diperlukan persyaratan
hardware sebagai berikut:
1. Memori RAM minimal 256 MB
2. Tersedia tempat kosong di Hard disk minimal 125 MB
3. Tersedia Software Internet Eksplorer Versi 16 ke atas
4. Tersedia program net.Framework versi 3,5 atau di atasnya. Jika sistem
operasi yang digunakan adalah Windows Vista atau Windows 7,
program tersebut pada umumnya telah terinstal, dapat mengunduh nya
lewat interne
5.3Mengaktifkan Amos Versi 18
Program Amos dapat diaktifkan langsung lewat icon AMOS yang ada dilayar
atau lewar Start → All Program → SPSS Inc → AMOS 18 → AMOS
Saat membuka program AMOS, akan tampak tampilan berikut:
Gambar 5.1 Tampilan Awal AMOS Versi 18
Tampak di tengah windows adalah area berbentuk segi empat yang
menggambarkan selembar kertas yang nanti akan digunakan untuk
menggambarkan model struktural secara grafik. Disamping itu, ada beberapa
menu antara lain file, edit, view, diagram, analysis, tool pluglin, dan help.
Disamping tampilan window utama Amos Graphic, Amos juga menampilkan
toolbox windows dengan button dengan perintah yang akan digunakan untuk
menggambarkan dan operasi pemodelan.
5.4Membuka Lembar Baru
Untuk membuka lembar baru, maka langkah yang harus dilakukan adlah klik
icon file → new, maka akan tampil lembaran kosong yang siap untuk dibuat
5.5Membuat Gambar Path Diagram
Gambarkan diagram path dngan menggunakan menu dalam program Amos
[image:54.595.133.527.179.406.2]Versi 18:
Gambar 5.2 Path Diagram
5.6Pengisian Data
Setelah membuat gambarmodel diagram jalurnya, kemudian lakukan
pengisian data yang akan diolah dengan menggunakan Amos 18, yakni dengan
Gambar 5.3 Pengisian Data
Gambar 5.4 Pengisian Data pada Data File
5.7Pengolahan Data dengan Analisis Jalur
Data diolah dengan menggunakan icon View → Analysis Propertice yang
[image:55.595.130.527.369.595.2]Gambar 5.5 Pengolahan Data
Gambar 5.6 Pengisisan Data pada kotak Analysis Properties
Kemudian dilakukan pengolahan data dengan cara klik icon Analysis →
[image:56.595.135.528.363.592.2]Gambar 5.7 Menampilkan Pemasukan pada Calculate Estimate
[image:57.595.131.527.370.593.2]5.8Output Hasil Pengolahan Data
[image:58.595.133.529.153.379.2]Dari hasil analisis dapat dilihat output model sebagai berikut:
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1Kesimpulan
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan yaitu:
1. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa pada variabel produksi
beras, kebutuhan beras, dan luas lahan terhadap ketersediaan beras
dan produksi beras dengan masing – masing besar pengaruh yaitu
pengaruh kebutuhan beras terhadap produksi beras sebesar 0,07,
pengaruh luas lahan terhadap produksi beras sebesar 0,92. Pengaruh
produksi beras terhadap ketersediaan beras sebesar − 0,05, pengaruh
kebutuhan beras terhadap ketersediaan beras sebesar – 0,003,
pengaruh luas lahan terhadap ketersediaan beras sebesar 1,04.
2. Pengaruh yang diterima produsi beras dari kebutuhan beras dan luas
lahan adalah sebesar 0,872 atau 87,2%.
3. Pengaruh yang diterima ketersediaan beras dari produksi beras,
kebutuhan beras dan luas lahan adalah sebesar 0,992 atau 99,2%.
4. Variabel kebutuhan beras memiliki korelasi yang lemah dan
lahan memiliki korelasi yang kuat dan berbanding lurus terhadap
produksi beras.
5. Variabel produksi beras, kebutuhan beras memiliki korelasi yang
berbanding terbalik dan lemah terhadap ketersediaan beras.
Sedangkan variabel luas lahan memiliki korelasi yang berbanding
lurus dan kuat terhadap ketersediaan beras.
6. Karena X2 hitung > X2 tabel yaitu 1,111 > 0.004 maka H0 ditolak
dan H1 diterima yang berarti ada pengaruh antara variabel produksi
beras, kebutuhan beras dan luas lahan tehadap ketersediaan beras.
6.2Saran
Adanya saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah:
1. Adanya tindak lanjut pemerintah khususnya Badan Ketahanan Pangan
bersama para petani di Serdang Bedagai dalam mengupayakan produksi
beras dan sehingga mampu mengoptimalkan ketersediaan beras bahkan
di masa bukan panen.
2. Adanya tindak lanjut pemerintah Badan Ketahanan Pangan Serdang
Bedagai dalam membuat perubahan keragaman data yang
menggambarkan produksi beras dan ketersediaan beras agar
3. Meskipun sudah di depat indikator yang merumuskan Ketersediaan
Beras terlebih dahulu kita perlu menguji seberapa besar pengaruh
masing – masing indikator sehingga hasil perhitungan maksimal dna
DAFTAR PUSTAKA
Algifari. 2000. Analisa Regresi Teori Kasus dan Solusi. Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE.
Ghozali, Imam. 2004. Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan Program SPSS ver.17. Semarang : Andi.
Riduwan. 2007. Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur. Bandung : Alfabeta.
Santoso, Singgih. 2011. Structural Equation Modeling (SEM) Konsep dan Aplikasi dengan Program AMOS 18. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Sarwono, Jonathan. 2007. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Yogyakarta : C.V Andi.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
L
A
M
P
I
R
A
Medan, 11Maret 2014
H a l : Permohonan Surat Pengantar
Kepada Yth :
Bapak Dekan FMIPA USU Medan
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
N a m a : Aisyah Herianti Lubis N I M : 112407011
Prodi : D3 Statistika
memohon kepada Bapak untuk dapat mengeluarkan surat pengantar yang ditujukan pada Pimpinan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara guna pengurusan pelaksanaan penelitian Tugas Akhir.
Atas kesediaan dan bantuan Bapak saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Nomor : /UN5.2.1.8/SPB/2014 Medan, 13 Maret 2014 Lampiran : -
Hal : Penelitian Tugas Akhir
Yth :
Pimpinan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara Jl. Jendral Besar Abdul Haris Nasution No 24 Medan
di Medan
Dengan hormat, bersama ini kami sampaikan kepada saudara, bahwa mahasiswa Program Studi Diploma 3 Statistika FMIPA USU Medan, akan melaksanakan penelitian Tugas Akhir di Badana Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, kami mohon bantuan saudara agar dapat menerima mahasiswa yang namanya di bawah ini untuk melakukan Penelitian Tugas Akhir yang pelaksanaannya dimulai pada tanggal 17 Maret 2014 sampai dengan tanggal 19 Maret 2014.
Mahasiswa yang akan melaksanakan Tugas Akhir sebagai berikut :
No Nama Mahasiswa NIM Program Studi
1 Aisyah Herianti Lubis 112407011 D3 Statistika
Demikian kami sampaikan, atas kerja sama dan bantuannya di ucapkan terima kasih.
a.n Dekan
Pembantu Dekan I
Dr. Marpongahtun, M.Sc NIP. 19611115 198803 2 002 Tembusan :
1. Ketua Program Studi D3 Statistika 2. Arsip
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Jalan Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan Padang Bulan Medan 20155
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN MATEMATIKA
Jl. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Telp. (061) 8211050, Fax (061)8214290 Medan 20155
SURAT KETERANGAN
Hasil Uji Implementasi Sistem Tugas Akhir
Yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa Mahasiswa Tugas Akhir Program Diploma 3 Statistika :
Nama Mahasiswa : Aisyah Herianti Lubis
Nomor Induk Mahasiswa : 112407011
Judul Tugas Akhir : Faktor-Faktor Pengaruh Ketersediaan Beras
Kabupaten Serdang Bedagai
Telah melaksanakan test program Tugas Akhir Mahasiswa tersebut di atas pada tanggal:
Dengan Hasil : Sukses / Gagal
Demikian diterangkan untuk digunakan melengkapi syarat pendaftaran Ujian Meja Hijau Tugas Akhir Mahasiswa bersangkutan di Departemen Matematika FMIPA USU Medan.
Medan, Juni 2014 Dosen Pembimbing,
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN MATEMATIKA
Jl. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Telp. (061) 8211050, Fax (061) 8214290 Medan 20155
KARTU BIMBINGAN TUGAS AKHIR MAHASISWA
Nama Mahasiswa : Aisyah Herianti Lubis
Nomor Induk Mahasiswa : 112407011
Judul Tugas Akhir : Faktor-Faktor Pengaruh Ketersediaan Beras Kabupaten Serdang Bedagai
Dosen Pembimbing : Dr. Elly Rosmaini, M.Si
Tanggal Mulai Bimbingan : Tanggal Selesai Bimbingan :
No. Tanggal Asistensi Bimbingan
Pembahasan Asistensi Pada Bab
Paraf Dosen
Pembimbing Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8
*Kartu ini harap dikembalikan ke Departemen Matematika bila bimbingan mahasiswa telah selesai
Disetujui oleh:
Program Studi D3 Statistika FMIPA USU Dosen Pembimbing,
Ketua,
Dr. Faigiziduhu Bu’ulölö, M.Si Dr. Elly Rosmaini, M.Si