• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAN BERAS DAN KONSUMSI BERAS DI KABUPATEN DELI SERDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAN BERAS DAN KONSUMSI BERAS DI KABUPATEN DELI SERDANG"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

1

KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

SYAHRIAL RAMADHAN 100304101

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

KETERSEDIAN BERAS DAN KONSUMSI BERAS DI KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

SYAHRIAL RAMADHAN 100304101

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di Program Studi Agribisnis,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(3)

Suamtera Utara

NAMA : SYAHRIAL RAMADHAN

NIM : 100304101

DEPARTEMEN : AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI : AGRIBISNIS

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec)

NIP :196302041997031001 NIP: 195702171986032001 (Dr. Ir. Salmiah, MS)

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis

NIP :196302041997031001 (Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec)

Tanggal Lulus : 6 Oktober 2017

(4)

Telah dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Diterima Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada Tanggal : 6 Oktober 2017

Panitian Penguji Skripsi :

Ketua : (Dr.Ir.Satia Negara Lubis, M.Ec NIP: 196302041997031001

)

Anggota : 1) (Dr.Ir.Salmiah.M.S)

NIP: 195702171986032001

2)

NIP. 195311111981031001

(Dr. Ir.H.Hasman Hasyim,Mdl,Msi))

3)

NIP. 196011101988031003 (Ir. M. Jufri, M.Si)

Mengesahkan Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian USU

NIP :196302041997031001 (Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec)

(5)

i

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi ketersediaan beras di Kabupaten Deli Serdang dan untuk menganalisis apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi konsumsi beras di Kabupaten Deli Serdang

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu jenis data penelitian yang diperoleh langsung melalui pihak yang bersangkutan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi linear berganda dan metode deskriptif kuantitatif. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan program SPSS versi 19.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas panen padi, dan konsumsi beras berpengaruh signifikan terhadap ketersediaan beras sedangkan harga beras dan jumlah penduduk tidak berpengaruh signifikan terhadap ketersediaan beras.

Jumlah penduduk, harga beras, dan produksi beras tidak berpengaruh signifikan terhadap konsumsi beras.

.Kata Kunci :Konsumsi, Ketersediaan, Beras

(6)

This researce aims to anaylze what factors that influence rice’s availability in Deli Serdang Regancy, and to anaylze what factors that influence rice’s consumption in Deli Serdang Regancy

Area Method used in this researce is purposive. Data used in this researce is secondary data that got from the government office. Analyze data technique used in this researce is multiple regression. In analyze data, the researce uses SPPS version 19 Program.

The result of researce shows paddy’s wide harvest, and rice’s consumption influence to rice’s availability significantly, but don’t rice’s price and the amount population. The amount population, rice’s price, and production don’t influence to rice’s consumption significantly.

Key Words : Consumption, Availability, Rice.

(7)

ii

Syahrial Ramadhan dilahirkan di Kota Langsa, pada tanggal 21 maret 1993,anak dari alm M.yusuf SE dan almh Khauryah SE.penulis merupakan anak dari empat saudara pendidikan formal yang di tempuh penulis sebagai berikut :

1. Tahun 1998 masuk SD Negeri 5, Kota Langsa 2. Tahun 2004 masuk SMP Negeri 3 Kota Langsa 3. Tahun 2007 masuk SMA Negeri 1 Kota Langsa

4. Tahun 2010 masuk di program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

5. Tahun 2014 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa selotong Kecamatan secanggang Kabupaten Langkat.

6. Tahun 2016-2017 melaksanakan penelitian skripsi dengan juduk faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan beras dan tingkat konsumsi beras di kabupaten deli serdang.

(8)

iii

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.

Tulisan ini merupakan hasil penelitian Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan beras dan konsumsi beras di Kabupaten Deli Serdang, yang merupakan salah satu syarat agar dapat meraih gelar sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak DR. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak DR. Ir. Salmiah, M.S. sebagai Anggota Komisi Pembimbing, seluruh dosen Program Studi Agribisnis yang telah membimbing serta membekali penulis dengan ilmu, serta kepada seluruh staff Program Studi Agribisnis yang telah memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis.

Secara istimewa penulis menghaturkan terima kasih setulus-tulusnya kepada kedua orang tua saya yang telah membimbing, membesarkan dan mendoakan saya menjadi sarjana yang dapat bermanfaat bagi orang banyak,.

Kepada teman-teman Agribisnis yang telah setia mendukung saya lewat doa-doa dan motivasi mereka.

Akhirnya semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat.

Medan, Oktober 2017

Penulis

(9)

iv

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka ... 7

2.2 Landasan Teori ... 8

2.3 Penelitian Terdahulu ... 13

2.4. Kerangka Pemikiran ... 16

2.5. Hipotesis Penelitian ... 17

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian ... 18

3.2. Metode Pengumpulan Data ... 18

3.3. Metode Analisis Data ... 18

3.4. Definisi dan Batasan Operasional ... 27

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Kondisi Geografis ... 29

4.2. Iklim ... 29

4.3. Jumlah Penduduk ... 30

4.4. Pemerintahan ... 31

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.Pengaruh Luas Panen, Harga Beras, Jumlah Penduduk, Dan Konsumsi Beras Terhadap Ketersediaan Beras... 32

5.2.Pengaruh Jumlah Penduduk, Harga Beras, dan Produksi Beras Terhadap Ketersediaan Beras... 39

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 46

(10)

v

DAFTAR PUSTAKA ... viii

(11)

vi

Tabel 1 Penelitian Terdahulu ... 13

Tabel 2 Hasil Analisis Regresi faktor – faktor yang mempengaruhi ketersediaan beras... 32

Tabel 3 Hasil Uji Kolmogorov Sminrnov I ... 36

Tabel 4 Hasil Uji Heteroskedastisitas I ... 37

Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas I ... 38

Tabel 6 Hasil Analisis Regresi faktor – faktor yang mempengaruhi Konsumsi beras... 39

Tabel 7 Hasil Uji Kolmogorov Sminrnov I ... 43

Tabel 8 Hasil Uji Heteroskedastisitas I ... 44

Tabel 9 Hasil Uji Multikolinearitas I ... 44

(12)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema Pemikiran ... 16

Gambar 2 Grafik Histogram I ... 35

Gambar 3. Normal P-Plot Of Regression I ... 36

Gambar 4 Grafik Histogram II ... 42

Gambar 5. Normal P-Plot Of Regression II ... 42

(13)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

JUDUL

1. Jumlah penduduk, luas panen padi dan produksi padi di kabupaten deli serdang.

2. Produksi beras, konsumsi beras, ketersediaan beras, harga beras IR 64 di kabuptaten deli serdang.

3. Lampiran IM 1 4. Lampiran IM 2

(14)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara tropis dan memiliki kondisi geogafis yang mendukung, sehingga memberikan kesempatan pada para petani untuk bisa menanam segala macam tumbuhan. Selain itu iklim di Indonesia juga mendukung untuk bisa bercocok tanam sepanjang tahun. Keadaan ini menjadikan sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang diandalkan di Indonesia. Sektor pertanian juga mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang terjadi sehingga dikatakan mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional.

Sektor pertanian terdiri dari sub sektor pertanian itu sendiri, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan. Sub sektor pertanian mencakup tanaman pangan, hortikultura dan tanaman hias. Sub sektor pertanian khususnya tanaman pangan merupakan prioritas pembangunan nasional karena merupakan kebutuhan pokok rakyat.

Sesuai peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2002 tentang ketahanan pangan, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan

(15)

pembuatan makanan atau minuman. Ketersediaan pangan adalah tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri atau sumber lain. Terjangkau adalah keadaan dimana rumah tangga secara berkelanjutan mampu mengakses pangan sesuai dengan kebutuhan, untuk hidup yang sehat dan produktif.

Penguatan pangan nasional dimulai dari tujuh komoditas strategis, menyusul laju permintaan pangan yang cukup tinggi. Ketujuh komoditas tersebut adalah beras, jagung, kedelai, gula, minyak goreng, tepung terigu dan daging (BKP Sumut, 2010).

Ketersediaan pangan merupakan salah satu sub sistem utama dalam sistem ketahanan pangan, yang menjelaskan tentang jumlah bahan pangan yang tersedia di suatu wilayah. Ketersediaan pangan dapat diwujudkan melalui produksi dalam negeri atau daerah. Pemasukan dari luar negeri atau luar daerah dan cadangan yang dimiliki daerah yang bersangkutan.

Ketahanan pangan masyarakat ketersediaan pangan yang cukup dan berkelanjutan sepanjang waktu, oleh sebab itu situasi ketersediaan pangan perlu diketahui secara periodik. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan ketersediaan, kebutuhan dan cadangan bahan pangan.

Penyediaan pangan, terutama beras, dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau tetap menjadi prioritas utama pembangunan nasional. Selain merupakan makanan pokok untuk lebih dari 95% rakyat Indonesia, Padi juga telah menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 20 juta rumah tangga petani di pedesaan.

Pada sisi kebutuhan pangan penduduk, ketersediaan pangan berhubungan terutama dengan faktor jumlah penduduk dan pola konsumsi pangannya. Jumlah penduduk

(16)

dan pola konsumsinya menentukan jumlah dan kualitas pangan yang dibutuhkan atau yang perlu disediakan. Pertumbuhan jumlah penduduk berarti jumlah pangan yang harus disediakan semakin banyak untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk (Anonimus a

Menurut Suryana (2001), bagi Indonesia, masih adanya kendala utama di sisi produksi, yakni kecilnya skala usaha yang dikelola oleh petani. Ada empat masalah yg berkaitan dengan kondisi perberasan di Indonesia, pertama rata-rata luas lahan yang dikuasai/miliki oleh petani hanya 0,3 ha. Kedua sekitar 70%

petani padi (khususnya buruh tani dan petani skala kecil) termasuk golongan masyarakat miskin atau berpendapatan rendah. Ketiga, 60% dari jumlah petani padi adalah konsumen neto beras. Keempat, rata-rata pendapatan RT petani padi yang bersumber dari usaha tani padi hanya sebesar 30% dari total pendapatan keluarga. Dengan kondisi ini pemerintah selalu dihadapkan pada posisi sulit, di satu sisi pemerintah harus menyediakan beras dengan harga yang terjangkau oleh

, 2010).

Pertambahan jumlah penduduk menuntut daya dukung ketersediaan pangan secara memadai, dengan kata lain cadangan pangan harus mampu memenuhi kebutuhan konsumsi pangan seluruh penduduk secara berkelanjutan. Kebutuhan beras tersebut akan terus meningkat sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk. Jika rata-rata pertumbuhan penduduk 1,8% per tahun, maka jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 diperkirakan 238,4 juta dan tahun 2015 menjadi 253,6 juta.

Dengan melihat kondisi potensi produksi padi nasional, tahun 2015 persediaan beras akan mengalami defisit sebesar 5,64 juta ton (Sumodinigrat, 2001)

(17)

masyarakat, dan di sisi lain pemerintah harus melindungi petani produsen dan menjaga ketersediaan secara cukup.

Permasalahan pada pembangunan pertanian khususnya tanaman pangan secara khusus dapat diidentifikasi dari aspek produksi, konsumsi, dan distribusi.

Orientasi kebijaksanaan pembangunan pertanian yang mengutamakan pola produksi bahan pangan terutama beras cenderung mengabaikan potensi sumber pangan lain sehingga menyebabkan beban kebijaksanaan pangan menjadi semakin berat. Akibatnya setiap pelaksanaan program peningkatan produksi beras membutuhkan biaya yang makin mahal. Pangan, tidak lagi seperti yang dikatakan antropolog-ekonom Melville J. Herskovits (1965), adalah the primary determinants of survival bagi umat manusia. Pangan, seperti halnya sumber daya

ekonomi lainnya bersifat memiliki kelangkaan (scarcity). Dalam perkembangannya, pangan bukan saja sebagai “barang”, namun juga produk atau komoditi yang masuk dalam siklus supply-demand dan dibelakangnya beriringan muncul industri dan bisnis. Dalam perkembangannya, ketersediaan pangan bermakna dua, yaitu terdapat barangnya dan dapat dibeli dengan harga murah.

Konsumsi beras sebagai makanan pokok tampaknya tetap mendominasi pola makan orang Indonesia. Sebagai sumber energi maupun nutrisi, beras memang lebih baik dibandingkan dengan jenis makanan pokok lainnya. Dalam kaitan ini, pangsa beras pada konsumsi energi perkapita sebesar 54,3 persen, atau dengan kata lain setengah dari intake energi adalah bersumber dari beras. Selain itu, beras juga menjadi sumber protein yang utama yaitu mencapai 40 persen (Suryana dan Mardianto, 2001).

(18)

Jumlah penduduk yang semakin meningkat maka dapat dipastikan bahwa kebutuhan akan pangan juga akan semakin meningkat. Dengan kata lain terjadi peningkatan konsumsi. Sebagai contoh beras, permintaan terhadap beras meliputi konsumsi di dalam rumah; di luar rumah antara lain di rumah makan, hotel;

konsumsi makanan hasil industri pengolahan; dan kebutuhan beras untuk cadangan rumah tangga. Terjadi permintaan produksi yang tinggi. Namun sayangnya, adanya peningkatan konsumsi terkadang tidak dapat diimbangi dengan adanya peningkatan produksi.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka identifikasi masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi ketersediaan beras di Kabupaten Deli Serdang?

2. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi konsumsi beras di Kabupaten Deli Serdang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas , maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi ketersediaan beras di Kabupaten Deli Serdang

2. Untuk menganalisis apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi konsumsi beras di Kabupaten Deli Serdang

1.4 Manfaat Penelitian

(19)

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Sebagai masukan bagi masyarakat untuk mengetahui ketersediaan beras di Kabupaten Deli Serdang

2. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti, sehingga menambah ilmu pengetahuan.

3. Sebagai informasi bagi pemerintah serta instansi terkait dalam membuat suatu kebijakan dalam mendukung perkembangan pertanian..

4. Sumber informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya serta bagi pihak yangmembutuhkan.

1.5 Keaslian Penelitian

1. Model penelitian : Penelitian ini menggunaka model analisis regresi linier berganda.

2. Variabel penelitian : Penelitian ini menggunakan variabel ketersediaan beras, luas panen padi, harga beras, jumlah penduduk, konsumsi beras, dan produksi beras.

3. Jumlah sampel : Penelitian ini menggunakan dua sampel yang meliputi ketersediaan dan konsumsi beras di Sumatera Utara dengan kurun waktu 2006-2015.

4. Waktu penelitian : Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016.

5. Lokasi Penelitian : Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara

(20)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.

Kecukupan ketersediaan beras pada tingkat nasional maupun regional menjadi prasarat bagi terwujudnya ketahanan pangan nasional. Beras merupakan komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, hampir seluruh penduduk di negara ini mengkonsumsi beras setiap harinya. Hal ini menyebabkan komoditas beras memiliki nilai yang sangat strategis, selain karena menguasai hajat hidup orang banyak, juga dapat dijadikan parameter stabilitas ekonomi dan sosial negara. Apabila terjadi kelangkaaan atau tidak terpenuhinya kebutuhan beras pada masyarakat, akan berdampak pada inflasi dan gejolak social (Sumodiningrat, 2001)

Beras bagi kehidupan Bangsa Indonesia memiliki arti yang sangat penting. Dari jenis bahan pangan yang dikonsumsi, beras memiliki urutan utama. Hampir seluruh penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai bahan pangan utama, beras merupakan nutrisi penting dalam struktur pangan, karena itu peranan beras memiliki peranan strategis dalam kehidupan bangsa Indonesia. Peranan beras dalam pembangunan jangka panjang (PJP) I masih cukup besar. Tahun 1968 peranan beras dalam tanaman pangan = 54,4%, dalam pertanian = 37%, dan dalam PDB = 18,8% , pada tahun 1987 keadaan ini menjadi : 52%, 31,7% dan 8,1% .

(21)

Bagi penduduk Indonesia, beras merupakan bahan makanan yang lebih superior daripada bahan pangan lainnya seperti jagung, ubi, sagu dan lainnya. Sehingga bagi masyarakat yang berpendapatan rendah akan berupaya semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan pangan pokoknya, terutama pangan beras. Oleh karena itu, konsumsi pangan sangat terkait erat dengan tingkat\ kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan dapat dikatakan makin baik apabila kalori dan protein yang dikonsumsi penduduk semakin meningkat, sampai akhirnya melewati standar kecukupan konsumsi per kapita sehari. Kecukupan gizi yang dianjurkan per kapita per hari adalah penyediaan energi 2.500 kalori dan protein 55 gram (Amang, 2005).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Ketersediaan Pangan

Dalam perkembangannya, ketersediaan pangan bermakna dua, yaitu terdapat barangnya dan dapat dibeli dengan harga murah. Dengan demikian dalam hal pangan diletakkan dalam konteks politik adalah pemerintah akan berusaha mempertahankan ketersediaan pangan dalam jumlah cukup (bahkan kalau perlu melimpah) dan dengan harga yang murah (bukan sekedar terjangkau) (Sumodiningrat, 2001).

Menurut Thomas Robert Malthus menyebutkan dalam teorinya bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur sedangakan pertumbuhan ketersediaan pangan mengikuti deret hitung. Pada kasus ini dimana terdapat permasalahan meledaknya jumlah penduduk dikota yang tidak diimbangi dengan ketersediaan pangan pun berkurang, hal ini merupakan pertimbangan yang kurang menguntungkan. Jika kita kembali kepada teori Malthus, Teori Malthus

(22)

menghendaki produksi pangan harus lebih besar dibandingkan jumlah dan pertumbuhan penduduk. Sehingga berdasarkan teori ini diperkirakan suatu saat daerah di Indonesia tidak memiliki lahan pertanian lagi, sebab perkembangan yang pesat terjadi pada pembukaan dan penggunaan lahan untuk kawasan permukiman penduduk. Namun ketersediaan lahan yang semakin terbatas telah menimbulkan biaya yang tinggi bagi penduduk untuk mendapatkannya. Hal ini berdampak kepada biaya investasi yang tinggi untuk membangun kawasan produktif yang strategis (Wicaksono, 2009).

Ketersediaan pangan merupakan kondisi pangan yang mencakup makanan dan minuman yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan serta turunannya bagi penduduk suatu wilayah dalam suatu kurun waktu tertentu. Ketersediaan pangan merupakan suatu sistem yang berjenjang (bierarchial systems) mulai dari nasional, provinsi (regional), lokal (kabupaten/kota), dan rumah tangga.

Ketersediaan pangan dapat diukur pada tingkat makro (nasional, provinsi, kabupaten/kota) maupun mikro (rumah tangga). Sistem ketahanan pangan merupakan rangkaian dari tiga komponen utama yaitu katersediaan dan stabilitas pangan (food availability and stability), kemudahan memperoleh pangan (food accessibility), dan pemanfaatan pangan (food ultilization). Hal ini berarti bahwa

faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ketiga komponen ketahanan pangan.

Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang digarap/ditanami),

(23)

semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut (Rahim dan Dwi Hastuti, 2008).

Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha, dan skala usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian.

Semakin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian akan semakin tidak efisienlah lahan tersebut. Sebaliknya pada luasan lahan yang sempit, upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan tersedianya modal juga tidak terlalu besar, sehingga usaha pertanian seperti ini sering lebih efisien (Soekartawi, 2002).

Luas lahan sangat mempengaruhi produksi, karena apabila luas lahan semakin luas maka penawaran beras akan semakin besar, sebaliknya apabila luas lahan semakin sempit maka produksi padi akan semakin sedikit. Jadi hubungan luas lahan dengan produksi padi adalah positif.

Lahan pertanian (sawah) mempunyai arti yang terpenting dalam menentukan ketahanan pangan nasional. Saat ini sumberdaya lahan pertanian menghadapi tantangan dan tekanan yang semakin berat. Tingkat persaingan dengan peruntukan non pertanian, berada pada titik yang mengkhawatirkan bagi eksistensi pertanian, khususnya sebagai sektor yang berkepentingan dalam pengadaan pangan nasional (Sumodiningrat, 2001

2.2.2 Teori Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dimakan oleh seseorang dengan tujuan tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu secara biologis, psikologis, maupun sosial. Hal ini terkait

(24)

dengan fungsi makanan yaitu gastronomik, identitas budaya, religi dan magis, komunikasi, lambang status ekonomi, serta kekuatan dan kekuasaaan. Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang dalam waktu tertentu. Pola konsumsi masyarakat ini dapat menunjukkan tingkat keberagaman pangan masyarakat yang selanjutnya dapat diamati dari parameter pola pangan harapan (PPH) (Farida, 2010).

Tingkat konsumsi penduduk mencerminkan tingkat kesejahteraan. Konsumsi meliputi pangan dan non pangan, meliputi jenis dan jumlah tak terbatas, namun aktivitas konsumsi dibatasi oleh pendapatan yang dapat dibelanjakan. Dalam hal ini tingkat pendapatan penduduk yang rendah menjadi pembatas tingkat konsumsi atau kesejahteraan petani. Merujuk kepada hukum Engel bahwa pada pendapatan rendah konsumsi bahan pangan menyerap sebagian besar anggaran belanja rumah tangga (Suwarto, 2007).

Faktor-faktor yang tampaknya sangat mempengaruhi konsumsi pangan di mana saja di dunia adalah jenis dan banyaknya pangan yang diproduksi. Apabila jumlah pangan ditanam tidak cukup untuk memberikan makan penduduk suatu negara, maka risiko kurang gizi akan tinggi dan ganguan gizi meningkat. Kalau diberikan petunjuk yang cukup untuk memperbesar produksi pertanian dan petunjuk itu diikuti, maka jumlah dan jenis pangan yang tersedia untuk dikonsumsi rumah tangga dan untuk pendapatan petani dapat ditingkatkan. Produksi pangan yang lebih banyak dan jenis yang lebih beragam, merupakan langkah pertama menuju penyediaan pangan yang cukup untuk penduduk (Suhardjo dkk,1986).

(25)

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah faktor ekonomi dan harga, serta faktor sosio-budaya. Faktor ekonomi dan harga merupakan keadaan ekonomi keluarga relatif mudah diukur dan berpengaruh besar pada konsumsi pangan, terutama pada golongan miskin. Hal ini disebabkan karena penduduk golongan miskin menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan makanan. Dua peubah ekonomi yang cukup dominan sebagai determinan konsumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan harga (baik harga pangan maupun harga komoditas kebutuhan dasar).

Perubahan pendapatan secara langsung dapat mempengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga. Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik.

Sebaliknya, penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli. Selain pendapatan, faktor ekonomi yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah harga pangan dan harga barang nonpangan. Perubahan harga dapat berpengaruh terhadap besarnya permintaan pangan. Harga pangan yang tinggi menyebabkan berkurangnya daya beli yang berarti pendapatan riil berkurang. Keadaan ini mengakibatkan konsumsi pangan berkurang. Faktor sosio-budaya dan religi merupakan kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang digunakan untuk dikonsumsi. Aspek sosio pangan adalah fungsi pangan dalam masyarakat yang berkembang sesuai dengan keadaan lingkungan, agama, adat, kebiasaan, dan pendidikan masyarakat tersebut (Farida, 2010).

(26)

Tingkat konsumsi juga dipengaruhi oleh faktor demografi seperti jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau per keluarga relatif rendah. Misalnya, walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih rendah daripada penduduk Singapura, tetapi secara absolut tingkat pengeluaran konsumsi Indonesia lebih besar daripada Singapura. Sebab jumlah penduduk Indonesia lima puluh satu kali lipat penduduk Singapura.

Tingkat konsumsi rumah tangga akan besar. Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar bila jumlah penduduk sangat banyak dan pendapatan perkapita sangat tinggi (Godam, 2007).

2.3 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu dapat dilihat sebagai berikut : Nama Peneliti Judul Identifikasi

Masalah

Metode Hasil dan

Kesimpulan

1. Lestari, Lisa (2012)

Faktor – faktor yang mempengaru hi

ketersediaan dan konsumsi beras di Sumater

Utara

1. Faktor- faktor apa sajakah yang mempengaruhi ketersediaan

pangan di Sumatera Utara?

2. Faktor- faktor apa sajakah yang mempengaruhi konsumsi

pangan di Sumatera Utara?

Regresi Linear Berganda

1. Ketersediaan beras dipengaruhi secara parsial oleh luas lahan, harga beras, jumlah penduduk dan konsumsi beras.

2. Konsumsi beras dipengaruhi secara parsial oleh pendapatan, harga beras, produksi beras, dan jumlah penduduk.

(27)

2.Lumbangaol, Wenny (2015)

Faktor – faktor yang mempengaru hi

ketersediaan beras dan jagung di Sumatera

Utara

1. Faktor- faktor apa sajakah yang mempengaruhi ketersediaan beras dan jagung di Sumatera Utara?

Regresi Linear Berganda

1. Ketersediaan beras dipengaruhi secara parsial oleh luas lahan, harga beras, jumlah penduduk dan konsumsi beras.

3. Hartati, Juni (2013)

Faktor – faktor yang mempengaru hi

ketersediaan

beras di Kabupaten

Mandailing natal

1. Faktor- faktor apa sajakah yang mempengaruhi ketersediaan

beras di

Kabupaten Mandailing Natal?

Regresi Linear Berganda

1. Ketersediaan beras dipengaruhi secara parsial oleh luas lahan dan jumlah penduduk Tetapi untuk harga beras dan konsumsi

beras tidak berpengaruh secara

serempak.

4.Hasyim, Hasman (2007)

Analisis Faktor – faktor yang mempengaru hi

ketersediaan

beras di Sumatera

Utara.

1. Faktor- faktor apa sajakah yang mempengaruhi ketersediaan

beras di

Sumatera Utara?

Regresi Linear Berganda

1. Ketersediaan beras dipengaruhi secara parsial oleh luas lahan , harga beras, harga jagung,

ketersediaan beras sebelumnya.

5. Sunani, Nani (2009)

Analisis Faktor – Faktor yang mempengaru hi produksi dan konsumsi di Kabupaten Siak

1. Faktor- faktor apa sajakah yang mempengaruhi konsumsi

pangan di Kabupaten Siak?

Regresi Linear Berganda

1. Konsumsi beras dipengaruhi secara parsial oleh PDRB, produksi beras, dan jumlah penduduk.

Sedangkan harga

beras tidak berpengaruh secara

serempak.

2.4 Kerangka Pemikiran

Ketersediaan pangan tergantung pada cukup lahan untuk menanam tanaman pangan, penduduk untuk menyediakan tenaga, uang untuk menyediakan modal

(28)

pertanian yang diperlukan, tenaga ahli terampil untuk membantu meningkatkan baik produksi pertanian maupun distribusi pangan yang merata. Adapun faktor–

faktor yang mempengaruhi ketersediaan pangan yakni luas panen padi, harga beras, jumlah penduduk dan konsumsi beras. Pada sisi kebutuhan pangan penduduk, ketersediaan pangan berhubungan terutama dengan faktor jumlah penduduk dan pola konsumsi pangannya. Jumlah penduduk dan pola konsumsinya menentukan jumlah dan kualitas pangan yang dibutuhkan atau yang perlu disediakan.

Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dimakan oleh seseorang dengan tujuan tertentu. Faktor-faktor yang tampaknya sangat mempengaruhi konsumsi pangan di mana saja di dunia adalah jenis dan banyaknya pangan yang diproduksi dan tersedia, tingkat pendapatan, pengetahuan gizi. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah faktor ekonomi dan harga, serta faktor sosio-budaya. Faktor ekonomi yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah harga pangan dan harga barang nonpangan sedangkan faktor sosio- budaya dan religi merupakan kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang digunakan untuk dikonsumsi.

Ketahanan pangan merupakan bagian terpenting dalam pemenuhan hak atas pangan sekaligus merupakan salah satu pilar utama hak azasi manusia. Ketahanan pangan juga merupakan bagian sangat penting dari ketahanan nasional. Secara nasional ketahanan pangan tidak identik dengan ketahanan rumah tangga sebab tanpa memperhatikan unsur-unsur produksi, distribusi, harga dan pendapatan,

(29)

mustahil ketahanan pangan tingkat rumah tangga dapat terwujud. Oleh karena itu ketersediaan dan konsumsi pangan sangat berpengaruh terhadap ketahanan pangan.

Secara sistematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1. Skema Pemikiran Ketersediaan Beras

Konsumsi Beras

Ketahanan Pangan Faktor Yang

Mempengaruhi : 1. Luas Panen Padi.

2. Harga Beras.

3.JumlahPenduduk.

4. Konsumsi Beras

Faktor Yang Mempengaruhi :.

1. Harga Beras.

2.JumlahPenduduk.

3. Produksi Beras

(30)

17 2.5 Hipotesis Penelitian

1. Faktor yang berpengaruh nyata terhadap ketersediaan beras adalah luas lahan padi, harga beras, jumlah penduduk, dan konsumsi beras.

2. Faktor yang berpengaruh nyata terhadap konsumsi beras adalah jumlah penduduk, harga beras, dan produksi beras.

(31)

18 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penenuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu teknik penentuan suatu daerah berdasarkan pertimbangan tertentu yang telah dibuat terhadap suatu objek yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Penelitian dilakukan di Kabupaten Deli Serdang. Hal ini didasarkan dnegan pertimbangan Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah yang prosfektif untuk mengetahui ketersediaan dan konsumsi beras karena salah satu daerah yang memiliki luas panen padi sawah yang tertinggi.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder time series dengan range tahun 2006 – 2015 dengan sumber data dari instansi BKP (Badan Ketahanan Pangan) Sumatera Utara dan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara.

3.3 Metode Analisis Data

Untuk menjawab identifikasi masalah yang pertama maka digunakan model regresi linier berganda. Dimana dapat dilihat pengaruh dari variabel – variabel yang mempengaruhi ketersedian beras baik secara keseluruhan maupun secara parsial. Dalam hal pengerjaannya, peneliti menggunakan SPSS 17 dalam penyajian data. Supriana (2013) menyatakan rumus linier berganda sebagai berikut:

Dimana:

Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + µi

18

(32)

19

Y : Ketersediaan Beras (Kg/Kapita/Tahun) b0 : Konstanta

b1 b2 b3 b4 : Konstanta regresi X1 : Luas panen padi (Ha) X2 : Harga beras (Rp/kg)

X3 : Jumlah penduduk (Juta Jiwa) X4 : Konsumsi beras (Kg/Kapita/Tahun) µi

1. Koefisien Determinasi (R

: Koefisien Pengganggu

Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit)

2

Koefisien determinasi R

)

2 merupakan suatu nilai statistik yang dihitung dari data sampel. Koefisien ini menunjukkan persentase variasi seluruh variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (explanatory variables).

Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana variabel bebas dapat merubah variabel terikat dalam suatu hubungan (Supriana, 2013).

Nilai koefisien determinasi (R2) berkisar antara 0 < R2 < 1, dengan kriteria pengujiannya adalah R2

2. Uji Serempak (Uji F – Statistik)

yang semakin tinggi (mendekati 1) menunjukkan model yang terbentuk mampu menjelaskan keragaman dari variabel terikat, demikian pula sebaliknya.

Uji F adalah uji secara serempak (simultan) signifikansi pengaruh perubahan variabel independen terhadap variabel dependen. Artinya parameter X1, X2, dan X3 secara bersamaan diuji apakah memiliki signifikansi atau tidak.

(33)

20 Kriteria pengujian:

Jika sig. F ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika sig. F > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika H0 diterima artinya Luas panen padi (X1), Harga beras (X2), Jumlah penduduk (X3), dan Konsumsi beras (X4) secara serempak tidak berpengaruh nyata terhadap Y (Ketersediaan Beras).

Jika H1 diterima artinya Luas panen padi (X1), Harga beras (X2), Jumlah penduduk (X3), dan Konsumsi beras (X4

3. Uji Parsial (Uji t Statistik)

) secara serempak berpengaruh nyata terhadap Y (Ketersediaan Beras).

Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam ilmu sosial adalah 5% (Firdaus, 2011).

Kriteria Pengujian:

Jika sig. t ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika sig. t > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika H0 diterima artinya Luas panen padi (X1), Harga beras (X2), Jumlah penduduk (X3), dan Konsumsi beras (X4) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap Y (ketersediaan beras).

(34)

21

Jika H1 diterima artinya Luas panen padi (X1), Harga beras (X2), Jumlah penduduk (X3), dan Konsumsi beras (X4

1. Uji Normalitas

) secara parsial berpengaruh nyata terhadap Y (ketersediaan beras).

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linier berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS). Pada prinsipnya model regresi linier yang dibangun sebaiknya tidak boleh menyimpang dari asumsi BLUE (Best, Linier, Unbiased, dan Estimator). Ada empat uji asumsi klasik yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain uji normalitas, heterokedastisitas, multikolinieritas, dan autokorelasi (Supriana, 2013).

Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data mendekati distribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov, dengan melihat nilai signifikansi.

Sig.KS > 0,05 = Data berdistribusi normal Sig.KS ≤ 0,05 = Data tidak berdistribusi normal

Uji Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menguji null hipotesis suatu sampel atas suatu distribusi tertentu.

2. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam model regresi. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.

(35)

22

Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.

Penelitian ini menggunakan uji Glejser sebagai penguji heterokedastisitas, dengan melihat nilai signifikansi.

Sig. > 0,05 = Homokedastisitas (tidak terjadi masalah heterokedastisitas) Sig. ≤ 0,05 = Heterokedastisitas

3. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah adanya hubungan linier (korelasi) yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan model regresi. Data yang digunakan adalah penggunaan faktor yang dilogaritmakan. Model regresi yang baik harusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent. Ada atau tidaknya multikolinieritas pada model regresi terlihat dari tolerance dan VIF (Variance Inlaction Factor).

Kriteria nilai uji yang digunakan yakni:

1. Jika nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10, maka model tidak mengalami multikolinieritas

2. Jika nilai tolerance < 0,1 dan VIF > 10 , maka model mengalami multikolinieritas

4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi ialah adanya korelasi antara variabel itu sendiri, pada pengamatan yang berbeda waktu. Umumnya kasus autokorelasi banyak terjadi pada data time series. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mendeteksi autokorelasi

(36)

23

adalah dengan melihat pola hubungan antara residual dan variabel bebas . metode yang digunakan adalah uji Durbin – Watson (Uji dw).

Kriteria nilai uji yang digunakan yakni:

d <dL: ada autokorelasi positif

dL ≤ d ≤ du: maka kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa - apa du ≤ d ≤ 4 – du: tidak ada autokorelasi

4 – du ≤ d ≤ 4 – du: maka kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa – apa d > 4 – dL: ada autokorelasi negatif.

Untuk menjawab identifikasi masalah yang kedua maka digunakan model regresi linier berganda. Dimana dapat dilihat pengaruh dari variabel-vaiabel yang mempengaruhi konsumsi beras baik secara keseluruhan maupun secara parsial.

Dalam hal pengerjaannya, peneliti menggunakan SPSS 17 dalam penyajian data.

Supriana (2013) menyatakan rumus linier berganda sebagai berikut:

Dimana:

Y : Konsumsi beras (Kg/Kapita/Tahun)

b0 : Konstanta

b1, b2, b3, b4 : Konstanta regresi X1 : Jumlah penduduk (Jiwa) X2 : Harga Beras (Rp/Kg) X3 : Produksi Beras (Kg) µi : Koefisien Pengganggu

Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + µi

(37)

24

Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit) 1. Koefisien Determinasi (R2

Koefisien determinasi R

)

2 merupakan suatu nilai statistik yang dihitung dari data sampel. Koefisien ini menunjukkan persentase variasi seluruh variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (explanatory variables).

Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana variabel bebas dapat merubah variabel terikat dalam suatu hubungan (Supriana, 2013).

Nilai koefisien determinasi (R2) berkisar antara 0 < R2 < 1, dengan kriteria pengujiannya adalah R2

2. Uji Serempak (Uji F – Statistik)

yang semakin tinggi (mendekati 1) menunjukkan model yang terbentuk mampu menjelaskan keragaman dari variabel terikat, demikian pula sebaliknya.

Uji F adalah uji secara serempak (simultan) signifikansi pengaruh perubahan variabel independen terhadap variabel dependen. Artinya parameter X1, X2, dan X3 secara bersamaan diuji apakah memiliki signifikansi atau tidak.

Kriteria pengujian:

Jika sig. F ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika sig. F > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika H0 diterima artinya Jumlah penduduk (X1), Harga beras (X2), dan Produksi beras (X3) secara serempak tidak berpengaruh nyata terhadap Y (Konsumsi Beras).

(38)

25

Jika H1 diterima artinya Jumlah penduduk (X1), Harga beras (X2), dan Produksi beras (X3

3. Uji Parsial (Uji t Statistik)

) secara serempak berpengaruh nyata terhadap Y (Konsumsi Beras).

Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam ilmu sosial adalah 5% (Firdaus, 2011).

Kriteria Pengujian:

Jika sig. t ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika sig. t > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika H0 diterima artinya Jumlah penduduk (X1), Harga beras (X2), dan Produksi beras (X3) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap Y (konsumsi beras).

Jika H1 diterima artinya Jumlah penduduk (X1), Harga beras (X2), dan Produksi beras (X3

1. Uji Normalitas

) secara parsial berpengaruh nyata terhadap Y (konsumsi beras).

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linier berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS). Pada prinsipnya model regresi linier yang dibangun sebaiknya tidak boleh menyimpang dari asumsi BLUE (Best, Linier, Unbiased, dan Estimator). Ada empat uji asumsi klasik yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain uji normalitas, heterokedastisitas, multikolinieritas, dan autokorelasi.

(39)

26

Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data mendekati distribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov, dengan melihat nilai signifikansi.

Sig.KS > 0,05 = Data berdistribusi normal Sig.KS ≤ 0,05 = Data tidak berdistribusi normal

Uji Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menguji null hipotesis suatu sampel atas suatu distribusi tertentu.

2. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam model regresi. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.

Penelitian ini menggunakan uji Glejser sebagai penguji heterokedastisitas, dengan melihat nilai signifikansi.

Sig. > 0,05 = Homokedastisitas (tidak terjadi masalah heterokedastisitas) Sig. ≤ 0,05 = Heterokedastisitas

3. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah adanya hubungan linier (korelasi) yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan model regresi. Data yang digunakan adalah penggunaan faktor yang dilogaritmakan. Model regresi yang baik harusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent. Ada atau

(40)

27

tidaknya multikolinieritas pada model regresi terlihat dari tolerance dan VIF (Variance Inlaction Factor).

Kriteria nilai uji yang digunakan yakni:

2. Jika nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10, maka model tidak mengalami multikolinieritas

3. Jika nilai tolerance < 0,1 dan VIF > 10, maka model mengalami multikolinieritas

4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi ialah adanya korelasi antara variabel itu sendiri, pada pengamatan yang berbeda waktu. Umumnya kasus autokorelasi banyak terjadi pada data time series. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mendeteksi autokorelasi

adalah dengan melihat pola hubungan antara residual dan variabel bebas . metode yang digunakan adalah uji Durbin – Watson (Uji dw).

Kriteria nilai uji yang digunakan yakni:

d <dL: ada autokorelasi positif

dL ≤ d ≤ du: maka kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa - apa du ≤ d ≤ 4 – du: tidak ada autokorelasi

4 – du ≤ d ≤ 4 – du: maka kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa – apa d > 4 – dL: ada autokorelasi negatif

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Defenisi

Berikut defenisi dari istilah yang digunakan dalam operasional penelitian ini:

(41)

28

1. Ketersediaan beras adalah jumlah beras yang tersedia untuk dikonsumsi oleh masyarakat Sumatera Utara.

2. Luas panen padi merupakan luas areal persawahan yang akan dipanen pada musim tertentu.

3. Harga beras adalah harga beras yang berada di Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Sumatera Utara.

4. Pertumbuhan jumlah penduduk berarti jumlah pangan yang harus disediakan semakin banyak untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk.

5. Produksi pangan adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali dan atau mengubah bentuk pangan.

6. Konsumsi beras adalah sejumlah beras yang akan dimakan oleh masyarakat.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah di Kabupaten Deli Serdang.

2. Data yang digunakan adalah data time series tahun 2006 – 2015.

3. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2016.

(42)

29

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Letak dan Keadaan Geografi

Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Deli Serdang berada pada 2057’’ Lintang Utara, 3016’’ Lintang Selatan dan 98033’’ - 99027’’ Bujur Timur dengan ketinggian 0 – 500 m di atas permukaan laut.

Kabupaten Deli Serdang menempati area seluas 2.497,72 km2

Menurut catatan Stasiun Klimatologi Sampali, pada tahun 2014 terdapat rata-rata 15 hari hujan dengan volume curah hujan sebanyak rata-rata 170 mm. Curah

yang terdiri dari 22 Kecamatan dan 394 Desa/Kelurahan Definitif. Wilayah Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka, di sebelah Selatan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun, di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Karo dan di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupten Serdang Bedagai.

4.2 Iklim

Di Kabupaten Deli Serdang dikenal hanya dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin yang bertiup tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau.

Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin yang banyak mengandung uap air berhembus sehingga terjadi musim hujan. Keadaan ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April – Mei dan Oktober – November.

(43)

30

hujan terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu 427 mm dengan hari hujan sebanyak 23 hari. Sedangkan curah hujan paling kecil terjadi pada bulan Januari sebesar 24 mm dengan hari hujan 14 hari.

4.3 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk tahun 2000 yang disajikan pada tabel 3.1.1. merupakan angka hasil Sensus Penduduk (SP) tahun 2000. Sementara itu, data penduduk tahun 2005 adalah angka hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2005 dan data penduduk tahun 2010 adalah angka hasil Sensus Penduduk Tahun 2010.

Jumlah penduduk Deli Serdang berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) 2010 adalah 1.790.431 jiwa termasuk penduduk yang bertempat tinggal tidak tetap dan termasuk urutan kedua terbesar se Sumatera Utara setelah Kota Medan.

Sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2000 – 2010 adalah 2,0 persen per tahun.

Tahun 2014 jumlah penduduk Deli Serdang sebesar 1.984.598 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 795 jiwa per km2

Bila dilihat per kecamatan maka Kecamatan Percut Sei Tuan merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar dengan tingkat persebaran penduduk sebesar 21,94 persen sedangkan Kecamatan Gunung Meriah adalah yang terkecil . Jumlah rumah tangga sebanyak 465.881 rumah tangga dan setiap rumah tangga rata-rata dihuni oleh 4-5 jiwa.

Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2014 lebih banyak dari penduduk perempuannya dengan rasio jenis kelamin sebesar 101,3 yang artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki.

(44)

31

yaitu 0,14 persen. Untuk Kecamatan terpadat urutan pertama adalah Kecamatan Deli Tua disusul Sunggal dengan kepadatan di atas 2.900 jiwa per km2 dan yang terjarang adalah Kecamatan Gunung Meriah yang hanya 37 jiwa per km2.

Dilihat dari kelompok umur, persentase penduduk usia 0-14 tahun sebesar 30,77 persen, 15-64 tahun sebesar 65,97 persen dan usia 65 tahun ke atas sebesar 3,25 persen yang berarti jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan penduduk usia non produktif.

4.4 Pemerintahan

Administrasi pemerintahan Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 22 kecamatan dan 394 desa/kelurahan yang terdiri dari 78 desa swakarya mula, 6 swakarya madya, 285 desa swasembada mula dan 25 desa swasembada madya yang seluruhnya telah definitif.

(45)

32 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Luas Panen Padi, Harga Beras, Jumlah Penduduk, dan Konsumsi Beras Terhadap Ketersediaan Beras di Kabupaten Deli Serdang

Dalam penelitian ini, terdapat 4 (empat) faktor yang mempengaruhi ketersediaan beras di Kabupaten Deli Serdang yaitu luas panen padi, harga beras, jumlah penduduk, dan konsumsi beras.

5.1.1. Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit)

Setelah diuji menggunakan SPSS diketahui bahwa pengaruh variabel bebas (luas panen padi, harga beras, jumlah penduduk, dan konsumsi beras) terhadap variabel terikat (ketersediaan beras) seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Kabupaten Deli Serdang

No Variabel Koef. Regresi Sig.

1 Konstanta 37665,723 0,804

2 Luas Panen Padi 2,799 0,002

3 Harga Beras 6,839 0,248

4 5

Jumlah Penduduk Konsumsi Beras

-0,030 -0,914

0,760 0,011

R Square 0,957

(46)

Sumber : Lampiran 3, 2016

Dari Tabel 2. diperoleh persamaan:

Y = 37665,723 + 2,799 X1 + 6,839 X2 - 0,030 X3 - 0,914 X

1. Koefisien regresi X

4

Persamaan regresi di atas menjelaskan bahwa:

1

2. Koefisien regresi X

(Luas Panen Padi) bernilai 2,799, artinya setiap kenaikan luas panen padi sebesar 1 ha, maka ketersediaan beras akan meningkat sebesar 2,799 kg/kapita dengan asumsi variabel lain kontan.

2

3. Koefisien regresi X

(Harga Beras) bernilai 6,839, artinya setiap penambahan harga beras sebanyak Rp 1/kg, maka akan menyebabkan peningkatan ketersediaan beras sebesar 6,839 kg/kapita dengan asumsi lain konstan.

3

4. Koefisien regresi X

(Jumlah Penduduk) bernilai - 0,030, artinya setiap kenaikan jumlah penduduk sebesar 1 jiwa, maka akan menyebabkan penurunan ketersediaan beras sebesar 0,03 kg/kapita, dengan asumsi lain konstan.

4

Hasil Koefisien Determinasi (R

(Konsumsi Beras) bernilai - 0,914, artinya setiap peningkatan konsumsi beras 1 kg, maka akan menyebabkan penurunan ketersediaan beras sebesar 0,914 kg/kapita, dengan asumsi lain konstan.

2

Tabel 2. menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi R )

2 (R Square) yang diperoleh adalah sebesar 0,957. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 95,7 %

(47)

variabel terikat (ketersediaan beras) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (luas panen padi, harga beras, jumlah penduduk, dan konsumsi beras). Sedangkan sisanya 4,3 % dipengaruhi oleh variabel bebas lain yang belum dimasukkan ke dalam model.

Hasil Uji Serempak (Uji Statistik F)

Berdasarkan Tabel Anova pada Lampiran 3, didapat signifikansi F adalah sebesar 0,000 (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel bebas (luas panen padi, harga beras, jumlah penduduk, dan konsumsi beras) berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (ketersediaan beras).

Hasil Uji Parsial (Uji Statistik t)

Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi t luas panen padi (X1) adalah sebesar 0,002 (< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak, yang berarti variabel bebas luas panen padi berpengaruh nyata terhadap ketersediaan beras. Koefisien regresi X1 (Luas Panen Padi) bernilai 2,799, artinya setiap kenaikan luas panen padi sebesar 1 ha, maka ketersediaan beras akan meningkat sebesar 2,799 kg/kapita dengan asumsi variabel lain kontan.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi t harga beras (X2) adalah sebesar 0,248 (> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak.

Artinya variabel bebas harga beras tidak berpengaruh nyata terhadap ketersediaan beras. Koefisien regresi X2 (Harga Beras) bernilai 6,839, artinya setiap penambahan harga beras sebanyak Rp 1/kg, maka akan menyebabkan peningkatan ketersediaan beras sebesar 6,839 kg/kapita dengan asumsi lain konstan.

(48)

Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi t jumlah penduduk (X3) adalah sebesar 0,760 ( > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti variabel bebas jumlah penduduk tidak berpengaruh nyata terhadap ketersediaan beras. Koefisien regresi X3 (Jumlah Penduduk) bernilai - 0,030, artinya setiap kenaikan jumlah penduduk sebesar 1 jiwa, maka akan menyebabkan penurunan ketersediaan beras sebesar 0,03 kg/kapita, dengan asumsi lain konstan.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi t konsumsi beras (X4) adalah sebesar 0,011 (< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak, yang berarti variabel bebas konsumsi beras berpengaruh nyata terhadap ketersediaan beras. Koefisien regresi X4 (Konsumsi Beras) bernilai - 0,914, artinya setiap peningkatan konsumsi beras 1 kg, maka akan menyebabkan penurunan ketersediaan beras sebesar 0,914 kg/kapita, dengan asumsi lain konstan.

5.1.3. Uji Asumsi Klasik (Ordinary Least Square)

1. Uji Normalitas

(49)

Gambar 2. Grafik Histogram I

Grafik Histogram pada Gambar 2. menunjukkan bahwa pola distribusi data adalah normal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 3. Normal P-Plot of Regression II

Gambar 3. menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

(50)

Tabel 3. Hasil Uji Kolmogrov Smirnov I

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 11

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 4.09447443E3

Most Extreme Differences

Absolute .167

Positive .119

Negative -.167

Kolmogorov-Smirnov Z .553

Asymp. Sig. (2-tailed) .920

Sumber : Lampiran 3, 2016

Tabel 3. menunjukkan bahwa nilai Kolomogrov Smirnov adalah 0,553 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti distribusi sampel tidak berbeda nyata dengan distribusi normal atau sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil Uji Normalitas, baik dengan menggunakan metode Grafik Histogram, dengan Normal P-Plot of Regression Standardized Residual, maupun

dengan menggunakan Tabel Kolmogrov-Smirnov Test, maka diperoleh hasil bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas sehingga dapat diproses dengan uji selanjutnya.

2. Uji Heteroskedastisitas

(51)

Tabel 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas I Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 10.796 .944 2.111 .079

Luas Panen Padi .031 .016 .295 -1.373 .219

Harga Beras -.002 .145 -.005 1.636 .153

Jumlah Penduduk -.001 .019 -.010 -1.825 .118

Konsumsi Beras -.160 .392 -.159 .970 .370

a. Dependent Variable: Ln Sumber : Lampiran 3, 2016

Tabel 4. menunjukkan bahwa tingkat signifikansi seluruh variabel bebas lebih besar dari α (> 0,05). Signifikansi variabel luas panen padi 0,219 > α (0,05), harga beras 0,153 > α (0,05), Jumlah Penduduk 0,118 > α (0,05), Konsumsi Beras 0,370

> α (0,05), Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi atau model regresi merupakan homokedastisitas.

Berdasarkan hasil Uji Heteroskedastisitas, dengan menggunakan Uji Glejser, maka diperoleh hasil bahwa model regresi merupakan homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

(52)

3. Uji Multikolinieritas

Tabel 5. Hasil Uji Multikolinieritas I

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

(Constant)

Luas Panen Padi .454 2.204

Harga Beras .018 6.519

Jumlah Penduduk .018 4.182

Konsumsi Beras .719 1.390

a. Dependent Variable: Ketersediaan Beras (kg/kapita)

Sumber : Lampiran 3, 2016

Tabel 5. menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier pada penelitian ini bebas dari gejala multikolinieritas.

4. Uji Autokorelasi

Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala autokorelasi dalam perhitungan regresi atas penelitian ini maka digunakan Durbin-Watson TEST (DW Test). Pada Lampiran, dari hasil pengolahan data diperoleh nilai Durbin – Watson Test sebesar 1,738.

(53)

Dari tabel Durbin Watson α = 5%, dengan n = 11 dan k =4 maka diperoleh nilai dL sebesar 1,636 dan nilai dU sebesar 2,108, nilai dL ≤ d ≤4 - dU sehingga dari hasil tersebut kita memperoleh hasil tidak terjadi autokorelasi.

5.2. Pengaruh Jumlah Penduduk, Harga Beras, dan Produksi Beras Terhadap Konsumsi Beras Di Kabupaten Deli Serdang

Dalam penelitian ini, terdapat 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi konsumsi beras di Kabupaten Deli Serdang yaitu jumlah penduduk, harga beras, dan produksi beras .

5.2.1. Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit)

Setelah diuji menggunakan SPSS diketahui bahwa pengaruh variabel bebas (jumlah penduduk, harga beras, dan produksi beras) terhadap variabel terikat (konsumsi beras) seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 6. Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Beras Di Kabupaten Deli Serdang

No Variabel Koef. Regresi Sig.

1 Konstanta -58076,830 0,792

2 Jumlah Penduduk 0,159 0,241

3 Harga Beras -10,059 0,254

4 Produksi Beras 0,312 0,237

R Square 0,292

Sumber : Lampiran 3, 2016

Dari Tabel 6. diperoleh persamaan:

(54)

Y = -58076,830 + 0,159 X1 - 10,059 X2 + 0,312 X3 Persamaan regresi di atas menjelaskan bahwa:

Koefisien regresi X1 (Jumlah Penduduk) bernilai 0,159 , artinya setiap kenaikan jumlah penduduk sebesar 1 jiwa, maka konsumsi beras akan meningkat sebesar 0,159 kg/kapita dengan asumsi variabel lain kontan.

Koefisien regresi X2 (Harga Beras) bernilai -10,059, artinya setiap penambahan harga beras sebanyak Rp 1, maka akan menyebabkan penurunan konsumsi beras sebesar 10,059 kg/kapita dengan asumsi lain konstan.

Koefisien regresi X3 (Produksi Beras) bernilai 0,312, artinya setiap kenaikan produksi beras sebesar 1 kg, maka akan menyebabkan peningkatan konsumsi beras sebesar 0,312 kg/kapita, dengan asumsi lain konstan.

Hasil Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 6. menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi R2

Berdasarkan Tabel Anova pada Lampiran , didapat signifikansi F adalah sebesar 0,462 (>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H

(R Square) yang diperoleh adalah sebesar 0,292. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 29,2%

variabel terikat (konsumsi beras) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (jumlah penduduk, harga beras, dan produksi beras). Sedangkan sisanya 70,8 % dipengaruhi oleh variabel bebas lain yang belum dimasukkan ke dalam model.

Hasil Uji Serempak (Uji Statistik F)

1 ditolak dan H0 diterima, yang

(55)

berarti variabel bebas (jumlah penduduk, harga beras, dan produksi beras) berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (konsumsi beras).

Hasil Uji Parsial (Uji Statistik t)

Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi t jumlah penduduk (X1) adalah sebesar 0,241 ( > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti variabel bebas jumlah penduduk tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi beras Koefisien regresi X1 (Jumlah Penduduk) bernilai 0,159 , artinya setiap kenaikan jumlah penduduk sebesar 1 jiwa, maka konsumsi beras akan meningkat sebesar 0,159 kg/kapita dengan asumsi variabel lain kontan..

Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi t harga beras (X2) adalah sebesar 0,254 (> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak.

Artinya variabel bebas harga beras tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi beras. Koefisien regresi X2 (Harga Beras) bernilai -10,059, artinya setiap penambahan harga beras sebanyak Rp 1, maka akan menyebabkan penurunan konsumsi beras sebesar 10,059 kg/kapita dengan asumsi lain konstan.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi t produksi beras (X3) adalah sebesar 0,237 (> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti variabel bebas produksi beras berpengaruh nyata terhadap konsumsi beras. Koefisien regresi X3 (Produksi Beras) bernilai 0,312, artinya setiap kenaikan produksi beras sebesar 1 kg, maka akan menyebabkan peningkatan konsumsi beras sebesar 0,312 kg/kapita, dengan asumsi lain konstan.

(56)

5.2.2. Uji Asumsi Klasik (Ordinary Least Square)

1. Uji Normalitas

Gambar 4. Grafik Histogram II

Grafik Histogram pada Gambar 4. menunjukkan bahwa pola distribusi data adalah normal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

(57)

Gambar 5. Normal P-Plot of Regression II

Gambar 5. menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Tabel 7. Hasil Uji Kolmogrov Smirnov II

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 11

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 6.61646690E3

Most Extreme Differences

Absolute .142

Positive .120

Negative -.142

Kolmogorov-Smirnov Z .472

Gambar

Gambar 2.1. Skema PemikiranKetersediaan Beras
Grafik Histogram pada Gambar 2. menunjukkan bahwa pola distribusi data adalah  normal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi  normalitas
Tabel 3. Hasil Uji Kolmogrov Smirnov I
Gambar 4. Grafik Histogram II
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian Nomor Cara Seri Unit (Serial Unit Numbering System) Pemberian nomor cara seri unit adalah satu sistem pemberian nomor dengan menggabungkan sistem seri dan

Pada proses check in , pegawai front office dapat memilih berdasarkan nomor reservasi atau nama pelanggan (jika pelanggan sudah melakukan reservasi) dan sistem akan secara

Pada tampilan ini akan terlihat daftar menu dan nama operator yang melakukan login, setelah itu agen dapat memilih menu yang tersedia seperti: kirim informasi, daftar

Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik

Pada gambar 4.55 dan gambar 4.56 terlihat grafik dari serangan NPC kelawan dan serangan NPC ke satu lawan yang sama. serangan Pada kedua gambar terlihat NPC tanpa

Sebelum bahan dikirim ke lokasi pekerjaan, kontraktor harus menyerahkan / mengirimkan contoh bahan dari beberapa macam hasil produk dengan warna sesuai table atau petunjuk Perencana

&#34;Arthur, putra Anda, langsung pergi tidur setelah bertengkar dengan Anda, tapi tidurnya tak nyenyak karena dia sedang gelisah memikirkan utangnya kepada klub itu.. Pada tengah

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi tentang Pengaruh