• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Adaptasi Budaya Terhadap Aikido di Indonesia (Indonesia De Aikidou no Bunkateki Tekiou no Bunseki )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Adaptasi Budaya Terhadap Aikido di Indonesia (Indonesia De Aikidou no Bunkateki Tekiou no Bunseki )"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS ADAPTASI BUDAYA TERHADAP AIKIDO DI INDONESIA

INDONESIA DE AIKIDOU NO BUNKATEKI TEKIOU NO BUNSEKI

Oleh :

Elisabeth Liberthin Wahyu

NIM : 100722005

Program Studi : Ekstensi Sastra Jepang

Fakultas : Ilmu Budaya

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG EKSTENSI

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Yesus Kristus sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini berjudul ‘’ Analisis Adaptasi Budaya Terhadap Aikido Di Indonesia (Indonesia De Aikidou no Bunkateki Tekiou no Bunseki ) ‘’ ini diajukan untuk memenuhi persyaratandalam mencapai gelar Sarjana pada Fakultas Sastra Program Studi Strata-1 Ekstensi Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyusun skripsi ini penulis banyak mengalami rintangan terutama kurangnya pengetahuan penulis serta buku literatur dan sumber yang mendukung materi skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak berupa moril dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang menyumbangkan saran dan kritik terutama kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum, selaku Ketua Jurusan Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

(3)

4. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum, selaku Pembimbing II dalam penyelesaian skripsi yang telah memberikan pengarahan dalam menyempurnakan skripsi ini.

5. Dosen Penguji Skripsi yang telah memberikan waktunya membaca dan menguji skripsi ini.

6. Bapak dan ibu dosen serta staf pegawai Program S-1 Sastra Jepang yang telah banyak memberikan pengarahan, ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama kuliah di Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

7. Dan khusus terima kasih penulis utarakan kepada Ayah dan Ibu yang telah memotivasi baik berbentuk material atau spiritual.

8. Terima kasih kepada seluruh sumber rujukan yang telah memberikan informasi mengenai aikido. Konjen Jepang MEDAN atas buku-bukunya, Bapak Pengurus Yayasan AIKIKAI Jakarta, Semarang, Bandung dan nama-nama lain yang tidak bisa penulis sebutkan yang beberapa bulan ini telah ber-email ria kepada penulis untuk informasi yang berguna bagi penyelesaian skripsi ini.

9. Seluruh teman-teman kuliah penulis yang telah banyak memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis selama kuliah dan menyelesaikan skripsi ini. Indah-Utsukushichan simanja, Hanumchan siperiang, Dewichan sicool, Lolo oneechan sijago masak dan Chichan siimut. 本当にどうもありがとうございました。

(4)

juga kepada STARBUCK yang telah memberikan energi kepada penulis lewat racikan minuman green teanya yang menyegarkan.

Tiada kata terindah yang penulis persembahkan atas balas jasa kepada semua pihak yang telah disebutkan diatas selain ucapan terima kasih. Pada kesempatan ini penulis juga mohon maaf atas kekurangan dan kesalahan skripsi ini dan penulis bersedia menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk melengkapi penyempurnaan skripsi ini.

Semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi pembaca sekalian. Akhir kata penulis mengucapakan terima kasih, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Medan, 2012

Penulis,

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah... 4

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan... 5

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori... 6

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9

1.6. Metode Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AIKIDOU.... 11

2.1. Pengertian dan Sejarah Aikidou... 11

2.1.1. Pengertian Aikidou... 11

2.1.2. Sejarah Aikidou... 12

2.2. Filosofi Aikidou... 18

2.3. Aliran Yang Terdapat Dalam Aikidou... 25

2.4. Perkembangan Aikidou di Indonesia... 30

BAB III ADAPTASI AIKIDOU DI INDONESIA... 37

3.1. Adaptasi Pada Tempat dan Praktisi Aikidou... 37

3.1.1. Adaptasi Pada Tempat Latihan... 37

3.1.2. Adaptasi Terhadap Praktisi Aikidou... 42

(6)

3.3. Adaptasi Filosofi Aikidou Yang Diterapkan Dalam Kehidupan... 50

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 55

4.1. Kesimpulan... 55

4.2. Saran... 56

(7)

ABSTRAK

合気道 (aikidou) adalah salah satu jenis beladiri dari Jepang. pencipta

(8)

berdasarkan kasih. Tidak seperti karate yang dikenal dengan serangan frontal langsungnya terhadap lawan yang dihadapi dan gerakan yang langsung menuju titik sasaran sedangkan dalam aikidou menggunakan gerakan yang mana diusahakan agar lawannya tersebut tidak mengalami dampak yang tidak terlalu menyakitkan, santai tapi efektif dalam menjatuhkan lawan yang menghadang.

Seperti yang sudah penulis jelaskan dibab sebelumnya kalau aikidou

merupakan satu paket yang tidak hanya mengajarkan beladiri tapi juga mengandung filosofi dan pemikiran dari pendirinya yang diajarkan kepada para praktisinya dan ketika masuk ke Indonesia terjadilah proses adaptasi yang menyebabkan adanya sedikit perbedaan antara aikidou asli dengan aikidou yang ada di Indonesia. Perbedaan yang terjadi dalam aikidou yang ada di Indonesia mencakup dalam hal tempat latihan, teknik dan gerakan serta filosofi-filosofi yang terdapat dalam aikidou.

度 所 (dojo) yang ada Indonesia mengalami perubahan yang cukup

banyak. Bila di Jepang sarana dan fasilitas untuk aikidou telah tersedia maka lain halnya dengan yang ada di Indonesia. Di Indonesia ada yang memanfaatkan ruang terbuka untuk latihan atau menggunakan ruang multifungsi yang tersedia misalnya seperti ruang klub senam atau fitnes. Ada juga tempat yang memang dikhususkan sebagai tempat latihan tapi tidak menunjukkan identitas dari aikidou

(9)

Dalam hal teknik dan gerakan, ashiwaza/teknik yang menggunakan kaki tidak diajarkan di Indonesia dikarenakan karena teknik ini digunakan jauh dari lawan dan kaki terkadang tidak dapat mencapai lawan. Dasar dari aikidou adalah penggunaan tangan kosong tanpa merugikan lawan dan tujuannya adalah untuk menangkap lawan hanya dengan menahan kekerasan. 合気道 (aikidou) adalah

budo yang mana menghormati hak asasi manusia, terkait dengan ini teknik utamanya adalah lempar dan tahan kemudian keadaan situasi serta tempat dapat mengubah gerakan. Faktor spontanitas juga merupakan faktor yang dapat mengubah gerakan tanpa disadari, manusia secara naluriah bergerak secara refleks untuk menyelamatkan diri dari berbagai gangguan dan refleks inilah yang memicu gerakan untuk melindungi diri.

Para aikidouka Indonesia awalnya dimulai dari mahasiswa Indonesia penerima beasiswa yang baru kembali dari Jepang, setelah itu mereka mulai mengembangkan aikidou diantara para mahasiswa lain yang tertarik dan tidak lama kemudian aikidou mulai diketahui oleh masyarakat umum yang disebarkan dari mulut kemulut. Setelah itu praktisi aikidou mulai menyebar dari golongan mahasiswa sampai kemasyarakat umum tanpa dibatasi oleh kelas sosial yang ada.

Sedangkan dalam hal filosofi, para aikidouka menafsirkan dengan cara masing-masing dan pandangan yang berbeda. Filosofi yang didasari dari bushidou

(10)

pelaksanaan yang berbeda bagi setiap aikidouka yang berada di Indonesia. Ini dimulai dengan tindakan yang paling dasar yaitu membiasakan diri dengan mengucapkan terima kasih kepada sesama kita, dengan begitu nantinya secara tidak sadar kita akan terbiasa dalam melakukan hal lainnya.

ABSTRAK

合気道 あいきどう

は日本の武道 ぶどう

のひとつである。 合気道 あいきどう

の 創始者 そうししゃ

は 植 芝 うえしば

盛 平 もりへい

またはよく「O ―先生」と呼

ばれるった。ほかの日本の武道 ぶどう

とは 違 ちが

って、合気道は 競 争 きょうそう

することがなくて、 除 のぞ

(11)
(12)
(13)

いた 哲 学 てつがく はインドネシアの 公 共 こうきょう のためにあまり 困 難 こんなん くて 特 とく に日本 にほん と インドネシアがお 互 たが いに 異 こと なる理念 りねん を持 も っていって、日本 にほん は孔子 こうし によっ てインドネシアはパンチャシラがあって、でも 発 生 はっせい している 適 応 てきおう でそ の 事 こと は受 う け付 つ けって、ただしインドネシア合気 あいき 道 どう の生徒 せいと のために 違 ちが うビ ジョンと行為 こうい がするである。これは 最 もっと も 基本的 きほんてき な行為 こうい 始 はじ めていって、 たとえば仲間 なかま に「ありがとう」とう言 い って、そのことは私たちがほかの 事 こと をするために 習 慣 しゅうかん になっていると思っているである。いはば無意識 む い し き にこの 習 慣 しゅうかん は私たちにあっているである。 DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ary Ginanjar. 2010. Spiritual Samurai. Jakarta: Arga Tilanta.

Azhari, A.A. 2011. GANBATTE!: Meneladani Karakter Tangguh Bangsa Jepang.

Bandung: Megindo.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap orang yang menginginkan tubuh sehat dan bugar biasanya pasti melakukan kegiatan berolahraga. Olahraga yang dilakukanpun berbeda-beda, mulai dari jenis olahraga yang ringan dan murah seperti joging atau bersepeda sampai olahraga yang extrim dan bisa dibilang mahal seperti snowboard atau parahlayang, kenapa ini dibilang extrim dan mahal?, itu karena jenis olahraga seperti ini membutuhkan nyali yang besar dan keahlian yang terlatih seperti dalam

snowboard yang mana area untuk melakukannya adalah pegunungan bersalju dan bila tidak ahli maka akan mencelakai diri kita sendiri, mahal itu karena bila ingin melakukan olahraga ini kita harus membeli alat-alat perlengkapannya yang tentu saja tidaklah murah. Hal ini berlaku sama dengan parahlayang yang memerlukan gantole untuk dapat berada diketinggian kira-kira 3000 m atau lebih diatas tanah/ terbang atau melayang. Berbedanya setiap pribadi dan watak yang kita miliki berbeda juga olahraga yang kita gemari, tapi apapun jenis yang kita pilih tidak mengurangi fungsi dari olahraga tersebut dan tetap memberikan efek yang positif bagi tubuh dan jiwa kita masing-masing.

(15)

untuk menjaga kebugaran tubuh olahraga ini juga berfungsi untuk melindungi diri kita sendiri dari ancaman yang ada, misalnya seperti serangan dari pencopet ataupun dari tindakan kekerasan yang lain.

Beladiri sudah dikenal sejak zaman dulu, hal ini dapat diketahui dari peninggalan purbakala seperti; pisau yang terbuat dari batu atau dari tulang, lukisan binatang yang diburu dengan senjata tombak dan panah. Zaman dahulu, beladiri hanya digunakan sekedar untuk mempertahankan diri dari binatang buas dan alam sekitarnya. Tapi sejak perubahan zaman dan pertumbuhan masyarakat semakin meningkat, maka muncul banyak gangguan yang datang baik itu dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja sehingga ada keinginan untuk menekuni beladiri.

(16)

Menurut kamus bahasa Inggris Webster beladiri didefinisikan dalam arti yang sangat luas yaitu sebagai tindakan untuk melindungi diri. Tapi untuk lebih jelasnya beladiri adalah suatu strategi yang digunakan untuk merespon serangan fisik (Nelson 1999:45).

Dalam masing-masing ilmu beladiri terdapat perpaduan unsur seni. Seni dalam ilmu beladiri bisa dikategorikan dengan bentuk indahnya gerakan yang ditampilkan oleh sipengguna, misalnya dalam gerakan wushu yang lebih didominasi kelincahan tubuh dalam melakukan setiap gerakannya selain itu peran dari diri kita sendiri memegang andil penting untuk menghasilkan gerakan-gerakan indah tersebut.

Dari macam dan jenis aliran ilmu beladiri, aikido adalah salah satunya. 合気道(aikidou) merupakan ilmu beladiri yang berasal dari Jepang dan dibawa ke

Indonesia. Berdasarkan informasi yang ada, aikido dibawa ke Indonesia melalui pertukaran pelajar Indonesia ke Jepang. Para pemuda ini dikirim atas kerjasama Indonesia dengan Jepang akibat dampak perang, dengan kata lain Jepang ingin memberikan citra yang baik kepada bekas wilayah jajahannya dan kesan-kesan buruk terhadap Jepangpun menjadi dapat dihilangkan supaya dikemudian hari Jepang masih dapat bekerjasama dan menjalin hubungan internasional yang memberikan keuntungan bagi kedua pihak.

(17)

laun, aikido di Indonesia menjadi berkembang dan melebarkan sayapnya ke daerah-daerah lain.

Dengan masuk dan diterimanya aikido di Indonesia memungkinkan terjadinya adaptasi; adaptasi ini bisa terjadi terhadap gerakan seperti gerakan menahan, menangkis ataupun melempar lawan, aturan yang berlaku terhadap sesama praktisi baik aturan pada saat didalam dan luar dojo, filosofi maupun cara pandang pribadi yang menekuni aikido tersebut juga tidak terlepas dari adaptasi budaya yang disebabkan oleh berbagai aspek misalnya aspek ideologi yang berbeda satu dengan yang lain atau juga dengan aspek kepribadian dari diri masing-masing.

Oleh karena itu untuk dapat memperkenalkan, mendalami lebih jauh dan meneliti mengenai aikido di Indonesia maka peneliti menuangkannya kedalam skripsi ini dengan judul ‘’Analisis Adaptasi Budaya Terhadap Aikido Di Indonesia’’.

1.2. Perumusan Masalah

Hubungan internasional yang terjadi antara ke dua negara Jepang dan Indonesia, secara tidak langsung menyebabkan pertemuan budaya yang berbeda dan dari sekian banyaknya budaya yang masuk ke Indonesia aikidou adalah salah satunya. Dalam aikidou tidak hanya diajarkan cara untuk membela diri tapi dalam

(18)

Seperti yang sudah diketahui kalau bushidou adalah aturan-aturan yang keras yang harus dipatuhi para samurai pada zaman feodal Jepang dulu dan hingga sekarang sikap ini masih melekat dalam diri orang Jepang yang ditunjukkan dengan sikap yang salah satunya adalah bertanggungjawab terhadap pekerjaan dan konsikuensi akibat dari pekerjaan tersebut.

Di Indonesia sendiri ada budaya dan aturan tertentu yang keberadaannya telah diketahui sejak dulu dan dengan masuknya aikidou ini otomatis aturan dan filosofinya ikut diserap oleh para praktisi aikidou. Meskipun begitu, hal tersebut tidak serta merta diserap secara keseluruhan, pastilah terjadi adaptasi dikarenakan dengan struktur yang berbeda antara masyarakat Jepang dengan Indonesia sehingga mungkin terdapat sedikit perbedaan yang terjadi terhadap aikidou di Indonesia.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis mencoba merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Adaptasi apa sajakah yang dialami aikido dalam masyarakat Indonesia?

2. Bagaimanakah perkembangan aikido di Indonesia?

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

(19)

Untuk upaya pembahasan yang lebih jelas dan akurat, maka penulis menjelaskan juga mengenai pengertian dan sejarah aikido, filosofi, aliran/style

dan perkembangan aikido di Indonesia.

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1. Tinjauan Pustaka

Setiap penelitian memerlukan landasan atau kejelasan berpikir dalam memecahkan masalah atau menyorotinya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi 2001:39-40).

武 道 (budou) menurut arti biasa dan bukan arti kiasan maksudnya

adalahmartial way. Oleh karena aikidou adalah seni budou, teknik yang dipergunakan bersumber dari sistem pertarungan yang diciptakan oleh para kesatria di jaman feudal Jepang. Meskipun demikian, kombinasi antara filosofi Morihei dengan teknik dibarengi oleh jiwa sendiri sehingga menghasilkan sebuah cara untuk melatih tubuh dan pikiran dengan perasaan cinta terhadap semua hal (Nippon Budokan 2009: 209).

(20)

Dalam aikidou, kita tidak hanya diajarkan cara untuk membela diri tapi kita juga diajarkan falsafah dan pemikiran bahwa aikidou bukan digunakan untuk menyakiti lawan melainkan untuk berdamai dengan musuh kita, ‘’bila kita baik kepada musuh kita maka sang musuh tersebut akan baik juga terhadap kita’’ yang merupakan salah satu dari pandangan aikidou.

2. Kerangka Teori

Penelitian ini lebih mengarah pada penelitian kebudayaan. Menurut Sir Edward B. Taylor dalam Haryo 2005:14, budaya adalah seluruh kompleksitas yang terbentuk dari sejarah dan diteruskan dari generasi kegenerasi melalui tradisi yang mencakup sosial, ekonomi, hukum, agama, seni, teknik, kebiasaan dan ilmu kebudayaan yang selalu bersifat sosial dan historik.

Budaya diciptakan oleh suatu bangsa, dan terkadang budaya tersebut dapat diambil oleh bangsa lain dengan cara menyerap budaya-budaya yang datang dan dengan sendirinya beradaptasi terhadap keadaan masyarakat dan budaya asli dari suatu bangsa dan dengan pencampuran budaya yang ada sudah ada serta budaya yang sudah beradaptasi menciptakan sebuah budaya baru yang ada sekarang ini.

(21)

Sedangkan adaptasi merupakan proses yang menghubungkan sistem budaya dengan lingkungannya. Budaya dan lingkungan berinteraksi dalam sesuatu sistem tunggal tidaklah berarti bahwa pengaruh kausal dari budaya ke lingkungan niscaya sama besar dengan pengaruh lingkungan terhadap budaya. Dengan kemajuan teknologi, maka faktor dinamik dalam kepaduan budaya dan lingkungan makin lama makin didominasi oleh budaya dan bukannya oleh lingkungan sebagai lingkungan itu sendiri (Kaplan & Robert A. Manners 2000).

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis pendekatan historis yang bertujuan agar dapat mengetahui lebih jauh latar belakang sejarah

aikido dalam masyarakat Jepang dewasa ini.

Kevin dalam Kaelan (2005: 61) berpendapat bahwa sejarah adalah pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Sejarah adalah deskripsi ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran. Kartodirjo dalam Kaelan (2005: 61) juga mengatakan bahwa ilmu sejarah adalah ilmu yang membahas peristiwa di masa lampau yang mengungkapkan fakta mengenai apa, kapan dan di mana serta juga menerangkan bagaimana sesuatu itu terjadi beserta sebab akibatnya.

(22)

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Hasil yang ingin dicapai dalam penelitan ini antara lain:

1. Untuk mengetahui adaptasi apa saja yang terjadi terhadap para

aikidoka.

2. Untuk mengetahui perkembangan aikido di Indonesia.

b. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian adalah:

1. Untuk menambah pengetahuan mengenai sejarahnya lahirnya aikidou

dan manfaat dari aikidou.

2. Untuk menambah pengetahuan tentang perkembangan aikido di

Indonesia.

3. Sebagai referensi bagi para mahasiswa/wi maupun umum yang tertarik

untuk mempelajari ilmu beladiri khusunya aikido.

1.6. Metode Penelitian

(23)

menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya (Best 1977: 119). Penelitian ini juga sering disebut noneksperimen, karena pada penelitian ini peneliti tidak malakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian. Dengan metode deskriptif, penelitian memungkinkan untuk melakukan hubungan antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi dan mengembangkan teori yang memiliki validitas universal (Best 1977: 119).

Sedangkan yang dimaksud dengan studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti.

(24)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP AIKIDOU

2.1. Pengertian dan Sejarah Aikidou

2.1.1 Pengertian Aikidou

Seperti yang sudah diketahui, beladiri terbagi dari berbagai cabang seperti karate, wushu, judou, aikidou, capuera, krav maga dan masih banyak cabang lainnya yang tidak akan ada habisnya bila disebutkan.

Setiap nama ilmu beladiri dari setiap cabang memiliki arti bagi setiap nama yang disandang untuk memberitahu dari cabang apakah beladiri itu. Misalnya seperti dari cabang karate yang mana arti umum dari karate itu sendiri adalah kara (空) yang berarti kosong dan te(手)yang berarti tangan, jadi karate

itu adalah ilmu beladiri yang hanya menggunakan tangan kosong untuk melindungi diri sendiri dengan kata lain senjata yang digunakan tidak lain adalah bagian dari tubuh sendiri seperti kepalan tinju, jari, sikut, sisi tangan, tumit, lutut dan bagian tubuh lainnya.

Mengenai arti nama dari tiap cabang aliran beladiri, aikidou juga mempunyai pengertian sendiri. 合気道 (aikidou)yang terdiri dari 3 huruf kanji

yaitai - bergabung, menyatukan, menyelaraskan

ki - jiwa, energi kehidupan

(25)

Maka bila dijabarkan, aikidou merupakan jalan atau cara untuk menyelaraskan dan menggabungkan seluruh energi kehidupan yang terdapat di dalam jiwa dan alam sehingga tercipta satu keadaan dimana antara pribadi, perkelompok dan lingkungan mencapai keadaan yang dapat saling mengerti satu dengan yang lainnya.

Dari kesimpulan semua penjelasan diatas, maka aikidou dapat didefinisikan sebagai :

‘’ Sebagai suatu cara yang digunakan untuk mengolah tubuh dan pikiran dengan menggunakan energi kehidupan sekaligus sebagai metode yang digunakan untuk mempertahankan diri dengan cara memanfaatkan energi tersebut’’ (NipponBudokan 2009: 209).

Sedangkan pengertian aikidou dalam kamus kontemporer bahasa Indonesia (2002:22) adalah gaya berkelahi Jepang tanpa menggunakan senjata,tapi dengan cara bergelut,lemparmelempar disertai gerakan-gerakan yang dibuat agar lawan kehilangan keseimbangan.

Setiap nama aliran beladiri yang ada seperti aikidou, karate, kempou, hapkidou

dan lainnya mempunyai arti masing-masing dari nama-nama yang digunakan sebagai identitas dari setiap aliran, selain itu terdapat kisah dan sejarah yang panjang dibaliknya hingga seperti yang kita ketahui sekarang ini.

2.1.2 Sejarah Aikidou

合気道(aikidou) lahir di Jepang sebelum perang dunia ke dua. Akar seni

(26)

sejak beberapa abad yang lalu. 大 と 竜 愛 器 呪 術 (daito ryu aiki

jujutsu)merupakan seni perang dan seni bela diri yang hanya dikuasai oleh orang-orang tertentu dari kalangan istana kerajaan, terutama samurai pilihan di istana dan tidak sembarang orang dapat mempelajarinya hingga satu saat seni bela diri ini mulai diperkenalkan kepada publik oleh Sokaku Takeda. Salah satu murid dari SokakuTakeda adalah Morihei Ueshiba yang dikemudian hari mengembangkan

aikidou.

Seperti yang sudah disebutkan diatas, akar ilmu beladiri aikidou aslinya berasal dari sebuah tradisi beladiri kuno yang turun temurun dan hanya dimiliki oleh keluarga istana, yaitu ju-jutsu). Dalam tradisi lama, jutsu berarti sebuah art atau seni sehingga bentuk lama ini mempunyai pakem-nya sendiri sebagai sebuah tradisi dengan tatanan gerak tertentu. 大と

(daito) adalah sebuah nama yang merujuk kepada nama sebuah istana, yaitu daito. 大 と (daito) merupakan istana milik putra keturunan Kaisar Seiwabernama Minamoto Genji Yohimitsu. 義光(Yoshimitsu) diwariskan ilmu ini oleh putra ke

enam Kaisar Seiwa yaitu Pangeran Teijun yang sangat menggemari ilmu beladiri.

Asal-usul aikidou dapat di telusuri pada abad 9, yaitu jaman feodal di Jepang. Teknik-teknik ini berawal dari Pangeran Teijun, anak ke 6 dari Kaisar Seiwa (850-880) dan diturunkan dari generasi ke generasi dari keluarga Minamoto. Pada waktu generasi berikutnya, teknik-teknik itu akhirnya diberikan pada Shinra Saburo Yoshimitsu, adik laki-laki Yishiie Minamoto. 義 光

(27)

teknik-tekniknya dengan mengawasi seekor laba-laba yang dengan ahlinya menjebak serangga yang besar ke dalam sarangnya yang halus. Kemudian Yoshimitsu menamai teknik-teknik temuannya dengan nama Daito-ryu Aikijutsu

(diambil dari nama rumahnya "Daito Mansion" dan mengambil nama dari sistem aikijutsu karena dasar dari tehnik ini adalah dari aikijutsu).

Teknik Daito-ryu ini disampaikan secara rahasia kepada anggota-anggota keluarganya dan pembantu-pembantu, dimana akhirnya mencapai Sokaku Takeda (1859-1943), yang kemudian memainkan peran yang penting dari dasar-dasar

aikidou yang modern. Sistem Daito-ryu yang diberikan kepada Sokaku Takeda, jelas berbeda dari yang diajarkan beribu-ribu tahun sebelumnya. Seni beladiri yang dipelajari oleh Takeda tidak diketahui kecuali bahwa latihannya dilakukan di

Ono-Ha Itto-ryu Kenjutsu. Semua bukti-bukti mengarah kepada suatu kesimpulan bahwa seni Daito-ryu dari Takeda merupakan suatu perpaduan dari pengalamannya yang luas dalam memberikan pelatihan dan inovasi-inovasi teknis sebagaimana adanya mereka yang merupakan suatu kelanjutan tetap dari tradisi beladiri suku Aizu.

Salah satu murid Takeda adalah Morehei Ueshiba, yang merupakanpenemu dari aikidou. 植芝(Ueshiba) yang dilahirkan pada tanggal 14

(28)

Kenjutsu dan ilmu beladiri lainnya yang menggunakan tangan kosong atau senjata.

植 芝(Ueshiba) adalah orang yang juga mempelajari spiritual secara

mendalam dan pengikut dari sekte Omotokyo dari agama Shinto. Karena itu pengembangan aikidou sangat dipengaruhi oleh kepercayaan sekte Omotokyo

ini.Omotokyo adalah salah satu sekte Shinto yang ajaran utamanya tentang Pengajaran asal muasal dari segala sesuatu. Ajaran sekte ini merupakan sinkretisme (perpaduan) antara mitologi-mitologi Shinto, Shamanisme, meditasi pernafasan dan pemujaan (www.indonesiaaikikai.com).

Pada tahun 1931, Ueshiba mendirikan Kobukan dojo atau dojo neraka. Saat itu Ueshiba mencapai puncak kejayaan fisiknya.

合 気 道(aikidou) diformulasikan sejak akhir 1920-an sampai dengan

1930-an hingga pada bentuknya yang sekarang oleh植芝盛 平Ueshiba Morihei, 14 Desember 1883-26 April 1969, disebut juga sebagai

o-sensei 大先生, 翁先生 guru besar), Ueshiba memperkaya dan mengembangkan aikidou dengan berbagai koryu (seni beladiri/seni pedang lama) selain basisnya

Daito ryu,sehingga menjadi suatu seni beladiri yang unik. 植芝盛平 (Ueshiba

(29)

dan akhirnya disempurnakan dengan nama "Aikidou aikidou

didirikannya di Tokyo dan hingga saat ini masih tetap ada dan bernama aikidou di seluruh dunia.

植芝 (Ueshiba)menginginkan aikidou tidak hanya sebagai sebuah seni

beladiri, tetapi juga ekspresi falsafah pribadinya yang bersifat damai dan universal. Seumur hidupnya, Ueshiba dan murid-muridnya telah menyebarkan

aikidou dengan cara mendidik dan menciptakan praktisi beladiri ini di seluruh dunia.

Salah satu dari murid-muridnya pada waktu itu adalah Gozo Shioda yang kemudian mendirikan Yoshinkan Aikidou. 植芝 (Ueshiba) sangat dihargai oleh

ahli-ahli beladiri lainnya pada waktu itu termasuk Jigoro Kano (pendiri judo) yang mengirim banyak murid-murid judonya yang hebat untuk mempelajari aikidou. Termasuk dalam hal ini Kenji Tomiki, yang kemudian mengembangkan suatu olahraga dengan mengambil style Aikido-Tomiki dan Mochizuki Minoru yang membentuk Yoseikan Budo. Tahun 1942, Ueshiba pindah ke Iwama dimana Ia membuka sebuah dojo danmendirikan tempat suci Aiki. Pada tahun 1945, Aikikai

didirikan walaupun semua bentuk Budo telah dilarang setelah perang dunia ke 2. Pusat dojo Aikikai di dirikan di Tokyo sedangkan Ueshiba tetap tinggal di dojo

(30)

Sejalan dengan perjalanan hidup Ueshiba Morihei, beliau mengembangkan seni bela diri Daito Ryu Aiki Jujutsu ini menjadi sebuah bela diri yang tujuannya lebih kepada melindungi dengan kasih sayang. 合気道 (aikidou)

diciptakan karena kemuakanMorihei Ueshiba akan perang dan banyaknya korban yang beliau lihat dan alami semasa perang. Sehingga sewaktu pulang kembali ke Jepang setelah ditugaskan berperang, beliau berpikir untuk menciptakan suatu seni beladiri yang lebih melindungi dari pada merusak dan menghancurkan.

合気道 (aikidou)merupakan seni beladiri yang berdasarkan kasih, dan tidak mengenal kekerasan. 植芝盛平(Ueshiba Morihei) membagi ilmu beladiri

dalam 2 kelompok yaitu ilmu beladiri spiritual dan ilmu beladiri material. Ilmu beladiri material tertanam pada objek-objek fisik. Ilmu beladiri seperti itu adalah sumber pertikaian yang tiada akhir karena berdasarkan pertentangan dua kekuatan. Ilmu beladiri spiritual memandang keadaan pada tahap yang lebih tinggi. Dasarnya adalah cinta dan memandang kesegala hal dengan totalitas mereka. Ilmu ini tidak berbentuk dan tidak pernah mencari musuh (Ueshiba 2004:52).

Nama aikidou sendiri memiliki arti yang mencerminkan harapan dari pendirinya. 合気道(aikidou) terdiri dari 3 buah karakter kanji Jepang yaitu ai

yang berarti keharmonisan gerakan tubuh dengan jiwa,kiyang berarti energi kehidupan atau disebut juga dengan chidan doyang berarti jalan. Jadi aikidou

(31)

Pada tanggal 26 April 1969, Sensei Morehei Ueshiba meninggal pada umur 86 yang disebabkan oleh penyakit kanker meskipun demikian Ueshibatelah meninggalkan teknik beladiri dan ajaran tentang spirit yang sekarang diajarkan di seluruh dunia dan hingga saat ini aikidou tetap berkembang pesat setelah kematiannya.

2.2.Filosofi Aikidou

Filosofi aikidou sarat akan filosofi kehidupan. Jika seseorang mulai mempelajarinya, maka ia akan mendapatkan sesuatu yang sangat berharga dan dapat digunakan di dalam kehidupan sehari-hari dan bukan sekedar teknik belaka.

合 気 道 (aikidou) mengajarkan bagaimana seseorang harus bersikap, bagaimana seseorang harus menghargai kehidupan dan lain-lain. 合気道(aikidou)

bukanlah agama tetapi pendiri aikidou pernah berkata bahwa dengan mempelajari

aikidou, maka orang dapat lebih mudah mengerti dan mempelajari apa yang ia temukan dalam agama yang dipelajarinya.

合気道(aikidou) mengajarkan seseorang agar berjiwa seperti seorang

samurai yang menjunjung tinggi kebenaran. Jiwa ini terefleksikan pada hakama

(celana khas Jepang) yang dikenakan oleh praktisi aikidou yang telah tinggi tingkatannya.Pada hakama terdapat 7 buah ajaran samurai yang mewakili 7 pilar

Budo(Jalan Ksatria) atau disebut juga dengan Bushidou.

7 ajaran ini meliputi :

(32)

Kebenaran adalah titik kulminasi pencarian manusia yang tertinggi dalam hidupnya. Karena nilai kebenaran yang tertinggi hanya ada satu dan satu-satunya, yaitu Tuhan. Manusia dalam perjalanan hidupnya akan hampa dan tidak berarti apapun jika ia tidak menyadari bahwa ia merupakan bagian yang sangat kecil dari sekian banyak ciptaan Tuhan yang tidak terhitung jumlahnya. Manusia dengan egonya terkadang menjadikan dirinya seakan-akan poros dunia dan alam semesta. Pada kenyataannya, manusia hanyalah sebutir debu ditengah gurun pasir. Datang dan perginya tidak berarti apa-apa kecuali dia telah menemukan makna sejati kehidupannya di dunia.

Dalam budo, nilai spiritual merupakan esensi ajaran serta tujuan akhir dari perjalanan seorang budoka. Sehingga orang-orang yang mempelajari budo, namun ia berpaling dari agama maka pada dasarnya ia tidak mengerti apa yang ia pelajari. Hal ini ditegaskan oleh O-Sensei ‘’ tidak ada di dunia ini yang tidak dapat mengajari kita. Untuk sebagian orang contohnya, akan menjauhi atau tidak mau mengerti dari ajaran agama. Ini merupakan bukti bahwa mereka tidak dapat mengerti arti mendalam dari pengajaran ini. Ajaran agama berisi tentang sesuatu yang mendalam dan kebijaksanaan. Anda harus mengerti tentang hal ini dan menerapkan pengertian anda melalui budo’’. Maka pahamilah budo sebagai salah satu jalan untuk menerapkan ajaran spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

2. 名誉 (Meiyo) Respect and Honor: Menghormati dan Kehormatan

(33)

merupakan gambaran nilai penghormatan bagi para samurai, dengan kata lain seorang samurai hanya dapat dikatakan memiliki sebuah kehormatan dalam dirinya bila ia tahu bagaimana cara menghormati orang lain.

Dalam falsafah moral ini sangat penting untuk mempraktekkan cara bersikap dengan baik dan benar khususnya kepada orang yang statusnya jauh diatas kita seperti orangtua kita, guru, atasan atau tuan pada masa dahulu.

Dikatakan bahwa bagi budoka, menyayangi orang tua adalah hal yang sangat fundamental. Jika seorang tidak lagi memperdulikan orang tuanya, maka ia bukanlah orang yang baik tidak perduli apakah ia luar biasa pandai, tampan atau bertutur kata dengan bagus. Maksudnya adalah untuk paham bushidou, kita harus menjalankannya dari akar hingga ranting. Jika tidak dapat memahami dari akar hingga rantingnya maka kita tidak akan tahu apa kewajiban kita. Seseorang yang tidak tahu kewajibannya tentu sangat tidak layak untuk disebut samurai. Mengetahui akar hingga ranting berarti memahami sesadar-sadarnya bahwa orang tua itu pada dasarnya adalah akar dari tubuh kita dan batang tubuh kita adalah pada dasarnya cabang dan ranting dari tulang dan daging dari orang tua kita. Adalah karena hasrat untuk membentuk diri kita yakni ranting maka muncul keadaan di mana kita mengabaikan orang tua yakni akarnya. Keadaan tidak baik seperti itu muncul karena kegagalan memahami filosofi akar dan ranting ( Shigesuke Taira 1999:8-9).

(34)

kebijaksanaan tentang kehidupan lebih mendalam dari yang kita miliki atau orang yang kita jadikan tempat belajar dan bertanya, sekalipun usianya jauh lebih muda dari kita. Dalam budo, guru diibaratkan sebagai orangtua kedua setelah orangtua kita. Hal ini disebabkan karena mereka mengajarkan banyak hal tentang kehidupan setelah orang tua kita. Mereka turut mendidik dan membantu murid agar dapat menjalani hidup dengan baik.

Seorang sensei dalam budo merupakan jabatan spiritual, dimana pertanggungjawaban moral saja tidaklah cukup. Seorang sensei harus bertanggung jawab terhadap murid-muridnya agar menjadi manusia yang lebih baik secara fisik, mental, moral dan akhirnya spiritual. Hal ini tidak kita temukan pada pendidikan modern dimana guru hanya merupakan jabatan fungsional dalam suatu sistem pendidikan. Seseorang yang mempelajari beladiri harus memahami hal ini, sehingga tidak seorangpun dari budoka yang dapat mengatakan kepada orang lain ‘’dia itu bekas guru saya’’ sebagaimana ia tidak dapat mengatakan ‘’itu bekas orang tua saya’’ sekalipun ia sendiri telah menjadi orangtua. Orangtua akan tetap menjadi orangtua kita karena kasih sayang mereka akan kita bawa hingga akhir hayat. Seperti juga guru, mereka akan tetap menjadi guru kita karena ilmu yang telah diberikan akan kita bawa juga hingga akhir hayat.

3. 誠 (Makoto) Honesty and Sincerity: Kejujuran dan Ketulusan

(35)

kita dengan cara yang terhormat dan baik. Kejujuran merupakan hal yang sulit dilakukan kecuali bagi mereka yang memiliki keberanian dalam jiwa mereka. Menjaga kepercayaan dari orang lain juga merupakan salah satu bentuk kejujuran dan ketulusan. Apabila anda dititipkan sebongkah emas maka anda harus memastikan emas tersebut aman ditangan anda. Bila pemilik emas tersebut telah meninggal, maka anda harus memastikan emas tersebut jatuh ketangan keluarga yang berhak mewarisinya tanpa mengambil atau berharap keuntungan sedikitpun dari situasi ini. Orang yang dapat melakukan ini adalah seorang ksatria sejati.

4. 忠義 (Chugi) Loyalty: Kesetiaan

Kesetiaan adalah satu sikap yang terhormat, sedangkan pengkhianatan adalah sikap yang rendah dan hina. Seorang ksatria akan menjaga kesetiaannya bahkan apabila harus mengorbankan nyawa sekalipun. Samurai pada zaman dahulu (sebelum restorasi Meiji) rela mengorbankan nyawa mereka untuk membela tuannya atau perguruannya. Pada saat sekarang ini kesetiaan tetap merupakan sebuah sikap yang sangat mulia dan sangat langka. Hanya orang yang memiliki keberanian saja yang memiliki sikap seperti ini. Yang justru dimasa sekarang ini seseorang yang sangat mudah melakukan pengkhianatan bila ia menemukan sesuatu yang dirasa dapat merugikan dirinya atau disisi lain untuk mendapatkan keuntungan lebih. Sikap seperti ini tidak ada tempat didalam budo.

(36)

5. (Rei) Courtesy: Sopan Santun

Tata tertib dan sikap sopan santun adalah bagian integral dalam budo. Tanpa sikap dan tata kesopanan yang baik dan benar maka seseorang tidak dapat dikatakan sebagai seorang ksatria sekalipun ia sangat mahir dalam bertempur. Sikap rei adalah sebuah contoh yang mudah kita pahami. 礼(rei) pada saat

memasuki dojo, memulai latihan, menutup latihan hingga kita keluar dojo, merupakan hal yang harus dilakukan dengan pemahaman yang mendalam. Sering kali hal seperti ini dianggap remeh karena tidak memahami semangat dari latihan. Perlu diingat bahwa kita berlatih bukan sebatas untuk berolahraga atau sekedar berlatih utuk bertarung namun diharapkan latihan aikido dapat membentuk mental, moral dan spiritual seorang aikidoka yang mampu beradaptasi pada kondisi seburuk apapun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini sikap dan sopan santun sangatlah diperlukan sebagai sebuah disiplin dalam sebuah seni beladiri agar terbentuk sebuah keberanian yang diikuti sifat kerendahan hati para praktisinya.

6. 仁( Jin) Knowledge and Wisdom: Pengetahuan dan Kebijaksanaan

武度(budo) merupakan suatu bentuk pengetahuan yang menghasilkan

(37)

dicapai tanpa menghasilkan kebijaksanaan. Dalam budo anda mempelajari tentang nilai hidup dan mati. Anda melatih kemampuna hati, pikiran dan tubuh untuk menerima kematian atau mengakibatkan terjadinya hal tersebut. Oleh karenanya, pengetahuan budo tanpa kebijaksanaan adalah sebuah malapetaka kemanusiaan. Kebijaksanaan tertinggi dalam budo adalah mengalahkan diri sendiri dan menempa hati, pikiran dan tubuh untuk bersungguh-sungguh mencari nilai kebenaran tertinggi.

7. 勇気 (Yuuki) Courage: Keberanian

Keberanian diletakkan pada urutan terakhir dari ke 7 pilar budo, karena keberanian hanya dapat diperolah setelah seseorang mampu memahami dan menjalani ke 6 pilar sebelumnya. Keberaian dalam diri seorang ksatria merupakan pancaran dan sifat-sifat yang mulia. Keberanian yang dilandasi pemahaman terhadap nilai kebenaran sejati dan kehormatan diri bukan keberanian yang didasari pada kemarahan dan keinginannya untuk mengalahkan orang lain. Oleh sebab itu, seorang budoka harus memastikan dirinya berpegang teguh pada nilai kebenaran, karena pertempuran yang pertama dapat menjadi pertempuran yang terakhir baginya. Sekali ia mengambil keputusan untuk bertempur maka ia tidak akan mundur atau lari. Dia juga tidak akan menyesal dengan keputusan yang diambil sekalipun harus kehilangan nyawa karena ia tahu bahwa ia berada dalam kebenaran.

(38)

sebenarnya tidak ada nilai menang atau kalah tetapi nilai benar dan salah dalam berpijak dan bersikap terhadap kehidupan yang kita jalani.

Di beberapa literatur, dijelaskan tentang nilai-nilai budo dengan urutan atau kandungan yang berbeda namun tetap memiliki esensi yang sama yaitu mengenai ajaran moral, mental dan spiritual yang harus dimiliki seorang budoka. Berdasarkan nilai-nilai yang telah dijelaskan diatas, maka diharapakan para

aikidoka khususnya para yudansha dapat mengerti dan memahami secara mendalam dan mengamalkannya dalam kehidupan serta mengajarkan kepada generasi berikutnya terutama murid-muridnya, sebagai sebuah tanggungjawab dari apa yang dipahami dan pelajari dari sebuah hakama yang telah ia kenakan.

.

2.3. Aliran yang Terdapat Dalam Aikidou

合気道(aikidou) pada awalnya dikembangkan oleh satu orang, yaitu

O-Sensei. Banyak siswa yang dilatih dibawah O-Sensei memutuskan untuk menyebarkan pengetahuan mereka mengenai aikidou dengan membuka dojo

(39)

untuknya.Di luar faktor-faktor seperti lokasi geografis yang tentu saja dapat membatasi pilihan seseorang.

Dibawah ini adalah beberapa aliran yang terdapat dalam aikidou:

The Old School adalah daftar dojo yang dimulai pada saat zaman pra-perang yang terdiri dari:

1. Aiki-Budo

Ini adalah nama yang diberikan untuk seni mengajar diawal perkembangannya. Hal ini sangat dekat dengan gaya dengan bentuk-bentuk jutsu yang ada sebelumnya seperti Daito-ryu Aiki-Jutsu. Hal ini dianggap sebagai salah satu dari bentuk-bentuk aikidou yang lebih keras. Sebagian besar mahasiswa awal praktek awal di luar negeri berada di gaya ini (misalnya ajaran Sensei Abbe di Inggris pada tahun 50-an).

Bentuk ini dikembangkan oleh Mochizuki Minoru, yang merupakan murid awaldan juga Jigoro Kano Sensei di Kodokan. Gaya ini mencakup unsur-unsur Aiki-Budo bersama dengan aspek-aspek Karate, Judo dan seni lainnya.

Ini adalah gaya yang diajarkan oleh almarhum Gozo Shioda. Shioda

Sensei belajar dengan

(40)

Yoshinkan. Tidak seperti banyak organisasi kemudian, para Yoshinkan selalu menjaga hubungan persahabatan dengan Aikikai baik selama dan setelah hidup. The Yoshinkan adalah gaya yang lebih keras dari Aikido, umumnya berkaitan dengan efisiensi praktis dan teknik yang kuat secara fisik. Hal ini diajarkan pada banyak cabang dari Kepolisian Jepang. Organisasi internasional yang terkait dengan gaya Yoshinkan Aikido dikenal sebagai Yoshinkai,dan memiliki cabang aktif di banyak bagian dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, ada beberapa cabang gaya ini, biasanya berkembang karena alasan politis.

Seiring dengan perkembangan zaman, maka muncul lagi style berbeda yang diajarkan dengan pemikiran yang berbeda pula seperti dibawah ini.

The Traditional Schoolsyang terdiri dari:

1

The Aikikai adalah nama umum untuk gaya yang dipimpin oleh Moriteru Ueshiba, cucuInternational Aikido Federation. Kebanyakan menganggap sekolah ini sebagai arus utama dalam pembangunan aikidou. Dalam kenyataannya, gaya ini lebih merupakan payung daripada gaya tertentu, karena tampaknya bahwa banyak individu dalam organisasi mengajar dalam cara yang berbeda.合気道 (aikidou) yang diajarkan

oleh Sensei Ueshiba umumnya besar dan mengalir, dengan penekanan pada silabus standar dan sedikit atau tidak ada penekanan pada pelatihan senjata. Guru lain dalam naungan Aikikai (seperti Saito Sensei) menempatkan penekanan lebih besar pada latihan senjata.

(41)

Gaya ini diajarkan oleh Morihiro Saito dan berpusat di dojo Iwama, secara umum dianggap cukup berbeda dari arus utama aikikai yang diberi nama sendiri-sendiri, meskipun masih merupakan bagian dari aikikai. Saito Sensei

merupakan uchideshi yang cukup lama dari tinggal bersamanya sampai kematiannya. Banyak menganggap Saito Senseiadalah murid yang menghabiskan sebagian besar waktu belajar langsung dengan

sensei mengatakan bahwa dia sedang mencoba untuk melestarikan dan mengajarkan seni persis seperti yang diajarkan kepadanya oleh pendiri. Secara teknis, Iwama-ryu kelihatannya memiliki kesamaan dengan aikidou yang diajarkan oledojo. Daftar teknis lebih besar daripada di kebanyakan gaya-gaya lain dan banyak penekanan pada pelatihan senjata.

3. The Ki Schools

Salah satu perpecahan yang paling terlihat di dunia aikidouterjadi pada tahun 1974 ketika Koichi Tohei kepala Instructor di Aikikai, mengundurkan diri dari organisasi dan mendirikan Ki no Kenkyukai untuk mengajar aikidou

dengan penekanan kuat pada konsep Ki. Sejak saat itu, sedikit sekali hubungan antara sekolah-sekolah tradisional dan sekolah Ki. Semua seni ini cenderung untuk menyebut diri mereka sebagai Ki Aikidou, walaupun hubungan antara beberapa gaya sangat kecil.

(42)

pelatihan aikidou untuk aplikasi pada kesehatan umum dan kehidupan sehari-hari. Gaya ini adalah salah satu gaya paling lembut dari aikidou dan ditandai oleh gerakan-gerakan lembut yang sering melibatkan praktisi melompat (jump) atau melompat-lompat (skipping) selama gerakan. Sebagian besar sekolah tidak peduli dengan aplikasi praktis teknik, mengingat mereka latihan untuk lebih lanjut mengembangkan Ki. Dalam beberapa tahun terakhir, Tohei Sensei telah bergerak semakin jauh dari aikidou dan telah mengabdikan dirinya hampir secara eksklusif pada pelatihan Ki. Dari berita terakhir bahwa Ki no Kenkyukai telah memulai sebuahShin-shin Toitsu Aikidou menjadi olahraga kompetitif Internasional.

5. The Sporting Styles

Salah satu dobrakan besar lainnya dalam sejarah aikidou terjadi selama

kehidupa

aikidou dengan menggunakan Kata dan kompetisi. Sejak saat itu, hanya ada sedikit kesamaan antara sekolah Tomiki dan sekolah arus utama aikidou.

Dalam beberapa tahun terakhir ada beberapa cabang dari Tomiki-ryu yang telah meninggalkan gagasan kompetisi.

6

(43)

nyata. Pandangan terakhir ini adalah penyebab perpecahan dengan dengan tegas percaya bahwa tidak ada tempat untuk kompetisi dalam latihan

aikidou. Tomiki-ryu ditandai dengan menggunakan Kata (bentuk sudah diatur sebelumnya) dalam mengajar dan dengan mengadakan kompetisi, baik tangan kosong dan dengan pisau karet.

2.4. Perkembangan Aikidou Di Indonesia

合気道(aikidou) masuk Indonesia pertama kali dibawa oleh Bpk Tansu

Ibrahim dari aliran Yoshinkan. Beliau datang ke Jepang pada tahun 1958. Beliau belajar langsung kepada Gozo Shioda.

Kemudian pada akhir tahun 1969dibawa juga oleh Bapak JozefPoetirayyang merupakan Ketua Dewan Guru dari Yayasan Indonesia

Aikikai yang didirikan tanggal 28 Oktober 1983. Yayasan Indonesia Aikikai

terdaftar sebagai anggota yang mewakili Indonesia di International Aikidou Federation (IAF), Asian Aikidou Federation (AAF) dan tentunya di Aikidou Headquarter di Jepang.

(44)

Di sisi lain Bapak Jozef Poetiray ingin belajar seni bela diri yang cocok dengan dirinya dan dapat menyentuh hati, perasaan, jiwanya serta dapat mengoreksi tingkah laku beliau di kehidupan sehari-hari. Sampai pada suatu hari beliau melihat peragaan seni bela diri aikidou di TV lokal. Namun karena pada saat itu di Hiroshima belum ada, maka beliau baru mempelajarinya ketika pindah kuliah ke Tokyo. Beliau juga menjadi salah satu orang yang mendirikan

Indonesian Students Aikidou Club di wisma Indonesia di Jepang. Banyak hal yang beliau dapat dari aikidou.

Maka beliau bertekad mengembangkan aikidou di Indonesia sebagai misinya, khususnya untuk para generasi penerus bangsa Indonesia. Seiring berjalannya waktu, aikidoudi bawah Yayasan Indonesia Aikikai berkembang di Indonesia secara perlahan tapi pasti.

Perkembangan aikidou di Indonesia tidaklah semulus yang dipikir. Dalam usaha mensolidkan aikidou di Indonesia telah terjadi banyak perobahan dalam organisasi yayasan yang didirikan, kejadian ini terbagi atas beberapa periode yaitu:

1. Periode 1980-1990

Pada tahun 1984 mulai ada inisiatif untuk mengorganisasikan perkembangan aikido, dirintislah Yayasan Indonesia Aikikai. Pada bulan pebruari 1986 diadakan rapat resmi YIA pertama untuk pembahasan AD-ART Yayasan.

(45)

aktif terdiri dari Mansyur Idham, DAN 1; Achmad Mahbub, DAN 1 dan Surabaya diwakilkan pada Prawira W, KYU 1.

Kemudian di tahun 1987, lahirlah 7 orang yudansha pertama (Dan I) di Indonesia termasuk Ferdiansyah. Regenerasi kepemimpinan pelatihan terjadi, bersamaan dengan surutnya aktifitas Bapak Mansyur Idham (aktif 3 tahun, sejak 1984) di aikido dan berpulangnya Bpk. Ahmad Machbub ke Pencipta.

Koordinator kepelatihan dan pelaksanaan ujian kenaikan tingkat dipercayakan kepada Ferdiansyah. Dan ketua umum YIA diamanatkan kepada Dr. Dono Iskandar. Desember 1988, dibuat dojo percontohan olehFerdiansyah yang disebutnya Aiki Club (terdiri dari dojo Univ Trisakti, dojo Stekpi dan dojo Univ. Atmajaya).

Selanjutnya di tahun 1990 didatangkanlah pertama kali di Indonesia pelatih profesional dari Jepang melalui program JOCV–JI III untuk selama 2 tahun dan kemudian diperpanjang 1 tahun (sampai dengan 1993).

2. Periode 1990-1999

Untuk kepentingan pengembangan oleh Ferdiansyah melaluiDojo

Percontohan yang telah solid, mulailah diterapkan sistem pembinaan kepada dojo

lainnya secara bertahap. Perkembangan dojo dari 4 dojo di seluruh Indonesia menjadi 12 dojo (1 dojo Bandung, 1 dojo Surabaya, 1 dojo Sumbawa, 9 dojo

(46)

Akhir tahun 1991, film aksi aktor Steven Seagal aikidoukaDan IV mulai memberi warna baru dalam perkembangan aikidou di Indonesia terutama di Jakarta.

Pada tahun 1993, sensei Ferdiansyah Dan III (setelah aktif mengembangkan 7 tahun, sejak 1986) meninggalkan YIA dan mengundurkan diri dari segala inisiatifnya mengembangkan YIA, sebagai koordinator kepelatihan dan penguji utama pelaksanaan ujian. Dimana sebelumnya secara berturut telah pula mengundurkan diri Prawira W (Surabaya) dan YIA).

Yayasan KBAI resmi lahir pada tahun 1994 dan Perguruan Aikidou

Indonesia yang dipimpin sensei Ferdiansyah bernaung di dalamnya. Perguruan

Aikidou Indonesia, KBAI tercatat di Dojo Finder mewakili Indonesia satu-satunya.

Perguruan Aikidou Indonesia KBAI diakui satu-satunya mewakili Indonesia menghadiri perhelatan besar aikidou di Jepang ketika tahun 1999. Acara pertemuan pemimpin organisasi dari berbagai negara untuk hadir dalam penobatan Doshu (pemimpin dunia) aikidou, Indonesia diwakili Ferdiansyah Dan

IV.

3. Periode 2000-2005

(47)

atau kelompok, terutama di Jakarta dan Bandung. Dan pertumbuhan dojo-dojo itu secara tidak langsung menjadi pendukung kepopuleran aikidou di masyarakat.

Sekitar tahun 2002 lahir dojo-dojo, Nishio Style dojo dimulai di Semarang yang dibawa oleh Satoru Sensei (ex-Instrukturaikidou PTIK dari program JICA), USAF affiliated (Atmajaya Jakarta), aiki wago dan BOW (Surabaya), Yayasan aikidou Jepang Bandung diwadahi aikidou Malaysia dan lainnya, termasuk pecah konflik pengorganisasian aikidou Medan, YIA.

Sekitar tahun 2005, lahir dojo IAI (Institute Aikidou Indonesia) sebagai pecahan dari YIA yang kemudian mewadahi diri di bawah Kobayashi dojo dan kemudian beralih wadah ke Suginami dojo. Sedangkan Kobayashi dojo mewadahi Takiotoshi Nagare (pecahan IAI dojo) dojo,Ben’s dojo (pecahan YIA) serta

Aikidou Medan dan mulai pula merebak Aikidou Tenshin (menggunakan ketenaran nama Steven Seagal) dan seterusnya.

Demikian perkembangan aikidou di Indonesia yang cukup booming

dalam jumlah dojo dan kelompok. Hal ini cukup menjadi pertanyaan, apakah harus disyukuri atau sesuatu yang memprihatinkan? Hal yang memprihatinkan adalah begitu banyak dojo berkembang tanpa akar jelas. Terlebih lagi keabsahan legitimasi dan mutu pelatihnya juga patut dipertanyakan. Hal ini tentu akan memberikan dampak pada penggambaran aikidou yang salah di masyarakat awam.

(48)

dibayangkan kemampuan pembinaan aikidouka seperti apa yang dapat dihasilkan oleh organisasi dengan latar belakang tersebut. Pengharapan kita semua selalu yang lebih baik tentunya.

Fondamen atau dasar yang salah akan menghasilkan landasan yang lemah, akibatnya dalam bidang keilmuan tentu akan memberi arah yang dipastikan salah. Padahal apa yang kita tekuni akan berdampak pada pembangunan diri dan pengembangan kemampuan diri kita dikemudian hari. Jika hal ini tidak dianggap penting tentunya itu juga suatu pilihan masyarakat itu sendiri. Adalah hak masyarakat untuk memilih dan berhati-hati dalam memilah apa yang dipilihnya untuk kemudian ditekuninya.

4. Periode 2005-2010

Harmonisasi antara YIA dan Perguruan Aikidou Indonesia (KBAI) terjadi dan hal inipun mewarnai keadaan aikidou di Indonesia. Hubungan antar sebahagian organisasi dan dojo aikidou di Indonesia mulai cair. Pada masa ini tidak banyak perkembangan terjadi seperti periode 5 tahun sebelumnya. Hal ini memberi harapan kepada perkembangan aikidou di Indonesia menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

Sampai saat ini sudah sekitar lebih dari 1000 praktisi aikidou yang berlatih tersebar di beberapa tempat di Indonesia, khususnya Jakarta. 度所 (dojo)

yang berada dibawah naungan Yayasan Indonesia Aikikai ada sekitar 30 buah

dojo yang tersebar di Indonesia dengan 20 diantaranya berlokasi di Jakarta.

(49)

mengundang negara lain. Seperti ujian kenaikan sabuk hitam tahunan, dimana pengujinya masih dikirim dari Aikidou Headquarter Jepang, mengundang beberapasensei dari Jepang untuk mengadakan seminar aikidou di Indonesia dan turut serta pada berbagai eksibisi dan seminar beladiri baik didalam maupun luar negeri. Kegiatan terakhir Yayasan Indonesia Aikikai adalah mengikuti seminar internasional IAF di Jepang dan Bapak Jozef Poetiray menjadi pengajar aikidou untuk latihan mental di program ASEAN yang diadakan Yayasan Bina Pembangunan di Padepokan Bumi Mandiri, Cisaat. Yayasan Indonesia Aikikai juga mendapat dukungankedutaan besar Jepang di Jakarta. Diharapkan kedepannya aikidou dapat lebih berkembang lagi dan ikut membangun akhlak dan moral bangsa Indonesia melalui filosofinya.

Secara istilah "AikidouIndonesia" pertama kali digunakan oleh Perguruan

Aikido Indonesia di bawah naungan Yayasan "Keluarga Beladiri Aikidou

Indonesia" yang biasanya dikenal dengan istilah umum "KBAI". Yayasan KBAI ini terbentuk secara resmi pada tahun 1994 di Jakarta dengan para pendirinya yang terdiri dari Bapak Ir. Muhammad Gazali, Bapak. Drs Muhammad Razif dan Ir. Ferdiansyah. Diharapkan dengan terbentuknya yayasan ini dapat menjalin kerjasama dan mempererat hubungan praktisi aikidou dengan praktisi aikidou

(50)

BAB III

ADAPTASI AIKIDOU DI INDONESIA

3.1. Adaptasi Pada Tempat dan Praktisi Aikidou 3.1.1. Adaptasi Pada Tempat Latihan

Dahulu maupun sekarang makhluk hidup membutuhkan beberapa hal untuk dapat bertahan hidup dan berkembang; beberapa hal tersebut dapat terbagi dalam bermacam aspek seperti makanan dan minuman, pasangan hidup, materi, tempat tinggal dan lainnya. Hal tersebut saling terikat satu dengan yang lainnya dan hingga sekarang aspek-aspek ini tidak dapat dipisahkan dari makhluk hidup baik manusia, flora dan fauna.

(51)

seperti pemanfaatan goa, pohon-pohon besar dan seiring dengan evolusi dan jumlah yang semakin banyak maka mereka mulai membangun tempat tinggal yang permanen untuk ditempati.

Dengan perkembangan zaman dan berjalan waktu, keadaan juga berubah. Masuknya kebudayaan dari luar membawa perubahan yang cukup banyak, misalnya saat zaman Heian di Jepang dimana ajaran konfusius menjadi patokan dalam masyarakat saat itu. Sastra, pendidikan dan tidak ketinggalan bentuk bangunan dari tempat tinggal juga ikut berubah. Hal ini tidak dapat disangkal, kebudayaan yang datang dari luar dapat memberi pengaruh yang cukup besar pada Jepang dan masyarakatnya, yang mana hingga sekarang menjadi ciri khas bangsa Jepang salah satunya seperti nilai bushidou yang kita ketahui saat ini.

(52)

Keadaan seperti inilah yang menyebabkan terjadinya adaptasi terhadap suatu budaya dengan budaya lain, pencampuran antara 2 budaya menciptakan suatu budaya dan kebiasaan yang baru dan lambat laun menjadi hal yang lumrah.

Hal ini berlaku sama dengan aikidou. Seperti yang sudah dijelaskan dibab terdahulu bahwa aikidou merupakan suatu paket lengkap yang bukan hanya berisi ilmu beladiri tetapi juga berisikan filosofi dari bushidou dan pemikiran dari pendirinya serta kebiasaan dan aturan yang diterapkan juga segala hal yang berhubungan dengan aikidoutersebut, yang mana tentu saja tidak semua dapat diterima oleh masyarakat lokal.

Seperti yang dikatakan oleh Ienaga, bagian yang paling mudah diterima oleh masyarakat terhadap budaya asing adalah faktor luarnya. Faktor luar tersebut seperti gerakannya, pakaian khusus yang harus digunakan saat latihan, tempat dan kondisi latihan. Sedangkan ideologi yang terdapat dalam aikidou masih sulit diterima dalam masyarakat lokal yang tidak sepaham dengan ideologi tersebut.

Dalam bagian ini, penulis ingin memberikan gambaran mengenai aspek aikido yang dapat diterima oleh masyarakat dan penulis khususkan kepada tempat dimana biasanya kegiatan aikidou dilakukan.

Setiap perguruan beladiri di manapun, pasti memerlukan tempat berlatih. Apakah beladiri tersebut bersifat tradisional atau diajarkan di kalangan tertentu, keluarga misalnya, maupun modern yang bisa dipelajari masyarakat umum.

(53)

yang bisa digunakan oleh empat hingga enam orang, hingga sebuah bangunan besar yang mampu menampung ratusan orang.

Tempat berlatih beladiri ini di Indonesia dinamakan padepokan, sementara di Jepang bernama dojo, sedangkan di China disebut dao chang dan di Korea dinamakan dojang.

Apapun namanya yang jelas wahana latihan ini awalnya merupakan tempat para ahli beladiri menempa diri, baik secara fisik, mental maupun spiritual. Tempat tersebut dibuat sedemikian rupa agar bersuasana sakral. Sehingga usai latihan, dapat diteruskan dengan kegiatan peribadatan.

Lazimnya, setiap tempat latihan memiliki tata cara dan tradisi yang khas. Penataan ruang dalam (interior) seringkali dirancang sesuai kepentingan pemilik. Tempo dulu,banyak ahli beladiri menjadikan tempat tinggalnya sekaligus sebagai tempat latihan.

Arsitektur tempat latihan sangat beragam. Umumnya selalu ada ruang utama untuk latihan dan ada tempat khusus untukmenyimpan panji-panji dan tanda kebesaran perguruan. Jika berupa ruangan, di ruang itu juga dijadikan tempat untuk melakukan kegiatan ibadah, meditasi atau perenungan.

Elemen yang ada dalam sebuah tempat latihantradisional umumnya berupa pintu, gapura atau gerbang yang di bagian atas dipasang tanda atautulisan identitas perguruan. Di Jepang, fungsi gerbang ini sangat penting, karena penampilan sebuah gerbang menunjukkan peringkat atau kelas sebuah perguruan.

(54)

adalah harga diri sehingga jika papan nama ini dirusak oleh orang lain merupakan penghinaan besar.

Elemen lainnya adalah penghubung ke masalalu, yaitu berupa barang-barang peninggalan pendiri perguruan, antara lain gambar, foto, dokumen, buku, peta, silsilah, lambang-lambang perguruan dan lainnya lagi.

Semua barang berharga itudisimpan dan ditata dengan baik sehingga para penerus atau murid dapat mengingat para sesepuh dan diharapkan dapat memelihara rasa hormat kepada pendahulu.

Di Aikikai Hombu Dojo yangmerupakan dojo modern, benda-benda peninggalan O-Sensei sang pendiri tetap disimpan dan dirawat.

Saat ini tempat latihan beladiri sudah banyak mengalami perubahan seiring perkembangan zaman. Sekarang yang namanya padepokan, dojo, dao chang, dojang sudah dilengkapi denganfasilitas modern. Bahkan di Amerika dan Eropa sudah umum jika sebuah tempat latihan beladiri memiliki fasilitas tambahan berupa ruang kebugaran, kolam renang dan tempat mandi uap(spa).

Dojoaikidou yang ada di Indonesia, bentuk dan kondisinya tidak semuanya

seperti yang ada di Jepang tapi ada beberapa daerah cabang yang bentuk bangunan dan

kondisi tempat latihannya dibangun hampir sama dengan yang ada di Jepang yang

bertujuan untuk memberikan suasana yang mendukung dalam melakukan aktifitas

aikidou.

Dojo Kyoto yang berlokasi dikawasan wisata Cibubur merupakan salah satu

contoh tempat latihan aikidou yang mana tempat latihannya dapat dikatakan memberikan

kondisi yang sangat mendukung, sambil berlatih para aikidouka dapat mengistirahatkan

(55)

serba guna yang digunakan atau disewakan untuk kegiatan keagamaan, pernikahan,

shooting film dan lain-lain.

Lain lagi dengan dojo aikidou yang berlokasi di Surabaya Sidoarjo.

Dojoaikidounya berada didalam Sport Club Komplek Perumahan Puri Surya Jaya. Ruang yang dimanfaatkan adalah ruang aerobik, yang kira-kira dapat menampung sekitar 15-20 aikidouka. Tidak ada benda-benda yang menunjukkan identitas aikidou seperti shodou (kaligrafi Jepang), lambang dojo, gambar dari sang pendiri aikidou sehingga kita tidak akan tahu bila itu adalah dojo aikidou bila tidak langsung melihatnya.

Bisa dikatakan dojo-dojo yang berlokasi diluar Jepang khususnya yang berada di Indonesia, tidak semuanya menampilkan identitas dojo aikidou. Hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor seperti keterbatasan waktu, biaya, tempat yang tidak memadaiserta faktor lainnya yang mungkin muncul. Memang tidak semuanya dojo di Indonesia seperti itu, di dojo cabang pusat Jakarta kondisinya hampir mendekati seperti di Hombu Dojo utama di Jepang Tokyo. Secara memang harus menampilkan seperti aslinya berhubung karena merupakan perwakilan resmi aikidou langsung dari Jepang.

(56)

3.1.2. Adaptasi Terhadap Praktisi Aikidou

Seperti yang sudah pernah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa

aikidou muncul pada sekitar abad ke 9 dipertengahan zaman Heian kemudian dikembangkan lagi oleh Ueshiba Morihei pencipta aikidou hingga menjadi bentuknya yang sekarang.

Pada waktu itu, aikidou memang belum terlalu dikenal oleh masyarakat berhubung aikidou masihdiajarkan secara tertutup dan diam-diam dalam lingkungan istana, para praktisinya juga hanya antara tuan yang waktu itu adalah Minamoto Genji Yoshimitsu dan para pelayan serta pembantunya saja. Berdasarkan sejarah yang tertulis diatas, maka dapat dikatakan bahwa aikidou hanya diketahui oleh orang-orang tertentu saja dan tidak disebarluaskan, diwariskan secara rahasia dari generasi kegenerasidiantara anggota keluarga, elit militer dan pasukan khusus pengawal anggota kerajaan (Heckler 1985: 8).

Ini terus berlanjut hingga zaman Edo dan diajarkan kepada Sokaku Takeda (1859-1943). Tidak lama setelah itu, Sokaku bertemu dengan Morihei pada tahun 1915 dan itu terjadi setelah Restorasi Meiji berakhir dengan kata lain sistem pembagian golongan pada masyarakat juga berakhir sehingga aikidou

dapat dipelajari oleh semua golongan masyarakat tanpa harus memandang tinggi rendahnya status yang ada.

(57)

mempelajari aikidou dari Sokaku dan mendapat mokuroku dari Sokaku (Heckler 1985: 11).

合気道 (aikidou) mulai berkembang pesat setelah itu, zaman dimana

pedang tidak lagi digunakan saat itu. Morihei membuka dojo dan menerimasemua murid yang mempunyai keinginan untuk mempelajari aikidou tanpa terkecuali. Morihei tidak saja mengajarkan beladiri kepada para muridnya tetapi juga mengajarkan filosofi bushidou dengan menyampaikannya melalui pandangannya sendiri dan juga menyampaikan pikiran-pikirannya mengenai kehidupan yang berdamai dengan seluruh hal.

Seiring dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi di Jepang,

aikidou juga terus berkembang melebihi dari apa yang diharapkan oleh Morihei. Selain itu, aikidou juga menarik minat para masyarakat asing yang saat itu berada di Jepang. Orang-orang asing ini kemudian mempelajarinya dan setelah berhasil mendapatkan mokuro dari doshu maka aikidou tersebut dibawa kembali oleh kenegara asal mereka yang salah satunya adalah Indonesia.

Bila di Jepang, aikidou awalnya diajarkan secara rahasia dan hanya orang-orang tertentu yang dapat mendalaminya maka di Indonesia berbeda lagi. Di Indonesia memang tidak seperti di Jepang yang pada waktu itu masih menggunakan kelas kasta dalam masyarakat sehingga praktisi yang mengetahui

aikidou menjadi terbatas. 合気道 (aikidou) di Indonesia awalnya diajarkan oleh

(58)

dipertontonkan. Demonstrasinya berlangsung secara terbuka, bertempat diwisma pelajar pada waktu itu dan secara otomatis menarik perhatian para pelajar yang sedang berada disitu.

Tidak lama berselang setelah itu, dengan kerjasama antara Bapak Jozef dengan rekan sesama praktisi maka terbentuklah yayasan aikidou yang pertama kalinya di Indonesia. Dengan terbentuknya yayasan ini, aikidou menjadi lebih berkembang juga karena pembicaraan dari mulut kemulut secara tidak langsung membantu perkembangan aikidou di Indonesia.

Seiring dengan perkembangan yang terjadi, semakin banyak juga masyarakat yang ingin memepelajari aikidou. Pendaftaran dibuka dan menerima calon aikidouka dengan segala latar belakang yang ada, untuk anak-anak usia yang dijinkan berkisar mulai dari umur 5-6 tahun dan untuk kategori dewasa umur sama sekali tidak dibatasi asal sehat jasamai dan rohani dan mampu melakukan gerakan-gerakan aikidou yang nantinya akan diajarkan oleh para sensei.

Praktisi aikidou yang ada sekarang ini merupakan hasil dari proses perjalanan sejarah panjang, dengan kata lain orang-orang yang mendalami aikidou

terdahulu adalah orang-orang yang bisa dikatakan hanyalah orang dengan golongan tertentu saja, tapi hal ini tidak selamanya karena biar bagaimanapun proses perubahan akan terjadi secara alami, diinginkan ataupun tidak diinginkan sama sekali.

(59)

satu sama lain secara kompleks, selalu berubah dan melibatkan ketergantungan yang saling mempengaruhi.

Dengan demikan, pergolakan yang terjadi ketika restorasi Meiji dicetuskan menyebabkan perubahan terhadap status golongan yang ada dalam masyarakat Jepang yaitu dihapuskannya sistem kelas pada masyarakat. Tidak ada lagi kelas kesatria, kelas pedagang, petani bahkan yang paling rendah sekalipun yang disebut kaum eta; yang ada hanya satu yaitu masyarakat Jepang yang semua derajatnya sama. Praktisi aikidou yang dulunya hanya berisikan golongan kelas atas kini telah bergeser, sekarang semua tingkatan masyarakat dapat dengan leluasa mempelajari aikidou. Di Indonesia, aikidouka tidak dihambat oleh peraturan-peraturan seperti di Jepang tapi tidak dapat disangkal juga bahwa menurut sejarah Indonesia, Indonesia juga pernah menetapkan sistem kasta pada saat beberapa abad sebelum masehi dimana agama Hindu menjadi agama satu-satunya yang ada pada waktu itu dan sama seperti yang terjadi di Jepang sistem kasta inipun dihapuskan.

Sejak saat itu siapapun dapat mempelajari aikidou tanpa dihalangi oleh kelas status dalam masyarakat. Aikidouka Jepang dan aikidouka Indonesia dapat dibilang sama dalam sistem kelas atau kasta bila di Indonesia namun juga berbeda soal budaya, namun satu hal yang pasti adalah para aikidouka ini sama-sama murni menyukai dan menghargai serta menghormati ilmu beladiri dan dipraktekkan dengan cara yang positif.

(60)

Seperti yang sudah penulis jelaskan dibab sebelumnya bahwa aikidou

memiliki bermacam style, namun meskipun stylenya berbeda satu dengan yang lain akar dari dasar gerakannya tetaplah sama yaitu daito ryu.

Umumnya aikidou memiliki teknik-teknik sebagai berikut:

Teknik-teknik aikidou sebagai beladiri perkelahian cepat dan jarak dekat (closecombat) banyak dipengaruhi oleh :

• Teknik BantinganJudo Kodokan Jigoro Kano

• Teknik KuncianJujutsu gaya Sokaku Takeda (Bapak Jujutsu)

• Teknik Pedang (Kenjutsu), dan

• Teknik Toya berpedang/ straight spear (Yarijutsu)

Pada umumnyaaikidou tidak menggunakan tendangan kaki, tapi dalam hal-hal yang sangat khusus, teknik kaki (ashiwaza), juga diajarkan. Inipun dengan catatan pada aikidoka tingkat Dan keatas. Di Indonesia, ashiwaza nyaris tidak diajarkan.

合 気 道(aikidou) cocok untuk perkelahian ruangan sempit maupun

melawan beberapa penyerang (multiple attacker), dan dapat dipelajari oleh pria dan wanita segala umur. Untuk anak-anak minimal 10 tahun.

(61)

Tachiwaza(teknik berdiri melawan berdiri) • Suwariwaza(teknik duduk melawan duduk)

Hanmihandachi (teknikduduk melawan berdiri) dan

Kaeshiwaza(melakukan teknik dengan membuka serangan sebagai

pancingan)

Walaupun sumber dari inti gerakan hanyalah Daito ryu perbedaan pemahaman, generasi, sifat, situasi dan kondisi dapat menciptakkan gerakan-gerakan aikidou

yang berbeda. Gaya aikidoudi suatu organisasi itu mungkin dan bisa mengalami perubahan, dan itu pasti. Karena setiap orang punya pengaruh dan pengikut di dalam suatu organisasi, juga setiap orangpun pasti berevolusi gayanya. Ketika penulis melihat video aikidouyang diperagakan oleh Morihei Ueshiba pada tahun 40-an dan tahun 60 –an dan faktanya, sampai saat sekarang tidak ada seorang praktisi pun yang benar-benar persis memiliki gaya seperti Morihei Ueshiba. Berbagai murid senior Morihei Ueshiba masuk dari latar belakang kehidupan dan pada masa evolusi aikidou Morihei Ueshiba yang berbeda-beda. Sehingga menurut pendapat penulis, gaya aikidoulebih karena interpretasi para praktisi gaya/styleaikidou yang kemudian berpengaruh besar dan memiliki pengikut.

Dari sumber-sumber yang penulis perhatikkan dengan seksama, bahwa gaya/style Iwama tentu berbeda dengan aikikai, aikikai berbeda dengan yoshinkan, atau style shinshin toitsu, shinshin toitsu tentu juga berbeda dengan sodokanaikido

Referensi

Dokumen terkait

(Studi Kuasi Eksperimen Dalam Pembelajaran Sejarah Tentang Peninggalan Sejarah Bercorak Islam Di Indonesia Kelas VII SMPLB Negeri Cicendo

Pada tahap ini konselor menetapkan jenis bantuan yang akan diberikan konseli. Berdasarkan latar belakang masalah konseli, diagnosis, prognosis, dan semua data yang

yang Kata kompromi atau sama-sama menang secara sederhana berarti membuat dan atau menerima konsesi (Robert B. Untuk mencapai negosiasi yang sama-sama menang senantiasa

Kedua, dalam bahasa Indonesia ditemukan beberapa bentuk perilaku kebahasaan sehubungan dengan kata bergender pria dan wanita yakni: (1) kata bergendet pria digunakan sebagai

“Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010- 2012”, Repository

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada program studi Pendidikan Kewarganegaraan. © DERRY NODYANTO

upakan permasalahan yang cukup kompleks, kegiatan ini biasa dilakukan dengan “tangan” dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyusunnya. Selain -kali karena suatu

Imbalan yang dialihkan dalam suatu kombinasi bisnis diukur pada nilai wajar, yang dihitung sebagai hasil penjumlahan dari nilai wajar pada tanggal akuisisi atas seluruh aset