• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AIKIDOU

2.2. Filosofi Aikidou

Filosofi aikidou sarat akan filosofi kehidupan. Jika seseorang mulai mempelajarinya, maka ia akan mendapatkan sesuatu yang sangat berharga dan dapat digunakan di dalam kehidupan sehari-hari dan bukan sekedar teknik belaka.

合 気 道 (aikidou) mengajarkan bagaimana seseorang harus bersikap, bagaimana seseorang harus menghargai kehidupan dan lain-lain. 合気道(aikidou) bukanlah agama tetapi pendiri aikidou pernah berkata bahwa dengan mempelajari

aikidou, maka orang dapat lebih mudah mengerti dan mempelajari apa yang ia temukan dalam agama yang dipelajarinya.

合気道(aikidou) mengajarkan seseorang agar berjiwa seperti seorang

samurai yang menjunjung tinggi kebenaran. Jiwa ini terefleksikan pada hakama

(celana khas Jepang) yang dikenakan oleh praktisi aikidou yang telah tinggi tingkatannya.Pada hakama terdapat 7 buah ajaran samurai yang mewakili 7 pilar

Budo(Jalan Ksatria) atau disebut juga dengan Bushidou.

7 ajaran ini meliputi :

Kebenaran adalah titik kulminasi pencarian manusia yang tertinggi dalam hidupnya. Karena nilai kebenaran yang tertinggi hanya ada satu dan satu-satunya, yaitu Tuhan. Manusia dalam perjalanan hidupnya akan hampa dan tidak berarti apapun jika ia tidak menyadari bahwa ia merupakan bagian yang sangat kecil dari sekian banyak ciptaan Tuhan yang tidak terhitung jumlahnya. Manusia dengan egonya terkadang menjadikan dirinya seakan-akan poros dunia dan alam semesta. Pada kenyataannya, manusia hanyalah sebutir debu ditengah gurun pasir. Datang dan perginya tidak berarti apa-apa kecuali dia telah menemukan makna sejati kehidupannya di dunia.

Dalam budo, nilai spiritual merupakan esensi ajaran serta tujuan akhir dari perjalanan seorang budoka. Sehingga orang-orang yang mempelajari budo, namun ia berpaling dari agama maka pada dasarnya ia tidak mengerti apa yang ia pelajari. Hal ini ditegaskan oleh O-Sensei ‘’ tidak ada di dunia ini yang tidak dapat mengajari kita. Untuk sebagian orang contohnya, akan menjauhi atau tidak mau mengerti dari ajaran agama. Ini merupakan bukti bahwa mereka tidak dapat mengerti arti mendalam dari pengajaran ini. Ajaran agama berisi tentang sesuatu yang mendalam dan kebijaksanaan. Anda harus mengerti tentang hal ini dan menerapkan pengertian anda melalui budo’’. Maka pahamilah budo sebagai salah satu jalan untuk menerapkan ajaran spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

2. 名誉 (Meiyo) Respect and Honor: Menghormati dan Kehormatan

Sikap menghormati merupakan sikap yang lekat dengan karakter masyarakat Jepang. Hal ini dapat dilihat dari budaya rei, yaitu membungkukkan badan sebagai tanda menghormati seseorang. Dalam budo sikap seperti ini

merupakan gambaran nilai penghormatan bagi para samurai, dengan kata lain seorang samurai hanya dapat dikatakan memiliki sebuah kehormatan dalam dirinya bila ia tahu bagaimana cara menghormati orang lain.

Dalam falsafah moral ini sangat penting untuk mempraktekkan cara bersikap dengan baik dan benar khususnya kepada orang yang statusnya jauh diatas kita seperti orangtua kita, guru, atasan atau tuan pada masa dahulu.

Dikatakan bahwa bagi budoka, menyayangi orang tua adalah hal yang sangat fundamental. Jika seorang tidak lagi memperdulikan orang tuanya, maka ia bukanlah orang yang baik tidak perduli apakah ia luar biasa pandai, tampan atau bertutur kata dengan bagus. Maksudnya adalah untuk paham bushidou, kita harus menjalankannya dari akar hingga ranting. Jika tidak dapat memahami dari akar hingga rantingnya maka kita tidak akan tahu apa kewajiban kita. Seseorang yang tidak tahu kewajibannya tentu sangat tidak layak untuk disebut samurai. Mengetahui akar hingga ranting berarti memahami sesadar-sadarnya bahwa orang tua itu pada dasarnya adalah akar dari tubuh kita dan batang tubuh kita adalah pada dasarnya cabang dan ranting dari tulang dan daging dari orang tua kita. Adalah karena hasrat untuk membentuk diri kita yakni ranting maka muncul keadaan di mana kita mengabaikan orang tua yakni akarnya. Keadaan tidak baik seperti itu muncul karena kegagalan memahami filosofi akar dan ranting ( Shigesuke Taira 1999:8-9).

Terhadap guru kita juga harus menghormati mereka. Guru dalam bahasa Jepang disebut sensei. Artinya orang yang terlahir lebih dulu dan lebih lanjut memiliki pemahaman sebagai orang yang memiliki pengetahuan dan

kebijaksanaan tentang kehidupan lebih mendalam dari yang kita miliki atau orang yang kita jadikan tempat belajar dan bertanya, sekalipun usianya jauh lebih muda dari kita. Dalam budo, guru diibaratkan sebagai orangtua kedua setelah orangtua kita. Hal ini disebabkan karena mereka mengajarkan banyak hal tentang kehidupan setelah orang tua kita. Mereka turut mendidik dan membantu murid agar dapat menjalani hidup dengan baik.

Seorang sensei dalam budo merupakan jabatan spiritual, dimana pertanggungjawaban moral saja tidaklah cukup. Seorang sensei harus bertanggung jawab terhadap murid-muridnya agar menjadi manusia yang lebih baik secara fisik, mental, moral dan akhirnya spiritual. Hal ini tidak kita temukan pada pendidikan modern dimana guru hanya merupakan jabatan fungsional dalam suatu sistem pendidikan. Seseorang yang mempelajari beladiri harus memahami hal ini, sehingga tidak seorangpun dari budoka yang dapat mengatakan kepada orang lain ‘’dia itu bekas guru saya’’ sebagaimana ia tidak dapat mengatakan ‘’itu bekas orang tua saya’’ sekalipun ia sendiri telah menjadi orangtua. Orangtua akan tetap menjadi orangtua kita karena kasih sayang mereka akan kita bawa hingga akhir hayat. Seperti juga guru, mereka akan tetap menjadi guru kita karena ilmu yang telah diberikan akan kita bawa juga hingga akhir hayat.

3. 誠 (Makoto) Honesty and Sincerity: Kejujuran dan Ketulusan

Kejujuran dalam tutur kata dan ketulusan dalam perbuatan adalah hal yang esensial dalam budo. Bila kita menghormati seseorang, maka kita lakukan dengan sepenuh hati dan jiwa bukan karena tampilan fisik semata. Apabila kita bertutur kata maka katakanlah yang sebenarnya yang ada dalam hati dan pikiran

kita dengan cara yang terhormat dan baik. Kejujuran merupakan hal yang sulit dilakukan kecuali bagi mereka yang memiliki keberanian dalam jiwa mereka. Menjaga kepercayaan dari orang lain juga merupakan salah satu bentuk kejujuran dan ketulusan. Apabila anda dititipkan sebongkah emas maka anda harus memastikan emas tersebut aman ditangan anda. Bila pemilik emas tersebut telah meninggal, maka anda harus memastikan emas tersebut jatuh ketangan keluarga yang berhak mewarisinya tanpa mengambil atau berharap keuntungan sedikitpun dari situasi ini. Orang yang dapat melakukan ini adalah seorang ksatria sejati.

4. 忠義 (Chugi) Loyalty: Kesetiaan

Kesetiaan adalah satu sikap yang terhormat, sedangkan pengkhianatan adalah sikap yang rendah dan hina. Seorang ksatria akan menjaga kesetiaannya bahkan apabila harus mengorbankan nyawa sekalipun. Samurai pada zaman dahulu (sebelum restorasi Meiji) rela mengorbankan nyawa mereka untuk membela tuannya atau perguruannya. Pada saat sekarang ini kesetiaan tetap merupakan sebuah sikap yang sangat mulia dan sangat langka. Hanya orang yang memiliki keberanian saja yang memiliki sikap seperti ini. Yang justru dimasa sekarang ini seseorang yang sangat mudah melakukan pengkhianatan bila ia menemukan sesuatu yang dirasa dapat merugikan dirinya atau disisi lain untuk mendapatkan keuntungan lebih. Sikap seperti ini tidak ada tempat didalam budo.

Kesetiaan pada perguruan merupakan hal yang relevan hingga sekarang, namun bukan dalam arti larangan mempelajari bentuk beladiri lain. Melainkan untuk tetap menjaga nama baik dojo dan mengamalkan ilmunya dengan cara yang baik serta menjaga silsilah dari ilmu yamg telah dipelajari.

5. (Rei) Courtesy: Sopan Santun

Tata tertib dan sikap sopan santun adalah bagian integral dalam budo. Tanpa sikap dan tata kesopanan yang baik dan benar maka seseorang tidak dapat dikatakan sebagai seorang ksatria sekalipun ia sangat mahir dalam bertempur. Sikap rei adalah sebuah contoh yang mudah kita pahami. 礼(rei) pada saat memasuki dojo, memulai latihan, menutup latihan hingga kita keluar dojo, merupakan hal yang harus dilakukan dengan pemahaman yang mendalam. Sering kali hal seperti ini dianggap remeh karena tidak memahami semangat dari latihan. Perlu diingat bahwa kita berlatih bukan sebatas untuk berolahraga atau sekedar berlatih utuk bertarung namun diharapkan latihan aikido dapat membentuk mental, moral dan spiritual seorang aikidoka yang mampu beradaptasi pada kondisi seburuk apapun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini sikap dan sopan santun sangatlah diperlukan sebagai sebuah disiplin dalam sebuah seni beladiri agar terbentuk sebuah keberanian yang diikuti sifat kerendahan hati para praktisinya.

6. 仁( Jin) Knowledge and Wisdom: Pengetahuan dan Kebijaksanaan

武度(budo) merupakan suatu bentuk pengetahuan yang menghasilkan pengetahuan. Setiap pengetahuan haruslah menghasilkan sebuah nilai kebijaksanaan. Tanpa kebijaksanaan, pengetahuan hanya akan menciptakan bencana. Berabad-abad manusia manusia hidup menghasilkan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi, salah satunya adalah persenjataan. Dengan persenjataan pada masa kini semakin banyak orang tidak berdosa menjadi korban peperangan yang didasari oleh keserakahan. Demikianlah contoh sebuah pengetahuan yang

dicapai tanpa menghasilkan kebijaksanaan. Dalam budo anda mempelajari tentang nilai hidup dan mati. Anda melatih kemampuna hati, pikiran dan tubuh untuk menerima kematian atau mengakibatkan terjadinya hal tersebut. Oleh karenanya, pengetahuan budo tanpa kebijaksanaan adalah sebuah malapetaka kemanusiaan. Kebijaksanaan tertinggi dalam budo adalah mengalahkan diri sendiri dan menempa hati, pikiran dan tubuh untuk bersungguh-sungguh mencari nilai kebenaran tertinggi.

7. 勇気 (Yuuki) Courage: Keberanian

Keberanian diletakkan pada urutan terakhir dari ke 7 pilar budo, karena keberanian hanya dapat diperolah setelah seseorang mampu memahami dan menjalani ke 6 pilar sebelumnya. Keberaian dalam diri seorang ksatria merupakan pancaran dan sifat-sifat yang mulia. Keberanian yang dilandasi pemahaman terhadap nilai kebenaran sejati dan kehormatan diri bukan keberanian yang didasari pada kemarahan dan keinginannya untuk mengalahkan orang lain. Oleh sebab itu, seorang budoka harus memastikan dirinya berpegang teguh pada nilai kebenaran, karena pertempuran yang pertama dapat menjadi pertempuran yang terakhir baginya. Sekali ia mengambil keputusan untuk bertempur maka ia tidak akan mundur atau lari. Dia juga tidak akan menyesal dengan keputusan yang diambil sekalipun harus kehilangan nyawa karena ia tahu bahwa ia berada dalam kebenaran.

Sekali lagi dalam budo, nilai keberanian adalah hasil pemahaman atas nilai-nilai kebenaran dan kemuliaan, sehingga dalam pertempuran yang

sebenarnya tidak ada nilai menang atau kalah tetapi nilai benar dan salah dalam berpijak dan bersikap terhadap kehidupan yang kita jalani.

Di beberapa literatur, dijelaskan tentang nilai-nilai budo dengan urutan atau kandungan yang berbeda namun tetap memiliki esensi yang sama yaitu mengenai ajaran moral, mental dan spiritual yang harus dimiliki seorang budoka. Berdasarkan nilai-nilai yang telah dijelaskan diatas, maka diharapakan para

aikidoka khususnya para yudansha dapat mengerti dan memahami secara mendalam dan mengamalkannya dalam kehidupan serta mengajarkan kepada generasi berikutnya terutama murid-muridnya, sebagai sebuah tanggungjawab dari apa yang dipahami dan pelajari dari sebuah hakama yang telah ia kenakan.

.

Dokumen terkait