• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Pembimbimbing Kegiatan Public Speaking (Muhadoroh) Dan Kepercayaan Diri Siswi(Studi Deskriptif Tentang Peranan pembimbing Dalam Kegiatan Public Speaking (Muhadoroh) Dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri siswi di Pesantren Darul Hikmah Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Pembimbimbing Kegiatan Public Speaking (Muhadoroh) Dan Kepercayaan Diri Siswi(Studi Deskriptif Tentang Peranan pembimbing Dalam Kegiatan Public Speaking (Muhadoroh) Dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri siswi di Pesantren Darul Hikmah Medan)"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN PEMBIMBIMBING KEGIATAN PUBLIC SPEAKING

(MUHADOROH) DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN

DIRI SISWI DI PESANTREN DARUL HIKMAH MEDAN

SKRIPSI

IIN INDAYANI

110922021

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

PROGRAM EKSTENSI MEDAN

(2)

PERANAN PEMBIMBIMBING KEGIATAN PUBLIC SPEAKING

(MUHADOROH) DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWI

(Studi Deskriptif Tentang Peranan pembimbing Dalam Kegiatan

Public Speaking (Muhadoroh) Dalam Meningkatkan Rasa Percaya

Diri siswi di Pesantren Darul Hikmah Medan)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Srata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

IIN INDAYANI

110922021

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI PROGRAM EKSTENSI

(3)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya

bersedia di proses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Iin Indayani

NIM : 110922021

Tanda Tangan : ...

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Iin Indayani

NIM : 110922021

Departemen : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi :Peranan Pembimbing Kegiatan Public Speaking (Muhadoroh) dan Kepercayaan Diri Siswi (Studi Deskriptif Tentang Peranan Pembimbing Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswi Di Pesantren Darul Hikmah Medan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji :... (...)

Penguji :... (...)

Penguji Utama :... (...)

Ditetapkan di :

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan anugerah-Nya yang begitu besar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk menyelesasikan pendidikan Strata I Departemen Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa penyusunan dan penulisan serta pengetahuan yang digunakan pada skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat lebih menyempurnakan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, nasehat dan dukungan dari berbagai pihak. maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badarudin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi.

3. Ibu Dra. Rusni, M.A selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan penulisan skripsi ini.

(6)

5. Yang tercinta kedua orang tua penulis, Bapak H. Suyono dan Mama Siti Ngalimatun yang terus-menerus memberikan motivasi, doa dan selalu memberikan cinta kasihnya kepada penulis. Terima kasih telah menjadi orang tua yang begitu sempurna bagi penulis.

6. Saudara-saudara penulis : b’Edi, b’,Juli, dan k’ Susi. Kalian adalah saudara yang penuh kasih dan tak ternilai harganya bagi penulis.

7. Keenam Informan : Ikhsani safitri, Asmaul Husna, khosidah Sinaga, khairunisah Rambe, Sri Mani dan Dinda Rizky Noviah atas bantuan informasi yang telah diberikan, serta telah meluangkan waktu bersedia diwawancara. 8. Sahabat-sahabatku : Nayla Vellayati dan Wuri Handayani Simamora. Terima

kasih telah menjadi sahabat yang baik dan telah mengisi hari-hari penulis dengan canda dan tawa. Kalian bukan hanya orang yang ada di saat suka tapi juga di saat duka. Banyak hal-hal baru yang kita pelajari bersama dan banyak kejadian-kejadian tak terduga yang akhirnya membuat kita sadar bahwa hidup itu tidak selurus yang kita kira. Penulis berharap kita tetap menjadi sahabat di kemudian hari dan semoga Tuhan selalu menyertai setiap langkah kita.

9. Semua teman-teman dari Ekstensi Komunikasi’011Semoga kita tetap kompak. 10.Kak maya dan Kak Icut yang telah bersedia direpotkan penulis dalam hal

administrasi dan akademis.

Usaha terbaik telah penulis berikan. penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juni 2013 Penulis

(7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Iin Indayani NIM : 110922021 Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Peranan Pembimbing Kegiatan Public Speaking (Muhadoroh) Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswi di Pesantren Darul Hikmah Medan

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Ilmu

Komunikasi

Dra. Rusni, M.A

NIP. 195108041985032001 NIP. 1962082819870122001 Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A

Dekan FISIP USU

(8)

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Iin Indayani NIM : 110922021 Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Ekslusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

PERANAN PEMBIMBING KEGIATAN PUBLIC SPEAKING (MUHADOROH) DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWI

(Studi Deskriptif Tentang Peranan Pembimbing Kegiatan Public Speaking (Muhadoroh) Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswi di Pesantren Darul

Hikmah Medan

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan,

mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Pada Tanggal :

(9)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Peranan Pembimbing Kegiatan Public Speaking (Muhadoroh) Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswi (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Peranan Pembimbing Kegiatan Public Speaking (Muhadoroh) Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswi di Pesantren Darul Hikmah Medan. Banyak orang beranggapan bahwa berkomunikasi/berpidato adalah sesuatu yang mudah dilakukan. Tetapi ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang mendesak dan menuntut kita untuk tampil secara spontan didepan umum maka hal ini bisa membuat kita tidak siap secara mental. Ketidakmampuan berkomunikasi dapat menyebabkan seseorang tidak percaya diri ketika ia tampil didepan umum. Bagi mereka yang memiliki rasa takut untuk berbicara didepan publik, akan muncul rasa panik yang sangat mengganggu pikiran. Saat-saat sebelum mulai berbicara didepan publik, tubuh yang belum siap akan mulai menunjukkan tanda-tanda awal dari reaksi panik akibat tekanan harus tampil. Detak jantung menjadi semakin cepat, telapak tangan mulai berkeringat, saat berdiri kepala terasa pusing dan kedua kaki gemetar.

Penelitian ini dilakukan di Pesantren darul Hikmah Medan pada bulan Maret 2013 sampai dengan bulan Juni 2013. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi dan studi kepustakaan. Subjek dalam penelitian ini adalah pembimbing kegiatan public speaking sebagai informan utama dan siswi sebagai informan tambahan. Objek penelitian adalah strategi meningkatkan kepercayaan diri siswi dalam berpidato di Pesantren darul Hikmah Medan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif dimana analisis data yang digunakan bila data - data yang terkumpul dalam riset adalah data kualitatif berupa kata - kata, kalimat - kalimat,atau narasi - narasi, baik yang diperoleh dari wawancara mendalam maupun observasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembimbing berperan dalam meningkatkan rasa percaya diri siswi dalam berpidato. Melalui bimbingan yang diadakan seminggu sekali, pembimbing dapat mengajarkan tentang pidato kepada siswi. Dengan mengajarkan tentang pidato kepada siswi mereka akan memahami teknik-teknik berpidato yang baik dan dapat menerapkannya ketika tampil sebagai pembicara saat berpidato. Pembimbing dalam bimbingan juga mengembangkan segi psikologis siswi dalam berpidato dengan cara memberi motivasi dan tips-tips kepada siswi agar dapat tampil percaya diri dan tidak merasa tertekan saat berpidato.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN……….. iii

LEMBAR PENGESAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ... vii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Fokus Masalah ... 1

1.2 Kontaks Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif/Paradigma Kajian ... 7

2.2 Kajian Pustaka ………8

2.2.1 Komunikasi Kelompok Kecil ... 8

2.2.1.1 Pengertian Komunikasi kelompok Kecil ... 10

2.2.1.2 Karakteristik Komunikasi Kelompok Kecil ... 10

2.2.1.3 Fungsi Komunikasi Kelompok Kecil. ... 11

2.2.1.4 Tipe Kelompok Kecil ... 12

2.2.2 Komunikasi Antar Pribadi ... 13

2.2.2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi ... 13

2.2.2.2 Ciri-Ciri Komunikasi Antar Pribadi ... 17

2.2.2.3 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi ... 19

2.2.2.4 Proses Komunikasi Antar Pribadi ... 20

2.2.2.5 faktor-Faktor yang Menumbuhkan Hubungan Antar Pribadi Dalam Komunikasi Antar pribadi ………22

2.2.3 Pembimbing………..24

2.2.3.1 Definisi Pembimbing……….24

2.2.3.2 Syarat-Syarat Untuk Seorang pembimbing………25

(11)

2.2.4.2 Teknik Berbicara di Depan Umum………28

2.2.4.3 Fungsi Public Speaking……….31

2.2.5 Kepercayaan Diri………..32

2.2.5.1 Kepercayaan diri………32

2.2.5.1 Gejala-Gejala Tidak Percaya Diri Saat Berpidato……….33

2.2.5.2 Sebab-Sebab Tidak Percaya Diri Saat Berpidato………..35

2.2.6 Model Teoritik………..36

BAB III METODOLGI PENELITIAN 3.1 Latar Belakang Sejarah ... 37

3.1.2 Visi Pesantren ... 38

3.1.3 Misi Pesantren ... 38

3.1.4 Azas dan Sifat ... 39

3.2 Metode Penelitian ... 39

3.3 Objek Penelitian ... 40

3.4 Subjek Penelitian ... 40

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.6 Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Observasi dan Wawancara ... 43

4.2 Pembahasan ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 74

DAFTAR REFERENSI ... 76

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI ... 81

LAMPIRAN 2 SURAT PENELITIAN ... 82

LAMPIRAN 3 PEDOMAN WAWANCARA ... 83

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Peranan Pembimbing Kegiatan Public Speaking (Muhadoroh) Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswi (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Peranan Pembimbing Kegiatan Public Speaking (Muhadoroh) Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswi di Pesantren Darul Hikmah Medan. Banyak orang beranggapan bahwa berkomunikasi/berpidato adalah sesuatu yang mudah dilakukan. Tetapi ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang mendesak dan menuntut kita untuk tampil secara spontan didepan umum maka hal ini bisa membuat kita tidak siap secara mental. Ketidakmampuan berkomunikasi dapat menyebabkan seseorang tidak percaya diri ketika ia tampil didepan umum. Bagi mereka yang memiliki rasa takut untuk berbicara didepan publik, akan muncul rasa panik yang sangat mengganggu pikiran. Saat-saat sebelum mulai berbicara didepan publik, tubuh yang belum siap akan mulai menunjukkan tanda-tanda awal dari reaksi panik akibat tekanan harus tampil. Detak jantung menjadi semakin cepat, telapak tangan mulai berkeringat, saat berdiri kepala terasa pusing dan kedua kaki gemetar.

Penelitian ini dilakukan di Pesantren darul Hikmah Medan pada bulan Maret 2013 sampai dengan bulan Juni 2013. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi dan studi kepustakaan. Subjek dalam penelitian ini adalah pembimbing kegiatan public speaking sebagai informan utama dan siswi sebagai informan tambahan. Objek penelitian adalah strategi meningkatkan kepercayaan diri siswi dalam berpidato di Pesantren darul Hikmah Medan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif dimana analisis data yang digunakan bila data - data yang terkumpul dalam riset adalah data kualitatif berupa kata - kata, kalimat - kalimat,atau narasi - narasi, baik yang diperoleh dari wawancara mendalam maupun observasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembimbing berperan dalam meningkatkan rasa percaya diri siswi dalam berpidato. Melalui bimbingan yang diadakan seminggu sekali, pembimbing dapat mengajarkan tentang pidato kepada siswi. Dengan mengajarkan tentang pidato kepada siswi mereka akan memahami teknik-teknik berpidato yang baik dan dapat menerapkannya ketika tampil sebagai pembicara saat berpidato. Pembimbing dalam bimbingan juga mengembangkan segi psikologis siswi dalam berpidato dengan cara memberi motivasi dan tips-tips kepada siswi agar dapat tampil percaya diri dan tidak merasa tertekan saat berpidato.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Fokus Masalah

Banyak orang beranggapan bahwa berkomunikasi/berpidato adalah sesuatu yang mudah dilakukan. Tetapi ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang mendesak dan menuntut kita untuk tampil secara spontan didepan umum maka hal ini bisa membuat kita tidak siap secara mental. Orang-orang yang takut berbicara didepan publik biasanya berusaha menghindarinya. Kesempatan untuk berbicara dilewatkan begitu saja, sehingga kemungkinan untuk belajar secara bertahap, hilang begitu saja.

Ketidakmampuan berkomunikasi dapat menyebabkan seseorang tidak percaya diri ketika ia tampil didepan umum. Hal seperti ini dapat dijumpai pada setiap individu pada umumnya. Bagi mereka yang memiliki rasa takut untuk berbicara didepan publik, akan muncul rasa panik yang sangat mengganggu pikiran. Saat-saat sebelum mulai berbicara didepan publik, tubuh yang belum siap akan mulai menunjukkan tanda-tanda awal dari reaksi panik akibat tekanan harus tampil. Detak jantung menjadi semakin cepat, telapak tangan mulai berkeringat, saat berdiri kepala terasa pusing dan kedua kaki gemetar.

(15)

pidato “Singa Panggung” juga bisa diciptakan. Yang tentunya banyak hal yang harus diperhatikan diantaranya, kebiasan, latihan, dan dukungan dari semua pihak.

Namun yang perlu diingat bahwa latihan pidato atau muhadoroh ini hanyalah salah satu dari banyak kegiatan yang membantu tercapainya pendidikan formal. Oleh sebab itu kita tidak boleh teralihkan apa lagi lalai dari kegiatan-kegiatan formal (KBM). Maka dari itu kegiatan ekstra kulikuler ini ditutup sementara ketika jelang ujian berlangsung.

Kegiatan ini wajib diikuti oleh setiap siswi yang ada didalam pesantren. Baik siswi dari kelas satu dan dua tingkat Tsanawiyah dan kelas satu tingkat Aliyah. Bagi siswi kelas dua Aliyah mereka sudah dijadikan pembimbing (supervisor) bagi adik-adik kelasnya, dengan kata lain mereka membimbing siswi junior dan mengawasi jalannya kegiatan ini. Sedangkan bagi siswi kelas tiga Tsanawiyah dan Aliyah mereka sudah bebas dari kegiatan ini karena mereka hanya difokuskan untuk lebih berkonsentrasi pada Ujian Nasional.

Kegiatan muhadoroh ini dimulai dengan membagi seluruh siswi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari delapan sampai sepuluh siswi. Setelah pembagian kelompok maka ditetapkan satu orang pembimbing dalam satu kelompok yang bertugas membimbing siswi dalam latihan mempersiapkan diri untuk tampil berpidato. Proses bimbingan dilaksanakan pada hari Minggu agar tidak mengganggu kegiatan belajar dan untuk mengisi hari libur dengan kegiatan yang bermanfaat.

(16)

bahasa Arab dan bahasa Inggris. Setiap para siswi akan mendapat giliran masing-masing, sehingga tidak ada satu sisiwi pun yang dapat menghindar dari giliran yang sudah ditetapkan, kecuali ada siswi yang sakit, barulah dia mendapat dispensasi/keringanan sampai dia sembuh kembali.

Setelah ketetapan sudah dibuat oleh para pembimbing (supervisor) barulah diumumkan giliran siapa saja yang akan tampil minggu depan. Sehingga bagi siswi yang namanya sudah terdaftar untuk tampil minggu depan sudah bisa mempersiapkan bahan, dan penampilan yang maksimal pada saat hari yang sudah ditentukan. Dalam waktu seminggu mereka dilatih dan diberi arahan-arahan oleh pembimbing (supervisor) agar mereka tidak merasa canggung, malu, tidak bersemangat, dan tidak percaya diri ketika harus tampil berpidato didepan teman-teman yang lain.

Penelitian ini akan dilakukan pada pembimbing kegiatan publik speaking (muhadoroh) di Ponpes (Pondok Pesantren) Darul Hikmah Medan. Pondok pesantren Darul Hikmah adalah salah satu Institusi pendidikan yang dinaungi oleh yayasan TPI (Taman Pendidikan Islam) yang didirikan oleh KH. Rifai Abdul Manaf Nasution pada 1 Mei 1990. Pesantren ini memiliki visi misi sosial keagamaan dengan kata lain pesantren ini tidak berorientasi pada bisnis tetapi tetap berpegang kepada sosial keagamaan. Pesantren Darul Hikmah merupakan salah satu pesatren di kota Medan yang memiliki proses mengajar yang tidak hanya dilakukan oleh guru atau lebih sering disebut ustad dan ustajah tetapi juga melibatkan siswi senior. Hal ini dapat dilihat pada kegiatan bimbingan public speaking (muhadoroh) yang mana siswi kelas dua Aliyah sebagai pembimbing kegiatan ini. Hal ini dimaksudkan untuk membiasakan siswi mengamalkan serta mengajarkan ilmu yang sudah didapat kepada adik-adik kelasnya dan untuk mendekatkan siswi senior dengan junior. Pada proses bimbingan pembimbing menggunakan bahasa yang tidak formal layaknya seorang guru tetapi pembimbing lebih memilih bahasa yang sederhana agar proses bimbingan mudah dipahami. Dan panggilan “kakak” diharapkan membuat siswi merasa nyaman dan santai saat latihan.

(17)

sendiri. Mengingat siswi-siswi tersebut masih usia remaja bila dilihat dari segi psikologinya masih labil karena mereka masih dalam masa transisi sehingga rasa percaya diri untuk tampil didepan publik sebagai pembicara dalam kegiatan public speaking (muhadoroh) kerap menghampiri mereka. Disinilah letak pentingnya seorang pembimbing dalam membimbing siswi-siswi tersebut agar mereka tidak merasa canggung, malu, tidak bersemangat dan tidak percaya diri ketika harus tampil didepan teman-teman yang lain.

Proses mengajar yang diterapkan Pesantren Darul Hikmah dengan siswi senior sebagai pembimbing dalam kegiatan public speaking (muhadoroh) merupakan cara yang tepat karena pembimbing juga masih berstatus pelajar sehingga lebih memahami apa yang menjadi faktor penyebab siswi tidak percaya diri saat tampil berpidato (muhadoroh) dan bagaimana cara yang tepat untuk mengatasinya. Pesantren Darul Hikmah juga telah banyak mencetak prestasi baik di bidang pengetahuan dan kegiatan ekstra kulikuler. Prestasi yang paling banyak diperoleh Ponpes ini adalah juara lomba pidato. Salah satunya lomba pidato POS PEDAKU pada tahun 2012.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti merasa teratarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peranan Pembimbing Kegiatan Public Spreaking (muhadoroh) dalam Meningkatkan Kepercayaan diri siswi di Pesantren Darul Hikmah Medan”.

1.2Konteks Masalah

Fokus masalah merupakan permasalahan yang sentral yang menjadi perhatian penelitian. Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas, sehingga mengaburkan penelitian maka peneliti menetapkan fokus masalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini bersifat deskriptif yang hanya memaparkan suatu situasi atau

peristiwa secara sistematis, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

2. Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan pembimbing kegiatan public speaking (muhadoroh) dalam meningkatkan kepercayaan siswi di Pesantren Darul Hikmah Medan.

(18)

4. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2012, dengan lama penelitian yang akan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan yang akan menjabarkan apa yang akan dicapai, disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan pihak lain yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui proses belajar mengenai public speaking (muhadoroh) di Pesantren Darul Hikmah Medan.

2. Untuk mengetahui sejauhmana peran pembimbing kegiatan public speaking (muhadoroh) dalam meningkatkan kepercayaan diri siswi di Pesantren Darul Hikmah Medan.

3. Untuk mengetahui kunci sukses pembimbing dalam meningkatkan rasa percaya diri siswi Pesantren Darul Hikmah Medan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas atau menambah khasanah penelitian dan sumber bacaan dilingkungan FISIF USU.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai kegiatan publik speaking (muhadoroh) dalam membentuk kepercayaan diri siswi Pesantren.

(19)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perspektif/Paradigma Kajian

Setiap penelitian memerlukan paradigma teori dan model teori sebagai dasar dalam menyusun kerangka penelitian. Menurut Sudjana (2000:5) paradigma adalah pandangan dalam kepercayaan yang telah diterima dan disepakati bersama oleh masyarakat ilmuwan berkaitan dengan teori suatu keilmuwan.

Paradigma merupakan perspektif riset yang digunakan peneliti yang berisi bagaimana peneliti melihat realita (world views), bagaimana mempelajari fenomena, cara‐cara yang digunakan dalam penelitian dan cara‐ cara yang digunakan dalam menginterpretasikan temuan. Pemilihan paradigma penelitian menggambarkan pilihan suatu kepercayaan yang akan mendasari dan memberi pedoman seluruh proses penelitian (Guba, 1990). Paradigma penelitian menentukan masalah apa yang dituju dan tipe penjelasan apa yang dapat diterimanya (Kuhn, 1970)

‘Paradigma merupakan perspektif riset yang digunakan peneliti yang berisi bagaimana peneliti melihat realita (world views), bagaimana mempelajari fenomena, caracara yang digunakan dalam penelitian dan caracara yang digunakan dalam menginterpretasikan temuan ‘(Chariri, 2009)

Perspektif atau paradigma yang peneliti gunakan adalah kualitatif yang memiliki tahapan berpikir kritis-ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berpikir secara induktif yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomena sosial melalui pengamatan di lapangan kemudian menganalisisnya dan kemudian berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati itu (Bungin, 2010:6).

Penelitian dengan pendekatan kualitatif lebih menggunakan dan menjaga setting alamiah (natural) di mana fenomena atau perilaku yang akan diamati terjadi.

(20)

Paradigma interpretif didasarkan pada keyakinan bahwa individu (manusia) merupakan makhluk yang secara sosial dan simbolik membentuk dan mempertahankan realita mereka sendiri. Oleh karena itu, tujuan dari pengembangan teori dalam paradigma ini adalah untuk menghasilkan deskripsi, pandangan-pandangan dan penjelasan tentang peristiwa sosial tertentu sehingga peneliti mampu mengungkap sistem interpretasi dan pemahaman (makna) yang ada dalam lingkungan sosial. Intinya paradigma ini berusaha mengungkap bagaimana (how) realitas sosial dibentuk dan dipertahankan oleh individu tertentu dan bagaimana mereka memaknainya(Johansson,2003:4,diunduhdari

www.infrah.kth.se/~rolfj/Foufaces2003.

pdf).

2.2 Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan acauan atau landasan berfikir peneliti dengan basis pada bahan pustaka yang membahas tentang teori atau hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dijalankan (Prajarto, 2004: 49). Dengan adanya kajian teori, maka peneliti mempunyai landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitian. Adapun teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok kecil, pembimbing, public speaking dan kepercyaan diri.

2.2.1 Komunikasi Kelompok Kecil

2.2.1.1 Pengertian Komunikasi Kelompok kecil

Kelompok kecil merupakan kelompok yang belum terorganisir misalnya, tiga atau empat orang berdiskusi atau, sepuluh orang yang akan mengadakan rapat juga merupakan kelompok kecil tetapi bukan organisasional (Ardial, 2007: 28). Kelompok menentukan cara seseorang berbicara, berpakaian, bekerja dan juga mempengaruhi emosi seseorang suka dan duka. Komunikasi kelompok telah digunakan untuk saling bertukar informasi, menambah pengetahuan, memperteguh atau mengubah sikap dan prilaku, mengembangkan kesehatan jiwa, dan menigkatkan kesadaran (Jalaludin, 2010).

(21)

saling mengenal dengan baik dan (3) pesan yang dikomunikasikan bersifat unik, khusus dan terbatas bagi anggota sehingga tidak sembarangan orang bergabung dalam kelompok itu (Suranto AW, 2011). Sedangkan Jalaludin Rahmat (2010: 141) menyatakan kelompok mempunyai dua tanda psikologis yaitu: (1) anggota-anggota kelompok merasa terikat dengan kelompok (2) nasib anggota kelompok saling bergantungan sehingga hasil setiap orang terkait dalam cara tertentu dengan hasil yang lain.

Ada empat elemen kelompok yang dikemukakan oleh Adler dan Rodman (Sendjaja, 2002:3.5), yaitu:

1. Interaksi

Interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang penting, karena melalui interaksi inilah, kita dapat melihat perbedaan antara kelompok dengan coact. Coact adalah sekumpulan orang yang secara serentak terikat dalam aktivitas yang sama namun tanpa komunikasisatu sama lain.

2. Waktu

Kelompok mempersyaratkan interaksi dalam jangka waktu yang panjang, karena dengan interaksi ini akan dimiliki karakteristik atau ciri yang tidak dipunyai oleh kumpulan yang bersifat sementara.

3. Ukuran

Ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok kecil pada umumnya terdiri dari 2 sampai 15 orang. Jumlah yang lebih kecil dari 2 orang bukanlah kelompok, begitu pula jumlah anggota kelompok yang melebihi 15 orang, akan menyulitkan setiap anggota berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya secara intensif dan face to face.

4. Tujuan

Keanggotaan dalam suatu kelompok akan membantu individu yang menjadi anggota kelompok tersebut dapat mewujudkan satu atau lebih tujuannya. B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005) menjabarkan sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:

1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka. 2. Kelompok memiliki sedikit partisipan.

3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin (guru). 4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama.

(22)

2.2.1.2Karakteristik Komunikasi Kelompok Kecil

Karakteristik komunikasi dalam kelompok ditentukan melaui dua hal, yaitu norma dan peran. Norma adalah kesepakatan dan perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berhubungan dan berprilaku satu denga lainnya. Norma oleh para sosiolog disebut juga dengan ‘hukum’ (law) ataupun ‘aturan’ (rule), yaitu perilaku-perilaku apa saja yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan dalam suatu kelompok.

Ada tiga kategori norma kelompok, yaitu:

a. Norma sosial yaitu nnorma yang mengatur hubungan diantara para anggota kelompok.

b. Norma prosedural yaitu norma yang menguraikan dengan lebih rinci bagaimana suatu kelompok harus membuat keputusan, apakah melalui suara mayoritas ataukah dilakukan pembicaraan sampai tercapai kesepakatan.

c. Norma tugas yaitu norma yang memusatkan perhatian bagaimana suatu pekerjaan harus dilakukan (Sendjaja, 2002: 3.6).

Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai denga kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran (Soekanto, 2002: 242).

Peran mencakup tiga hal, yaitu:

a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, dengan demikian peran berfungsi membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.

b. Peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peran juga menyangkut perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Soekanto, 2002: 244).

2.2.1.3Fungsi Komunikasi Kelompok Kecil

(23)

a. Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya, seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk melakukan aktivitas yang informal, santai, dan menghibur

b. Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja untuk mencapai dan mempertukarkan pengetahuan.

c. Fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasi anggota lainya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

d. Fungsi problem solving, kelompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan. e. Fungsi terapi. Objek dari kelompok terapi membantu setiap individu mencapai perubahan personalnya. Kelompok-kelompok terapi dikenal dengan nama pengungkapan diri (self disclosure).

2.2.1.4Tipe Kelompok kecil

Ronald B. Adler dan George Rodman (Sendjaja, 2003: 3.14), membagi kelompok dalam tiga tipe, yaitu:

a. Kelompok Belajar (Learning Group)

Kata ‘belajar’, tidak tertuju pada pengertian pendidikan di sekolah, namun juga termasuk belasjar dalam kelompok (learning group), seperti kelompok bela diri, kelompok keterampilan, kelompok belajar dan sebagainya. Tujuan dari learning group ini adalah meningkatkan informasi, pengetahuan, dan kemampuan diri para para anggotanya.

b. Kelompok Pertumbuhan (Growth Group)

Kelompok pertumbuhan memusatkan perhatiannya kepada permasalahan pribadi yang dihadapi anggotanya. Seluruh tujuan kelompok diarahkan kepada usaha membantu para anggotanya mengidentifikasi dan mengarahkan mereka untuk perduli dengan persoalan pribadi yang mereka hadapi untuk perkembangan pribadi mereka.

c. Kelompok Pemecahan Masalah

(24)

memecahkan masalahnya sendiri, karena itu ia menggunakan kelompok sebagai sarana memecahkan masalahnya.

Bila dikaitkan dengan penelitian ini, komunikasi kelompok kecil dapat dilihat dari dibentuknya beberapa kelompok kecil dengan jumlah anggota sembilan sampai sebelas orang siswi dalam kegiatan bimbingan (konseling) pengembangan bakat dan keterampilan public speaking (muhadoroh). Komunikasi kelompok kecil yang terjadi antara sesama siswi dalam satu kelompok ketika diadakannya diskusi. Dimana siswi memberikan saran kepada temannya yang lain dalam hal berpidato.

2.2.2 Komunikasi Antarpribadi

2.2.2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu kepada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung terus-menerus. Komunikasi antarpribadi merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. sedangkan makna yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan. (Sendjaja, 2005:21).

Komunikasi antarpribadi juga merupakan penggunaan pesan-pesan dari seseorang dan siterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik langsung. Joseph A. Devito dalam bukunya Human Communication (1994) menjelaskan definisi komunikasi antarpribadi dari tiga persfektif, yaitu:

1. Perspektif Konvensional

Persfektif ini mendominasikan komunikasi antarpribadi berdasarkan pada unsure-unsur atau komponennya, yaitu merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan diantara dua orang ataupun sekelompok kecil orang, dengan berbagai efek dan umpan balik.

2. Perspektif Relasional

(25)

3. Perspektif Pengembangan

Pada perspektif pengembangan komunikasi antarpribadi adalah suatu proses yang berkembang, yaitu dari komunikasi yang bersifat impersonal meningkat menjadi komunikasi yang sangat pribadi atau intim. Artinya, ada peningkatan diantara para peserta komunikasi (Cahyana, 1996:196).

Secara teoritis, komunikasi antarpribadi juga diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya yaitu, komunikasi diadik (diadyc communication) dan komunikasi triadic (triadic communication), adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan, dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan. Sedangkan komunikasi triadik (triadic communication) adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang sebagai komunikator dan dua orang komunikan (Effendi, 2003:62).

Didalam komunikasi antarpribadi, memahami diri pribadi merupakan suatu yang mendasar. Diri pribadi biasanya menjadi pusat dari proses komunikasi, dan dengan memahami diri pribadi, kita akan lebih memahami komunikasi yang kita lakukan. Upaya kita untuk memahami diri pribadi ini disebut persepsi dimana mealui indra yang kita miliki, kita menangkap informasi atas objek tertentu. Melalui alat pikiran dan logika kita mempresentasikan informasi yang telah kita peroleh melaui penginderaan. Proses ini memiliki subjektivitas tinggi dan beberapa kelemahan didalamnya. Persepsi memiliki sifat-sifat: pengalaman, selektif, penyimpulan, tidak akurat, dan evaluatif. Langkah pertama dalam persepsi adalah menyadari diri kita sendiri yaitu pengungkapan dan siapa kita ini. Beberapa elemen yang membentuk kesadaran diri yaitu konsep diri, self esteem, dan multiple selves. Sementara itu kesadaran diri juga merupakan proses yang akan terus berubah dan berkembang sepanjang hidup kita.

(26)

Aspek psikologi dari komunikasi antarpribadi menempatkan makna hubungan sosial kedalam individu, yaitu dalam diri partisipan komunikasi. Hal ini akan tampak jika kita melihat suatu hubungan dari sudut pandang kita sendiri, maka kita akan menyertakan semacam rasa memiliki ketika kita berfikir bahwa orang lain dan hubungan kita dengan orang tersebut seolah-olah milik kita. Suatu pemahaman psikologis terhadap komunikasi pribadi merupakan bagian penting dari pemahaman yang menyeluruh terhadap komunikasi antarpribadi. Beberapa persoalan dapat muncul dalam proses pemahaman oleh individu yang disebut juga sebagai proses antarpribadi ini. Fisher (1987:106) menyebutkan tiga diantaranya, yaitu: pertama, munculnya respon individu terbatas setelah kegiatan komunikasi. Kedua, ingatan atau persepsi individu dapat berubah setelah suatu tindakan komunikasi. Ketiga, individu sering mencampur adukkan hubungan antarpribadi dengan respon, emeosional mereka.

Hal terpenting dari lokus psikologi dalam komunikasi adalah asumsi bahwa diri pribadi individu terletak pada suatu tempat di dalam individu, dan tidak mungkin dapat diamati secara langsung. Dalam komunikasi antarpribadi, memahami diri pribadi merupakan suatu yang mendasar. Diri pribadi biasanya menjadi pusat dari proses komunikasi dan dengan memahami diri pribadi, kita akan lebih memahami komunikasi yang kita lakukan. Upaya kita untuk memahami diri pribadi ini disebut persepsi, dimana melalui indera yang dimiliki, kita menagkap informasi atas objek tertentu. Melaui alat fikiran dan logika kita mempresentasikan informasi yang telah kita peroleh melalui penginderaan. Proses ini memilki subjektivitas tinggi dan beberapa kelemahan didalamnya, dimana persepsi memiliki sifat-sifat seperti pengalaman, selektif, penyimpulan, tidak akurat, dan evaluatif.

Cassagrade, 1986 (Liliweri, 1991:48) berpendapat bahwa orang melakukan komunikasi dengan orang lain karena:

1. Interaksi hari ini merupakan spectrum pengalaman masa lalu, dan membuat orang mengantisipasi masa depan.

2. Setiap orang memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi kelebihan.

3. Setiap orang terlibat dalam proses perubahan yang relatif cepat.

(27)

Pendapat Cassarande diatas dapat diartikan bahwa keinginan berkomunikasi antarpribadi disebabkan karena dorongan pemenuhan kebutuhan yang belum, tidak dimilki seseorang sebelumnya atau belum layak dihadapannya (Liliweri, 1991:49)

Dalam komunikasi antarpribadi tidak hanya tertuju pada pengertian melainkan pada fungsi dan komunikasi antarpribadi itu sendiri. Adapun fungsi komunikasi antarpribadi ialah berusaha meningkatkan hubungan insan, menhindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagai pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain (Cangara,2005:56). Komunikasi antarpribadi dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan diantara pihak-pihak yang berkomunikasi. Melalui komunikasi antarpribadi juga kita dapat berusaha membina hubungan yang baik, sehingga menghindari dan mengatasi konflik-koflik yang muncul.

Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi.

(Liliweri, 1991:12) Mengemukakan bahwa pada hakekatnya komunikasi adalah komunikasi antar komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi antarpribadi yang dimaksudkan dalah suatu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat didalamnya saling mempengaruhi. Secara keseluruhan, komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang.

(Liliweri, 1991:45) Keberadaan interaksi dalam komunikasi antarpribadi menunjukkan bahwa komunikasi antarpribadi tersebut menghasilkan suatu umpan balik pada tingkat keterpengaruhan tersebut. Interaksi dalam komunikasi antarpribadi mengemukakan suatu perubahan pendapat, sikap, dan tindakan tertentu. Ada tiga faktor yang perlu diketahui tentang interaksi antarpribadi, yaitu:

1. Bagaimana ikatan-ikatan individu dengan organisasi sosial maupun politik yang menjadi affiliasi individu.

(28)

2.2.2.2 Ciri - Ciri Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi juga memiliki sifat beragam meliputi tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua orang merupakan komunikasi antarpribadi bukan komunikasi lainnya, sifat-sifat komunikasi antarpribadi itu adalah (Liliweri, 1991: 31):

1. Komunikasi antarpribadi melibatkan perilaku yang spontan, scripted, dan contrived. Perilaku spontan dalam komunikasi antarpribadi dilakukan secara tiba-tiba serta merta untuk menjawab suatu rangsangan dari luar tanpa terpikir terlebih dahulu. Bentuk perilaku scripted terjadi atas reaksi dari emosi terhadap pesan yang diterima jika pada taraf yang terus menerus dan akhirnya pada perilaku ini dilakukan karena dorongan faktor kebiasaan, perilaku contrived merupakan perilaku yang sebagian besar didasarkan pada pertimbanga kognitif.

2. Komunikasi antarpribadi melibatkan didalamnya perilaku verbal maupun nonverbal. Dalam komunikasi, tanda-tanda verbal diwakili dalam penyebaran kata-kata, pengungkapannya baik yang lisan dan tertulis. Sedangkan tanda-tanda nonverbal terlihat dalam ekspresi wajah, gerakan tubuh atau gesture. 3. Komunikasi antarpribadi sebagai suatu proses yang berkembang, komunikasi

antarpribadi tidak bersifat statis melainkan dinamis.

4. Komunikasi antarpribadi harus menghasilkan umpan balik, mempunyai interaksi dan koherensi.

5. Komunikasi antarpribadi biasanya diatur dengan tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Komunikasi yang bersifat intrinsik adalah suatu standard dari pelaku yang dikembangkan oleh seorang sebagai panduan bagaimana mereka meaksanakan komunikasi. Sedangkan ekstrinsik adalah adanya standar atau tata aturan lain yang ditimbulkan karean adanya pengaruh pihak ketiga atau pengaruh situasi dan kondisi sehingga komunikasi antarmanusia harus diperbaiki atau malah harusdihentikan.

(29)

7. Komunikasi antarpribadi menunjukkan adanya suatu tindakan. Jadi kedua pihak yang berkomunikasi harus sama-sama mempunyai kegiatan, aksi tertentu sehingga tanda bahwa mereka memang berkomunikasi.

Menurut Barnlund (Liliweri, 1991: 13), ada beberapa ciri yang biasa diberikan untuk mengenal komunikasi antarpribadi, yakni:

1. Komunikasi antarpribadi terjadi secara spontan. 2. Tidak mempunyai struktur yang teratur dan diatur. 3. Tidak mengejar tujuan yang direncanakan.

4. Terjadi secara kebetulan.

5. Identitas keanggotaannya kadang-kadang kurang jelas. 6. Bisa terjadi hanya sambil lalu saja.

Menurut De vito (Liliweri, 1991: 13) komunikasi antarpribadi mempunyai lima ciri sebagai berikut:

a. Keterbukaan (openness), kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima didalam menghadapi hubungan antarpribadi.

b. Empati (empathy), merasakan apa yang dirasakan orang lain.

c. Dukungan (supportiveness), situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif.

d. Rasa positif (positiveness), seseorang harus memiliki rasa positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.

e. Kesetaraan (equality), pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Readon, 1987 (Liliweri, 1991:13) juga mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi mempunyai paling sedikit enam ciri, yaitu:

1. Dilaksanakan karena adanya faktor pendorong.

2. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja. 3. Kerap kali berbalas-balasan.

4. Mempersyaratkan adanya hubungan (paling sedikit dua orang) antarpribadi. 5. Menggunakan berbagai lambang-lambang yang bermakna.

(30)

2.2.2.3 Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi memiliki tujuan agar komunikasi anatrpribadi tersebut dapat berjalan dengan baik. adapun tujuan komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut:

1. Menciptakan dan memelihara hubungan

Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan sehari-hari orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Dengan demikian banyak waktu yang di gunakan dalam komunikasi bertujuan untuk menciptakan dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan demikian mengurangi kesepian dan ketegangan serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita sendiri.

2. Mengenal diri sendiri dan orang lain

Salah satu cara mengenal diri sendiri adalah melaui komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri, dengan membicarakan diri kita sendiri kepada orang lain, kita akan mendapatkan perspektif baru tentang diri kita sendiri dengan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita. Pada kenyataannya, persepsi-persepsi diri kita sebagian besar merupakan hasil dari apa yang kita pelajari tentang diri kita sendiri dari orang lain melaui komunikasi antarpribadi.

3. Mengetahui dunia luar

Komunikasi antarpribadi memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik yakni tentang objek, kejadian-kejadian, dan orang lain. Banyak informasi yang kita miliki dengan interaksi antarpribadi.

4. Bermain dan mencari hiburan

Bermain mencakup semua kegiatan untuk mencari kesenangan. Pembicaraan-pembicaraan yang hampir sama merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh hiburan. Seringkali hal tersebut tidak dianggap penting, tapi sebenarnya komunikasi yang demikian dilakukan, karena memberikan suasana lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan, dan sebagainya.

5. Membantu orang lain

(31)

menyelesaikannya. Hal ini memperlihatkan bahwa tujuan dari proses komunikasi antarpribadi adalah membantu orang lain.

6. Mengubah sikap dan perilaku

Dalam komunikasi anatarpribadi sering kita berupaya menggunakan sikap dan perilaku orang lain, keinginan memilih suatu cara tertentu, mencoba makanan baru, membaca buku, berfikir dalam cara tertentu, dan sebagainya. Singkatnya, banyak yang kita gunakan untuk mempersuasi orang lain melalui komunikasi anatrpribadi (Widjaja, 2000:12).

2.2.2.4Proses Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi Antar Pribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Apabila kita perhatikan batasan Komunikasi Antar Pribadi dari Devito, maka kita dapat melihat elemen-elemen apa saja yang terkandung di dalamnya. Dengan menguraikan elemen-elemen yang ada itu, dapatlah diuraikan proses-proses Komunikasi Antar Pribadi, yaitu:

1. Adanya Pesan

Yang dimaksud dengan pesan adalah semua bentuk komunikasi baik verbal maupun non verbal. Bentuk pesan dapat bersifat:

a. Informatif: Memberi keterangan dan komunikan membuat persepsi sendiri.

b. Persuasif: Bujukan untuk membangkitkan pengertian, kesadaran, sehingga terjadi perubahan pada perdapat atau sikap.

c. Koersif: Memaksa dengan ancaman sanksi, biasanya berbentuk perintah.

2. Adanya Orang-Orang atau Sekelompok Kecil Orang-Orang

Yang dimaksud disini adalah bahwa apabila seseorang berkomunikasi, paling sedikit akan melibatkan dua orang, tapi mungkin juga akan melibatkan sekelompok kecil orang.

3. Adanya Penerimaan Pesan (komunikan)

(32)

komunikasi kita akan sukar atau tidak dapar diterima oleh orang tersebut. Dengan demikian Komunikasi Antar Pribadi tidak akan terjadi.

4. Adanya Efek

Dalam suatu komunikasi tentu akan terjadi beberapa efek. Efek mungkin berupa suatu persetujuan mutlak atau ketidak setujuan mutlak, atau mungkin berupa pengertian mutlak atau ketidak-mengertian mutlak pula. Dengan demikian sipenerima tentu akan terpengaruh pula oleh pengiriman pesan oleh komunikator.

5. Adanya Umpan Balik

Yang dimaksud dengan umpan balik adalah pesan yang dikirim kembali oleh si penerima, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Apabila komunikasi itu tatap muka, maka umpan balik bisa berupa kata-kata, kalimat, gerakan mata, senyum, anggukan kepala atau gelengan kepala. Konsep umpan balik ini dalam proses Komunikasi Antar Pribadi amat penting, karena dengan terjadinya umpan balik, komunikator mengetahui apakah komunikasinya berhasil atau gagal, dengan kata lain apakah umpan baliknya itu positif atau negatif.

Kelima hal diatas saling berhubungan dan bila salah satu diantaranya terlupakan, maka dapat mengakibatkan komunikasi berjalan lambat. Dengan begitu, tujuan pesan terhambat atau bahkan dapat mengakibatkan tidak tercapainya sasaran seperti yang diharapkan komunikator.

2.2.2.5 Faktor - Faktor Yang Menumbuhkan Hubungan Antarpribadi Dalam Komunikasi Antar Pribadi

Pola-pola komunikasi antarpribadi mempunyai efek yang berlainan pada hubungan antarpribadi. Komunikasi antarpribadi yang efektif bukan karena komunikasi tersebut sering dilakukan tetapi bagaimana komunikasi itu dilakukan. Dalam komunikasi antar pribadi ada beberapa faktor yang mempengaruhi hubungan anatrpribadi (Rakhmat, 2007:129), yaitu:

1. Percaya

(33)

dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko. Definisi ini menyebutkan tiga unsur percaya:

a. Orang-orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa akibat-akibatnya bergantung pada orang lain.

b. Orang-orang yang menyakini bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya.

c. Ada situasi yang menimbulkan resiko. Bila orang menaruh kepercayaan kepada seseorang, ia akan menghadapi resiko. Bila tidak ada resiko, percaya itu tidak diperlukan.

2. Sikap Suportif

Adalah sikap yang mengurangi sikap depensisif dalam komunikasi. Orang bersikap depensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Jack R. Gibb, 1961 (Rakhmat,2007:130) menyebutkan enam perilaku yang menimbulkan perilaku suportif:

a. Deskripsi artinya penyampaian perasaan dan persepsi yang dimiliki tanpa menilai.

b. Persamaan artinya adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis. Dalam persamaan seseorang tidak mempertegas persamaan.

c. Orientasi masalah. Dalam orientasi masalah artinya mengajak orang lain bersama-sama untuk menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana mencapainya.

d. Spontanitas artinya sikap jujur dan tidak memiliki motif yang terpendam. e. Empati artinya menempatkan diri kita pada posisi orang lain; kita ikut

serta secara emosional dan intelektual dalam pengalaman orang lain. Tanpa empati, orang seakan-akan “mesin” yang hampa perasaan dan tanpa perhatian.

(34)

3. Sikap terbuka

Sikap terbuka sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi anatarpribadi yang efektif. Beberapa karakteristik orang yang bersikap terbuka yaitu (Rakhmat, 2007:131):

a. Menilai secara objektif, dengan menggunakan data dan logika. b. Membedakan dengan mudah, melihat nuansa, dan sebaginya. c. Berorientasi pada isi.

d. Mencari informasi dari berbagai sumber.

e. Lebih bersifat professional dan bersedia mengubah kepercayaannya.

f. Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya.

Bila dikaitkan dengan penelitian ini, komunikasi antarpribadi berarti komunikasi yang dilakukan oleh pembimbing kepada siswi-siswi yang dibimbing dalam kegiatan bimbingan (konseling) publik speaking (muhadoroh). Komunikasi antarpribadi yang terjadi antara pembimbing dengan siswi yang dibimbing adalah ketika pembimbing menyampaikan materi-materi tentang public speaking, memberikan motivasi tips dan saran kepada siswi secara tatap muka.

2.2.3 Pembimbing

2.2.3.1 Definisi Pembimbing

Begitu banyak definisi-definisi bimbingan menurut para ahli namun terdapat juga unsur yang menunjukan kesamaan. Berbagai definisi pembimbing menurut para ahli diantaranya, adalah:

a. Menurut Miller (1961) dalam Surya (1988), menyatakan bahwa pembimbing adalah individu yang membantu individu lain untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri yang dibutuhkan secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madarasah), keluarga, dan masyarakat.

(35)

pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri (M. Tohirin 2008:17).

c. Menurut Smith dalam McDaniel (1959), pembimbing adalah seseorang (individu) yang memberikan layanan kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan interpretasi-interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik (Prayitno & Erman Amti 1994:94).

d. Pembimbing adalah seorang ahli yang memberi bantuan kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang-orang tersebut dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku (Prayitno & Erman Amti 1994:99)

Dari berbagai definisi di atas dapat kita tarik kesimpulan sederhana tentang pengertian pembimbing yakni, pembimbing adalah seseorang yang memiliki kepribadian baik dan pendidikan yang memadai (pengetahuan luas) serta memberikan bantuan kepada individu atau kelompok secara tatap muka, sistematis dan berkesinambungan untuk mengatasi kesulitan atau masalah-masalahnya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dalam mengatasi pemecahan masalahnya.

2.2.3.2 Sayarat-Syarat Untuk Seorang Pembimbing

Supaya pembimbing dapat menjalankan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya, maka pembimbing harus memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu:

a. Seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas, baik dari segi teori maupun dari segi praktik. Segi teori merupakan hal yang penting karena segi inilah yang menjadi landasan didalam praktik. Praktik tanpa teori merupakan praktik yang ngawur. Segi praktik sangatlah perlu dalam bimbinganan.

(36)

c. Seorang pembimbing harus sehat jasmani dan psikisnya. Apabila jasmani dan psikis tidak sehat maka hal itu akan mengganggu dalam menjalankan tugasnya.

d. Seorang pembimbing harus mempunyai kecintaan terhadap pekerjaannya dan juga terdapat anak dan individu yang dihadapinya.

e. Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang baik sehingga usaha bimbingan dapat berkembang ke arah keadaan yang lebih sempurna untuk kemajuan sekolah.

f. Karena bidang gerak dari pembimbing tidak terbatas pada sekolah saja, maka seorang pembimbing harus supel, ramah tamah, dan sopan santun di dalam segala perbuatannya sehingga pembimbing dapat bekerja sama dan memberikan bantuan secukupnya untuk kepentingan anak-anak.

g. Seorang pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang dapat menjalankan prinsip-prinsip, serta kode etik bimbingan sebaik-baiknya.

Bila dikaitkan dengan penelitian ini, pembimbing adalah siswi kelas dua Aliyah yang memiliki wawasan yang luas dan pengalaman yang cukup dalam berpidato. Anggapan ini berdasarkan kepada pengalaman mereka selama empat tahun mengikuti kegiatan publik speaking (muhadoroh) di pesantren. Sehingga mereka bisa membimbing siswi-siswi mengenai pidato.

2.2.4 Publik Speaking

2.2.4.1 Pengertian Publik Speaking

Terdapat beberapa definisi Publik Speaking menurut beberapa ahli, diantaranya adalah (Hidajat, 2006:19):

a. Menurut James H. McBurney dan Ernest J. Wrage Publik speaking sebagai komunikasi gagasan dan perasaan dengan menggunakan lambang-lambang yang terlihat dan terdengar berasal dari pembicara itu yang berkenaan pemikiran dan gagasan, dengan menggunakan lambing-lambang-suara, kata-kata, perubahan nada, isyarat.

(37)

c. Menurut Onong Uchjana effendi, dalam Hubungan Masyarakat-Suatu Studi Komunikologis, “Pidato, dalam pengertian sempit adalah seni berbicara di depan umum atau publik. Pidato tidak hanya merupakan paparan informatif yang berisi keterangan atau penjelasan, tetapi persuasive, yakni mengandung ajakan atau bujukan sehingga para hadirin tergerak hatinya untuk melaksanakannya”.

d. Menurut David zarefsky, dalam Publik Speaking: Strategies for Success: “Publik speaking is a continuous communication process in which messages and signals circulate back and forth between speakers and listeners” (pembicaraan didepan umum adalah sesuatu proses komunikasi yang bersinambungan dalam mana pesan dan lambang bersirkulasi ulang secara terus menerus antara pembicara dan pendengar.

Dari beberapa definisi atau pengertian mengenai publik speaking tersebut diatas, dapat dipahami bahwa publik speaking merupakan seni berbicara didepan umum di mana suatu komunikasi lisan yang efektif berlangsung secara berkesinambungan dalam mana pesan dan lambang bersirkulasi ulang secara terus menerus antara pembicara dan pendengar dengan maksud agar pendengar berpikir, merasakan, dan bertindak sesuai dengan yang diharapkan oleh pembicara.

Ada tiga unsur dalam Publik speaking (Suhandang, 2009: 52) yaitu: 1) Pembicara

Pembicara merupakan pusat transaksi. Pembicara bertindak sebagai komunikator tampil sebagai sentral kegiatan yang menggambarkan terpusatnya jiwa para hadirin dengan “memandang” si pembicara tampil sebagai alasan hadirin. Pembicara dituntut untuk bisa menggunakan teknik dan taktik komunikasinya agar tujuan pidatonya tercapai. Dengan cara mengenali “selera” audiensnya sehingga dapat mengemas pesan yang bisa memikat hati hadirin, dalam arti mau dan mampu memahami maksud pembicara dan mengerti akan manfaat isi pidatonya bagi kehidupan mereka.

2) Pesan

(38)

3) Audiens

Para pendengar atau hadirin (audiens) yang terlibat dalam proses kegiatan publik speaking pada hakikatnya merupakan insane-insan yang jelas masing-masing berbeda dan memiliki kekhasan sendiri. Masing-masing pendengar dimaksud masuk dalam situasi publik speaking dengan berbagai maksud, berbeda motif, berlainan harapan, berbeda pengetahuan, dan berlainan sikap, kepercayaan dan nilai. Konsekuensinya, masing-masing pendengar akan memandang penampilan dan pidato itu sedikit berbeda satu dengan yang lain. Adapun maksud prinsipil tiada lain adalah mengubah “iklim” pertemuan menuju arah yang lebih baik, sesuai dengan “iklim” yang diinginkan pembicaranya.

2.2.4.2 Teknik Berbicara Di Depan Umum

Menurut beberapa pakar publik speaking, antara lain Dale Carnegie, H.N. Casson, Stuart Turner, David Zarefsky, Hamilton Gregory, Larry King, seorang pembicara yang baik di depan umum harus memperhatikan hal-hal dibawah ini (Hidajat, 2006:90) :

a. Pendekatan Dan Permulaan

Apabila anda dipersilahkan untuk berbicara, tinggalkan tempat duduk tanpa melihatnya lagi atau berkomat-kamit, berjalan dengan percaya diri menuju mimbar. Pergunakan waktu berdiri sejenak dengan sangat tenang (suasana hening ini adalah merupakan waktu yang baik untuk meletakkan catatan anda dan mendapatkan kalimat pertama yang meyakinkan untuk diucapkan), dan kemudian lihatlah langsung ke pendengar anda begitu mulai berbicara.

b. Mengatasi Kegugupan Dan Demam Panggung

Bangunlah sikap positif mengenai diri anda sendiri, pembicaraan anda, dan pendengar anda. Jadi, anda harus percaya diri (self-confidence). Berdirilah dengan tegak dan rasa enak, tenang, dan selalu perhatian kepada pendengar. Hindarkan bersandar pada podium atau duduk membungkuk di kursi.

c. Membuat Ketertarikan Pendengar

Orang menyukai pembicaran yang menarik. Pendengar akan sangat terkesan dan memberikan penghargaan kepada pembicara karena ucapannya.

(39)

Ucapkan kata-kata dengan jelas dan bicara dengan suara yang cukup kuat agar semua pendengar dapat mendengar suara Anda dengan jelas. Bicara secara tepat-tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat- memudahkan pendengar untuk menerima ide Anda.

e. Mempercayai Kemampuan Anda

Anda harus menghilangkan semua keraguan mengenai kemampuan yang anda miliki untuk maju. Segala hal yang telah dilakukan oleh orang lain, yang kemampuannya sama dengan anda, atau bahkan apabila anda merasa lebih mampu dari orang lain itu, dapat juga anda lakukan. Anda harus harus belajar bagaiman mengatur dan menguasai para pendengar. Mahir berbicara di depan umum membutuhkan keahlian dan latihan.

f. Memperbanyak Perbendaharaan Kata-kata

Pengusaan perbebdaharaan kata-kata yang banyak dan pemilihan kata-kata yang tepat akan mampu meningkatkan kelancaran dan ketepatan bicara. Kemampuan berpikir juga kan berkembang dengan ilustrasi-ilustrasi yang menyegarkan. Isi pembicaraan bertambah variatif sehingga tidak membosankan.

g. Memberi Tekanan Dalam pembicaraan Dan Bersemangat (Enthusiasm)

Semua gerakan anda-mata (eye contact), eksperesi wajah, gerakan tubuh, suara-haruslah Anda tunjukkan dengan penuh semangat kepada pendengar anda. Anda harus selalu tampak penuh perhatian dalam mengkomunikasikan ide Anda.

h. Menepati Waktu

Rentetan kata yang meluncur bertubi-tubi atau bertele-tele tanpa mengingat terbatasnya waktu bukanlah suatu pembicaraan dalam arti professional. Berbicaralah singkat, tetapi padat, dan tepat.

i. Memiliki Kelancaran Berbicara Dan Rasa Humor

Kelancaran merupakan hal yang terpenting untuk berbicara secara efisien. Seseorang yang mempunyai pengalaman, imajinasi, teknik berbicara dan suara yang baik, dan rasa humor, tetapi jika tidak memiliki kelancaran akan menghambat dirinya sebagai seorang pembicara. Untuk berbicara dengan lancar, anda harus berbicara dengan santai, rileks, dan tidak kaku.

(40)

yang efektif harus ada unsur sedikit humor, yaitu sesuatu yang lucu atau yang menggelikan hati sehingga menimbulkan tertawa.

j. Berbicaralah Dengan Menyenangkan

Apabila tenggorokan terasa kering, minumlah sebelum Anda dipersilahkan untuk berbicara. Tetapi, usahakan jangan minum selama dalam pembicaraan tersebut. jika anda berkeringat dan Anda memerlukan untuk mengelapnya, gunakanlah sapu tangan Anda, dan jangan menggunakan serbet kertas (tissue paper) yang tampaknya kurang pantas untuk diperlihatkan di depan pembicaraan yang resmi.

k. Berbicaralah Dengan Wajar

Jangan bersikap berlebihan, sombong, atau menganggap diri Anda paling penting dan paling mengetahui permasalahannya.

l. Menggerakkan Tubuh Secara Alamiah

Apabila hal ini sesuai, gunakan gerakan isyarat mengikuti kata-kata anda. Biarkan gerakan ini secara alami dan anggun (gracefully), sehingga dapat membantu member tekanan pada pengertian apa yang anda ucapkan, tanpa mengalihkan pesan anda.

m. Memakai Pakaian Yang Serasi

Pepatah memngatakan bahwa pakaian mencerminkan kepribadian seseorang. Pendengar akan menaruh hormat (resfect) terhadap pembicara yang memakai pakaian yang serasi dalam hal potongan, warna, ikat pinggang, sepatu, dasi atau scraft, dan sebagainya.

n. Menggunakan Catatan Kecil

Liriklah catatan-catatan kecil (speaking notes) seperlunya untuk memindahkan pembicaran pada bagian berikutnya.

o. Penutupan Dan Pengakhiran

(41)

2.2.4.3 Fungsi Publik Speaking

Pada hakikatnya fungsi publik speaking dan komunikasi adalah sama karena publik speaking sebagai alat komunikasi. Seorang individu yang ingin menyampaikan pesan kepada individu lain pasti menggunakan lambang-lambang yang berarti itulah komunikasi dengan segala prosesnya. Ada unsur yang menyampaikan, ada isi pesan dan ada yang alat bantu atau media yang dipakai untuk menyampaikannya.

Kehidupan manusia umumnya diliputi oleh proses komunikasi. Publik speaking sebagai alat dan metode komunikasi sudah mulai dikenal dan berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.

Fungsi Publik speaking yakni:

1. Menyampaikan informasi (to inform)

Yakni kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data, fakta dan pesan, opini dan komentar, sehingga orang bisa mengetahui keadaan yang terjadi diluar dirinya.

2. Pendidikan (to educate)

Membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan secara formal di sekolah maupun diluar sekolah. Juga meningkatkan kualitas penyajian materi yang baik, menarik, dan mengesankan.

3. Menghibur (to intertaint)

Media massa telah banyak menyita waktu luang semua golongan usia dengan difungsikannya sebagai alat hiburan dalam rumah tangga.

4. Mempengaruhi orang lain.

Mendorong orang lain untuk mengikuti keinginan komunikator.

2.2.5 Kepercayaan Diri 2.2.5.1 Pengertian Percaya Diri

(42)

Ada satu pendapat tentang bicara didepan publik atau pidato yang dituangkan dalam sejumlah buku. Pendapat ini mengatakan, bahwa kita bisa menjadi pembicara yang terampil, kalau kita yakin bahwa kita cukup percaya diri, dan cukup melakukan latihan. Rasa percaya diri dan ketenangan merupakan hasil pengembangan ejumlah keahlian untuk menyelesaikan sebuah tugas dengan sukses.

Terdapat beberapa definisi kepecayaan diri menurut beberapa ahli (dalam buku Amitya Kumara, 1988) diantaranya adalah:

a. Menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling (2005:87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan.

b. Lauster menyatakan bahwa pada dasarnya, kepercayaan diri merupakan salah satu dari sifat kepribadian manusia yang sangat menentukan. Pada dasarnya kepercayaan diri tidak mudah untuk diubah tetapi bukan berarti pula untuk tidak dapat diperbaiki.

c. Menurut James O Lugo, kepercayaan diri merupakan ciri orang yang kreatif dan biasanya orang tersebut mendapatkan self assurance “keyakinan pada kemampuan sendiri”. Rasa percaya diri adalah dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri.

d. Gilmer menyatakan bahwa kepercayaan diri berkembang melalui self understanding “pemahaman diri” dan berhubungan dengan kemampuan bagaimana kita belajar menyelesaikan tugas di sekitar kita, terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru dan suka menghadapi tantangan. Dubrin menyatakan bahwa kepercayaan diri dari keyakinan akan kemampuan dan kondisi yang ada pada individu itu sendiri. Kepercayaan diri diperlakukan untuk menghadapi sejumlah situasi dengan tenang dan terarah sehingga tekanan psikologis dapat teratasi.

2.2.5.2 Gejala-Gejala Tidak Percaya Diri Saat Berpidato

(43)

a. Detak jantung yang semakin cepat.

b. Lutut gemetar, membuat sulit berdiri atau berjalan menuju mimbar, atau sulit berdiri tenang didepan audiens.

c. Suara yang bergetar, seringkali disertai mengejangnya otot tenggorokan, atau terkumpulnya lender ditenggorokan.

d. Gelombang hawa panas, atau perasaan seperti akan pingsan. e. Kejang perut, kadang-kadang disertai rasa mual.

f. Hiperventilasi, yaitu termasuk kesulitan untuk bernapas. g. Mata berair atau hidung berlendir.

Gejala-gejala yang masuk dalam kategori kedua terkait dengan proses mental, dan umumnya terjadi selama pembicara tampil, diantaranya:

a. Mengulang kata, kalimat, atau pesan, sehingga pembicara terdengar seperti radio rusak

b. Hilang ingatan, termasuk ketidakmampuan pembicara untuk mengingat fakta atau angka secara tepat, dan melupakan hal-hal yang sangat penting

c. Bentuk-bentuk kekacauan umum yang lain seperti gugup atau tersendat-sendat saat berbicara

d. Tersumbatnya pikiran, yang membuat pembicara, tidak tahu apa yang harus diucapkan selanjutnya.

Gejala fisik dan mental biasanya disertai atau diawali dengan sejumlah gejala emosional, termasuk:

a. Rasa takut yang bahkan bisa muncul sebelum tampil. b. Rasa tidak mampu.

c. Rasa kehilangan kendali.

d. Rasa tidak berdaya, seperti seorang anak yang tidak mampu mengatasi masalah.

e. Rasa malu. f. Panik.

(44)

Ketika kelompok gejala diatas bisa saling berinteraksi. Rasa ngeri yang muncul saat pembicara duduk dan menunggu giliran untuk berbicara, bisa menyebabkan jantung berdetak cepat tanpa kendali. Detak jantung yang tanpa kendali, bisa membuat pembicara merasa lebih gugup, sehingga tenggorokan mulai menegang. Gejala-gejala fisik tersebut kemudian mengganggu konsentrasi pembicara, sehingga bicaranya menjadi kacau. Ketika pembicara berusaha dengan susah payah untuk menemukan kata-kata, mengulang kalimat, atau kehilangan ide, rasa malu dan rasa kehilangan kendali bisa muncul dengan sangat mudah.

Gejala fisik berupa sikap gugup, meskipun hanya sesaat, bisa mempengaruhi seorang pembicara ulung sekalipun; orang-orang yang biasanya mampu berbicara dengan teratur, bisa saja tiba-tiba diserang lupa ingatan. Tetapi, seorang pembicara yang ulung dan berpengalaman biasanya tahu, bagaimana mengembalikan kontrol, mengatasi rasa gugup, dan menutupi fakta, bahwa ingatannya meskipun sekejap pernah hilang.

2.2.5.3 Sebab-Sebab Tidak Percaya Diri Saat Berpidato

Orang mengalami ketakutan (tidak percaya diri) saat berpidato karena beberapa hal Yaitu:

1. Tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tidak tahu bagaimana memulai pembicaraan. Tidak dapat memperkirakan apa yang diharapkan pendengar (audiens).

2. Orang tidak percaya diri saat tampil didepan publik karena ia tahu ia akan dinilai. Berhadapan dengan penilaian membuat orang nervous.

3. Rasa tidak percaya diri dapat menimpa bukan pemula, bahkan mungkin orang-orang yang terkenal sebagai pembicara yang baik. Ini terjadi bila pembicara berhadapan dengan situasi yang asing dan ia tidak siap.

(45)

2.2.6 Model Teoritik

Dari hasil wawancara dan observasi maka dapat digambarkan dalam teori tersebut

Gambar 3.1.

Model Kerangka Analisis Peranan Pembimbing Kegiatan Publik Speaking (Muhadoroh) Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswi

Gambar 3. Kerangka Analisis Sumber: Modifikasi Peneliti

Kegiatan Publik Speaking (muhadoroh)

Siswi Pembimbing

Komunikasi kelompok kecil

Komunikasi antarpribadi

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Latar belakang sejarah

Allah SWT berfirman: “Allah akan meningkatkan dan meninggikan derajat orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan.” (Al-Mujadalah:11). Sabda Rasullah SAW: “Barang siapa ingin memperoleh kebahagian didunia maka ia haruslah menguasai ilmu pengetahuan dan barang siapa hendak memperolah kebahagiaan akhirat haruslah menguasai ilmu pengetahuan dan barang siapa hendak memperoleh keduanya haruslah dengan ilmu pengetahuan” (Al-Hadist).

Berpegang dari ayat diatas serta sejalan dengan Program Pemerintah untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya, Taman Pendidikan Islam yang didirikan pada tanggal 01 Mei 1950 di Medan. Keberadaan Pesatren ini ditengah-tengah masyarakat turut berpartisipasi dalam mengisi kemerdekaan dengan merealisasikan falsafahnya yaitu TRI PROGRAM KARYA (Tabligh Karya Penerangan), (Pendidikan Pengajaran), (Kebudayaan dan Ibadah Sosial) dan untuk mewujudkan Tri Program Karya ini khususnya dalam bidang pendidikan pengajaran, maka sejak tahun 1953, Pimpinan TPI telah berupaya membangun sarana/fasilitas guna terlaksananya proses pendidikan dan pengajaran khususnya Pondok Pesantren Modern Darul Hikmah sebagai salah satu unit Taman Pendidikan Islam.

(47)

3.1.2 Visi Pesantren

Pondok Pesantren Modern Darul Hikmah Taman Pendidikan Islam (PPMDH TPI) mempunyai misi yaitu: “Untuk membina dan mendidik manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, agar menjadi tenaga pembangunan masyarakat yang beraklakul karimah, berjiwa pemimpin, mandiri, dan bertanggung jawab serta mampu menghadapi tantangan dan problematika kehidupan baik duniawiyah maupun ukrowiyah.”

3.1.3 Misi Pesantren

1.1Menunaikan tuntutan agama Islam

1.2Menumbuh kembangkan penghayatan dan pengalaman terhadap nilai-nilai ajaran Islam

1.3Melahirkan ulama/cendikiawan Islam 1.4Melahirkan kader-kader pemimpin umat

1.5Melaksanakan dakwah secara lisan maupun tulisan sampai ke desa-desa dan tempat-tempat terpencil

1.6Meningkatkan mutu pembelajaran secara efektif 1.7Meningkatkan kurikulum berbasis kompetensi 1.8Meningkatkan kegiatan ekstrakulikuler

1.9 Menerapkan manageman berbasis sekolah

Dengan demikian misi dari PPMDH TPI ini untuk tercapainya penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas tinggi dari berbagai jenis dan jenjang berdasarkan Islam yang dilandasi oleh Tri Azimah Karya, melalui Tri Program Karya untuk mencapai Tri Bakti Karya.

I. TRI AZIMAH KARYA

1. ILMIAWAN : Orang-orang yang berilmu

2. ‘AMALIAWAN : Orang-orang yang beramal, berdaya cipta, berkreativitas

3. MAALIAWAN : Orang-orang yang dermawan, berharta, bermoda/maal II. TRI PROGRAM KARYA

1. T: Tabligh

Gambar

Gambar 3. Kerangka Analisis

Referensi

Dokumen terkait