• Tidak ada hasil yang ditemukan

NAMA SISWI : Khairunisah Rambe KELAS : 2 Tsanawiyah

Khairunisah Rambe adalah informan tambahan yang pertama peneliti wawancarai. Proses wawancara dengan Nisa begitu ia dipanggil teman-temannya pada tanggal 26 April 2013. Proses wawancara dilakukan di aula pesantren pada pukul 15.00 WIB. Nisa adalah siswi kelas 2 SMP yang berwajah oriental, berkulit putih dan memiliki sepasang lesung pipi yang membuat Nisa terlihat tambah cantik saat tersenyum. Nisa sangat aktif dan antusias mengikuti kegiatan ekstrakulikuer yang ada dipesantren. Nisa sangat bersyukur masuk ke pesantren karena di pesantren ia mendapat banyak teman dan dapat melatih hidup mandiri. Nisa adalah gadis yang

sangat ramah, dan mudah bergaul. Ini terbukti saat proses wawancara ia begitu ramah menyapa teman-temannya.

Bagi Nisa sikap percaya diri saat berpidato sangat penting. Karena tanpa rasa percaya diri saat berpidato maka pembicara akan terlihat tidak berwibawa dimata audiens dan dianggap tidak memiliki persiapan yang cukup sebelum tampil. Nisa juga menambahkan bahwa tanpa rasa percaya diri saat tampil berpidato maka pembicara terlihat seperti seorang pesakitan yang hanya akan mengundang rasa iba audiens terhadap dirinya.

“Pentinglah, karna kan kalau gak percaya diri jadinya sikap kita aneh waktu pidato.”

Menurut Nisa kakak pembimbing sangat berperan dalam meningkatkan rasa percaya dirinya untuk tampil berpidato. Hal ini dikarenakan kakak pembimbing yang mengajarkan cara-cara berpidato yang baik dan sering memberikan masukan dan motivasi kepada Nisa. Kakak pembimbing yang membantu Nisa untuk kuat dan mau belajar lagi untuk memperbaiki kesalahan yang pernah ia lakukan.

Nisa bercerita bahwa ia memiliki pengalaman yang buruk saat tampil berpidato. Malam itu kelompoknya yang mendapat giliran maju tampil berpidato. Nisa mendapat giliran kedua. Waktu itu Nisa merasa sangat takut sehingga ia sama sekali lupa materi pidato yang sudah ia hapal selama seminggu. Akhirnya Nisa hanya bisa terdiam seribu bahasa. Sehingga keadaan ini mengundang tawa teman-temannya. Setelah Nisa dipersilahkan duduk kembali oleh moderator. Nisa hanya bisa menangis karena malu dengan sikapnya yang mengundang tawa teman-teman. Tetapi kakak pembimbing tetap member semangat kepada Nisa bahwa semua yang benar pasti dimulai dari salah terlebih dahulu.

“Ukhti banyak jasa sama Nisa, Ukhti yang sering ngasih motivasi Nisa biar Nisa gak malu lagi waktu pidato.”

Sebelum tampil berpidato ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Menurut Nisa beeberapa hal yang biasa Nisa lakukan sebelum tampil berpidato adalah mempersiapkan bahan atau materi pidato. Biasanya Nisa membuat konsep-konsep yang jadi pokok bahasannya dengan begitu ia tidak bingung lagi mau biacara apa kepada audiens. Nisa juga tidak lupa memilih topik yang menarik agar audiens merasa terhibur dengan materi pidato yang ia sampaikan. Nisa juga membuat catatan kecil sebagai acuan bagi Nisa saat berpidato agar topik yang dibicarakan tidak keluar

dari jalur pembicaraan, latihan yang cukup serta mengikuti arahan-arahan yang diberikan pembimbing saat latihan.

“Sebelum tampil Nisa siapkan materi pidato dulu trus latihan gak lupa juga ngikutin saran-saran yang dikasih ukhti waktu bimbingan.”

Persiapan sudah dilakukan. Arahan-arahan telah diberikan oleh pembimbing. Tetapi saat akan tampil berpidato sedikit banyaknya masih ada juga perasaan kurang percaya diri. Berdasarkan penuturan Nisa ini sesuatu yang wajar. Semua orang pasti merasakan hal seperti ini juga. Kembali kepada individu masing-masing bagaimana menyikapi rasa tidak percaya diri tersebut. Biasanya jika rasa kurang percaya diri itu muncul dalam diri Nisa saat akan tampil berpidato. Maka Nisa segera melakukan tips yang sering dikatakan ukhti saat bimbingan yaitu harus berpikiran positif. Nisa membanyangkan bahwa teman-temannya sebagai audiens akan senang dengan penampilannya dan mereka akan bertepuk tangan dengan semangat saat Nisa mengakhiri pidatonya. Dengan berpikir positif maka hasilnya juga akan positif.

“Berpikiran positif aja. Kalau mikir positif kan hasilnya positif.”

Nisa sangat dekat dengan pembimbing sehingga saat tidak dalam kegiatan bimbinganpun Nisa sering berkomunikasi dengan pembimbing. Menurut Nisa pembimbing sangat perhatian dan bisa menjadi kakak juga teman bagi Nisa. Jika ada masalah Nisa sering cerita kepada pembimbing. Karena menurut Nisa pembimbing bisa member solusi yang tepat. Saat Nisa merasa takut dan kurang percaya diri untuk tampil berpidato malam ini misalnya. Nisa akan segera menemui pembimbing dan menceritakan perasaannya kepada pembimbing. Setelah cerita menurut Nisa perasaan takut dan kurang percaya diri untuk tampil berpidato biasanya akan berkurang karena dorongan semangat dan motivasi yang diberikan pembimbing.

“Sering la cerita, nanyak-nanyak trus dikasih saran sama ukhti.”

Menurut pengakuan Nisa ada beberapa hal yang membuat seseorang tidak percaya diri saat berpidato. Salah satu diantaranya adalah tidak adanya persiapan untuk tampil berpidato. Persiapan disini mkasudnya adalah bahan atau materi yang akan disampaikan. Bila pembicara tidak menyiapkan materi pidato jauh-jauh hari sebelum tampil sudah dapat dipastikan ia tidak akan menguasai materi yang disampaikan. Dengan demikian ia tidak tahu informasi apa yang akan ia sampaikan kepada audiens. Dengan banyak mengungkapkan fakta-fakta dalam materi pidato maka kita sebagai pembicara akan terkesan banyak memiliki pengetahuan dan pidato

kita bermanfaat menambah pengetahuan audiens dengan informasi yang kita sampaikan.

“Pasti gak percaya diri kalau mau tampil tapi gak ada nyiapkan materi pidato.”

Kegiatan bimbingan public speaking (muhadoroh) terdiri dari beberapa kelompok. Pembagian kelompok ini bertujuan agar proses pengajaran lebih efektif. Dalam satu kelompok terdiri dari Sembilan sampai sepuluh orang dengan satu orang pembimbing. Sehingga komunikasi dan perhatian yang dilakukan oleh pembimbing saat mengajar bisa lebih dalam kepada adik-adik bimbingannya. Tidak hanya itu, Menurut Nisa teman-teman satu kelompoknya juga sering membantunya dalam proses belajar. Saat latihan pidato ada teman yang memberi saran kepada Nisa. Teman-teman satu kelompok Nisa suka memberikan masukan yang membangun kepada teman-teman yang lain.

“Kayak kemaren Lilis ngajarin Nisa, Lilis bilang kalau pidato tentang agama jangan baca artinya aja tapi ayatnya juga biar lebih mantap, gitu kata Lilis.” Menurut Nisa gejala yang sering ia rasakan saat tidak percaya diri tampil didepan umum adalah ia merasakan perutnya tiba-tiba terasa sakit dan dada berdegup lebih cepat. Kedua gejala ini selalu Nisa rasakan ketika ia merasa tidak siap untuk tampil berpidato. Tetapi menurut Nisa gejala ini biasanya ia rasakan sebelum ia naik podium. Setelah Nisa naik ke podium biasanya gejala tersebut akan hilang dengan sendirinya.

“deg-degan, tiba-tiba perutnya mules.”

INFORMAN 2

NAMA SISWI : Sri Mani KELAS : 1 Tsanawiyah

Proses wawancara dengan Sri Mani berlangsung pada hari Jum’at tanggal 26 April setelah proses wawancara dengan Khairunisah selesai. Sri Mani informan tambahan kedua yang peneliti wawancarai. Sri adalah nama pangggilannya. Sri berkulit sawo matang, dan bermata bulat dan sehari-harinya Sri senang memakai gamis yang membuat ia terlihat tambah anggun. Sri adalah anak yang agak pendiam bila belum kenal dengan seseorang. Tapi setelah peneliti ajak cerita terlebih dahulu

sebagai tahap perkenalan, Sri ternyata anak yang asyik diajak berbicara. Meskipun baru satu tahun berada dipesantren namun Sri tampak mahir berkomunikasi dengan bahasa Arab dengan teman-temannya.

Sikap percaya diri wajib dimiliki seorang pembicara dalam menyampaikan pidatonya. Menurut Sri sikap percaya diri yang membuat pembicara tidak tertekan saat berpidato. Dan sikap percaya diri juga akan lebih membuat pembicara lebih mampu menguasai panggung (podium). Dengan penguasaan panggung maka pembicara dapat dengan tenang menyampaikan pesan kepada audiens sehingga apa yang ingin disampaikan pembicara dapat dimengerti dengan jelas oleh audiens.

“Penting, karna kalau gak pede pasti gugup jadi pendengarnya gak ngerti omongan kita.”

Kakak pembimbing kegiatan muhadoroh sangat membantu Sri dalam memahami teknik-teknik berpidato yang baik. Mulai dari penggunaan bahasa yang tepat saat pidato, sikap dan vokal saat pidato. Semua itu Sri dapatkan dari kakak pembimbing. Menurut Sri, satu tahun yang lalu ia sama sekali tidak mengerti cara berpidato. Di sekolah dasar Sri tidak mendapatkan ilmu tentang pidato dari gurunya. Pertama kali mengikuti kegiatan muhadoroh ia sangat takut karna ia tidak paham tentang pidato dan ia masih sangat awam tentang pidato. Tapi sekarang satu tahun dipesantren dengan bimbingan dan arahan dari kakak pembimbing, Sri bisa tampil percaya diri. dengan memahami dan mempraktekkan apa yang diajarkan kakak pembimbing ia jadi lebih percaya diri saat berpidato.

“Ukhti ngajarin semua cara pidato. Tinggal praktekkan yang dijarin ukhti jadi percaya diri karna udah ngerti.”

Ada beberapa hal yang harus disiapkan sebelum maju utuk tampil sebagai pembicara. Menurut Sri Persiapan yang harus dilakukan adalah menyiapkan materi dan yang paling penting harus banyak berlatih sebelum tampil berpidato. Karena dengan sering berlatih kita bisa tampil maksimal saat berpidato. Sri sangat menjunjung tinggi pribahasa yang mengatakan ala bisa karna biasa. Tanpa sering latihan kita akan merasa canggung dan malu ketika tampil berpidato.

“Sering-sering latihan biar gak gugup waktu tampil.”

Terkadang perasaan tidak percaya diri hadir meskipun semua Persiapan sudah disiapkan berhari-hari sebelum tampil berpidato. Bila perasaan tidak percaya diri menghampiri Sri maka ia akan mengikuti saran-saran yang ajarkan pembimbing saat

lbimbingan kegiatan muhadoroh. Menurut sri dengan membaca doa sebelum tampil berpidato ia akan merasa lebih tenang. Dengan Persiapan yang telah dikukannya berarti ia telah berusaha. Usaha dan berdoa meminta kepada Allah Swt agar diberi kemudahan dan kelancaran.

“Berdoa sebelum tampil itu yang selalu diajarkan ukhti sama kami waktu bimbingan.”

Menurut Sri kakak pembimbing tidak hanya sebagai pembimbing tetapi juga sebagai kakak yang selalu memperhatikan adiknya. Hal ini Sri rasakan disaat Sri baru beberapa bulan mengikuti kegiatan muhadoroh. Sri belum begitu akrab dengan kakak pembimbing. Setiap Sri ingin bertanya kepada pembimbing ada perasaan segan dan takut. Ternyata kakak pembimbing mengetahui apa yang dirasakan oleh Sri sehingga kakak tersebut mengajak Sri untuk berbicara setelah proses bimbingan selesai. Sri sering berkonsultasi kepada kakak pembimbing diluar jam bimbingan karena lebih leluasa bertanya karena menurut Sri dia adalah tipe orang yang sedikit kesulitan untuk tampil percaya diri saat tampil didepan umum sehigga ia lebih sering konsultasi dengan kakak pembimbing dibanding teman-teman satu kelompoknya.

“Sering kali konsultasi sama ukhti kalau lagi nggak ada tugas pasti main kekamar ukhti.”

Penyebab seseorang tidak percaya diri saat pidato adalah kurang latihan. Menurut Sri dengan banyak latihan ketika tampil untuk berpidato sudah terbiasa dan tidak canggung lagi. Apalagi kalau latihannya didepan teman-teman satu kelompok yang sedikit banyaknya membiasakan diri kita untuk tampil dan dilihat orang lain. Dengan sering latihan akan membuat kita tidak kaku saat bergerak dan berbicara.

“Latihan dan terus latihan biar terbiasa tampil percaya diri waktu pidato.” Menurut Sri ia tidak hanya mendapatkan ilmu tentang pidato hanya dari kakak pembimbing. Tetapi teman-teman satu kelompoknya juga sering berbagi ilmu dan pengalaman dengannya. Dalam kelompok Sri ada sepuluh orang. Dan didalam kelompoknya ada empat orang yang lebih tua darinya. Mereka lebih berpengalaman dibandingkannya. Teman-teman satu kelompok saling berbagi ilmu dan pengalaman. Bila saat latihan dan ada yang melakukan kesalahan saat berpidato tidak ada satupun yang menertawakan. Sri tidak marah dan berkecil hati bila teman-temannya memberi saran. Karena dia masih pemula dan masih harus banyak belajar dari kakak-kakak seniornya.

“ukhti-ukhti yang senior di kelompok sering bantuin trus ngasih saran.” Tidak dipungkiri oleh Sri bahwa ia juga pernah merasakan gejala-gejala kurang percaya diri saat tampil berpidato. Menurut Sri gejala tersebut sangat mengganggu dirinya. Bila Sri merasa takut untuk tampil berpidato biasanya badannya terasa lemas dan lututnya terasa bergetar. Sehingga untuk maju ke depan tersa sangat berat. Keadaan seperti ini Sri beberapa kali ia rasakan tepatnya ketika ia masih baru-baru mengikuti kegiatan muhadoroh.

“Badan ini lemas kali kayak gak bertulang, lututpun gemetaran.”

Informan 3

Nama Informan : Dinda Rizky Noviah Kelas : 2 Tsanawiyah

Proses wawancara dengan Dinda dilakukan pada tanggal 28 April 2013. Wawancara berlangsung dari pukul 10.00 WIB sampai pukul 11.20 di ruangan kelas. yang tempatnya agak jauh dari lapangan olahraga. Hal ini dikarenakan lapangan olahraga ramai dengan siswa dan siswi yang mengisi waktu libur dengan berolahraga. Pemilihan Lokasi wawancara direkomendasikan oleh Dinda. Karena hari libur tidak ada perose belajar- mengajar. Jadi ruang kelas sepi sehingga proses wawancara bisa lebih nyaman dan tidak terganggu.

Dinda adalah tipe orang yang periang dan suka bercanda. Dinda memiliki tinggi badan sekitar 145 cm dengan kulit kuning langsat. Dinda juga memiliki badan yang tidak terlalu gemuk. Dinda suka memakai jilbab yang tinggal pakai atau sering disebut jilbab sorong. Ini sesuai dengan kepribadiannya yang tidak suka hal-hal yang rumit. Dinda lebih suka hal-hal yang praktis. Peneliti tidak merasa kesulitan saat melakukan wawancara dengan Dinda karna Dinda adalah anak yang cerdas. Ketika peneliti mengajukan pertanyaan ia langsung memahami pertanyaan yang peneliti ajukan tanpa peneliti harus mengulang pertanyaan tersebut. Ditengah-tengah proses wawancara, peneliti baru tahu bahwa Dinda adalah adalah juara kelas berturut-turut sejak kelas satu Tsanawiyah.

Rasa percaya diri menjadi syarat utama bagi seorang pembicara. Menurut Dinda mengapa rasa percaya diri penting dimiliki oleh seseorang yang tampil sebagai pembicara dalam pidato karena dengan perasaan percaya diri tersebut seseorang bisa

fokus dalam menyampaikan pidatonya. Dan ia tidak merasa seperti acuh-tak acauh terhadap audiens karena ia sibuk dengan kecemasannya sendiri tetapi pembicara yang percaya diri akan dengan mudah menjalin sebuah interaksi dengan audiens. Menurut penuturan Dinda Pembicara yang percaya diri tidak membosankan. Pembicara yang percaya diri biasanya bisa membuat suasana senyap jadi ramai karena ia bisa membawa suasana. Biasanya pembicara yang percaya diri mampu membuat audiens terhibur dengan cerita-cerita lucu yang diselipkan agar pembicaraan tidak monoton dan membosankan.

“Percaya diri penting waktu pidato. Biar ada interaksi pembicara sama audiensnya. Kalau yang pidato gak percaya diri pasti sibuk sama perasaan takut jadi gak mikirin audiens.”

Kakak pembimbing kegiatan muhadoroh yang sabar dan tidak pernah bosan untuk mengajarkan, membagi pengalaman dan memotivasi adik-adik bimbingannya. Diakui Dinda bahwa kakak pembimbing sangat berjasa dalam membentuk kepercayaan diri Dinda saat tampil berpidato. Kakak pembimbing yang selalu memberikan arahan-arahan agar adik-adik bimbingannya mampu tampil secara maksimal. Kakak pembimbing yang sering membantu Dinda dalam menyiapkan bahan dan materi pidato serta mengoreksi materi Dinda agar materi yang Dinda sampaikan menarik untuk didengar oleh audiens. Berkat bimbingan dari kakak pembimbing Dinda jadi paham cara berpidato sehingga ia bisa tampil percaya diri karena bimbingan dari kakak pembimbing.

Menurut cerita Dinda kepada pembimbing pernah ia merasa sangat tidak percaya diri ketika akan tampil berpidato. Hal ini dikarenakan ia tidak menguasai materi pidato yang akan ia bawakan. Kakak pembimbing tidak henti-hentinya memberi semangat kepada Dinda dan melatih Dinda dengan serius walaupun dengan waktu yang terbatas. Waktu itu ia baru saja kembali dari kampung halaman melihat saudara yang sedang sakit selama beberapa hari. Karena minimnya persiapan membuat Dinda tidak percaya diri diawal-awal tampil berpidato. Ia berbicara dengan suara terasa tercekat ditengggorokan dan tangannya gemetar saat memegang micropone. Tetapi ia segera ingat dan melakukan tips-tips yang kakak pembimbing berikan saat bimbingan sehingga perlahan-lahan rasa percaya diri tersebut hilang.

“Ukhti yang ngasih tips-tips biar tampil pede waktu pidato.”

dirancang Dinda sedemikian menarik. Hal ini bertujuan merebut perhatian audiens sehingga mereka mendengar sampai kalimat terakhir dari pembicaraannya. Menurut Dinda kesan pertama pendengar terhadap pembicaraan sangat kuat dalam mempengaruhi jalannya pembicaraan. Kesan ini akan memberikan gambaran terhadap pembicara mengenai kepribadian, ketulusan dan gaya dari si pembicara. Hal-hal yang dapat menarik perhatian pendengar, menurut Dinda adalah cerita-cerita lucu dan dan fakta yang mengejutkan. Dan yang terpenting disesuaikan dengan topik pembicaraan dan latar belakang pendengar. Cerita lucu (anekdot) juga harus sopan dan tidak boleh menyinggung perasaan pendengar.

Tidak hanya persiapan bahan (materi) yang Dinda lakuakan sebelum tampil berpidato tetapi ia juga latihan yang cukup sebelum tampil. Waktu seminggu yang diberikan ia gunakan dengan sangat efektif. Dinda selalu latihan didepan cermin untuk melatih mimik yang bagus dan juga didepan teman-teman satu kelompoknya untuk meminta saran dan pendapat teman-teman tentang penampilannya.

“Nyiapkan materi pidato yang menarik dan banyak latihan didepan kaca atau kadang didepan kawan-kawan satu kelompok, mereka pura-pura jadi audiens.”

Tidak dipungkiri oleh Dinda meskipun materi sudah disiapkan dengan semenarik mungkin dan latihan selama satu minggu tetapi perasaan tidak percaya diri sering muncul ketika Dinda akan tampil berpidato. Ada perasaan takut diejek dan ditertawakan audiens. Ini adalah hal yang lumrah dan semua orang pasti pernah merasakannya dalam posisi dan keadaan yang serupa. Biasanya Dinda langsung mengikuti saran-saran kakak pembimbing. Seperti yang sering dikatakan kakak pembimbing bahwa kita harus rileks dan jangan merasa tertekan saat akan tampil berpidato dengan cara tarik napas perlahan-lahan sebanyak tiga kali.

“Buat badan sama pikiran rileks aja biar percaya diri pas pidato.”

Dinda tidak begitu sering berkonsultasi dengan kakak pembimbing. Ia lebih sering konsultasi kepada teman-teman satu kelompoknya. Dinda tidak mau mengganggu kakak pembimbing dengan sering-sering bertanya kepada pembimbing diluar jam kegiatan bimbingan. Karena menurut Dinda waktu kakak pembimbing juga digunakan untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan ustad dan ustajah. Bila Dinda menemui kebuntuan dan tidak mendapatkan jawaban yang jelas dari teman-teman satu kelompoknya barulah Dinda konsultasi dengan kakak pembimbing.

“Jarang, lebih sering konsultasi sama teman-teman satu kelompok.”

Yang menjadi faktor utama seseorang tidak percaya diri saat tampil adalah tidak terbiasa tampil dan berbicara didepan orang banyak. Menurut Dinda seseorang bisa tampil percaya diri bukan karena orang tersebut hebat dan pintar. Melainkan orang tersebut sering praktek berbicara didepan orang banyak. Bisa karena biasa, artinya karena sering berbicara didepan umum. Lama-kelamaan akan percaya diri juga. Karena pengalaman adalah guru yang paling baik. Mencoba memberanikan diri untuk mau belajar bicara. Seperti menjawab pertanyaan dikelas dan sering bertanya dan mengeluarkan pendapat. Hal-hal kecil ini dapat dengan sendirinya menumbuhkan rasa percaya diri untuk terbiasa berbicara didepan umum. Semuanya berawal dari hal yang sederhana.

“Jangan takut untuk nyobak ngomong kayak nanyak sama ustad atau ustajah waktu belajar dikelas.”

Teman-teman satu kelompok Dinda yang berjumlah sembilan orang juga sangat mambantu Dinda untuk lebih memahami tentang pidato (muhadoroh). Menurut Dinda teman-teman satu kelompoknya baik-baik dan tidak pelit membagi apa yang mereka ketahui tentang pidato dan memberi saran demi untuk kemajuannya dikemudian hari. Mereka tidak merasa takut tersaingi bahkan mereka senang bila ada temannya yang tampil maksimal saat berpidato. Bila diantara teman mereka ada yang lupa materi (bahan) saat tampil berpidato maka mereka akan memberi semangat dengan meneriakkan yel-yel.

“Kalau ada kawan yang lupa materi waktu pidato. Kami semangatin pake yel-yel.”

Menurut Dinda gejala yang ia rasakan saat tidak percaya diri untuk tampil didepan orang banyak adalah muka merah dan ingin buang air kecil. Dinda merasa sangat terganggu dengan keadaan seperti ini. Karena ia tidak dapat fokus berbicara kepada audiens. Dan penampilannya yang kurrang percaya diri akan mudah dikenali oleh audiens karena perubahan pada warna wajahnya yang begitu menjolok. Bila perasaan tidak percaya diri itu mucul maka Dinda akan terburu-buru dan ingin segera mengakhiri pidato yang ia sampaikan.

“Kata kawan-kawan kalau Dinda gak pede pasti mukanya merah kayak tomat.”

4. 2 Pembahasan

Pidato atau yang sering disebut “muhadoroh” merupakan satu diantara

Dokumen terkait