• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor – Faktor Ketersediaan Beras di Kabupaten Serdang Bedagai Dengan Menggunakan Analisis Jalur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor – Faktor Ketersediaan Beras di Kabupaten Serdang Bedagai Dengan Menggunakan Analisis Jalur"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara adalah lembaga pemerintah

yang didirikan pada tanggal 16 Mei 2000 di Jalan Jenderal Besar Abdul haris

Nasution No 24 Medan.

Kantor badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara Medan

berlandaskan pada visi dan misi berikut:

1. Visi Kantor Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara

Terwujudnya ketahanan pangan masyarakat yang berbasis kepada sumber

daya lokal yang dimiliki secara efisien dan berkelanjutan menuju

masyarakat yang berkualitas dan sejahtera.

2. Misi Kantor Badan Ketahanan Pangan Privinsi Sumatera Utara

a. Meningkatkan pemberdayaan dan kemandirian masyarakat untuk

mewujudkan ketahanan pangan yang berbasis sumber daya lokal yang

dimiliki.

b. Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan kesejahteraan

masyarakat.

(2)

Tugas dan Fungsi Pokok Kantor Badan Ketahanan Pangan Provinsi

Suamtera Utara adalah:

1. Menyiapkan bahan dalam perumusan kebijakan teknis dalam

lingkup ketahanan pangan.

2. Menyelenggarakan evaluasi dan pengkajian ketahanan pangan,

pembinaan, kewaspadaan, dan gizi serta pembinaan penyeragaman

konsumsi pangan sumber daya dalam ketahanan pangan.

3. Melaksanakan tugas lain yang terkait dengan ketahanan pangan

sesuai dengan ketetapan kepala daerah.

4. Mengkoordinasikan perumusan kebijakan dan perencanaan

program peningkatan ketahanan pangan daerah yang meliputi

aspek – aspek sebagai berikut:

a. Aspek ketersediaan yang bersumber dari produksi, cadangan

dan import.

b. Aspek distribusi yang berbasis kepada stabilitas harga pangan,

aman dan terjangkau.

c. Aspek konsumsi yang berbasis kepada keanekaragaman

konsumsi non beras, bermutu atau bergizi dan aman.

5. Mengkoordinasikan monitoring program peningkatan ketahanan

pangan melaui rapat Dewan Ketahanan Pangan dan rapat PokJa

guna mengantisipasi dan memecahkan masalah yang dihadapi

melalui hal – hal sebagai berikut:

a. Monitoring pelaksanaan kegiatan tani

(3)

c. Monitoring harga bahan pangan statergis dan lokal

d. Monitoring pengadaan/ penyajian/ penyaluran cadangan pangan

e. Monitoring daerah rawan pangan

f. Monitoring kewaspadaan pangan (bencana alam dan gangguan

OPT)

g. Monitoring penganekaragaman konsumsi bahan pangan

h. Monitoring mutu dan keamanan pangan

i. Supervisi yang terkoordinasi ke lapangan

6. Melaksanakan pengkajian, analisis dan pembinaan terhadap aspek–

aspek ketahanan pangan (ketersediaan, distribusi,

penganekaragaman konsumsi dan kewaspadaan dan keamanan

pangan).

7. Memantau mengendalikan ketersediaan dan distribusi bahan

pangan, terutama sembilan bahan pokok.

8. Mengkoordinasikan pelaporan dan evaluasi program peningkatan

ketahanan pangan yang meliputi aspek ketersediaan, mutu dan

keamanan pangan.

2.1.2 Kebijakan – kebijakan Kantor Badan Ketahanan Pangan untuk Peningkatan Pangan

Kebijakan Kantor Badan Ketahanan Pangan untuk peningkatan pangan

meliputi berbagai aspek diantaranya adalah:

1. Kebijakan dalam aspek ketahanan pangan:

a. Menjaga ketersediaan pangan melalui upaya – upaya

(4)

hewani sesuai potensi wilayah masing – masing yang

diwujudkan melalui 4 (empat) usaha pokok yaitu intensivikasi,

ekstensivikasi, diversivikasi, dan rehabilitasi dengan 8(delapan)

langkah kegiatan utama, yaitu:

1. Pemberdayaan kelompok tani dan kelembagaan kelompok

petani (KUD, Koptan dan lain – lain)

2. Pemantapan penyediaan dan penyaluran sarana produksi

(benih, pupuk, obat – obatan dan lain – lain)

3. Penyediaan dan penyalura kredit modal

4. Peningkatan mutu teknologi

5. Peningkatan kinerja penyuluh

6. Mengembangkan kemitraan dalam pemasaran hasil

7. Peningkatan mutu koordinasi

8. Peningkatan dan pengembangan jaringan irigasi.

b. Perlunya menata ulang kembali mekanisme/ tata cara pengadaan

dan penyaluran pupuk yang sudah ada secara terkoordinasi

dengan pemerintah daerah sehingga pupuk betul – betul tersedia

ditengah – tengah petani yang memenuhi prinsip enam tepat.

c. Tingkat ketersediaan bahan pangan yang bersumber dari

produksi lokal harus diupayakan secara bertahap mencapai titik

ideal yaitu sesuai dengan tingkat kebutuhan dan jika terjadi

kelebihan (surplus) diprioritaskan untuk perdagangan antar

(5)

d. Mendukung kebijakan pemerintah untuk tetap melaksanakan

larangan import beras tahun 2005 dan tahun 2006, menginat

cadangan dan produksi cukup tinggi.

e. Untuk memantapkan ketersediaan gula, pemerintah dihimbau

untuk memberikan kepercayaan kepada pemerintah daerah

untuk melaksanakan import gula melalui importir daerah

sehingga lebih memudahkan dalam pengawasan.

2. Kebijakan dalam aspek distribusi:

a. Mengembangkan kerja sama jaringan distribusi dan informasi

pangan dalam daerah dan antar daerah untuk mewujudkan

ketersediaan dan stabilitas harga.

b. Peningkatan efisiensi kelancaran distribusi bahan pangan

melalui informasi berbagai peraturaan yang menghambat lalu

lintas perdagangan, pengembangan sasaran dan prasarana

distribusi serta pelayanan teknologi pasca panen.

c. Peningkatan kemampuan masyarakat dan pemerintah daerah

dalam menstabilkan harga bahan pangan antar waktu maupun

antar wilayah.

d. Penguatan pasar yang bukan saja antar provinsi tetapi juga

eksport serta pengembangan kemitraan pemasaran hasil.

(6)

a. Melakukan upaya –upaya diverifikasi konsumsi pangan yang

beragam, bergizi dan berimbang serta aman, sesuai dengan

kondisi dan situasi daerah dengan mengutamakan sumber

pangan lokal untuk mencegah ketergantungan terhadap satu

jenis pangan tertentu sesuai dengan Pola Pangan Harapan

(PPH).

b. Penurunan konsumsi beras sebagai bahan pangan pokok

masyarakat.

c. Peningkatan penganekaragaman konsumsi pangan yang

seimbang baik jenis nabati, atau hewani maupun mutu dan gizi.

d. Peningkatan konsumsi bahan pangan lokal sebagai basis pada

non beras.

4. Kebijakan dalam aspek kewaspadaan dan keamanan pangan:

a. Melaksanakan pengamatan dini kerawanan pangan sertsa

mengembangkan cadangan pangan daerah untuk mengantisipasi

kondisi darurat (bencana alam, kerawanan pangan kronis, dan

lain – lain) yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat

dalam 3 bulan.

b. Peningkatan kemampuan fungsi Sistem Kewaspadaan Pangan

dan Gizi (SKPG).

c. Peningkatan keberdayaan masyarakat miskin yang berada dalam

(7)

pengamanan pangan bagi kelompok rawan pangan transien

(mendadak) karena bencana alam dan sosial.

d. Peningkatan pengembangan keamanan mutu dan gizi pangan.

5. Kebijakan dalam upaya pengentasan kemiskinan:

a. Mengurangi jumlah penduduk yang kelaparan sekurang –

kurangnya 1% per tahun sebagai komitmen Indonesia dalam

deklarasi Roma Tahun 1996 pada KKT Pangan Dunia melaluo

Pembangunan Ketahanan Pangan di pedesaan dan perkotaan.

b. Mengembangkan desa mandiri pangan dan menggalang sumber

– sumber dana masyarakat yang memadai yang dimulai pada

tahun 2005.

6. Kebijakan dalam pemberdayaan masyarakat dalam ketahanan

pangan:

Meningkatkan pemberian bantuan langsung masyarakat baik

berupa dana penguatan modal bagi lembaga ekonomi pedesaan

maupun bantuan dana berupa penguatan modal usaha kelompok

petani di pedesaan.

2.2 Konsep Dasar Statistika

Statistika merupakan cara – cara tertentu yang digunakan dalam

mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan, menganalisa, dan

(8)

kumpulan bahan keterangan yang dikumpulkan dapat memberi pengertian dan

makna tertentu. Seperti pengambilan kesimpulan membuat estimasi dan juga

prediksi yang akan datang.

Ruang lingkup statistika meliputi statistika deduktif atau deskriptif dan

statistika induktif atau inferensial. Statistika induktif terdiri dari menghimpun,

menyusun, mengolah, menyajikan dan menganalisa data angka. Sedangkan

statistika deduktif adalah meliputi teori probability, distribusi teoritis,

distribusi sampling, penaksiran, pengujian hipotesa, korelasi, komparasi, dan

regresi. Sumber data statistik dapat dikumpulkan langsung oleh peneliti dari

pihak yang bersangkutan, disebut dengan data primer. Dan data juga dapat

juga diperoleh dari pihak lain atau data yang sudah ada disebut data sekunder.

2.3 Analisis Jalur

Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada

tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright (Joreskog dan

Sorbom, 1996; Johnson dan Wichern, 1992). Teknik analisis jalur sebenarnya

merupakan perkembangan korelasi yang diuraikan menjadi beberapa

interpretasi akibat yang ditimbulkannya. Lebih lanjut, analisis jalur

mempunyai kedekatan dengan regresi berganda. Dengan kata lain, regresi

berganda merupakan bentuk khusus dari analisis jalur. Teknik ini juga dikenal

sebagai model sebab akibat (causing modeling). Penanaman ini didasarkan

pada alas an bahwa analisis jalur memungkinkan pengguna dapat menguji

proposisi teoritis mengenai hubungan sebab akibat tanpa memanipulasi

(9)

Analisis jalur adalah suatu teknik untuk menganalisa hubungan sebab

akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya

mempengaruh variabel tergantung tidak hanya secara langsung, tetapi juga

secara tidak langsung (Robert D. Rutherford 1993).

2.3 Pengertian Analisis Jalur

Telaah statistika menyatakan bahwa untuk tujuan peramalan atau pendugaan

nilai Y atas dasar nilai-nilai X1, X2, ….., Xi, pola hubungan yang sesuai

adalah pola hubungan yang mengikuti model regresi, sedangkan untuk

menganalisis pola hubungan kausal antar variabel dengan tujuan untuk

mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung, secara serempak atau

mandiri beberapa variabel penyebab terhadap sebuah variabel akibat, maka

pola yang tepat adalah model analisis jalur. Analisis jalur (path analysis)

dikembangkan oleh Sewall Wright (1934). Path analysis digunakan apabila

secara teori kita yakin berhadapan dengan masalah yang berhubungan sebab

akibat. Tujuannya adalah menerangkan akibat langsung dan tidak langsung

seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab, terhadap variabel lainnya

yang merupakan variabel akibat.

Terdapat beberapa defenisi mengenai analisis jalur, diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Analisis jalur adalah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat

(10)

variabel tergantung tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak

langsung (Robert D. Rutherford 1993).

2. Analisis jalur merupakan pengembangan langsung bentuk regresi berganda

dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat kepentingan (magnitude) dan

signifikansi (significance) hubungan sebab akibat hipotetikal dalam

seperangkat variabel (Paul Webley, 1997).

3. Model perluasan regresi yang digunakan untuk menguji keselarasan matriks

korelasi dengan dua atau lebih model hubungan sebab akibat yang

dibandingkan oleh peneliti. Modelnya digambarkan dalam bentuk gambar

lingkaran dan panah dimana anak panah tunggal menunjukkan sebagai

penyebab. Regresi dikenakan pada masing-masing variabel dalam suatu model

sebagai variabel tergantung (pemberi respon) sedang yang lain sebagai

penyebab. Pembobotan regresi diprediksikan dalam suatu model yang

dibandingkan dengan matriks korelasi yang diobservasi untuk semua variabel

dan juga dilakukan perhitungan uji keselarasan statistik (David Garson, 2003).

Dari defenisi-defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya analisis

jalur merupakan kepanjangan dari analisis regresi berganda. Jadi, model path

analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan

tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat

variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Oleh sebab itu,

(11)

a. Apakah variabel eksogen (X1, X2, ….., Xk) berpengaruh terhadap variabel

endogen Y

b. Berapa besar pengaruh kausal langsung, kausal tidak langsung, kausal total

maupun simultan seperangkat variabel eksogen (X1, X2, ….., Xk) terhadap

variabel endogen

2.4 Kegunaan Analisis Jalur

Kegunaan model path analysis adalah untuk:

a. Penjelasan terhadap fenomena yang dipelajari atau permasalahan yang diteliti.

b. Prediksi nilai variabel terikat (Y) berdasarkan nilai variabel bebas (X), dan

prediksi dengan path analysis ini bersifat kualitatif.

c. Faktor determinan yaitu penentuan variabel bebas (X) mana yang berpengaruh

dominan terhadap variabel terikat (Y), juga dapat digunakan untuk menelusuri

mekanisme (jalur-jalur) pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat

(Y).

d. Pengujian model, menggunakan teori trimming, baik untuk uji reliabilitas

konsep yang sudah ada ataupun uji pengembangan konsep baru.

2.5 Asumsi-asumsi Analisis Jalur

Sebelum melakukan analisis, hendaknya diperhatikan beberapa asumsi

(12)

1. Pada model analisis jalur, hubungan antar variabel adalah bersifat linier,

adaptif dan bersifat normal.

2. Hanya system aliran kausal kesatu arah artinya tidak ada arah kausalitas

yang berbalik.

3. Variabel terikat (endogen) minimal dalam skala ukur interval dan rasio.

4. Menggunakan sampel probability sampling yaitu teknik pengambilan

sampel untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota

populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

5. Observed variables diukur tanpa kesalahan instrument pengukuran valid

dan reliable artinya variabel yang diteliti dapat diobservasi secara

langsung.

6. Model yang dianalisis dispesifikasikan dengan benar berdasarkan

teori-teori dan konsep-konsep yang relevan artinya model teori-teori yang dikaji atau

diuji dibangun berdasarkan teoritis tertentu yang mampu menjelaskan

hubungan kausalitas antar variabel yang diteliti.

2.6 Model Analisis Jalur

Beberapa istilah dan defenisi dalam path analysis:

1. Dalam path Analysis, kita hanya menggunakan sebuah lambung variabel,

yaitu X. Untuk membedakan X yang satu dengan X yang lainnya, kita

menggunakan subscript (indeks). Contoh : X1, X2, X3, ….., Xk.

2. Kita membedakan dua jenis variabel, yaitu variabel yang menjadi

pengaruh (exogenous variable), dan variabel yang dipengaruhi

(13)

3. Lambang hubungan langsung dari eksogen ke endogen adalah panah

bermata satu, yang bersifat recursive atau arah hubungan yang tidak

berbalik/satu arah.

4. Diagram jalur merupakan diagram atau gambar yang mensyaratkan

hubungan terstruktur antar variabel (Harun Al Rasyid, 2005).

Ada beberapa model jalur mulai dari yang paling sederhana sampai dengan

yang lebih rumit, diantaranya diterangkan di bawah ini:

a. Analisa Jalur Model Trimming

Model Trimming adalah model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model

struktur analisis jalur dengan cara mengeluarkan dari model variabel eksogen

yang koefisien jalur diuji secara keseluruhan apabila ternyata ada variabel yang

tidak signifikan. Walaupun ada satu, dua, atau lebih variabel yang tidak

signifikan, perlu memperbaiki model struktur analisis jalur yang telah

dihipotesiskan.

b. Analisis Jalur Model Dekomposisi

Model dekomposisi adalah model yang menekankan pada pengaruh yang bersifat

kausalitas antar variabel, baik pengaruh langsung ataupun tidak langsung dalam

kerangka path analysis, sedangkan hubungan yang sifatnya nonkausalitas atau

hubungan korelasional yang terjadi antar variabel eksogen tidak termasuk dalam

perhitungan ini. Perhitungan menggunakan analisis jalur dengan menggunakan

(14)

1. Direct causal effects (Pengaruh Kausal Langsung) adalah pengaruh satu

variabel eksogen terhadap variabel endogen yang terjadi tanpa melalui variabel

endogen lain.

2. Indirect causal effects (Pengaruh Kausal Tidak Langsung) adalah pengaruh satu

variabel eksogen terhadap variabel endogen yang terjadi melalui variabel endogen

lain terdapat dalam satu model kausalitas yang sedang dianalisis.

3. Total causal effects (Pengaruh Kausal Total) adalah jumlah dari pengaruh

kausal langsung dan pengaruh kausal tidak langsung.

c. Model Regresi Berganda

Model ini merupakan pengembangan regresi berganda dengan menggunakan dua

variabel eksogenous, yaitu X1 dan X2 dengan satu variabel endogenous Y.

d. Model Mediasi

Model mediasi atau perantara dimana variabel Y memodifikasi pengaruh variabel

(15)

Gambar 2.1 Model Mediasi

e. Model Kombinasi Regresi Berganda Dan Mediasi

Model ini merupakan kombinasi antara model regresi berganda dan mediasi, yaitu

variabel X berpengaruh terhadap variabel Z secara langsung dan tidak langsung

mempengaruhi variabel Z melalui variabel Y . Model digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 2.2 Model kombinasi regresi berganda dan mediasi

f. Model Kompleks

Model ini merupakan model yang lebih kompleks, yaitu variabel X1 secara

langsung mempengaruhi Y2 dan melalui variabel X2 secara tidak langsung

mempengaruhi Y2, sementara variabel Y2 juga dipengaruhi oleh variabel Y1.

(16)

Gambar 2.3 Model Kompleks

g. Model Rekursif dan Model Non Rekursif

Dari sisi pandang arah sebab dan akibat, ada dua tipe model jalur, yaitu jalur

rekursif dan non rekursif. Model rekursif ialah jika semua anak panah menuju satu

arah.

Pada bagian berikut untuk mempermudah kita dalam memahami analisis

jalur, maka kita bisa menggunakan model-model jalur berikut:

1. Model Persamaan Satu Jalur

Model persamaan satu jalur merupakan hubungan sebenarnya sama

dengan regresi berganda, yaitu variabel bebas terdiri lebih dari satu

variabel dan variabel tergantungnya hanya satu.

2. Model Persamaan Dua Jalur

Model ini terdiri dari tiga variabel bebas dan mempunyai dua variabel

tergantung.

(17)

Model ini terdiri dari tiga variabel bebas, salah satu variabel bebas menjadi

variabel perantara dan mempunyai dua variabel tergantung.

2.7 Diagram Jalur dan Persamaan Struktural

Pada saat akan melakukan analisis jalur, disarankan untuk terlebih dahulu

menggambarkan secara diagramatik struktur hubungan kausal antara variabel

penyebab dengan variabel akibat. Diagram ini disebut diagram jalur (Path

Diagram), dan bentuknya ditentukan oleh proposisi teoritik yang berasal dari

kerangka pikir tertentu.

Gambar 2.4 Diagram Jalur Yang Menyatakan Hubungan Kausal Dari X1 Sebagai Penyebab Ke X2 Sebagai Akibat

Keterangan:

X1 adalah variabel eksogenus (exogenous variable), untuk itu selanjutnya variabel

penyebab akan kita sebut sebagai variabel eksogenus. X2 adalah variabel

(18)

(residual variable), yang merupakan gabungan dari: (1) Variabel lain, di luar X1,

yang mungkin mempengaruhi X2 dan telah teridentifikasi oleh teori, tetapi tidak

dimasukkan dalam model. (2) Variabel lain, di luar X1, yang mungkin

mempengaruhi X2 tetapi belum teridentifikasi oleh teori. (3) Kekeliruan

pengukuran (error of measurement), dan (4) Komponen yang sifatnya tidak

menentu (random component).

Langkah kerja yang dilakukan untuk menghitung koefisien jalur adalah:

1. Gambarkan dengan jelas diagram jalur yang mencerminkan proposisi

hipotetikyang diajukan, lengkap dengan persamaan strukturalnya. Di sini

kita harus bisa menterjemahkan hipotesis penelitian yang kita ajukan ke

dalam diagram jalur, sehingga bisa tampak jelas variabel apa saja yang

merupakan variabel eksogenus dan apa yang menjadi variabel

endogenusnya.

2. Menghitung matriks korelasi antar variabel formula untuk menghitung

koefisien korelasi yang dicari adalah menggunakan Product Moment

Coeffisient dari Karl Pearson. Alasan penggunaan teknik koefisien korelasi

dari Karl Pearson adalah karena variabel-variabel yang hendak dicari

korelasinya memiliki skala pengukuran interval.

3. Identifikasikan sub-struktur dan persamaan yang akan dihitung koefisien

jalurnya. Misalkan saja dalam sub-struktur yang telah kita identifikasi

terdapat k buah variabel eksogenus, dan sebuah (selalu hanya sebuah)

(19)

�� = ����1�1+ ����2�2+ … + ����

Kemudian hitung matriks korelasi antar variabel eksogenus yang

menyusun substruktur tersebut.

4. Menghitung matriks invers korelasi eksogenus

5. Menghitung semua koefisien jalur �, dimana i = 1, 2, …, k

2.8 Besarnya Pengaruh Variabel Eksogen Terhadap Variabel Endogen

Pengaruh yang diterima oleh sebuah variabel endogenus dari dua atau lebih

variabel eksogenus, dapat secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.

Pengaruh secara sendiri-sendiri (parsial), bisa berupa pengaruh langsung, bisa

juga berupa pengaruh tidak langsung, yaitu melalui variabel eksogen yang

lainnya. Menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta

pengaruh total variabel eksogenus terhadap variabel endogenus secara parsial,

dapat dilakukan dengan rumus:

1. Besarnya pengaruh langsung variabel eksogenus terhadap variabel endogenus

= ���

2. Besarnya pengaruh tidak langsung variabel eksogenus terhadap variabel

endogenus

(20)

3. Besarnya pengaruh total variabel eksogenus terhadap variabel endogenus

adalah penjumlahan besarnya pengaruh langsung dengan besarnya pengaruh tidak

langsung

=�������������+ ������������������

Selanjutnya pengaruh bersama-sama (simultan) variabel eksogenus

terhadap variabel endogenus dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

��

�(,�,…,�) = ��…�� �

�����

�����

… �����

Dimana:

�2

�(�1,�2,…,�)adalah koefisien determinasi total X1, X2, … Xk terhadap Xu atau

besarnya pengaruh variabel eksogenus secara bersama-sama (gabungan) terhadap

variabel endogenus.

����1����2…�����adalah koefisien jalur.

����1����2…�����adalah koefisien variabel eksogenus X1, X2, ... Xk

denganvariabel endogenus Xu.

(21)

Menguji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang telah

dihitung, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, serta

menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel eksogenus

terhadap variabel endogenus, dapat dilakukan dengan langkah kerja berikut:

3. Nyatakan hipotesis statistik (hipotesis operasional) yang akan diuji.

Ho :� = 0, artinya tidak terdapat pengaruh variabel eksogenus (Xu)

terhadap variabel endogenus (Xi).

H1 :� ≠ 0, artinya terdapat pengaruh variabel eksogenus (Xu)

terhadapvariabel endogenus (Xi).

Dimana u dan i = 1, 2, …, k

4. Gunakan statistik uji yang tepat, yaitu:

Untuk menguji setiap koefisien jalur:

�= �����

��� − ����(�,�,…,�)����

� − � − �

dimana:

i = 1, 2, …, k

k = Banyaknya variabel eksogenus dalam sub-struktur yang sedang diuji

t = Mengikuti tabel distribusi t, dengan derajat bebas = n – k – 1

Kriteria pengujian:

(22)

• Untuk menguji koefisien jalur secara keseluruhan atau bersama-sama:

�= (� − � − �) (�

�(�,�,…,�))

��� − ��(��

,��,…,�)�

dimana:

i = 1, 2, …, k

k = Banyaknya variabel eksogenus dalam sub-struktur yang sedang

diuji

t = Mengikuti tabel distribusi F snedecor, dengan derajat bebas

(degrees of freedom) k dan n – k – 1

Kriteria pengujian :

Ditolak Ho jika nilai hitung F lebih besar dari nilai tabel Fhit>Ftabel(k, n-k-1)

• Untuk menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel

eksogenus terhadap variabel endogenus.

�= ����� − �����

��� − ����(��,��,…,�)�(���+ ���−���

� − � − �

Kriteria pengujian:

Ditolak Ho jika nilai hitung t lebih besar dari nilai tabel thit>ttabel(n-k-1)

(23)

Apabila terjadi trimming,maka perhitungan harus diulang dengan

menghilangkan jalur yang menurutpengujian tidak bermakna (no

Gambar

Gambar 2.2 Model kombinasi regresi berganda dan mediasi
Gambar 2.3 Model Kompleks
Gambar 2.4 Diagram Jalur Yang Menyatakan Hubungan Kausal Dari X1

Referensi

Dokumen terkait

Tahap norming terdiri dari pembentukan struktur yang dilakukan melalui diskusi dan votting , pembagian peran dengan cara berdiskusi, pembentukan aturan kelompok dengan

In view of the coming changes in generational and domestic diversity, organizations are likely to modify their future HR practices to meet the needs of employees with diverse

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Verynus (2013:5), dapat dilihat dari hasil penelitian tentang meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa kelas

(1990) dalam Ruslina (2014: 8) faktor-faktor yang mempengaruhi work-family conflict adalah: 1) Time Pressure , semakin banyak waktu yang digunakan untuk bekerja maka

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

The response of students’ motivation towards the implementation of the problem-solving model in learning heat chapter shows positive response in two indicators; leisure

Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan teori sastra, dengan hasil pembahasan bahwa solidaritas yang terdapat dalam pelaksanaan ritual tampung tawar

Skripsi yang Penulis buat dengan judul Pengaruh Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa pada Pokok