BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4. Pengawasan Hakim
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengawasan diartikan sebagai
penilikan dan penjagaan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008) J.S. Badudu
mengartikan kontrol dengan pengawasan, pemeriksaan, dan pengendalian. Dalam
lingkup teori ilmu manajemen, kontrol disamakan dengan pengawasan yang
commit to user
merupakan salah satu elemen dari tugas-tugas manajerial yaitu mencakup tindakan
pengukuran dan perbaikan (koreksi) suatu performa, oleh karenanya kontrol atau
pengawasan meliputi tindakan menetapkan standar-standar, mengukur performa
dengan standar-standar yang ditetapkan, umpan balik hasil-hasil yang dicapai, dan
memperbaiki (mengoreksi) penyimpangan-penyimpangan dari standar-standar
yang ditetapkan. (Agus Budi Susilo, 2007: 63)
Kata kontrol sendiri merupakan kata serapan yang diambil dari bahasa
inggris yaitu control. Sedangkan pengertian kontrol secara etimologis menurut
Oxford Advance Learner’s Dictionary mempunyai arti power or authority to
direct, order or limit dan means of limiting or regulating. (Agus Budi Susilo,
2007: 63)
George R. Terry menyatakan bahwa pengawasan ialah “Control is to
determine what is accomplished evaluate it, and apply corrective measures, if
needed to insure result in keeping with the plan”. Henry Fayol juga
mengemukakan pendapatnya bahwa pengawasan adalah “Control consist in
verivying wether everything occur in conformity with the plan adopted, the
instruction issued and principles estabilished. It has for object to point out
weakness and errors in order to rectivy then and prevent recurrance”. Newman
mengatakan pengawasan adalah “control is assurance that the performance
conform to plan”. (Muchsan, 2007: 37) Tampak dari ketiga pengertian tersebut
bahwa pengawasan dijalankan untuk mengukur apakah sebuah persitiwa itu sesuai
dengan apa yang direncanakan sebelumnya atau tidak.
Menurut Siagian memberikan definisi mengenai pengawasan yaitu
“proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk
menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan”. Sedangkan Suyamto memberikan definisi
pengawasan yaitu “segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai
commit to user
kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah
sesuai dengan yang semestinya atau tidak”. (Muchsan, 2007: 37)
Muchsan mengatakan bahwa pengawasan adalah kegiatan untuk menilai
suatu pelaksanaan tugas secara de facto, sedangkan tujuan pengawasan hanyalah
terbatas pada pencocokan apakah kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan
tolak ukur yang telah ditentukan sebelumnya atau tidak, Sehingga kegiatan
pengawasan tidak terdapat kegiatan korektif atau pengarahan. Jadi muncul istilah
yang berbeda antara pengawasan dan pengendalian. Pengendalian lebih luas
lingkup pengertianya daripada pengawasan. Hal ini disebabkan karena
pengendalian memiliki kegiatan pengawasan ditambah dengan kegiatan korektif
dan pengarahan. (Muchsan, 2007: 38)
Menurut pendapat Muchsan, pengawasan memiliki beberapa unsur
penting yaitu antara lain:
a. Adanya kewenangan yang jelas yang dimiliki oleh aparat pengawas.
b. Adanya suatu rencana yang mantap sebagai alat penguji terhadap pelaksanaan
suatu tugas yang akan diawasi.
c. Tindakan pengawasan dapat dilakukan terhadap suatu proses kegiatan yang
sedang berjalan maupun terhadap hasil yang dicapai dari kegiatan tersebut.
d. Tindakan pengawasan berakhir dengan disusunya evaluasi akhir terhadap
kegiatan yang dilaksanakan serta pencocokan hasil yang dicapai dengan
rencana sebagai tolak ukurnya.
e. Untuk selanjutnya tindakan pengawasan akan diteruskan dengan tindak lanjut
baik secara administratif maupun secara yuridis. (Muchsan, 2007: 38)
Secara lebih terperinci pengawasan dibagi menjadi empat jenis. Pertama,
Pengawasan melekat yaitu pengawasan yang langsung dilakukan oleh pejabat
terhadap bawahannya atas setiap tugas yang menjadi tanggung jawab bawahannya
itu. Kedua, Pengawasan preventif yaitu pengawasan terhadap peraturan daerah dan
keputusan kepala daerah mengenai pokok tertentu yang baru akan berlaku sesudah
ada pengarahan pejabat yang berwenang. Ketiga, Pengawasan represif yaitu
penangguhan atau pembatalan peraturan daerah atau keputusan kepala daerah oleh
commit to user
dilakukan oleh pemerintah pusat terhadap segala kegiatan pemerintah daerah.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008)
Menurut Paulus Effendi Lotulung, pengawasan yang dilakukan sebelum
dikeluarkannya suatu keputusan atau ketetapan pemerintah ataupun peraturan
lainnya yang pengeluarannya memang menjadi wewenang pemerintah (preventif)
maka disebut kontrol a-priori. Sedangkan pengawasan yang dilakukan itu baru
terjadi setelah dikeluarkannya keputusan atau ketetapan pemerintah atau sesudah
terjadinya tindakan atau perbuatan pemerintah (represif atau korektif), hal ini
disebut sebagai kontrol a-posteriori. (Agus Budi Susilo, 2007: 63)
Agus Budi Susanto berpendapat kontrol merupakan suatu instrumen
untuk mengawasi jalannya suatu tugas, fungsi, wewenang seseorang ketika
mendapat suatu jabatan (amanah) tertentu agar tercapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan sekaligus mengoreksinya ketika ada penyimpangan-penyimpangan.
Bila kata “kontrol” di atas disandingkan dengan kata “yuridis” yang mengandung
arti “menurut hukum” atau “secara hukum”, maka kontrol yuridis kaitannya
dengan fungsi administrasi negara akan mempunyai makna sebagai suatu
instrumen yang mengawasi dan mengoreksi dari segi hukum terhadap pelaksanaan
tugas administrasi negara dalam menjalankan urusan pemerintahan untuk
mencapai tujuan negara yang adil dan makmur (welfare state). (Agus Budi Susilo,
2007: 63)
Jadi berdasarkan penjelasan diatas pengawasan adalah kegiatan yang
bertujuan untuk menjaga agar semua pekerjaan atau wewenang yang sedang
dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana atau aturan perundang-undangan
dengan tujuan agar tujuan dari pelaksanaan kewenangan tersebut dapat tercapai
dengan semestinya.
commit to user
UUD 1945 pasal
24B ayat (1)
UU no. 22 Tahun 2004 dan UU no. 18
Tahun 2011
KOMISI
YUDISIAL
PENGAWASAN
HAKIM
Independensi
Hakim
Implikasinya
A. Kerangka Pemikiran
Instrumen Pengawasan
Metode Pengawasan
Mekanisme Pengajuan Laporan
Hasil Pengawasan
commit to user
Penjelasan:
Undang-undang Dasar 1945 pasal 24 mengatur tentang fungsi dan
kewenangan kekuasaan kehakiman di Indonesia yang meliputi Mahkamah Agung
beserta lembaga peradilan dibawahnya, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial.
Komisi Yudisial diatur di dalam pasal 24B dimana pengaturan lebih khusus mengenai
bentuk pengawasan hakim tercantum di dalam ayat (1) yaitu:
Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga
dan menegakan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Fungsi
pengawasan tersebut kemudian diatur lebih lanjut di dalam Undang-undang Nomor
18 tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 22 tahun 2004 tentang
Komisi Yudisial
Berdasarkan bentuk pengawasan hakim yang dimiliki oleh Komisi Yudisial
maka dalam menjalankan kewenanganya akan dikaji melalui 4 faktor. Pertama,
Instrumen pengawasan. Faktor ini akan mengkaji instrumen apa yang akan digunakan
oleh Komisi Yudisial untuk menjalankan fungsi pengawasanya. Kedua, Metode
Pengawasan. Faktor ini akan memaparkan bagaimana metode atau sistem
pengawasan yang digunakan dalam mengawasai hakim dalam menjalankan tugasnya.
Ketiga, Mekanisme pengajuan laporan. Artinya mekanisme dalam pelaporan
jika terjadi tindakan atau perilaku hakim yang bertentangan dengan kode etik.
Bagaimana mekanisme dan sistematikanya. Keempat, Hasil dari pengawasan. Disini
akan dijelaskan mengenai akibat dari keputusan Komisi Yudisial apabila telah
dinyatakan adanya pelanggara kode etik yang telah dilakukan hakim berdasarkan
hasil pengawasan dan pemeriksaan yang dilakukan. Bentuk pengawasan oleh Komisi
Yudisial akan bersentuhan dengan hakim yang sedang menjalankan tugas
yudisialnya.
commit to user
Tentu pengawasan ini akan berbenturan diantara prinsip Independensi atau
kemerdekaan hakim. Pengawasan disatu sisi akan berseberangan dengan kebebasan
hakim disisi yang lain. Sehingga akan dianalisa dan dipaparkan bagaimana implikasi
dari pengawasan tersebut berkaitan dengan karakter independen hakim.
commit to user
Dalam dokumen
Bentuk pengawasan hakim oleh komisi yudisial dan implikasinya terhadap prinsip kekuasaan kehakiman yang merdeka
(Halaman 47-54)