• Tidak ada hasil yang ditemukan

Target Puskesmas Tercapai

3.6 Pengawasan Mutu, Keamanan Produk Pangan dan Kemasan Pangan

3.6.1 Sampling

Prioritas sampling pangan pada tahun 2020 adalah sebanyak 364 sampel yang dibagi menjadi 127 sampel targeted dan 237 sampel acak. Realisasi total sampling pangana dalah sebesar 364 sampel (100,00%)

3.6.2 Pemeriksaan Sarana Produksi Produk Pangan

Terdapat 33 sarana produksi pangan berupa industry pangan (MD) yang terinventarisir di Propinsi Riau dengan target sebanyak 33 (100%) sarana. Telah dilakukan pemeriksaan terhadap 33 sarana (100%) Industri Pangan yang ditargetkan, dengan hasil 18 sarana (55%) memenuhi ketentuan, 9 sarana (27%) yang tidak memenuhi ketentuan, 4 sarana (12%) yang tutup dan 2 sarana (6%) yang sedang dalam masa pengurusan perpanjangan izin produk. Pelanggaran yang ditemui adalah :

• Pimpinan tidak mempunyai wawasan terhadap metode pengawasan modern (HACCP) dan tidak melaksanakannya dengan baik.

• Tidak ada fasilitas atau usaha lain untuk mencegah binatang atau serangga masuk kedalam pabrik (Kisi-kisi, kasa penutup lubang angin, tirai udara-air curtain, tirai plastic atau tirai air-water curtain), kalaupun ada tidak efektif.

• Kontrol sanitasi tidak efektif melindungi produksi dari kontaminasi • Metode penyimpanan bahan berpeluang terjadinya kontaminasi

• Pemeriksaan kesehatan karyawan tidak dilakukan sesuai SOP, terakhir dilakukan pada bulan oktober 2018 dan sudah tidak berlaku.

• Alat laboratorium seperti ; PH meter, dan oven terakhir dikalibrasi pada bulan juni 2018 dan sudah tidak berlaku lagi.

• Alat Spektrofotometri yang digunakan untuk pengujian belum dikalibrasi (terakhir kalibrasi pada bulan september 2019 s/d september 2020). • Cat dinding ruang produksi (pertemuan dinding dan lantai) terkelupas. • Langit-langit di ruang pengolahan ada kondensasi dan bernoda. • Tidak terdapat tempat cuci kaki sebelum masuk ruang pengolahan. • Jumlah toilet tidak mencukupi (hanya terdapat 2 toilet untuk karyawan

yang jumlahnya lebih dari 25 orang).

• Penyusunan produk akhir tidak teratur dan tidak menjamin berjalannya sistem FIFO.

• Lingkungan tidak bebas dari semak belukar/rumput liar • Tempat/wadah sampah tidak ada penutupnya

• Pencegahan serangga, burung, tikus dan binatang lain tidak efektif. • Tidak ada fasilitas/bahan untuk pencucian seperti tissue, sabun (cair) dan

pengering atau tidak ada peringatan agar karyawan mencuci tangan mereka setelah menggunakan toilet.

• Lingkungan tidak bebas dari sampah, dan barang-barang tak berguna diareal pabrik maupun di luarnya,

• Di ruang water treatment ditemukan barang tidak terpakai (catridge filter bekas pakai) sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang terhadap produk.

• Fasilitas klinik pabrik tidak digunakan untuk cek up rutin seluruh karyawan khususnya di bagian produksi.

• Jumlah tenaga laboratorium tidak mencukupi dan atau kualifikasi tenaganya tidak memadai.

• Tidak ada pengendalian untuk mencegah masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya didalam pabrik.

• Lantai ruang produksi tidak sesuai persyaratan teknis sanitasi dan hygiene (lantai ruang produksi ada yang pecah dan berlubang)

• Limbah padat/kering tidak ditangani dan dikumpulkan pada wadah yang baik dan mencukupi jumlahnya untuk seluruh pabrik

• Tidak ada peringatan pencucian tangan sebelum bekerja atau setelah ke toilet

• Tidak menggunakan tempat penyimpanan seperti pallet untuk mencegah kontaminasi

• Tidak dilakukan pengujian mutu sebelum diolah • Lampu di ruang pengolahan tanpa pelindung

• Tidak dilakukan pengujian mikrobiologi baik utk air baku maupun untuk produk jadi.

• Karyawan tidak menggunakan pakaian kerja

• Fasilitas penyimpanan (gudang kemasan) tidak dipelihara dengan baik (kontrol sanitasi tidak efektif).

• Pada fasilitas toilet tidak ada bak air, gayung. Pada wastafel tidak ada pengering tangan.

• Pada ruang penyimpanan pengemas dekat dengan ruang peletakan galon yang akan dicuci, terdapat bahan pengemas yang diletakkan di lantai tanpa dialasi palet.

• Alat ukur seperti timbangan dan alat laboratorium tidak konsisten dikalibrasi secara berkala minimal sekali setahun.

• Tidak aktif melaksanakan monitoring terhadap bahan baku, bahan pembantu, kebersihan peralatan dan produk akhir

• Produk akhir tidak diberi label yang memuat : jenis produk, nama perusahaan pembuat, ukuran, tipe, grade (tingkatan mutu), tanggal kadaluwarsa, berat bersih, nama bahan tambahan makanan yang dipakai, kode produksi atau persyaratan lain

• Tidak terdapat kawat/kisi2 di gudang kemasan, gudang produk jadi (pabrik secara umum).

Sebagai tindak lanjut terhadap temuan tersebut adalah perintah perbaikan, peringatan, dan peringatan keras serta membuat Corrective and Preventive Action (CAPA).

Pemeriksaan juga dilakukan kesarana produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT). Terdapat 1385 sarana PIRT yang terinventarisir di Wilayah Kerja Balai Besar POM di Pekanbaru, dengan target sebanyak 6 Sarana (0,4%) sarana. Pemeriksaan dilakukan terhadap 6 (100%) sarana dari yang ditargetkan. Dari hasil pemeriksaan, 1 sarana memenuhi ketentuan (16,7%) dan 5 sarana tidak memenuhi ketentuan (83,3%). Pelanggaran yang ditemukan berupa:

• Izin PIRT Telah Berakhir tahun 2019

• Lantai, dinding, dan langit-langit, tidak terawat, kotor, berdebu dan atau berlendir.

• Ventilasi, pintu, dan jendela tidak terawat, kotor dan berdebu.

• Peralatan produksi tidak dipelihara, dalam keadaan kotor dan tidak menjamin efektifnya sanitasi.

• Perlengkapan cuci tangan seperti sabun dan pengering tdk tersedia d ruang produksi.

• Sampah di lingkungan dan di ruang produksi tidak segera dibuang. • Peralatan yang sudah bersih diletakkan di area yang kotor

• Karyawan dibagian produksi tidak menggunakan pakaian kerja dan menggunakan perhiasan.

• Program higiene dan sanitasi tidak dilakukan secara berkala.

• Hewan Peliharaan terlihat berkeliaran disekitar di dalam ruang produksi pangan.

• IRTP tidak memiliki catatan produksi / dokumen • Tidak tersedia tempat sampah tertutup

• Label pangan tidak mencantumkan nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih/isi bersih, nama dan alamat IRTP, masa kedaluwarsa, kode produksi dan nomor P-IRT.

Terhadap sarana produksi yang tidak memenuhi ketentuan, diberikan tindak lanjut berupa rekomendasi perpanjangan izin, rekomendasi peringatan dan rekomendasi peringatan keras kepada Dinas Kesehatan setempat. Untuk sarana produksi miras tidak ada di propinsi Riau.

3.6.3 Pemeriksaan Sarana Distribusi Pangan

Terdapat 1181 sarana distribusi pangan yang terinventarisir di Wilayah Kerja Balai Besar POM di Pekanbaru, dengan target 169 (14,31%) sarana. Bidang Pemeriksaan Balai Besar POM di Pekanbaru pada tahun 2020 telah melakukan pemeriksaan ke 169 sarana distribusi (100%) dari 169 sarana yang ditargetkan. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa 160 sarana (94,67%) memenuhi ketentuan sedangkan sisanya 9 sarana (5,33%) ditemukan pelanggaran seperti adanya pangan TIE (Tanpa Izin Edar), kedaluwarsa, dan kemasan rusak.

Terhadap sarana yang melakukan pelanggaran ditindaklanjuti dengan memberikan Surat Peringatan, dan terhadap temuan produk dilakukan pemusnahan produk oleh pemilik disaksikan oleh petugas Balai Besar POM di Pekanbaru serta pengembalian produk (retur) ke distributornya

3.7 Sertifikasi Produk dan Fasilitas Produksi dan/atau Distribusi

Dokumen terkait