• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : PERAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN

A. Pengawasan Pemerintah dalam Penyelenggaraan Usaha

Pengawasan merupakan salah satu pilar yang terpenting dalam proses bernegara khususnya pemerintahan. Fungsi pengawasan ini dilaksnakan untuk menjamin terwujud dan efektifnya kebijakan – kebijakan yang telah ditetapkan.

Agar pelaksanaan pekerjaan dan pelaksanaan kegiatan pemerintahan dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya maka perlu adanya pengawasan, karena dengan adanya pengawasan tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dapat dilihat dengan berpedoman terhadap rencana yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelumnya.

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah melakukan percepatan penyebaran dan pemerataan pembangunan industri ke seluruh wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia melalui perwilayahan industri. 61 Pemerintah dan/atau pemerintah daerah memfasilitasi pembangunan pusat pendidikan dan pelatihan industri di wilayah pusat pertumbuhan industri.62 Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin ketersediaan dan penyaluran sumber daya alam untuk industri dalam negeri.63

61 Pasal 14 ayat (1), Undang-undang No. 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian

62 Ibid, Pasal 20

63 Ibid, Pasal 33 ayat (1)

Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggungjawab dalam pengembangan, peningkatan penguasaan dan pengoptimalan pemanfaatan teknologi industri.64 Pemerintah dapat melakukan pengadaan teknologi industri.65 Dalam keadaan tertentu, pemerintah dapat melakukan pengadaan teknologi industri melalui proyek putar kunci.66 Pemerintah melakukan penjamin risiko atas pemanfaatan teknologi industri yang dikembangkan di dalam negeri.67 Pemerintah memfasilitasi ketersediaan pembiayaan yang kompetitif untuk pembangunan industri.68 Pemerintah dapat mengalokasikan pembiayaan dan/atau memberikan kemudahan pembiayaan kepada perusahaan industri swasta.69

Penilaian kesesuaian SNI, spesifikasi teknis dan/atau pedoman tata cara yang diberlakukan secara wajib dilakukan oleh lembaga penilaian kesesuaian yang telah terakreditasi dan ditunjuk oleh Menteri. Pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga penilaian kesesuaian dilakukan oleh Menteri. 70 Menteri mengawasi pelaksanaan seluruh rangkaian penerapan SNI dan pemberlakuan SNI, spesifikasi teknis, dan/atau pedoman tata cara secara wajib.71

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah melakukan pembangunan dan pemberdayaan industri kecil dan industri menengah untuk mewujudkan industri kecil dan industri menengah yang berdaya saing, berperan signifikan dalam penguatan struktur industri nasional, berperan dalam pengentasan kemiskinan

64 Ibid, Pasal 36 ayat (1)

65 Ibid, Pasal 38 ayat (1)

66 Ibid, Pasal 39 ayat (1)

67Ibid, Pasal, 40 ayat (1)

68 Ibid, Pasal 44 ayat (1)

69 Ibid, Pasal 45 ayat (1)

70 Ibid, Pasal 57 ayat (3) dan (4)

71 Ibid, Pasal 59

melalui perluasan kesempatan kerja dan menghasilkan barang dan/atau jasa industri untuk diekspor.72

Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya melaksanakan penguatan kepasitas kelembagaan.73 Pemerintah mendorong badan usaha swasta dan masyarakat untuk meningkatkan penggunaan produk dalam negeri.74 Pemerintah dapat membina, mengambangkan dan mengawasi kerja sama internasional di bidang industri yang dilakukan oleh badan usaha, organisasi masyarakat atau warga negara Indonesia.75 Pemerintah dapat melakukan tindakan penyelamatan industri atas pengaruh konjungtur perekonomian dunia yang mengakibatkan kerugian bagi industri dalam negeri.76

Pemerintah dan pemerintah daerah mendorong penanaman modal di bidang industri untuk memperoleh nilai tambah sebesar-besarnya atas pemanfaatan sumber daya nasional dalam rangka pendalaman struktur industri nasional dan peningkatan daya saing industri.77

Menteri melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan usaha industri dan kegiatan usaha kawasan industri. Pengawasan dan pengendalian dilakukan untuk mengetahui pemenuhan dan kepatuhan terhadap peraturan di bidang perindustrian yang dilaksanakan oleh perusahaan industri dan perusahaan kawasan industri. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian

72 Ibid, Pasal 72 ayat (1)

73 Ibid, Pasal 74 ayat (2)

74 Ibid, Pasal 89

75 Ibid, Pasal 94

76 Ibid, Pasal 100 ayat (1)

77 Ibid, Pasal 109 ayat (1)

dilakukan oleh pejabat dari unit kerja di bawah Menteri dan/atau lembaga terakreditas yang ditunjuk oleh Menteri.78

Pemerintah mengatur kegiatan Perdagangan Dalam Negeri melalui kebijakan dan pengendalian.79 Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Pelaku Usaha secara sendiri-sendiri atau bersama-sama mengembangkan sarana Perdagangan berupa rakyat, pusat perbelanjaan, toko swalayan, Gudang, perkulakan, Pasar lelang komoditas, Pasar berjangka komoditi; atau sarana Perdagangan lainnya. Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Pelaku Usaha dalam mengembangkan sarana Perdagangan sebagaimana arus mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.80

Pemerintah bekerja sama dengan Pemerintah Daerah melakukan pembangunan, pemberdayaan, dan peningkatan kualitas pengelolaan Pasar rakyat dalam rangka peningkatan daya saing.81 Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan pengaturan tentang pengembangan, penataan dan pembinaan yang setara dan berkeadilan terhadap Pasar rakyat, pusat perbelanjaan, toko swalayan, dan perkulakan untuk menciptakan kepastian berusaha dan hubungan kerja sama yang seimbang antara pemasok dan pengecer dengan tetap memperhatikan keberpihakan kepada koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah.82

78 Ibid, Pasal 117 ayat (1), (2), (3) dan (4)

79 Ibid, Pasal 5 ayat (1), Undang-undang Nomor 19 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

80 Ibid, Pasal 12 ayat (1) dan (2)

81 Ibid, Pasal 13 ayat (1)

82 Ibid, Pasal 14 ayat (1)

Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah melakukan penataan, pembinaan, dan pengembangan terhadap Pasar lelang komoditas.83 Pemerintah melakukan pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pengembangan Pasar berjangka komoditi.84 Pemerintah dapat memberi pengakuan terhadap kompetensi tenaga teknis dari negara lain berdasarkan perjanjian saling pengakuan secara bilateral atau regional.85 Pemerintah mengatur kegiatan Perdagangan antarpulau untuk integrasi Pasar dalam negeri.86

Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengendalikan ketersediaan Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang penting di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jumlah yang memadai, mutu yang baik, dan harga yang terjangkau. Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban mendorong peningkatan dan melindungi produksi Barang kebutuhan pokok dan Barang penting dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan nasional.87 Dalam kondisi tertentu yang dapat mengganggu kegiatan Perdagangan nasional, Pemerintah berkewajiban menjamin pasokan dan stabilisasi harga Barang kebutuhan pokok dan Barang penting.88 Dalam rangka pengendalian ketersediaan, stabilisasi harga, dan Distribusi Barang kebutuhan pokok dan Barang penting, Pemerintah dapat menunjuk Badan Usaha Milik Negara.89

Dalam hal Pemerintah Daerah mengatur mengenai langkah pemenuhan ketersediaan, stabilisasi harga, dan Distribusi Barang kebutuhan pokok dan/atau

83 Ibid, Pasal 18 ayat (1)

84 Ibid, Pasal 19 ayat (1)

85 Ibid, Pasal 21

86 Ibid, Pasal 23 ayat (1)

87 Ibid, Pasal 25 ayat (1) dan (2)

88 Ibid, Pasal 26 ayat (1)

89 Ibid, Pasal 27

Barang penting, Pemerintah Daerah harus mengacu pada kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah.90 Pemerintah menetapkan larangan atau pembatasan Perdagangan Barang dan/atau Jasa untuk kepentingan nasional dengan alasan:

a. melindungi kedaulatan ekonomi;

b. melindungi keamanan negara;

c. melindungi moral dan budaya masyarakat;

d. melindungi kesehatan dan keselamatan manusia, hewan, ikan, tumbuhan, dan lingkungan hidup;

e. melindungi penggunaan sumber daya alam yang berlebihan untuk produksi dan konsumsi;

f. melindungi neraca pembayaran dan/atau neraca Perdagangan;

g. melaksanakan peraturan perundang-undangan; dan/atau h. pertimbangan tertentu sesuai dengan tugas Pemerintah.91

Pemerintah mengatur kegiatan Perdagangan Luar Negeri melalui kebijakan dan pengendalian di bidang Ekspor dan Impor.92 Pemerintah dapat membatasi Ekspor dan Impor Barang untuk kepentingan nasional dengan alasan:

a. untuk melindungi keamanan nasional atau kepentingan umum; dan/atau b. untuk melindungi kesehatan dan keselamatan manusia, hewan, ikan,

tumbuhan, dan lingkungan hidup.

Pemerintah dapat membatasi Ekspor Barang dengan alasan:

a. menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri;

b. menjamin ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan oleh industri pengolahan di dalam negeri;

c. melindungi kelestarian sumber daya alam;

d. meningkatkan nilai tambah ekonomi bahan mentah dan/atau sumber daya alam;

90 Ibid, Pasal 31

91 Ibid, Pasal 35 ayat (1)

92 Ibid, Pasal 38 ayat (1)

e. mengantisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dari komoditas Ekspor tertentu di pasaran internasional; dan/atau

f. menjaga stabilitas harga komoditas tertentu di dalam negeri.

Pemerintah dapat membatasi Impor Barang dengan alasan:

a. untuk membangun, mempercepat, dan melindungi industri tertentu di dalam negeri; dan/atau

b. untuk menjaga neraca pembayaran dan/atau neraca Perdagangan.93

Pemerintah melakukan pengawasan dan pelayanan kepabeanan dan cukai, imigrasi, serta karantina di pos lintas batas keluar atau di pos lintas batas masuk dan di tempat atau di wilayah tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 94 Pemerintah menetapkan kebijakan pelindungan dan pengamanan Perdagangan.95 Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah melakukan pemberdayaan terhadap koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah di sektor Perdagangan.96 Pemerintah melakukan pembinaan terhadap Pelaku Usaha dalam rangka pengembangan Ekspor untuk perluasan akses Pasar bagi Barang dan Jasa produksi dalam negeri.97Pemerintah dalam melakukan pameran dagang di luar negeri mengikutsertakan koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah.98

Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dapat memberikan fasilitas dan/atau kemudahan untuk pelaksanaan kegiatan pameran dagang yang dilakukan oleh Pelaku Usaha dan/atau lembaga selain Pemerintah atau Pemerintah Daerah

93 Ibid, Pasal 54 ayat (1), (2), (3)

94 Ibid, Pasal 56 ayat (2)

95 Ibid, Pasal 67 ayat (1)

96 Ibid, Pasal 73 ayat (1)

97 Ibid, Pasal 74 ayat (1)

98 Ibid, Pasal 75 ayat (4)

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.99 Pelaksanaan kampanye pencitraan Indonesia dapat dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, lembaga selain Pemerintah/Pemerintah Daerah, dan/atau Pelaku Usaha secara sendiri-sendiri atau bersama-sama.100

Pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dapat meninjau kembali dan membatalkan perjanjian Perdagangan internasional yang persetujuannya dilakukan dengan undang-undang berdasarkan pertimbangan kepentingan nasional. Pemerintah dapat meninjau kembali dan membatalkan perjanjian Perdagangan internasional yang pengesahannya dilakukan dengan Peraturan Presiden berdasarkan pertimbangan kepentingan nasional.101

Pemerintah dapat memberikan preferensi Perdagangan secara unilateral kepada negara kurang berkembang dengan tetap mengutamakan kepentingan nasional.102 Tugas Pemerintah di bidang Perdagangan mencakup:

a. merumuskan dan menetapkan kebijakan di bidang Perdagangan;

b. merumuskan Standar nasional;

c. merumuskan dan menetapkan norma, Standar, prosedur, dan kriteria di bidang Perdagangan;

d. menetapkan sistem perizinan di bidang Perdagangan;

e. mengendalikan ketersediaan, stabilisasi harga, dan Distribusi Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang penting;

f. melaksanakan Kerja sama Perdagangan Internasional;

g. mengelola informasi di bidang Perdagangan;

h. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan di bidang Perdagangan;

i. mendorong pengembangan Ekspor nasional;

j. menciptakan iklim usaha yang kondusif;

k. mengembangkan logistik nasional; dan

l. tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.103

Pemerintah dan Pemerintah Daerah mempunyai wewenang melakukan pengawasan terhadap kegiatan Perdagangan. Dalam melaksanakan pengawasan Pemerintah menetapkan kebijakan pengawasan di bidang Perdagangan.104

Pengawasan oleh Pemerintah dilakukan oleh Menteri. Menteri dalam melakukan pengawasan mempunyai wewenang melakukan:

a. pelarangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk menarik Barang dari Distribusi atau menghentikan kegiatan Jasa yang diperdagangkan tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Perdagangan; dan/atau

b. pencabutan perizinan di bidang Perdagangan.105

Dalam melaksanakan pengawasan, Menteri menunjuk petugas pengawas di bidang Perdagangan. Petugas pengawas di bidang Perdagangan dalam melaksanakan pengawasan harus membawa surat tugas yang sah dan resmi.

Petugas Pengawas dalam melaksanakan kewenangannya paling sedikit melakukan pengawasan terhadap :

a. perizinan di bidang Perdagangan;

b. Perdagangan Barang yang diawasi, dilarang, dan/atau diatur;

c. Distribusi Barang dan/atau Jasa;

d. pendaftaran Barang Produk Dalam Negeri dan asal Impor yang terkait dengan keamanan, keselamatan, kesehatan, dan lingkungan hidup;

e. pemberlakuan SNI, persyaratan teknis, atau kualifikasi secara wajib;

f. pendaftaran Gudang; dan

104 Ibid, Pasal 98 ayat (1) dan (2)

105 Ibid, Pasal 99 ayat (1) dan (2)

g. penyimpanan Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang penting.

Petugas Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam hal menemukan dugaan pelanggaran kegiatan di bidang Perdagangan dapat:

a. merekomendasikan penarikan Barang dari Distribusi dan/atau pemusnahan Barang;

b. merekomendasikan penghentian kegiatan usaha Perdagangan; atau c. merekomendasikan pencabutan perizinan di bidang Perdagangan.

Dalam hal melaksanakan pengawasan ditemukan bukti awal dugaan terjadi tindak pidana di bidang Perdagangan, petugas pengawas melaporkannya kepada penyidik untuk ditindaklanjuti. Petugas Pengawas dalam melaksanakan kewenangannya dapat berkoordinasi dengan instansi terkait.106

Pemerintah dapat menetapkan Perdagangan Barang dalam pengawasan.

Dalam hal penetapan Barang dalam pengawasan, Pemerintah dapat menerima masukan dari organisasi usaha. Barang dalam pengawasan ditetapkan dengan Peraturan Presiden.107 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengawasan kegiatan Perdagangan dan pengawasan terhadap Barang yang ditetapkan sebagai Barang dalam pengawasan diatur dengan Peraturan Menteri.108

Proses perizinan usaha perindustrian dan perdagangan ini juga dilakukan sebagai salah satu langkah pengawasan yang diambil dan dilakukan oleh dinas Perindustrian dan Perdagangan di Kota Medan dalam menyikapi Izin Usaha perindustrian dan perdagangan. Adapun bentuk pengawasan terhadap Izin Usaha

106 Ibid, Pasal 100 ayat (10, (2), (3), (4), (5) dan (6)

107 Ibid, Pasal 101 ayat (1), (2) dan (3)

108 Ibid, Pasal 102

Perindustrian dan Perdagangan ini yang dilakukan oleh Walikota Medan beserta instansi terkait yaitu sebagai berikut :

a. Pengawasan Langsung (Direct Control)

Pengawasan Langsung merupakan pengawasan yang langsung dilakukan oleh bidang yang menjadi penanggung jawab dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan. pengawasan tersebut lebih kepada pengawasan yang dilakukan oleh atasan sebagai sikap tanggap atau ingin melihat langsung apa yang sudah terjadi di lapangan.

b. Pengawasan Tidak Langsung

Pengawasan tidak langsung merupakan pengawasan yang sering dilakukan dalam setidap kegiatan pemerintahan. Pengawasan ini hanya menunggu hasil laporan dari bawahan kepada atasan saja. Pengawasan secara tak langsung ini disampaikan oleh bawahan kepada atasan secara lisan maupun tulisan. Namun memang pengawasan ini yang sering dilakukan oleh pemerintah dalam menjalankan setiap kegiatan yang ada.

Pengawasan ini memang sering dilakukan oleh pihak terkait untuk meyidak dan memberikan surat teguran kepada usaha perindustrian dan perdagangan yang belum memiliki Izin Usaha. Dari hasil wawancara dan beberapa dokumentasi yang penulis dapatkan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan tampak pengawasan secara tak langsung dilaksanakan untuk memberikan teguran atau peringatan yang berdiri tanpa adanya Izin Usaha seperti hasil dokumentasi yang penulis dapatkan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan.

c. Pengawasan Preventif

Pengawasan Preventif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum pelaksanaan suatu kegiatan untuk menghindari terjadinya kesalahan yang berakibat kepada penyimpangan - penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, yakni pengawasan yang dilakukan terhadap sesuatu yang bersifat rencana. Proses perizinan yang dilakukan oleh Dinas Perindustian dan Perdagangan Kota Medan yaitu dilakukan secara terbuka melalui loket - loket pelayanan perizinan yang telah disediakan. Proses ini mencakup seluruh syarat - syarat yang harus dimiliki oleh pelaku usaha.

Setelah itu adanya pemeriksaan berkas yang dilakukan oleh bagian checking document yang bertindak sebagai dewan yang memberikan keabsahan atas berkas yang masuk tersebut.

d. Pengawasan Represif

Pengawasan ini dilaksanakan setelah suatu tindakan dilakukan dengan membandingkan apa yang telah terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi. Dengan pengawasan represif ini dilakukan dengan membandingkan apa yang telah terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi. Dengan pengawasan represif ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kegiatan yang telah dilakukan ini telah mengikuti kebijakan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Pengawasan represif ini dilakukan oleh

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan dengan dibantu oleh DPRD, dan instansi terkait lainnya.109

B. Hak dan Kewajiban Pemegang Izin Usaha Perindustrian dan

Dokumen terkait