• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELENGGARAAN USAHA PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN BERDASARKAN PERDA KOTA MEDAN NOMOR 9 TAHUN 2014 DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENYELENGGARAAN USAHA PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN BERDASARKAN PERDA KOTA MEDAN NOMOR 9 TAHUN 2014 DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELENGGARAAN USAHA PERINDUSTRIAN DAN

PERDAGANGAN BERDASARKAN PERDA KOTA MEDAN NOMOR 9 TAHUN 2014 DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

S K R I P S I

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

Muhammad Reza Rayhan NIM : 120200364

DEPARTEMEN : HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2 0 1 8

(2)

PENYELENGGARAAN USAHA PERINDUSTRIAN DAN

PERDAGANGAN BERDASARKAN PERDA KOTA MEDAN NOMOR 9 TAHUN 2014 DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Oleh :

Muhammad Reza Rayhan NIM : 120200364

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Disetujui Oleh

Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara

(Dr. Agusmidah ,SH,M.Hum) NIP. 197608162002122002

DOSEN PEMBIMBING I DOSEN PEMBIMBING II

(Dr. Agusmidah ,SH,M.Hum) (Erna Herlinda, SH,M.Hum) NIP. 197608162002122002 NIP. 196705091993032001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)

ABSTRAK

* Muhammad Reza Rayhan ** Agusmidah

*** Erna Herlinda

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perindustrian dan Perdagangan. Melalui pengaturan penyelenggaran tempat usaha ini, maka pengaturan tentang mendirikan usaha Perindustrian dan Perdagangan di Kota Medan diatur sesuai dengan perkembangan saat ini. Oleh karena itu, setiap kegiatan mendirikan penggunaan tempat usaha di Kota Medan harus memiliki izin dari Walikota Medan atau pejabat yang berwenang. Adapun permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana pengaturan usaha perindustrian dan perdagangan di Kota Medan, bagaimana penyelenggaraan usaha perindustrian dan perdagangan Berdasarkan Perda Kota Medan No. 9 tahun 2014 dan bagaimana peran pemerintah dalam penyelenggaraan izin usaha perindustrian dan perdagangan di Kota Medan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Bahan hukum dalam skripsi ini di ambil dari data sekunder, primer dan tersier. Teknik pengumpulan data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah Studi kepustakaan (Library Research). Metode analisis data menggunakan analisis kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha perindustrian dan perdagangan di Kota Medan diatur dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian, Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan dan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perindustrian dan Perdagangan. Penyelenggaraan usaha perindustrian dan perdagangan berdasarkan Perda Kota Medan No. 9 tahun 2014 telah sesuai dengan syarat dan tata cara prosedur perizinan yang berlaku. Peran pemerintah dalam penyelenggaraan izin usaha perindustrian dan perdagangan di Kota Medan melakukan pembinaan dan pengawasan kegiatan usaha perindustrian dan perdagangan. Pembinaan dapat berupa memfasilitasi pengembangan usaha dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia dan desain serta teknologi. Kewenangan walikota dapat dilimpahkan kepada pejabat yang ditunjuk. Petunjuk dan tata cara pengawasan diatur dengan peraturan Walikota.

Kata kunci : Usaha Perindustrian, Perdagangan, Hukum Administrasi Negara

*) Mahasiswa Fakultas Hukum USU/Penulis

**) Dosen/Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Dosen Pembimbing I

*** ) Dosen/ Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Dosen Pembimbing II

(4)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya sampaikan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang maha pengasih lagi maha penyayang atas segala rahmat dan karunianya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi merupakan salah satu persyaratan bagi setiap mahasiswa yang ingin menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini diberi judul “Penyelenggaraan Usaha Perindustrian dan Perdagangan berdasarkan Perda Kota Medan Nomor 9 Tahun 2014 Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara”.

Penulis dalam kesempatan ini ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang memberikan bantuan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Puspa Melati, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Agusmidah, SH, M.Hum, selaku ketua Departemen Hukum Administrasi Negara Universitas Sumatera Utara sekaligus selaku Dosen Pembimbing I yang banyak membantu penulis, dalam memberikan masukan, arahan-arahan serta bimbingan didalam pelaksanaan penulisan skripsi ini.

(5)

6. Ibu Erna Herlinda, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang banyak membantu penulis, dalam memberikan masukan, arahan-arahan serta bimbingan didalam pelaksanaan penulisan skripsi ini.

7. Kepada Ayahanda tersayang Usmawirli Yusuf dan Ibunda Indrias Susilowati atas segala perhatian, dukungan, doa dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. Kakak tercinta Winda Wirentari dan Astri Amaliasari yang mendorong serta berperan juga dalam proses penulisan skripsi ini.

9. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan di dalam penulisannya, oleh karena itu penulis berharap adanya masukan dan saran yang bersifat membangun untuk dimasa yang akan datang.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, atas segala kesalahan dan kekurangan saya mohon maaf. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2018 Penulis

Muhammad Reza Rayhan 120200364

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 5

D. Keaslian Penulisan ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 6

F. Metode Penelitian... 21

G. Sistematika Penulisan... 23

BAB II : PENGATURAN PENYELENGGARAAN USAHA PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DI KOTA MEDAN 25 A. Pengertian dan Bentuk Usaha Perindustrian dan Perdagangan.... 25

B. Tujuan dan Manfaat Usaha Perindustrian dan Perdagangan... 28

C. Landasan Hukum Penyelenggaraan Usaha Perindustrian dan Perdagangan ... 32

BAB III : PENYELENGGARAAN USAHA PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN BERDASARKAN PERDA KOTA MEDAN NO. 9 TAHUN 2014 ... 37

A. Prosedur Izin Penyelenggaraan Usaha Perindustrian dan Perdagangan ... 37

(7)

B. Instansi yang Berwenang dalam Pemberian Izin Perindustrian

dan Perdagangan ... 45

C. Kendala dalam Pemberian Izin Usaha Perindustrian dan Perdagangan ... 53

BAB IV : PERAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN USAHA PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ... 56

A. Pengawasan Pemerintah dalam Penyelenggaraan Usaha Perindustrian dan Perdagangan ... 56

B. Hak dan Kewajiban Pemegang Izin Usaha Perindustrian dan Perdagangan ... 68

C. Sanksi Administrasi bagi Penyalahgunaan Izin Usaha Perindustrian dan Perdagangan ... 72

BAB V : PENUTUP ... 82

A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial perlu bergaul dengan manusia yang lainnya, dalam pergaulan tersebut terdapat hak-hak yang sama antar manusia, baik itu hak untuk melakukan perbuatan, maupun hak untuk tidak melakukan perbuatan. Manusia juga wajib menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia, agar kehidupan yang tenteram dan damai selalu terpelihara. Guna mencapai kebahagiaan tersebut, manusia dibekali akal oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk melakukan kegiatan yang bisa menghasilkan keuntungan, salah satunya adalah melakukan kegiatan usaha, seperti perdagangan, industri, jasa dan lain sebagainya. Dalam melakukan kegiatan usaha tersebut setiap manusia mempunyai hak yang sama, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Artinya hak-hak manusia tidak dibeda-bedakan dalam melakukan suatu kegiatan usaha.1

Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, keadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Amanat ini memberikan landasan bagi usaha nasional atas dasar demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila, dalam

1 Otto Soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gadjah Mada Univ. Press, Cetakan kesepuluh, Yogyakarta, 2003, hal. 24

(9)

hal ini produksi dilaksanakan dan dikerjakan oleh semua untuk semua dibawah pemilikan anggota masyarakat dalam hal ini kemakmuran masyarakat yang lebih diutamakan, bukan perorangan. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 33 Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yaitu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan, cabang – cabang produksi yang penting dikuasai oleh Negara. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Prioritas Pembangunan Nasional yang tercantum dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun 2005 adalah semua lapisan masyarakat mendapatkan hak untuk memajukan kemampuannya, kesempatan, dan perlindungan dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.2

Dalam era globalisasi, yang utama adalah mengurangi berbagai hambatan perdagangan, pembangunan yang mengedepankan prakarsa masyarakat secara luas tersebut menjadi semakin penting karena akan meningkatkan daya saing bangsa. Disisi lain upaya peningkatan ketahanan budaya menjadi sangat vital agar masyarakat dapat mengambil manfaat dan mampu mencegah sisi buruk budaya asing. Acuan pembangunan industri dan perdagangan dalam PROPENAS 2005 sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional, khususnya yang terkait langsung dengan sektor indsutri dan perdagangan adalah mengembangkan usaha skala mikro, kecil, menengah dan koperasi melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, peningkatan akses kepada sumber daya produktif, pengembangan kewirausahaan

2http://inatrade.kemendag.go.id/index.php/perijinan/get_perijinan_detail/018003

(10)

dan pengusaha kecil, menengah, koperasi berkeunggulan kompetitif serta memacu peningkatan daya saing melalui pengembangan ekspor, pengembangan industri kompetitif, penguatan institusi pasar dan peningkatan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Keberadaan pengusaha kecil dan menengah termasuk yang berskala mikro, serta koperasi merupakan wujud kehidupan ekonomi sebagian besar rakyat Indonesia. Posisi seperti itu menempatkan sektor tersebut sebagai jalur utama dalam pengembangan sistem ekonomi kerakyatan.

Dalam mewujudkan pengembangan usaha nasional, usaha kecil perlu dibina menjadi usaha menengah yang makin efisien dan mampu berkembang secara mandiri, meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka lapangan kerja dan diharapkan makin mampu meningkatkan peranan dalam penyediaan barang dan jasa serta berbagai komponen, baik untuk keperluan pasar dalam negeri maupun luar negeri.

Dalam kaitan dengan pembentukan sebuah usaha, mekanisme pembentukan modal yang benar yaitu dengan prosedur serta bantuan fasilitator dari sebuah instansi seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan merupakan kunci bagi ekonomi rakyat yang tumbuh berkembang. Proses pembentukan modal yang benar tersebut muncul secara internal yaitu dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat, sehingga sebuah usaha akan berjalan lancar dengan aliran modal tersebut, artinya modal tersebut benar-benar bisa menjadi sesuatu hal yang dibutuhkan oleh masyarakat dengan upaya yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri dan untuk dapat meningkatkan usahanya. Adapun pihak luar seperti Dinas

(11)

Perindustrian dan Perdagangan merupakan fasilitator yang dapat mempermudah modal tersebut dikeluarkan oleh bank maupun badan peminjam modal lainnya.

Implementasi dari Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang dilakukan oleh pemerintah Kota Medan, dapat dilihat dengan adanya pengaturan khusus mengenai Penyelenggaraan Usaha Perindustrian dan Perdagangan di Kota Medan, yaitu berupa Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perindustrian dan Perdagangan. Melalui pengaturan penyelenggaran tempat usaha ini, maka pengaturan tentang mendirikan usaha Perindustrian dan Perdagangan di Kota Medan diatur sesuai dengan perkembangan saat ini. Oleh karena itu, setiap kegiatan mendirikan penggunaan tempat usaha di Kota Medan harus memiliki izin dari Walikota Medan atau pejabat yang berwenang.

Dari latar belakang inilah penulis ingin melakukan penyusunan skripsi dengan judul “Penyelenggaraan Usaha Perindustrian dan Perdagangan berdasarkan Perda Kota Medan Nomor 9 Tahun 2014 Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas serta sesuai dengan judul skripsi ini, maka beberapa permasalahan yang akan dibahas penulis, antara lain:

1. Bagaimana pengaturan usaha perindustrian dan perdagangan di Kota Medan?

(12)

2. Bagaimana penyelenggaraan usaha perindustrian dan perdagangan Berdasarkan Perda Kota Medan No. 9 Tahun 2014?

3. Bagaimana peran pemerintah dalam penyelenggaraan izin usaha perindustrian dan perdagangan di Kota Medan?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaturan usaha perindustrian dan perdagangan di Kota Medan

2. Untuk mengetahui penyelenggaraan usaha perindustrian dan perdagangan Berdasarkan Perda Kota Medan No. 9 Tahun 2014

3. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam penyelenggaraan izin usaha perindustrian dan perdagangan di Kota Medan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan teknologi baik di dalam ilmu hukum khususnya Hukum Administrasi Negara

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi instansi pemerintahan dan masyarakat untuk dapat mengetahui tentang penyelenggaraan usaha perindustrian dan perdagangan.

(13)

D. Keaslian Penulisan

Skripsi ini dilakukan dengan melakukan pengamatan dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Adapun pembuatan skripsi ini tidak merupakan duplikasi atau bentuk plagiat dari hasil penelitian lain. Dalam proses pembuatan skripsi ini saya selaku penulisnya mengacu dan memasukkan beberapa kutipan-kutipan.

Saya selaku peneliti dan penulis bertanggungjawab terhadap hal-hal pembuatan skripsi ini kepada pihak manapun.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Perizinan

Utrecht mengatakan bahwa bila pembuat peraturan umumnya tidak melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, keputusan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan, tetapi masih juga memperkenankan perbuatan tersebut bersifat izin (Vergunning). Izin dalam arti luas berarti suatu peristiwa dari penguasa berdasarkan Peraturan Perundang- undangan untuk memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umum dilarang.3

Izin dalam arti luas ialah suatu persetujuan dari pengguna berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentan larangan perundang-undangan. Dengan memberikan izin penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Ini menyangkut

3Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2006, hal.207

(14)

perkenaan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya.4

Izin dalam arti sempit adalah pengikatan-pengikatan pada suatu peraturan izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-keadaan yang buruk. Tujuannya ialah mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat undang- undang tidak seluruhnya dianggap tercela, namun dimana ia menginginkan dapat melakukan pengawasan sekedarnya. Hal yang pokok ialah bahwa suatu tindakan dilarang, terkecuali diperkenankan dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dengan perkenaan dapat diteliti dengan diberikan batas-batas tertentu bagi tiap kasus.

Jadi persoalannya bukanlah untuk hanya memberi perkenaan dalam keadaan-keadaan yang sangat khusus, tetapi agar tindakan-tindakan yang diperkenankan dilakukan dengan cara tertentu. Berdasarkan pemaparan pendapat di atas, maka dapat diketahui bahwa izin adalah perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk ditetapkan pada peristiwa konkret menurut prosedur dan persyaratan tertentu. Meskipun antara izin dan konsesi dianggap sama, dengan perbedaan yang relatif, tetapi terdapat perbedaan karakter hukum. Dalam izin tidak mungkin diadakan perjanjian, karena tidak mungkin diadakan suatu persesuaian kehendak. Dalam konsesi biasanya diadakan suatu perjanjian, yakni perjanjian yang mempunyai sifat sendiri dan yang tidak diatur oleh seluruh peraturan mengenai hukum perjanjian.

4Ateng Syafrudin, Perizinan untuk Berbagai Kegiatan, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hal.1

(15)

Menurut Amrah Muslimin, bahwa izin tersebut dibaginya ke dalam tiga bahagian bentuk perizinan (vergunning) yaitu :5

a. Lisensi, ini merupakan izin yang sebenarnya (Deiegenlyke). Dasar pemikiran mengadakan penetapan yang merupakan lisensi ini ialah bahwa hal-hal yang diliputi oleh lisensi diletakkan di bawah pengawasan pemerintah, untuk mengadakan penertiban. Umpamanya : Izin perusahaan bioskop.

b. Dispensasi, ini adalah suatu pengecualian dari ketentuan umum, dalam hal mana pembuat undang-undang sebenarnya dalam prinsipnya tidak berniat mengadakan pengecualiaan.

c. Konsesi, disini pemerintah menginginkan sendiri clan menganjurkan adanya usaha-usaha industri gula atau pupuk dengan memberikan fasilitas-fasilitas kewenangan kewajiban. Contoh,: Konsesi pengobatan minyak bumi

Jadi izin adalah merupakan ketetapan pemerintah untuk menetapkan atau melakukan sesuatu perbuatan yang dibenarkan oleh undang-undang, atau peraturan yang berlaku untuk itu. Sedangkan bentuk izin adalah :

a. Secara tertulis Bentuk izin secara tertulis rnerupakan suatu bentuk perizinan yang diberikan oleh pemerintah oleh suatu instansi yang berwenang sesuai izin yang dimintakan, serta penuangan pemberian izin

5Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika, Jakarta.

2010, hal. 25

(16)

diberikan dalam bentuk tertulis dan ditandatangani oleh pihak yang berwenang di instansi tersebut.

b. Dengan Lisan. Bentuk izin secara lisan dapat ditemukan dalam hal pengeluaran pendapat di muka umum. Bentuk izin dengan lisan pada dasarnya hanya dilakukan oleh suatu organisasi untuk melakukan aktivitasnya serta melaporkan aktivitasnya tersebut kepada instansi yang berwenang. Bentuk izin dengan lisan ini hanya berfungsi sebagai suatu bentuk pelaporan semata.

2. Pengertian Usaha Perindustrian dan Perdagangan

Pengertian industri memiliki beberapa pandangan dan pendekatan yang berbeda-beda dari berbagai pihak. Berikut beberapa pengertian industri menurut para ahli dan berbagai pihak:

1) Pengertian Industri menurut Departemen Perindustrian

Menurut Departemen Perindustrian (2006), industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

2) Pengertian Industri menurut Departemen Perdagangan

Definisi Industri menurut Departemen Perdagangan dilihat dari aspek modal yaitu “industri yang menggunakan modal kurang dari Rp 25.000.000,-“

(17)

3) Pengertian Industri menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

Menurut Badan Pusat Statistik (2008), industri mempunyai dua pengertian, pengertian secara luas dan pengertian secara sempit.

Pengertian secara luas, “Industri yaitu mencakup semua usaha dan kegiatan di bidang ekonomi bersifat produktif”. Sedangkan pengertian secara sempit: “Industri adalah hanya mencakup industri pengolahan yaitu suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi dan atau barang jadi, kemudian barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih nilainya dan sifatnya lebih kepada pemakaian akhir”. Selain pengertian diatas, pada tahun 2002 Badan Pusat Statistik (BPS) membagi industri berdasarkan aspek tenaga kerja.

Industri dibagi menjadi empat yaitu industri besar, industri sedang, industri kecil, industri rumah tangga (usaha mikro). Namun, dalam penelitian ini hanya menggunakan pengertian industri secara mikro yaitu suatu usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja kurang dari 5 orang.

4) Pengertian Industri menurut UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil Menurut UU No 9 Tahun 1995, industri memiliki definisi sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih tidak termasuk tanah dan bangunan maksimal Rp 200.000.000,-

b. Nilai hasil penjualan per tahun maksimal Rp 1.000.000.000,- c. Milik Warga Negara Indonesia (WNI)

(18)

d. Bukan dari anak cabang dari usaha besar

e. Berbadan usaha perorangan, tidak berbadan hukum, termasuk koperasi.

5) Pengertian Industri menurut Kementrian Negara Koperasi dan Industri Menurut Kementrian Negara Koperasi dan Industri, Industri dibagi menjadi dua definisi yaitu: industri mikro dan industri makro. Usaha Mikro yaitu suatu usaha yang memiliki aset diluar tanah dan bangunan kurang dari Rp 200.000.000,- dan memiliki omset kurang dari 1 milyar per tahun. 6

6) Pengertian Industri menurut Bank Indonesia

Pengertian industri menurut Bank Indonesia. Bank Indonesia mendefinisikan Industri sebagai berikut: Usaha Mikro yaitu suatu usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau dekat miskin, bersifat usaha keluarga, menggunakan sumber daya lokal, menerapkan teknologi sederhana, dan mudah keluar masuk industri.

7) Pengertian Industri Menurut Para Ahli dalam artikel Ase Satria yang berjudul Materi Ekonomi:

Teori Industri Menurut Para Ahli dan Pengelompokannya, mengungkapkan beberapa pendapat mengenai pengertian industri:

a. Menurut Hasibuan, Industri dibagi ke dalam lingkup makro dan mikro. Secara Mikro pengertian “Industri sebagai kumpulan dan sejumlah perusahaan yang menghasilkan barang-barang homogen,

6Mudrajad Kuncoro, Dasar-Dasar Ekonomika Pembangunan, Yogyakarta : STIM YKPN, 2000, hal.310

(19)

atau barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti sangat erat”.

b. Menurut Teguh S.Pambudi, “Industri adalah sekelompok perusahaan yang bisa menghasilkan sebuah produk yang dapat saling menggantikan antara yang satu dengan yang lainnya”.

c. Kemudian Menurut Hinsa Siahaan, “Industri adalah bagian dari sebuah proses yang mengolah barang mentah menjadi barang jadi sehingga menjadi sebuah barang baru yang memiliki nilai lebih bagi kebutuhan masyarakat”.

d. Dan Menurut Wirasti dan Dini Natalia, “industri diartikan sebagai pengolahan barang setengah jadi menjadi barang yang telah jadi sehingga dapat mendatangkan keuntungan bagi pelaksananya”.

Dari pendapat berbagai pihak dan para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengubah bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang baru yang memiliki nilai lebih tinggi dan menghasilkan pendapatan bagi pelaksananya.

Perdagangan atau perniagaan pada umumnya ialah pekerjaan membeli barang dari suatu tempat atau pada suatu waktu dan menjual barang itu ditempat lain atau pada waktu yang berikut dengan maksud untuk memperoleh keuntungan.

Dalam Buku I Bab 1 Pasal 2 sampai dengan Pasal 5 KUHD diatur tentang pedagang dan perbuatan perdagangan. Pedagang adalah orang yang melakukan perbuatan perdagangan sebagai pekerjaan sehari-hari (Pasal 2 KUHD). Pengertian perdagangan atau perniagaan dalam Pasal 3 Kitab Undang-Undang Hukum

(20)

Dagang (KUHD) adalah membeli barang untuk dijual kembali dalam jumlah banyak atau sedikit, masih berupa bahan atau sudah jadi, atau hanya untuk disewakan pemakaiannya. Perbuatan perdagangan dalam pasal ini hanya meliputi perbuatan membeli, tidak meliputi perbuatan menjual. Menjual adalah tujuan dari perbuatan membeli, padahal menurut ketentuan Pasal 4 KUHD perbuatan menjual termasuk juga dalam perbuatan perdagangan.7

Perbuatan perdagangan dalam Pasal 4 KUHD meliputi:

a) Kegiatan jasa komisi;

b) Jual beli surat berharga;

c) Perbuatan para pedagang, pemimpin bank, bendahara, makelar

d) Pemborongan pekerjaan bangunan, makanan dan minuman keperluan kapal;

e) Ekspedisi dan pengangkutan barang dagangan;

f) Menyewakan dan mencarterkan kapal;

g) Perbuatan agen, muat bongkar kapal, pemegang buku, pelayan, pedagang, urusan dagang para pedagang;

h) Semua asuransi.

Ketentuan Pasal 4 KUHD memperluas pengertian perbuatan perdagangan yang dirumuskan dalam Pasal 3 KUHD. Pasal 5 KUHD mengatur kewajiban yang timbul, antara lain tabrakan kapal atau mendorong kapal lain, pertolongan dan penyimpanan barang dari kapal karam, atau penemuan barang di laut, membuang

7Abdulkadir Muhammad, Hukum perusahaan Indonesia, cet.4, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2010), hal. 13.

(21)

barang ke laut. Dalam penerapannya, ketentuan Pasal 3 dan 4 KUHD ternyata menimbulkan banyak kesulitan, antara lain:8

a) Pengertian barang yang ditentukan dalam Pasal 3 KUHD hanya meliputi barang bergerak, padahal dalam masyarakat banyak terjadi perdagangan barang tidak bergerak, seperti tanah, gedung, rumah dan lain sebagainya.

b) Pengertian perbuatan perdagangan dalam Pasal 3 KUHD hanya meliputi perbuatan pembeli, tidak meliputi perbuatan menjual. Padahal dalam Pasal 4 KUHD, perbuatan menjual termasuk juga dalam perbuatan perdagangan.

c) Perbuatan perdagangan dalam Pasal 2 KUHD hanya dilakukan pedagang.

Padahal dalam Pasal 4 KUHD perbuatan Perdagangan juga dilakukan bukan oleh pedagang, misalnya mengenai komisi, makelar, dan pelayan.

d) Jika terjadi perselisihan antara pedagang dan bukan pedagang mengenai pelaksanaan perjanjian, KUHD tidak dapat diterapkan karena hanya diberlakukan bagi pedagang yang pekerjaan sehari-harinya melakukan perbuatan perdagangan.

Berkaitan dengan hal tersebut, untuk menyempurnakan ketentuan diatas maka perbuatan perdagangan juga dirumuskan dalam beberapa peraturan perundang-undangan. Dalam Pasal 1 butir 1 Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Kepmenperindag) Nomor 23/MPM/Kep/1998 tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan, perdagangan adalah kegiatan jual beli barang dan/atau jasa yang dilakukan secara terus-menerus dengan tujuan

8Ibid, hal.14-15

(22)

pengalihan hak atas barang dan/atau jasa dengan disertai imbalan atau kompensasi. Kegiatan perdagangan tentu saja mencakup juga kegiatan jual beli, karena pada dasarnya jual beli merupakan bagian dari perdagangan. Menurut Burgerlijk Wetboek (BW) jual beli adalah perjanjian timbal balik dimana pihak yang satu berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedang pihak lainnya berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut, sedangkan menurut Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPdt) jual beli merupakan suatu persetujuan dimana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain membayar harga yang telah djanjikan.9

Berdasarkan pada rumusan tersebut, dapat kita ketahui bahwa jual beli merupakan suatu bentuk perjanjian yang melahirkan kewajiban atau perikatan untuk memberikan sesuatu, yang dalam hal ini terwujud dalam bentuk penyerahan kebendaan yang dijual oleh penjual dan penyerahan uang oleh pembeli kepada penjual. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kegiatan perdagangan dan jual beli merupakan kegiatan ekonomi yang mempunyai keterkaitan antara satu dengan lainnya, karena kegiatan perdagangan yang utama adalah membawa barang-barang dari produsen (penghasil) ketempat-tempat konsumen (pemakai), sedangkan kegiatan jual beli yang terpenting adalah mengecerkan barang secara langsung. Berbeda dengan perdagangan yang hanya terbatas pada kegiatan menjual kembali, jual beli memiliki arti yang lebih luas.

Dalam kegiatan jual beli, pembeli tidak hanya dapat secara langsung

9Gunawan Widjaja, Jual Beli, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 7.

(23)

memanfaatkan atau menggunakan barang yang telah dibelinya, tetapi pembeli juga dapat menjual ataupun menyewakan barang tersebut untuk memperoleh keuntungan.

Berdasarkan sifatnya, perdagangan terbagi menjadi dua macam yaitu perdagangan yang bersifat nasional dan perdagangan yang bersifat internasional.

Dikatakan bersifat nasional, apabila terjadi antara penjual dan pembeli dalam wilayah Negara yang sama, sedangkan perdagangan yang bersifat internasional, apabila terjadi antara penjual dan pembeli yang bertempat tinggal di dalam wilayah Negara yang berlainan (perdagangan antarnegara). Perdagangan dibagi dalam beberapa jenis, yaitu:

a) Menurut pekerjaan yang dilakukan pedagang:

(a) Perdagangan mengumpulkan (produsen-tengkulak-pedagang besar eksportir);

(b) Perdagangan menyebarkan (importir-pedagang besar-pedagang menengah-konsumen).

b) Menurut jenis barang yang diperdagangkan:

(1) Perdagangan barang (yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan jasmani manusia, seperti hasil pertanian, pertambangan, dan pabrik);

(2) Perdagangan buku, musik, dan kesenian;

(3) Perdagangan uang dan surat-surat berharga (bursa efek).

c) Menurut daerah/tempat perdagangan itu dijalankan:

(1) Perdagangan dalam negeri (perdagangan nasional);

(24)

(2) Perdagangan luar negeri (perdagangan internasional), yang meliputi:

perdagangan ekspor dan perdagangan impor.

(3) Perdagangan meneruskan (perdagangan transito) yaitu perdagangan yang mendatangkan barang dari luar negeri untuk dijual kembali keluar negeri.

Perdagangan luar negeri adalah Perdagangan yang mencakup kegiatan ekspor dan/atau impor atas barang dan/atau perdagangan jasa yang melampaui batas wilayah negara. Pemerintah mengatur kegiatan perdagangan luar negeri melalui kebijakan dan pengendalian dibidang ekspor dan impor. Pengendalian perdagangan luar negeri meliputi:

a) Perizinan;

b) Standar; serta

c) Pelarangan dan pembatasan (lartas).

3.Pengertian Hukum Administrasi Negara

Hukum Administrasi Negara merupakan salah satu cabang atau bagian dari hukum yang khusus. Hukum Administrasi Negara dalam studi Ilmu Administrasi, merupakan mata kuliah bahasan khusus tentang salah satu aspek dari administrasi, yakni bahasan mengenai aspek hukum dari administrasi negara.

Hukum Administrasi Negara dikalangan PBB dan kesarjanaan Internasional, diklasifikasi baik dalam golongan ilmu-ilmu hukum maupun dalam ilmu-ilmu administrasi, hukum administrasi materiil terletak diantara hukum privat dan hukum pidana. Dalam Pasal 1 ayat 3 Undang – Undang Dasar 1945 disebutkan

(25)

bahwa “Indonesia adalah Negara Hukum.” Prinsip negara hukum pada dasarnya mengisyaratkan adanya aturan main dalam penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan sebagai aparatur penyelenggara negara, dengan inilah kemudian Hukum Administrasi Negara muncul sebagai pengawas jalannya penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan.

Berdasarkan asumsi tersebut tampak bahwa Hukum Administrasi Negara mengandung dua aspek yaitu pertama, aturan aturan hukum yang mengatur dengan cara bagaimana alat alat perlengkapan Negara itu melakukan tugasnya kedua, aturan aturan hukum yang mengatur hubungan antara alat perlengkapan administrasi negara dengan para warga negaranya,10 jadi Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang berkenaan dengan pemerintahan (dalam arti sempit) Bestuursrecht of administratief Recht omvat regels, die betrekking hebben op de administratie yaitu hukum yang cakupannya secara garis besar mengatur:11

1. Perbuatan Pemerintahan (pusat dan daerah) dalam bidang politik;

2. Kewenangan Pemerintahan (dalam melakukan perbuatan dibidang publik tersebut) di dalamnya diatur mengenai dari mana, dengan cara apa, dan bagaimana Pemerintah menggunakan kewenangannya; pengguna kewenangan ini dituangkan dalam bentuk instrumen hukum, karena itu di atur pula tentang pembuatan dan penggunaan instrument hukum;

3. Akibat-akibat hukum yang lahir dari perbuatan atau penggunaan kewenangan pemerintahan itu;

10Ridwan, HR, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, 2003, hlm. 26.

11Ibid, hlm. 33.

(26)

4. Penegakan hukum dan penerapan sanksi-sanksi dalam bidang pemerintahan.

Pengertian dan istilah Hukum Administrasi Negara. Sejarah dari Hukum Administrasi Negara dari Negara Belanda yang disebut Administratief Recht atau Bestuurs Recht yang berarti Lingkungan Kekuasaan/Administratif diluar dari legislatif dan yudisial. Hukum Administrasi Negara merupakan hukum yang selalu berkaitan dengan aktivitas perilaku administrasi negara dan kebutuhan masyarakat serta interaksi diantara keduanya. Pada dasarnya definisi Hukum Administrasi Negara sangat sulit untuk dapat memberikan suatu definisi yang dapat diterima oleh semua pihak, mengingat Ilmu Hukum Administrasi Negara sangat luas dan terus berkembang mengikuti arah pengolahan/ penyelenggaraan suatu Negara.12

Namun sebagai pegangan dapat diberikan beberapa definisi sebagai berikut:13

1. Oppen Hein mengatakan “Hukum Administrasi Negara adalah sebagai suatu gabungan ketentuan-ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi maupun rendah apabila badan-badan itu menggunakan wewenangnya yang telah diberikan kepadanya oleh Hukum Tata Negara.”

12Marbun SF. dkk, Dimensi-dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, 2001, hlm. 1.

13Ibid, hlm. 20.

(27)

2. J.H.P. Beltefroid mengatakan “Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan aturan-aturan tentang cara bagaimana alat-alat pemerintahan dan badan-badan kenegaraan dan majelis-majelis pengadilan tata usaha hendak memenuhi tugasnya.”

3. Logemann mengatakan “Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat dari norma-norma yang menguji hubungan Hukum Istimewa yang diadakan untuk memungkinkan para pejabat administrasi Negara melakukan tugas mereka yang khusus.”

4. De La Bascecoir Anan mengatakan “Hukum Administrasi Negara adalah himpunan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi sebab Negara berfungsi/ bereaksi dan peraturan-peraturan itu mengatur hubungan- hubungan antara warga Negara dengan Pemerintah.”

5. L.J. Van Apeldoorn mengatakan “Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan aturan yang hendaknya diperhatikan oleh para pendukung kekuasaan penguasa yang diserahi tugas pemerintahan itu.”

6. A.A.H. Strungken mengatakan “Hukum Administarsi Negara adalah aturan-aturan yang menguasai tiap-tiap cabang kegiatan penguasa sendiri.”

Pengertian-pengertian di atas jelaslah bahwa bidang hukum administrasi Negara sangatlah luas, banyak segi dan macam ragamnya. Pemerintah adalah pengurus dari pada Negara, pengurus Negara adalah keseluruhan dari jabatan- jabatan didalam suatu Negara yang mempunyai tugas dan wewenang politik Negara dan Pemerintahan. Apa yang dijalankan oleh Pemerintah adalah tugas

(28)

Negara dan merupakan tanggung jawab dari pada alat-alat Pemerintahan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hukum Administarsi Negara adalah Hukum mengenai Pemerintah/ Eksekutif didalam kedudukannya, tugas-tuganya dan fungsi.

HAN umum berkenaan dengan peraturan-peraturan umum mengenai tindakan hukum dan hubungan hukum administrasi atau peraturan-peraturan dan prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua bidang hukum administrasi, dalam arti tidak terikat pada bidang tertentu. HAN khusus adalah peraturan-peraturan yang berkaitan dengan bidang- bidang tertentu seperti peraturan tentang tata ruang, peraturan tentang kepegawaian, peraturan tentang pertanahan, peraturan kesehatan, peraturan perpajakan, peraturan bidang pendidikan, peraturan pertambangan dan sebagainya.14

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam pembahasan masalah, penulis sangat memerlukan data dan keterangan yang akan dijadikan bahan analisis. Metode penelitian yang dipergunakan dalam penyusunan skrispsi ini adalah metode yuridis normatif.

Metode yuridis normatif15 yaitu dalam menjawab permasalahan digunakan sudut pandang hukum berdasarkan peraturan hukum yang berlaku, untuk selanjutnya dihubungkan dengan kenyataan di lapangan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Serta mencari bahan dan informasi yang berhubungan dengan

14Diana Halim Koentjoro, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004, hlm. 13.

15Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum., Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Cetakan Keempat, 2002, hal. 43.

(29)

materi penelitian ini melalui berbagai peraturan perundang-undangan, karya tulis ilmiah yang berupa makalah, skripsi, buku-buku, koran, majalah, situs internet yang menyajikan informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.16

2. Sumber Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui penelusuran kepustakaan (library research) untuk memperoleh data atau bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.

Bahan hukum primer dapat berupa peraturan perundangan nasional, yang berkaitan dengan Penyelenggaran Usaha Perindustrian dan Perdagangan.

Bahan hukum sekunder berupa data yang diperoleh peneliti dari penelitian kepustakaan dan dokumentasi, yang merupakan hasil dari penelitian dan pengolahan orang lain yang sudah tersedia dalam bentuk buku-buku dan dokumentasi.

Bahan hukum tersier berupa bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang dipergunakan oleh penulis adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum.

3. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan dan pengambilan data yang digunakan penulis dalam penulisan karya ilmiah ini adalah studi kepustakaan (library research), yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagai literatur yang relevan dengan permasalahan skripsi ini seperti buku-buku, makalah, artikel dan berita

16Zaimul Bahri, Struktur dalam Metode Penelitian Hukum., Bandung: Angkasa. 1996, hal. 68.

(30)

yang diperoleh penulis dari internet yang bertujuan untuk mencari atau memperoleh teori-teori atau bahan-bahan yang berkenaan dengan Penyelenggaraan Usaha Perindustrian dan Perdagangan. Untuk melengkapi data, penulis juga melakukan Wawancara dengan informan Bapak Jopan Pasaribu, SE, SH, MM Sebagai staf bidang ekonomi sub perindustrian dan perdagangan Walikota Medan.

4. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan penulis dalam penulisan skripsi ini dengan cara kualitatif, yaitu menganalisis melalui data lalu diolah dalam pendapat atau tanggapan dan data-data sekunder yang diperoleh dari pustaka kemudian dianalisis sehingga diperoleh data yang dapat menjawab permasalahan dalam skripsi ini.

G. Sistematika Penulisan

Dalam melakukan pembahasan skripsi ini, penulis membagi dalam lima bab. Tata urutan sistematikanya sebagai berikut:

Bab I : Terdiri dari pendahuluan yang meliputi latar belakang, diikuti dengan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metodologi penelitian dan yang terakhir sistematika pembahasan.

BAB II : Pengaturan Penyelenggaraan Usaha Perindustrian dan Perdagangan di Kota Medan yang subbabnya terdiri dari

(31)

pengertian dan bentuk usaha perindustrian dan perdagangan, tujuan dan manfaat usaha perindustrian dan perdagangan dan landasan hukum penyelenggaraan usaha perindustrian dan perdagangan

BAB III : Penyelenggaraan Usaha Perindustrian Dan Perdagangan Berdasarkan Perda Kota Medan No. 9 Tahun 2014 yang sub babnya terdiri dari prosedur izin penyelenggaraan usaha perindustrian dan perdagangan, instansi yang berwenang dalam pemberian izin perindustrian dan perdagangan dan kendala dalam pemberian izin usaha perindustrian dan perdagangan

BAB IV : Peran Pemerintah dalam Penyelenggaraan usaha Perindustrian dan Perdagangan yang subbabnya terdiri dari pengawasan pemerintah dalam penyelenggaraan usaha perindustrian dan perdagangan, hak dan kewajiban pemegang izin usaha perindustrian dan perdagangan dan sanksi administrasi bagi penyalahgunaan izin usaha perindustrian dan perdagangan

BAB V : Kesimpulan dan Saran.

(32)

BAB II

PENGATURAN PENYELENGGARAAN USAHA PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DI KOTA MEDAN

A. Pengertian dan Bentuk Usaha Perindustrian dan Perdagangan

Industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan dibidang ekonomi yang bersifat produktif. Sedangkan pengertian secara sempit, industri atau industri pengolahan adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dalam hal ini termasuk kegiatan jasa industri dan pekerja perakitan (assembling). Dalam istilah ekonomi, industri mempunyai dua pengertian. Pertama, industri merupakan himpunan perusahaan-perusahaan sejenis, contoh industri kertas berarti himpunan perusahaan-perusahaan penghasil kertas. Kedua, industri adalah sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah barang mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.17

Dalam pengertian yang sempit, industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Secara umum pengertian industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah

17 Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan. Edisi Keempat. Yogyakarta: STIE YKPN, 2004, hlm 37

(33)

jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.18

Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perindustrian dan Perdagangan, Pasal 1 angka 17 pengertian industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setegah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/ atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri.19

Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi atau menjadi barang yang lebih tinggi nilai kegunaannya.

Industri dalam pengertian luas dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Industri primer adalah jenis industri yang langsung mengambil komoditas ekonomi dari alam tanpa proses pengolahan, seperti pertanian, pertambangan dan kehutanan.

18 Sritomo Wignjosoebroto, Pengantar Teknik & Manajemen Industri, Edisi Pertama, Jakarta : Penerbit Guna Widya, 2003, hlm. 19

19 Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 Tentang Kawasan Industri

(34)

b. Industri sekunder adalah kegiatan manusia dalam mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi atau barang yang lebih tinggi dari kegunaannya. Industri sekunder dinamakan pula industri manufaktur atau pabrik.20

Perdagangan adalah tatanan kegiatan yang terkait dengan transaksi Barang dan/atau Jasa di dalam negeri dan melampaui batas wilayah negara dengan tujuan pengalihan hak atas barang dan/atau jasa untuk memperoleh imbalan atau kompensasi.21

Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perindustrian dan Perdagangan, Pasal 1 angka 24 pengertian perdagangan adalah kegiatan usaha transaksi barang atau jasa seperti jual beli, sewa beli, sewa menyewa yanga dilakukan secara berkelanjutan dengan tujuan pengalihan hak atas barang atau jasa dengan disertai imbalan atau kompensasi.

Perdagangan atau perniagaan pada umumnya ialah pekerjaan membeli barang dari suatu tempat atau pada suatu waktu dan menjual barang itu ditempat lain atau pada waktu yang berikut dengan maksud untuk memperoleh keuntungan.

Dalam Buku I Bab 1 Pasal 2 sampai dengan Pasal 5 KUHD diatur tentang pedagang dan perbuatan perdagangan. Pedagang adalah orang yang melakukan perbuatan perdagangan sebagai pekerjaan sehari-hari (Pasal 2 KUHD). Pengertian perdagangan atau perniagaan dalam Pasal 3 Kitab Undang-Undang Hukum

20 Hadi Soesastro, Aida Budiman, Ninasapti Triaswati, Armida Alisjahbana dan Sri Adiningsih, Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir, (Jakarta : Yayasan Serangan Umum & Perum Peruri, 2005), hal 89

21 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

(35)

Dagang (KUHD) adalah membeli barang untuk dijual kembali dalam jumlah banyak atau sedikit, masih berupa bahan atau sudah jadi, atau hanya untuk disewakan pemakaiannya. Perbuatan perdagangan dalam pasal ini hanya meliputi perbuatan membeli, tidak meliputi perbuatan menjual. Menjual adalah tujuan dari perbuatan membeli, padahal menurut ketentuan Pasal 4 KUHD perbuatan menjual termasuk juga dalam perbuatan perdagangan.22

Perdagangan merupakan proses tukar menukar barang dan jasa dari suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Kegiatan sosial ini muncul karena adanya perbedaan kebutuhan dan sumber daya yang dimiliki.23

Badan usaha industri adalah badan usaha yang kegiatannya mengolah dari bahan mentah menjadi barang jadi yang siap untuk dikonsumsi. Contohnya:

perusahaan tekstil, industry logam, kerajinan tangan, dan sebagainya. Badan usaha perdagangan adalah badan usaha yang kegiatannya menyalurkan barang dari produsen kepada konsumen, atau kegiatan atau jual beli. Contohnya grosir, pedagang eceran, supermarket, perusahaan ekspor impor, dan sebagainya.

B. Tujuan dan Manfaat Usaha Perindustrian dan Perdagangan Perindustrian diselenggarakan dengan tujuan:

1. Mewujudkan industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional

2. Mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur industri

3. Mewujudkan industri yang mandiri, berdaya asing dan maju, serta industri hijau

4. Mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat.

22 Abdulkadir Muhammad, Loc.cit

23 Hadi Soesastro, Aida Budiman, Ninasapti Triaswati, Armida Alisjahbana dan Sri Adiningsih, Op.Cit, hal 95

(36)

5. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja

6. Mewujudkan pemerataan pembangunan industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional

7. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan.24

Pengaturan kegiatan Perdagangan bertujuan:

1. meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;

2. meningkatkan penggunaan dan Perdagangan Produk Dalam Negeri;

3. meningkatkan kesempatan berusaha dan menciptakan lapangan pekerjaan;

4. menjamin kelancaran Distribusi dan ketersediaan Barang kebutuhan pokok dan Barang penting;

5. meningkatkan fasilitas, sarana, dan prasarana Perdagangan;

6. meningkatkan kemitraan antara usaha besar dan koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah, serta Pemerintah dan swasta;

7. meningkatkan daya saing produk dan usaha nasional;

8. meningkatkan citra Produk Dalam Negeri, akses pasar, dan Ekspor nasional;

9. meningkatkan Perdagangan produk berbasis ekonomi kreatif;

10. meningkatkan perlindungan konsumen;

11. meningkatkan penggunaan SNI;

12. meningkatkan perlindungan sumber daya alam; dan

13. meningkatkan pengawasan Barang dan/atau Jasa yang diperdagangkan.25 Manfaat memiliki izin usaha di antaranya adalah :26

1. Sebagai sarana perlindungan hukum. Dengan memiliki ijin maka usaha anda tercatat secara legal oleh pemerintah sehingga anda dapat terhindar dari tindakan penertiban oleh Satpol PP, dengan begitu anda akan merasa nyaman dan aman dalam membuka usaha.

2. Sebagai syarat dalam kegiatan yang sifatnya menunjang perkembangan usaha. Dalam meningkatkan usaha yang anda miliki, tidak terlepas dari tambahan atau dibutuhkan suntikan modal dari perbankan. Nah Sebagai syarat pengajuan kredit modal usaha disyaratkan adanya ijin usaha.

24 Pasal 3, Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian

25 Pasal 3, Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

26 http://www.kindo.co.id/5-manfaat-tersembunyi-jika-anda-mempunyai-izin-usaha/

(37)

3. Sebagai syarat mengikuti tender dan syarat mengikuti lelang. Untuk beberapa jenis usaha seperti pengembang perumahan dan produksi, kegiatannya berkaitan erat dengan tender suatu proyek. Dalam tender, mensyaratkan bahwa para peminat harus memiliki bukti legalitas. Oleh karenanya kepemilikan ijin usaha yang merupakan bukti legalitas menjadi sangat penting bagi para pengusaha.

4. Sebagai sarana pengembangan usaha ke level internasional. Bagi para pengusaha lokal yang ingin memperluas jangkauan pemasaran ke level internasional kepemilikan ijin usaha juga sangat membantu. Hal ini dikarenakan ijin usaha menjadi syarat pendukung untuk melaksanakan perdagangan ekspor dan impor.

5. Sebagai sarana promosi dan meningkatkan kredibilitas usaha. Dengan mengurus ijin usaha dan mencatatkannya di instansi-instansi pemerintah maka membuka peluang anda untuk mempromosikan secara individu dan membuka peluang untuk mengikuti pameran yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah. Kredibilitas usaha anda juga semakin terpercaya karena sudah terbukti secara legal formal, sehingga masyarakat tidak ragu untuk memilih produk barang/jasa anda.

Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perindustrian dan Perdagangan, Pasal 3 menyebutkan bahwa peraturan daerah ini bertujuan untuk mewujudkan tertib usaha baik ditinjau dari segi lokasi maupun hubungannya dengan perkembangan di bidang

(38)

perindustrian dan perdagangan serta perkembangan perekonomian daerah dan kelestarian lingkungan.

Setiap negara yang melakukan perdagangan dengan negara lain tentu akan memperoleh manfaat bagi negara tersebut antara lain:27

1. Meningkatkan hubungan persahabatan antar negara Perdagangan antar negara dapat mewujudkan hubungan persahabatan. Jika hubungan ini terjalin dengan baik, ia dapat meningkatkan hubungan persahabatan antar negara-negara tersebut. Mereka dapat semakin akrab dan saling membantu bilamana mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan.

2. Kebutuhan setiap negara dapat tercukupi Dengan perdagangan internasional, suatu negara yang masuk kekurangan dalam memproduksi suatu barang dapat dipenuhi dengan mengimpor barang dari negara yang mempunyai kelebihan hasil produksi. Sebaliknya negara yang mempunyai kelebihan hasil produksi barang dapat mengekspor barang tersebut ke negara yang kekurangan. Dengan demikain kebutuhan setiap negara dapat tercukupi

3. Mendororng kegiatan produksi barang secara meaksimal Salah satu tujuan suatu negara perdaganan internasional adalah memprluas pasar di luar negeri. Jika pasar luar negeri semakin luas, maka produksi dalam negara terdorong semakin meningkat. Dengan demikian, para pengusaha terdorong semakin menghasilkan barang produksi secara besar-besaran.

4. Mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Perdagangan antar negara memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efisien. Perdaganan luar negeri memunkinkan negara terseut mengimpor mesin-mesin atau alat-alat modern untuk melaksanakan teknik produksi dan cara produksi yang lebih baik. Dengan demikian, teknologi yang lebih modern dapat meningkatkan produktivitas dan dapat mengadakan spesialisasi produksi.

5. Setiap negara dapat mengadakan spesialisasi produksi Perdagangan internasional dapat mendorong setiap negara sumber daya alam, tenaga kerja modal dan keahlian secara maksimal. Suatu negara yang memiliki produk unggulan, dapat bersaing dengan produk dari luar negeri.

6. Memperluas lapangan kerja Jika pasar luar negeri semakin meluas, maka barang atau jasa yang dihasilkan juga semakin bertambah. Perningkatan hasil produksi meningkatkan kebutuhan tenaga kerja bagi perushaan sehingga membukan kesempatan kerja baru dan mengurangi pengangguran.

27 Heri Setiawan dan Sari Lestari, Perdagangan Internasional, Yogyakarta: Pustaka Nusantara, 2011, hal 13

(39)

C. Landasan Hukum Penyelenggaraan Usaha Perindustrian dan Perdagangan

Potensi industri dan perdagangan suatu tempat dapat menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi di daerah tertentu atau pun pendukung pertumbuhan ekonomi di daerah lainnya. Perkembangan industri dan perdagangan di skala internasional, nasional maupun regional pun turut mempengaruhi keberhasilan pengelolaan potensi industri dan perdagangan di suatu daerah. Penyelenggara pembangunan di bidang industri dan perdagangan, mulai dari tingkat kabupaten/kota sampai dengan Pemerintah Pusat, dituntut untuk senantiasa meningkatkan daya saing produk industri dan perdagangan. Sertifikasi produk, kompetensi sumber daya manusia, infrastruktur sampai dengan koneksi informasi antara Stake holder adalah upaya peningkatan daya saing yang senantiasa di ek- splorasi sebagai langkah antisipasi dari perkembangan yang terjadi dan atau akan terjadi. Saat ini penyelenggaraan urusan industri dan perdagangan cenderung tidak fokus. Hal tersebut dapat dilihat pada pencapaian sasaran program dari pelaksanaan kegiatan yang tidak konsisten. Ketersediaan data industri dan perdagangan yang dimiliki tidak digunakan atau digali pemanfaatannya sebagai basis data. Akibatnya adalah peran data industri dan perdagangan sebagai bahan pengambilan keputusan tidak optimal. Ditarik lebih luas lagi, keterhubungan antara data industri dan perdagangan menjadi bisa sementara industri dan perdagangan mejadi aktivitas yang saling mempengaruhi.28

28 Indri Koesnadi, Arsitektur Informasi Penyelenggaraan Urusan Industri Dan Perdagangan Pemerintah Provinsi, Seminar Riset Teknologi Informasi (SRITI) tahun 2016, hal 89-90

(40)

Adapun landasan hukum Penyelenggaraan Usaha Perindustrian dan Perdagangan yaitu :

1. Undang-undang Nomor 7/1994 tentang Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia

Dalam kerangka hubungan ekonomi dan perdagangan internasional, keberhasilan Indonesia meningkatkan ekspor dan pembangunan nasional juga akan tergantung pada perkembangan tatanan ekonomi dunia serta kemantapan sistem perdagangan internasional di samping kemampuan penyesuaian ekonomi nasional terhadap perkembangan yang ada. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi perekonomian dunia, adalah tatanan atau sistem yang merupakan dasar dalam hubungan perdagangan antar negara. Tatanan dimaksud adalah General Agreement on Tariffs and Trade/GATT (Persetujuan Umum mengenai Tarif dan Perdagangan).

Persetujuan tersebut terwujud dalam tahun 1947, dan Indonesia telah ikut serta dalam persetujuan tersebut sejak tanggal 24 Pebruari 1950.

2. Undang-undang Nomor 31/2000 tentang Desain Industri.

Permohonan dengan menggunakan Hak Prioritas harus diajukan dalam waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali diterima di negara lain yang merupakan anggota Konvensi Paris atau anggota Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia.29

29 Pasal 16 ayat (1), Undang-undang Nomor 31/2000 tentang Desain Industri

(41)

3. Undang-undang Nomor 32/2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

4. Undang-undang Nomor 29/2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman.

Suatu varietas dianggap baru apabila pada saat penerimaan permohonan hak PVT, bahan perbanyakan atau hasil panen dari varietas tersebut belum pernah diperdagangkan di Indonesia atau sudah diperdagangkan tetapi tidak lebih dari setahun, atau telah diperdagangkan di luar negeri tidak lebih dari empat tahun untuk tanaman semusim dan enam tahun untuk tanaman tahunan.30

Hak untuk menggunakan varietas meliputi kegiatan: memproduksi atau memperbanyak benih, menyiapkan untuk tujuan propagasi, mengiklankan, menawarkan, menjual atau memperdagangkan, mengekspor, mengimpor.31 5. Undang-undang Nomor 30/2000 tentang Rahasia Dagang.

6. Undang-undang Nomor 14/2001 tentang Paten

7. Undang-undang Nomor 20/2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis 8. Undang-undang Nomor 28/2014 tentang Hak Cipta.

9. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian

Lingkup pengaturan dalam Undang-undang ini meliputi penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang perindustrian, rencana induk pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional, perwilayahan industri, pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana industri, pemberdayaan industri, tindakan pengamanan dan penyelamatan

30 Pasal 2 ayat (2), Undang-undang Nomor 29/2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman

31 Ibid, Pasal 6 ayat (3)

(42)

industri, perizinan, penanaman modal bidang industri dan fasilitas, komite industri nasional, peran serta masyarakat dan pengawasan dan pengendalian.32

10. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

Lingkup pengaturan Perdagangan meliputi Perdagangan Dalam Negeri, Perdagangan Luar Negeri, Perdagangan Perbatasan, Standardisasi, Perdagangan melalui Sistem Elektronik, pelindungan dan pengamanan Perdagangan, pemberdayaan koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah, pengembangan Ekspor, Kerja Sama Perdagangan Internasional, Sistem Informasi Perdagangan, tugas dan wewenang Pemerintah di bidang Perdagangan, Komite Perdagangan Nasional, pengawasan dan penyidikan.33

11. Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 41/MIND/PER/6/2008 tentang Ketentuan dan Tata cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri (TDI)

12. Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 Tentang Kawasan Industri 13. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor

402/MPP/Kep/11/1997 tentang Ketentuan Perizinan Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing;

14. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor : 199/MPP/Kep/6/2001 Persetujuan Penyelenggaraan Pameran Dagang, Konvensi dan Atau Seminar Dagang.

32 Pasal 4, Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian

33 Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

(43)

15. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perindustrian dan Perdagangan

Perda merupakan bagian dari peraturan perundang-undangan, pembentukan suatu perda harus berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang-undangan. Oleh sebab itu, perda yang baik itu adalah yang memuat ketentuan, antara lain: Memihak kepada rakyat banyak, Menjunjung tinggi hak asasi manusia, dan Berwawasan lingkungan dan budaya.

Dalam penyelenggaraan otonomi daerah, ada dua produk hukum yang dapat dibuat oleh suatu daerah, salah satunya adalah Peraturan Daerah.

Kewenangan membuat peraturan daerah (Perda), merupakan wujud nyata pelaksanaan hak otonomi yang dimiliki oleh suatu daerah dan sebaliknya, peraturan daerah merupakan salah satu sarana dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Perda ditetapkan oleh Kepala Daerah setelah mendapat persetujuan bersama DPRD, untuk penyelenggaraan otonomi yang dimiliki oleh provinsi /kabupaten/kota, serta tugas pembantuan. Perda pada dasarnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah. Perda yang dibuat oleh satu daerah tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan/ atau peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi,dan baru mempunyai kekuatan mengikat setelah diundangkan dengan dimuat dalam lembaran daerah.

(44)

BAB III

PENYELENGGARAAN USAHA PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN BERDASARKAN PERDA KOTA MEDAN

NO. 9 TAHUN 2014

A. Prosedur Izin Penyelenggaraan Usaha Perindustrian dan Perdagangan Izin adalah suatu persetujuan dan penguasan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan peraturan pemerintah. Dengan demikian izin pada prinsipnya memuat larangan, persetujuan yang merupakan dasar pengecualian.

Pengecualian itu harus diberikan oleh undang-undang untuk menunjukkan legalitas sebagai suatu ciri negara hukum yang demokratis.34

Di samping itu izin juga dapat diartikan, apabila pembuat peraturan, secara umum tidak melarang sesuatu perbuatan, asal saja dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Dengan demikian maka perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut, bersifat suatu izin.35

Izin adalah legalitas atau surat keterangan yang dipersamakan dengan itu, yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang dan diberikan kepada pengusaha untuk dapat menjalankan kegiatan usahanya. Fungsi izin adalah sebagai pengaturan, pembinaan, perlindungan, pelayanan, pengawasan dan pengembangan iklim usaha. Bila usaha sudah mempunyai izin berarti bisnisnya sudah resmi, sudah mendapatkan legalitas dari pemerintah. Untuk izin ada aturan-aturan

34 Nomensen Sinamo, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta : Penerbit Jala Permata Aksara, 2015), hal 89

35 S.F. Marbun dan Moh.Mahfud.MD, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta: Liberty, 2000), hal 95

Referensi

Dokumen terkait

• Suatu diagram untuk menggambarkan aliran suatu lay out dengan menggunakan alat berupa tali, kawat atau benang untuk menunjukan lintasan perpindahan bahan dari satu lokasi ke

Teknik pengumpulan data yang digunakan studi kepustakaan (library research dan Penelitian lapangan (field research), dengan metode kualitatif. Akibat hukum terhadap

Berdasarkan hasil pengujian, kendali DTMF sebagai catu daya sesuai hasil rancang bangun, dapat berfungsi dengan baik dan dapat menjadi sumber listrik untuk

April 2020 sampai dengan Masa Pajak September 2020 sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud

Penyelesaian perkara di Aceh dapat berbeda-beda di masing-masing kabupaten atau daerah, begitu pula di gampong pasie Lembang kecamatan Kluet Selatan, di gampong

Teknik pengumpulan data yang digunakan studi kepustakaan (library research dan Penelitian lapangan (field research), dengan metode kualitatif. Bentuk perjanjian prinsip bagi hasil

Pengaruh Kualitas Layanan dan Kepuasan terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah dengan Corporate Image Sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus pada Bank BRI

Persalinan kala I mempunyai durasi yang lebih lama untuk primigravida, hal ini menyebabkan nyeri yang dialami ibu bersalin berlangsung lebih lama.Nyeri menyebabkan takikardi pada ibu