• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengawasan kredit adalah suatu fungsi manajemen dan usahanya untuk penjagaan dan pengawasan pengelolaan kekayaan bank dalam bentuk perkreditan yang lebih baik dan efisien guna menghindarkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dengan cara mendorong dipatuhinya kebijaksanaan perkreditan

yang telah ditetapkan serta mengusahakan penyusunan administrasi perkreditan

dengan benar.87

Dalam pengawasan kredit ini lebih merupakan upaya untuk menjaga dan mengamankan kredit yang bersifat preventif. Pengawasan kredit ini juga merupakan suatu sistem dalam pengelolaan kredit yang berfungsi sebagai penutup kelemahan dalam proses perkreditan. Oleh karena itu, pengawasan kredit harus mempu memberikan feedback agar tidak lanjut perbaikan segera dapat dilaksanakan.

Menurut Abdullah menyatakan bahwa pengawasan kredit adalah : 88

suatu proses penilaian dan pemantauan kredit sejak analisis bukanlah aktivitas untuk mencari kesalahan/ penyimpangan debitur khususnya dalam menggunakan kredit. Melainkan upaya menjaga agar apa yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana kredit, selain itu bahwa proses pengawasan kedit telah dimulai sejak dini (saat penilaian jaminan).

Dalam pengawasan kredit memiliki beberapa tujuan pengawasan kredit berupa :

1. Sistem/prosedur dan ketentuan-ketentuan sebagai dasar kredit operation dapat

dilaksanakan semaksimal mungkin.

2. Penjagaan dan pengamanan kredit sebagai kekayaan bank harus dikelola

dengan baik agar tidak timbul risiko yang diakibatkan oleh penyimpangan-penyimpangan, baik oleh nasabah maupun oleh inter bank.

3. Administrasi dan dokumentasi kredit harus terlaksana sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang ditetapkan sehingga ketelitian, kelengkapan,

87.

Jurnal muhamad muslih latief91, pengawasan terhadap kredit oleh bank umum (diakses pada tanggal 3 juni 2017 pukul 10:10 WIB)

88.

http://www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-sistem-pengawasan-kredit-dan.html(di akses pada tanggal 23 Juli 2017 Pukul 10:15 WIB).

keaslian, dan akurasinya dapat menjadi informasi bagi setiap lini manajemen yang terlibat dalam perkreditan.

4. Efektivitas dan efesiensi meningkat dalam setiap tahap pemberian kredit

sehingga perencanaan kredit dapat dilaksanakan dengan baik.

5. Pembinaan portofolio, baik secara individu maupun secara keseluruhan dapat

dilakukan sehingga bank mempunyai kualitas aktiva yang produktif dan

mendukung menjadi bank yang sehat.89

pengawasan merupakan fungsi manajemen yang menjapai urutan paling akhir dalam tujuan manajemen. Pengawasan membantu penilaian apakah perencanaan, perorganisasian, dan pelaksanaan suatu program telah dilaksanakan dengan efektif atau tidak.

Dalam pengawasan kredit ini, akan melalui beberapa tahapan yang membentuk suatu proses pengawasan kredit. Proses pengawasan di uraikan

sebagai berikut:90

Dari kredit yang diberikan, dilakukan pemeriksaan, apakah terjadi penyimpangan dari perjanjian antara pihak debitur dengan bank. Pada tahap ini, penyimpangan-penyimpangan tersebut diidentifikasikan dan dicari tahu apa yang menjadi penyebab terjadinya penyimpangan tersebut. Penyebab penyimpangan ini bisa dari pihak bank maupun dari pihak debitur. Penyebab pihak dari bank misalnya struktur organisasi yang lemah dari pihak bank, kurang akurat dalam melakukan

89.

Ibid.,

90.

Artikel-Tujuan Monitoring dan pengawasan kredit. www.kalkulatorkredit.com (diakses pada tanggal 27 Juni 2017 Pukul 10:30 WIB).

penelitian sebelum memberikan kredit, dan sebagainya. Dan dari pihak debitur

biasanya penyebabnya adalah menurunnya kondisi keuangan perusahaan. 91

Dalam melakukan pengawasan kredit dilakukan oleh Bank Indonesia

berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 diatur pada Pasal 8 yang diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 3 Tahun 2004 menyatakan bahwa Bank Indonesia mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi bank.

Ada beberapa prinsip dalam melaksanakan pengawasan bank yakni:

1. Fungsi pengawasan kredit harus diawali dari upaya yang bersifat pencegahan

sedini mungkin terjadinya hal-hal yang dapat merugikan bank dalam perkreditan atau terjadinya praktek pemberian kredit yang tidak sah.

2. Pengawasan kredit juga harus meliputi pengawasan sehari-hari oleh

manajemen bank atas setiap pelaksanaan pemberian kredit atau lazim dikenal dengan istilah pengawasan melekat.

3. Pengawasan kredit yang harus meliputi audit intern terhadap semua aspek

perkreditan yang dilakukan oleh audit internal bank.

Pengawasan harus meliputi semua aspek perkreditan serta semua aspek pengawasan tanpa melakukan pengecualian yaitu :

a. Pengawasan terhadap semua pejabat bank yang terkait dengan perkreditan.

91.

http://www.bi.go.id/id/perbankan/arsitektur/pengawasan (diakses pada tanggal 27 Juni 2017 pukul 12.00 WIB)

b. Pengawasan terhadap semua jenis kredit, termasuk kredit kepada pihak-pihak yang terkait dengan bank dan debitur-debitur besar tertentu. Pengawasan terhadap pihak-pihak yang terkait dengan bank dan debitur-debitur beser tertentu bahkan harus dilakukan secara intensif.

Cakupan fungsi pengawasan kredit sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Mengawasi apakah pemberian kredit telah dilaksanakan sesuai dengan

Kebijakan Perkreditan Bank, prosedur pemberian kredit dan ketentuan intern bank yang berlaku.

b. Mengawasi pemberian kredit apakah telah memenuhi ketentuan perbankkan

yang berlaku.

c. Memantau perkembangan kegiatan debitur termasuk pemantauan melalui

kegiatan kunjungan kepada debitur dan memberikan peringatan dini mengenai penurunan kualitas kredit-kredit yang diperkirakan mengandung risiko bagi bank.

d. Mengawasi apakah penilaian kolektibilitas kredit telah sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

e. Melakukan pembinaan kepada dibitur untuk mengarahkan agar debitur dapat

memenuhi kewajibannya kepada bank.

f. Memantau dan mengawasi secara khusus kebenaran pemberian kredit kepada

pihak yang terkait dengan bank dan debitur-debitur tertentu apakah telah sesuai dengan Kebijakan Perkreditan Bank.

g. Memantau pelaksanaan pengadministrasian dokumen perkreditan apakah telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

h. Memantau kecukupan jumlah penyisihan penghapusan kredit.92

Fungsi Otoritas Jasa Keuangan dalam mengawasi Bank sebagai berikut :93

1. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi :

2. Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar,

rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan

3. Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk

hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa;

4. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi:

5. Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal

minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank;

6. Laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank;

7. Sistem informasi debitur;

8. Pengujian kredit (credit testing); dan

9. Standar akuntasi bank;

92.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63538/Chapter%20II.pdf;jsessionid=0C4A B163EA8B05CA5393CBDF70122DEC?sequence=3 ( diakses pada tanggal 23 Juli 2017 Pukul 12:00 WIB)

93.

https://zalirais.wordpress.com/2014/12/30/peran-pengawasan-perbankan-oleh-bank-indonesia-otoritas-jasa-keuangan-dan-lembaga-penjamin-simpanan/ (diakses pada tanggal 27 Juli 2017 Pukul 11:15 WIB).

Otoritas Jasa Keuangan termasuk dalam pengawasan pemberian kredit karena diatur dalam Otoritas jasa keuangan diatur Batas Maksimum Pemberian Kredit

sebagai berikut :94

a. Untuk pihak yang tidak terkait dengan bank : penyediaan dana kepada satu

peminjam yang bukan merupakan pihak terkait ditetapkan paling tinggi 20 % dari modal bank, sedangkan untuk satu kelompok peminjam yang bukan pihak terkait titepkan paling tinggi 25 % dari modal bank.

b. Untuk pihak yang terkait dengan bank : seluruh fortofolio Penyediaan

Dana kepada pihak terkait dengan bank ditetapkan paling tinggi 10 % dari modal bank.

c. Penyediaan Dana oleh bank dikategorikan sebagai Pelampauan BMPK

apabila disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: (i) penurunan modal bank; (ii) perubahan nilai tukar; (iii) perubahan nilai wajar; (iv) penggabungan usaha, perubahan struktur kepemilikan dan atau perubahan struktur kepengurusan yang menyebabkan perubahan pihak terkait dan atau kelompok peminjam; dan (v) perubahan ketentuan.

d. Terhadap pelampauan Batas Maksimum Pemberian Kredit dan

pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit bank diwajibkan

menyampaikan action plan kepada Otoritas Jasa Keuangan dan dikenakan

sanksi penilaian tingkat kesehatan bank.

94.

Dokumen terkait