• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Perangkat organisasi koperasi

Perangkat organisasi koperasi dapat dilihat dari dua segi, segi intern dan segi ekstern. Intern organisasi koperasi adalah organisasi yang berhubungan dengan tingkat-tingkat koperasi itu, yaitu hubungan antara koperasi primer, koperasi pusat, koperasi gabungan dan koperasi induk. Dalam ekstern organisasi ini juga termasuk hubungan tingkat-tingkat koperasi itu dengan Dewan Koperasi Indonesia, yaitu Dewan yang mempersatukan berbagai jenis koperasi dari berbagai tingkat itu ke dalam satu organisasi tunggal yang meliputi seluruh Indonesia.47

a. Perangkat intern organisasi koperasi

Permasalahan utama yang merupakan inti dari organisasi intern adalah “pemisahan pimpinan dan pelaksanaan serta pengkhususan pimpinan sendiri”.48 Sesuai dengan Undang-Undang Perkoperasian. Organisasi intern koperasi yang disebut sebagai alat kelengkapan organisasi koperasi terdiri dari rapat anggota, pengurus dan badan pemeriksa. Namun demikian bagi kepentingan koperasi dapat diadakan dewan penasihat. Bahkan lebih dari itu juga masih dibenarkan. Dewasa ini struktur intern organisasi koperasi makin memanjang dan meluas sejalan dengan makin kompleksnya tugas atau kegiatan baik pengurus maupun koperasinya, sehingga diperlukan peran karyawan dan manajer.

47 Pandji Anoraga dan Ninik Widyanti, Op.Cit., hlm. 90. 48 Sudarsono dan Edilius, Op.Cit., hlm. 84.

1) Rapat Anggota

Rapat anggota merupakan salah satu alat perlengkapan organisasi disamping pengurus dan badan pemeriksa, juga merupakan kekuasaan tertinggi dalam kehidupan koperasi dimana setiap anggota berhak atas satu suara.49 Rapat anggota harus merupakan suatu kesempatan bagi pengurus untuk melaporkan kepada para anggota tentang kegiatan-kegiatannya selama tahun lalu. Bersama- sama dengan anggota telah menelaah rencana kerja tahun mendatang untuk meningkatkan usaha kemajuan koperasi.

2) Pengurus

Pengurus koperasi dipilih dari dan oleh anggota dalam rapat anggota. Dalam praktiknya mungkin saja anggota yang berhak dipilih tidak selalu mempunyai keahlian serta kemampuan manajemen. Kondisi seperti inilah yang membuka kemungkinan untuk menunjuk/mengangkat pengurus yang bukan anggota koperasi. Pengurus sebagai pemegang mandat dari anggota harus melakukan pekerjaannya secara terbuka sesuai dengan keputusan-keputusan dalam rapat anggota.50 Pengurus secara berkala perlu mengadakan rapat pengurus, untuk mengambil keputusan guna melaksanakan rencana koperasi yang ditetapkan rapat anggota.

3) Pengawas Koperasi

Pengawas Koperasi dipilih dari dan oleh anggota dalam rapat anggota, maka pengawas bertanggung jawab kepada rapat anggota. Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai pengawas ditetapkan dalam anggaran dasar

(AD). Tugas dan wewenang pengawas koperasi telah diatur dalam Pasal 39 UU No. 25 Tahun 1992.

b. Perangkat ekstern organisasi koperasi

Didalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dikenal adanya koperasi primer, koperasi pusat, koperasi gabungan dan koperasi sekunder seperti yang dikemukakan dalam struktur intern koperasi diatas. Dilihat dari segi pemusatan, maka koperasi pusat, koperasi gabungan dan koperasi sekunder sebagai koperasi yang tingkatnya lebih atas dari koperasi primer, dan dilihat dari segi fungsinya, maka koperasi-koperasi sekunder tersebut juga disebut

“organisasi pembantu” (axialiary organizations) yang fungsinya membantu

koperasi primer mencapai tujuannya. Oleh sebab itu, maka koperasi sekunder pada dasarnya menjalankan usaha-usaha yang tidak dapat dilkaukan dengan baik oleh anggota-anggota perorangan secara sendiri-sendiri. Maka dipandang dari segi fungsinya itu, perlu tidaknya salah satu tingkat organisasi tergantung pada keperluan dan efisiensi, yang artinya kalau tidak diperlukan atau tidak efisien karena dibandingkan dengan manfaatnya tidak memadai, tingkat organisasi tersebut dapat ditiadakan.

2. Tata cara pengelolaan koperasi

Berpikiran secara administratrasi maupun dengan tata cara pengelolaan itu erat sekali hubungannya dengan kebudayaan serta tata cara kehidupan masyarakat sehari-hari, sehingga kita tidak akan mungkin mengembangkan pola-pola berpikir dan praktik-praktik administrasi maupun tata kelola yang terlalu banyak meminta perubahan mental yang terlampau berat atau besar. Gaya pengelolaan Perancis adalah khas Perancis, gaya pengelolaan Jerman adalah khas Jerman, gaya

pengelolaan Jepang adalah khas Jepang, masing-masing tidak terpisah dari kebudayaan masing-masing, cara dan praktiknya berbeda, tetapi hasilnya sama baiknya. Demikian pula dengan tata cara pengelolaan koperasi di Indonesia.

Tata cara pengelolaan koperasi Indonesia berlandaskan asas kekeluargaan yang lebih terkenal dengan landasan Pancasila. Landasan yang demikan diwujudkan pada sifat tata cara pengelolaan koperasi yang bersifat demokrasi, yaitu:51

a. Kekuasaan tertinggi

Semua kebijakan dan keputusan-keputusan yang akan dilaksanakan di dalam suatu koperasi ditentukan dalam forum rapat anggota berdasarkan hikmah kebijakan permusyawaratan, dimana setiap orang dengan tidak memandang umur, besarnya simpanan di dalam koperasi serta golongan mempunyai hak suara yang sama yaitu satu orang satu hak suara.pengurus berhak hanya dalam merumuskan kebijakan pelaksanaan keputusan-keputusan rapat anggota.

b. Pengurus

Pengurus adalah anggota yang dikuasakan oleh anggota untuk menggunakan kekayaang anggota yang telah dikumpulkan guna menjalankan usaha bersama itu.

c. Pembagian sisa hasil usaha

Tujuan suatu koperasi adalah untuk menunjang usaha, atau meningkatkan daya beli anggota khususnya dan masyarakat sekitarnya pada umumnya. Karena itu, yang menjadi ukuran bagi keberhasilan suatu koperasi bukan ditentukan berdasarkan besarnya sisa hasil usaha atau laba yang besar, melainkan diukur dari

banyaknya anggota dan masyarakat memperoleh pelayanan dari koperasi. Jika kebutuhan koperasi bisa memperoleh sisa hasil usaha, maka itu pun akan dibagikan kepada anggota berdasarkan jasa-jasa anggota itu terhadap koperasi.

d. Usaha koperasi

Sebagaimana dengan bentuk usaha kumpulan modal bisa saja memilih usahanya berdasarkan kemungkinan untung yang sebesar-besarnya. Akan tetapi mengingat koperasi adalah bentuk usaha bersama, maka pilihan usaha koperasi itu ditentukan oleh kepentingan usaha atau mata pencaharian anggotanya. Koperasi bukanlah koperasi, jika usahanya ditentukan berdasarkan besarnya untung yang akan diperoleh tanpa ada kaitan usaha dengan usaha anggotanya meningkat daya beli anggotnya. Ini berarti bahwa usaha koperasi menjadi tumpuan harapan anggotanya untuk menunjang usaha mereka masing-masing atau meningkatkan daya beli, atau demokrasi usaha.

Koperasi sebagai lembaga ekonomi yang berwatak sosial, berasaskan kekeluargaan, maka jelas kiranya bahwa tata cara pengelolaan di lembaga koperasi harus mengarah pada manajemen parsitipatif (parsitivative

management). Manajemen parsitipatif dalam hal ini berarti adanya kebersamaan,

keterbukaan, sehingga tiap anggota koperasi, baik yang turut serta dalam pengelolaan ataupun yang diluar kepengurusan, memiliki rasa bertanggung jawab bersama dalam koperasi.