• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap 4. Modal Ekonomi (Economic Capital)

1.4. Pengelolaan dan Pengendalian Risiko Kredit Kupedes

Dalam meminimalisir risiko kredit, diperlukan adanya pengelolaan dan pengendalian risiko kredit. Adapun pengelolaan dan pengendalian (mitigasi) risiko kredit kupedes yang dilakukan BRI Unit Ciampea adalah penerapan prinsip 5C, penetapan kolektibilitas debitur, pembentukan PPAP, pemberian IPTW, pembinaan dan penagihan intensif, rescheduling, reconditioning, peningkatan kualitas SDM, dan kerjasama dengan perusahaan asuransi.

1.4.1. Penerapan prinsip 5C

Dalam usaha ekspansi yang dilakukan oleh BRI Unit Ciampea, maka bank harus selalu seleksi dan menerapkan prinsip kehati- hatian dalam memberikan kredit. Salah satunya dengan prinsip 5C. Hal ini untuk mencegah adanya kredit bermasalah dan penyalahgunaan kredit. Prinsip 5C terdiri dari character, capability, capital, colleteral, dan condition. Prinsip ini digunakan dalam proses analisis kredit. Melalui prinsip 5C, analis kredit dapat menilai nasabah yang layak untuk diberikan kredit Kupedes, sehingga dapat menghindari terjadinya risiko kredit yang ditimbulkan oleh debitur. Untuk memperkuat penilaiannya, pihak bank juga melakukan

49

kunjungan dan inspeksi mendadak ke tempat nasabah untuk melihat usahanya. Selain itu pihak bank juga berusaha untuk mengetahui 5C calon debitur lewat tetangga si calon debitur. BRI sangat hati- hati dalam pemberian kredit, hal ini dapat terlihat dari salah satu syarat untuk calon debitur yang mengajukan kredit di atas Rp 20 juta harus melampirkan foto usahanya di berkas permohonan kredit, karena untuk kredit di atas Rp 20 juta harus diajukan ke BRI Cabang melalui Kepala Unit setelah si calon debitur di analisis oleh Mantri. Hal ini dilakukan bank untuk mendapatkan keyakinan mengenai si calon debitur.

1.4.2. Penetapan Kolektibilitas Debitur

Penetapan kolektibilitas debitur ini di maksudkan untuk mengelompokkan debitur yang tergolong dalam debitur yang lancar, dalam perhatian khusus (DPK), kurang lancar, diragukan, dan macet. Yang tergolong dalam kredit bermasalah adalah debitur yang tergolong kurang lancar, diragukan, dan macet. Lancar (debitur lancar dalam mengangsur ), DPK (debitur menunggak dari dua sampai kurang dari tiga bulan), kurang lancar (debitur menunggak dari tiga sampai kurang dari empat bulan), diragukan (debitur menunggak dari empat sampai lima bulan), dan macet (debitur menunggak dari enam sampai delapan bulan). Untuk debitur yang menunggak di atas delapan bulan, maka akan dimasukkan ke daftar hitam debitur, dimana daftar hitam debitur dihilangkan dari neraca.

Dengan adanya penetapan kolektibilitas debitur ini, pihak bank dapat melihat reputasi debitur sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pemberian kredit selanjutnya kepada debitur yang bersangkutan.

1.4.3. Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) digunakan untuk mengantisipasi kerugian yang diperkirakan di bulan berikutnya. Penghitungan besar PPAP di BRI Unit Ciampea dilakukan tiap akhir bulan dengan berdasarkan pada kredit

outstanding dan kolektibilitas masing- masing debitur. Untuk mengantisipasi kerugian yang diperkirakan di bulan Desember 2007, BRI Unit Ciampea menyisihkan modal untuk PPAP sebesar Rp 186.530.028,60.

1.4.4. Insentif Pembayaran Tepat Waktu

Insentif Pembayaran Tepat Waktu (IPTW) diberikan kepada debitur yang membayar (mengangsur) kredit tepat waktu secara berturut-turut selama enam bulan. IPTW ini diberikan setiap enam bulan sekali. Besar IPTW yang diberikan adalah dua persen dari

plafond kredit yang diterima debitur. Biaya untuk IPTW ini berasal dari pendapatan yang diperoleh dari bunga kredit yang dibebankan kepada debitur. IPTW adalah salah satu usaha preventif yang dilakukan BRI Unit Ciampea untuk mengurangi risiko kredit. Dengan adanya IPTW ini, diharapkan debitur menjadi terpacu untuk membayar (mengangsur) kredit secara tepat waktu.

1.4.5. Pembinaan dan Penagihan Secara Intensif

Pembinaan dilakukan dari mulai kredit dicairkan sampai kredit berakhir. Kegiatan ini dilakukan untuk menghindari penyalahgunaan kredit oleh debitur. Untuk itu dalam kegiatan ini pihak bank melakukan pengamatan, pemeriksaan, pengarahan, dan pemberian solusi yang dapat membantu mengatasi masalah debitur. Penagihan secara intensif dilakukan terhadap debitur yang termasuk dalam daftar kelompok kredit bermasalah, yaitu debitur yang memiliki kolektibilitas tiga, empat, dan lima. Tahap pertama yang dilakukan dalam penagihan ini adalah dengan memberikan surat peringatan kepada debitur. Jika tidak ada tanggapan dari debitur, maka pihak bank akan mengunjungi debitur secara langsung yang dilakukan secara sewaktu- waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu agar debitur tidak kabur ketika ditagih.

51

1.4.6. Rescheduling

Rescheduling adalah penjadwalan ulang untuk debitur yang tergolong dalam daftar kelompok kredit bermasalah, yaitu debitur yang masuk dalam kolektibilitas tiga, kolektibilitas empat, dan kolektibilitas lima. Biasanya Rescheduling diberikan untuk debitur yang operasi usahanya kurang menguntungkan yang disebabkan oleh faktor di luar nasabah dan usaha tersebut dianggap masih berpeluang menguntungkan di masa depan. Rescheduling ini dimaksudkan untuk meringankan beban debitur dalam membayar kewajibannya. Kegiatan ini dapat berupa perpanjangan jangka waktu kredit dan perpanjangan jangka waktu angsuran. Perpanjangan waktu kredit misalnya dari delapan bulan menjadi satu tahun, sehingga debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya. Sedangkan perpanjangan waktu angsuran misalnya dari 30 kali mengangsur menjadi 42 kali mengangsur, sehingga besar angsuran akan menjadi semakin kecil seiring dengan bertambahnya jumlah angsuram. Dalam hal ini terjadi proses evaluasi usaha dan analisa ulang sehingga dapat diketahui seberapa besar kemampuan riil nasabah dalam pola pengembalian kredit.

1.4.7. Reconditioning

Reconditioning adalah pengubahan persyaratan yang telah disepakati oleh debitur dan bank. Kegiatan ini dapat berupa penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, penurunan suku bunga, dan pembebasan bunga. Penundaan pembayaran bunga maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar seperti biasa. Permohonan keringanan bunga diajukan oleh nasabah yang benar- benar mengalami kesulitan dalam mengangsur ke BRI Unit Ciampea. Untuk selanjutnya, Kepala Unit akan mengajukannya ke BRI Cabang Bogor. Reconditioning ini dimaksudkan untuk meringankan beban debitur yang tergolong dalam daftar kelompok kredit bermasalah.

1.4.8. Peningkatan Kualitas SDM

BRI sangat sadar bahwa kualitas SDM sangat berperan penting dalam pengelolaan dan pengendalian risiko kredit. Untuk itu BRI memberikan pelatihan dan pengarahan kepada karyawannya secara berkelanjutan. Pelatihan yang dilakukan seperti pelatihan dalam analisis kredit serta pelatihan- pelatihan lain yang berhubungan dengan manajemen risiko kredit. Kegiatan ini diadakan maksimal satu bulan sekali di BRI cabang yang di peruntukkan kepada Kepala Unit dan Mantri. Oleh Kepala Unit dan mantri ini kemudian diteruskan kepada karyawan lain yang ada di BRI Unit. Dengan adanya kegiatan ini, maka karyawan yang ada di unit terkecil BRI ini tetap terlatih sehingga kualitas karyawan terjaga.

1.4.9. Kerjasama Dengan Perusahaan Asuransi

Kebijakan BRI untuk bermitra dengan perusahaan asuransi Bringin Life dapat mengurangi risiko kredit yang dihadapi. Asuransi ini adalah asuransi jiwa yang diberikan kepada debitur Kupedes komersil yang meninggal dunia. Dalam kerjasama ini terdapat kesepakatan-kesepakatan yang saling menguntungkan. Dengan adanya kerjasama ini, maka bank dapat meminimalisir kerugian yang ditimbulkan oleh adanya risiko kredit.

Dokumen terkait