• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2. Perubahan psikososial

2.2.4 Pengelolaan DM Tipe 2 pada Lansia

Pengelolaan DM tipe 2 pada lansia perlu diperhatikan secara khusus yang bertujuan untuk mengendalikan kadar gula darah, mengurangi hiperglikemik, mencegah dan mengatasi komplikasi, serta mencapai harapan hidup yang normal (Perkeni, 2011; Bilous dan Donelly, 2014). Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu) serta dilakukan intervensi farmakologis dengan pemberian obat hipoglikemik oral (OHO) atau suntikan insulin (Misnadiarly, 2006).

Terdapat empat pilar utama dalam pengelolaan DM tipe 2 yang meliputi (Perkeni, 2011):

a. Edukasi

Keberhasilan pengelolaan DM tipe 2 memerlukan partisipasi aktif dari pasien, keluarga, dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien menuju perilaku yang sehat. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku tersebut dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi tidak hanya kepada pasien DM tipe 2 namun juga kepada keluarganya (Perkeni, 2011). b. Diet

Pasien DM tipe 2 perlu ditekankan pentingnya keteraturan dalam hal jadwal, jenis, dan jumlah makanan, terutama bagi mereka yang menggunakan Obat Hipoglikemia Oral (OHO) atau insulin (Perkeni, 2011). Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal

16

karbohidrat, protein, lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu karbohidrat : 45-65% total asupan energi, protein: 10-20% total asupan energi, 20-25% kebutuhan kalori.

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, usia, stres akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari berat badan ideal dikali dengan kebutuhan kalori basal (30 Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 25 Kkal/kg BB untuk wanita). Alternatif diet rendah karbohidrat, tinggi lemak tak jenuh, tinggi serat diterapkan pada pasien DM tipe 2 (Hartono, 2006). Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) pada lansia dengan rentang usia 65-80 tahun membutuhkan energi sebanyak 1900 kkal (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75 Tahun 2013). Kebutuhan diet pada lansia DM tipe 2 disesuaikan dengan kebutuhan kalori yaitu 1900 kkal dengan kebutuhan karbohidrat sebanyak 299 gr, protein 60 gr, lemak 48 gr (Almatsier, 2004).

Tabel 2.1. Daftar Bahan Makanan Penukar

A. Golongan I: Sumber Karbohidrat

Satu satuan penukar mengandung: 175 kkalori, 4 gr protein, dan 40 gr karbohidrat

Bahan Makanan

Berat (g) URT Bahan

Makanan Berat (g) URT Nasi beras giling 100 ¾ gls Maizena* 40 8 sdm Nasi beras ½ giling 200 1 gls Tepung beras 50 8 sdm Nasi ketan hitam 100 ¾ gls Biskuit 40 4 bh bsr

Nasi ketan putih 100 ¾ gls Jagung 125 3 bj sdg

Bengkuang 320 2 bj bsr Tepung

singkong*

40 8 sdm

Gadung 175 1 ptg Tepung sagu* 40 7 sdm

Kentang 200 2 bj sdg Tepung terigu 50 8 sdm

Singkong 100 1 ptg sdg Tepung

hunkwee*

40 8 sdm

17

Ubi 150 1 bj sdg Mie kering 50 1 gls

Makaroni 50 ½ gls Havermout 50 6 sdm

Roti putih 80 2 iris Bihun 50 ½ gls

Kraker 50 5 bh bsr Maizena 50 10 sdm

B. Golongan II: Sumber Protein Hewani

Menurut kandungan lemaknya, sumber protein hewani dibagi menjadi tiga kelompok: 1. Rendah Lemak

Satu-satuan penukar mengandung: 7 gr protein, 2 gr lemak, 50 kalori

Bahan Makanan

Berat (g) URT Bahan

Makanan

Berat (g) URT

Kepiting 50 1/3 gls Putih telur ayam 65 2 ½ btr

Cumi-cumi 45 1ekor kcl Kerang 90 ½ gls

Daging ayam

tanpa kulit

50 1 ptg sdg Ikan pindang 25 ½ ekor

sdg

Ikan lele 40 ½ ptg sdg Ikan segar 40 1 ptg sdg

Babat 40 1 ptg bsr Ikan kakap 35 1/3 ekor

bsr

Ikan kembung 30 1/3 ekor

sdg 2. Lemak Sedang

Satu-satuan penukar mengandung: 7 gr protein, 5 gr lemak, 75 kalori

Bahan Makanan Berat (g) URT Bahan

Makanan

Berat (g) URT

Bakso 170 10 bj sdg Telur ayam 55 1 btr

Daging kambing 40 1 ptg sdg Telur bebek asin 50 1 btr

Hati ayam 30 1bh sdg Telur puyuh 55 5 btr

Hati babi 35 1 ptg sdg Usus sapi 50 1 ptg bsr

Hati sapi 35 1 ptg sdg Daging sapi 35 1 ptg sdg

Otak 65 1 ptg bsr Telur penyu 60 2 btr

3. Tinggi Lemak

Satu-satuan penukar mengandung: 7 gr karbohidrat, 5 gr protein, 3 gr lemak, 75 kalori

Bahan Makanan Berat (g) URT

Bebek 45 1 ptg sdg

Belut 45 3 ekor kcl

Daging ayam dengan kulit 40 1 ptg sdg

Sosis 50 ½ ptg

Kuning telur ayam 45 4 butir

Telur bebek 55 1btr

C. Golongan III: Sumber Protein Nabati

Satu satuan penukar mengandung: 75 kalori, 5 gr protein, 3 gr lemak, dan 7 gr karbohidrat

Bahan Makanan Berat

(g)

URT Bahan Makanan Berat (g) URT

Kacang Hijau 20 2 sdm Kacang tolo 20 2 sdm

Kacang Kedelai 25 2 ½ sdm Oncom 50 2 ptg sdg

18

Kacang tanah terkupas 15 2 sdm Tempe 50 2 ptg sdg

D. Golongan IV: Sayuran

Hendaknya digunakan campuran dari daun-daunan seperti: bayam, kangkung, daun singkong dengan kacang panjang, buncis, wortel, dsb. 100 gr sayuran campur adalah lebih kurang 1 gelas (setelah dimasak dan ditiriskan). Golongan sayuran dibagi atas 3 macam berdasarkan kandungan zat gizinya.

1. Sayuran A. Digunakan sekehendak karena sangat sedikit sekali kandungan kalorinya.

Beligo Lettuce

Gambas (oyong) Lobak

Jamur kuping segar Slada

Ketimun Slada air

Labu air Tomat

2. Sayuran B. Satu satuan penukar (dalam 100 g) mengandung: 5 g karbohidrat, 1 g protein, 25 kalori

Cabe hijau besar Sawi

Daun koro Seledri

Daun kacang panjang Taoge kac.hijau

Jagung muda Terong

Kol Kangkung

Bawang Bombay Labu siam

Bayam Pepaya muda

Broccoli Wortel

Buncis Daun kemangi

Cabe merah besar Pare

3. Sayuran C. Satu-satuan penukar (100 g) mengandung: 10 g karbohidrat, 3 g protein, 50 kalori.

Bayam merah Kluwih

Daun katuk Mlinjo

Daun labu siam Taoge kacang kedele

Daun mangkokan Daun talas

Daun mlinjo Kacang kapri

Daun pepaya Nangka muda

Daun singkong

E. Golongan V: Buah-buahan dan gula

Satu satuan penukar mengandung: 40 kkalori dan 10 gr hidrat arang

Bahan Makanan

Berat (g) URT Bahan

Makanan

Berat (g) URT

Gula 13 1 sdm Mangga 90 ¾ bh

bsr

Apel merah 85 1 bh kcl Nanas 95 ¼ bh

sdg

Anggur 165 20 bh sdg Nangka masak 45 3 bj sdg

Belimbing 70 1 bh bsr Pepaya 190 1 ptg

bsr

Jambu biji 100 1 bh bsr Pisang ambon 50 1 bh kcl

Jambu air 110 2 bh bsr Madu 15 1 sdm

19

Duku 80 16 bh sdg Salak 75 1 bh bsr

Jeruk bali 105 1 ptg Sawo 50 1 bh

sdg

Jeruk manis 100 2 bh sdg Sirsak 60 ½ gls

Kedondong 100 1 bh bsr Semangka 180 1 ptg

bsr

F. Golongan VI: Susu

Merupakan sumber protein, lemak, karbohidrat, dan vitamin (terutaman vitamin A dan Niacin), serta mineral (zat kapur dan fosfor).

Bahan Makanan Berat

(g)

URT Bahan Makanan Berat (g) URT

Susu sapi 200 1 gls Tepung susu asam 35 7 sdm

Susu kambing 165 ¾ gls Tepung susu skim* 20 1 sdm

Susu kerbau 100 ½ gls Tepung susu penuh 30 6 sdm

Susu kental tak

manis

100 ½ gls YogURT non fat 120 2/3 gls

Keju 35 1 ptg kcl YogURT susu

penuh

200 1 gls

G. Golongan VII: Minyak/lemak

Satu satuan penukar mengandung: 50 kalori dan 5 gr lemak 1. Lemak tidak jenuh

Bahan Makanan Berat

(g)

URT Bahan Makanan Berat (g) URT

Alpukat 60 ½ bh bsr Minyak jagung 5 1 sdt

Biji labu merah 10 2 bj Minyak kacang kedele 5 1sdt

Kacang almond 25 7 bj Minyak kacang tanah 5 1sdt

Margarine jagung 5 ¼ sdt Minyak zaitun 5 1sdt

Mayonnaise 20 2 sdm Minyak bunga matahari 5 1sdt

2. Lemak Jenuh

Bahan Makanan Berat

(g) URT Bahan Makanan Berat (g) URT

Minyak kelapa 5 1 sdm Kelapa 15 1 ptg kcl

Minyak inti kelapa sawit

5 1 sdm Santan 40 1/3 gls

Keju krim 15 1 ptg kcl Lemak babi 5 1 ptg kcl

Mentega 15 sdm

H. Golongan VIII (Makanan tanpa kalori)

1. Mengandung kurang dari 5 g karbohidrat dan kurang dari 20 kalori tiap penukarnya.

2. Bahan makanan yang ada ukuran rumah tangganya. Dibatasi maksimal 3 penukar sehari,

tetapi jangan dikonsumsi sekaligus oleh karena dapat menyebabkan kenaikan gula darah.

3. Bahan makanan yang tidak ada ukuran rumah tangganya dapat dikonsumsi lebih bebas.

Agar-agar Tauco

Air kaldu Teh

Air mineral Selai rendah gula

Cuka mineral Krim, non dairy, cair bubuk

20

Kopi Permen, tanpa gula

Minuman ringan tanpa gula Sirup tanpa gula

Minuman tonik tanpa gula Wijen

Sumber: Kemenkes R.I

Prinsip-prinsip dalam melaksanakan diet DM sehari-hari, dilakukan dengan pedoman Jadwal, Jenis, dan Jumlah atau yang sering disebut dengan pedoman 3J, yaitu:

(1) J1: Jadwal diet harus diikuti sesuai dengan interval. Pada dasarnya diet DM diberikan dengan tiga kali makanan utama dan tiga kali makanan antara (interval) tiga jam.

Tabel 2.2. Jadwal Waktu Makan

Waktu Makan Jenis Makanan

1. Makan pagi (pk. 07.00-08.00) Makanan utama yang terdiri dari: makanan

pokok (nasi), lauk pauk, sayuran.

2. Selingan (pk. 10.00) Buah/susu

3. Makan siang (pk. 12.00-13.00) Makanan utama

4. Selingan (pk. 16.00) Buah/susu

5. Makan malam (pk. 19.00) Makanan utama

6. Selingan (pk. 21.00) Buah

Sumber: Almatzier, 2004 (Jadwal ini dapat diubah asalkan interval tetap 3 jam)

(2) J2: Jenis makanan yang dianjurkan adalah jenis makanan pada syarat-syarat diet DM.

a. Bahan makanan yang dianjurkan (Almatsier, 2004):

1. Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mi, kentang, singkong, ubi, dan sagu.

2. Sumber protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe tahu, dan kacang-kacangan.

21

3. Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna. Terutama diolah dengan cara dipanggang, dikukus, dan direbus. b. Bahan makanan yang tidak dianjurkan (Almatsier, 2004):

1. Mengandung banyak gula sederhana seperti gula pasir dan gula jawa. Buah-buahan yang diawetkan dengan gula. Sirup, selai, jeli, susu kental manis, minuman botol ringan, dan es krim.

2. Mengandung banyak lemak, seperti cake, makanan siap saji, goreng-gorengan.

3. Mengandung banyak natrium, seperti ikan asin, telur asin, makanan yang diawetkan.

(3) J3: Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi ataupun ditambah.

Tabel 2.3. Contoh Menu Makanan Sehari Diet DM 1900 kkal

Waktu Bahan makanan Penukar (URT) Menu

Pagi Nasi Telur ayam Tempe Sayuran A Minyak 1 ½p 1 p 1 p S 2p 1 gls 1 btr 2 ptg sdg 1 sdm Nasi Telur dadar Oseng-oseng tempe Sop Oyong + tomat

Pukul 10.00 Buah 1 p 1 ptg sdg Pepaya

Siang Nasi Ikan Tempe Sayuran B Buah Minyak 1 p 2 p 1 p 1 p 1 p 2 p 1 ½ gls 1 ptg sdg 2 ptg sdg 1 gls ¼ bh sdg 1 sdm Nasi Pepes ikan Tempe goreng Lalapan kacang panjang+kol Nanas

Pukul 16.00 Buah 1 p 1 ptg Pisang

Malam Nasi

Ayam tanpa kulit Tahu Sayuran B Buah Minyak 2 p 1 p 1 p 1 p 1 p 2 p 1 ½ gls 1 ptg sdg 1 bh bs 1 gls 1 ptg sdg 1 sdm Nasi

Ayam bakar bumbu

kecap Tahu bacem Stup buncis+wortel Pepaya

22 Keterangan: bh = buah ptg = potong sdg = sedang gls = gelas (240 ml) sdm = 1 sendok makan bsr = besar btr = butir

URT= ukuran rumah tangga

atau penimbangan

menggunakan timbangan

makanan. Nilai Gizi

Energi: 1912 kkal

Protein: 60 g (12,5% energi total) Lemak: 48 g (22,5% energi total)

Karbohidrat: 299 g (62,5% energi total) Kolesterol: 303 mg

Serat: 37 g Sumber: Almatzier, 2004

Pencacatan menu makanan untuk diet DM dapat dilakukan dengan menggunakan food record yaitu pendekatan monitoring konsumsi makanan dan minuman dalam sehari atau lebih. Pencatatan tersebut dilakukan selama periode waktu tertentu biasanya 1 sampai 7 hari (Berdanier, Dwyer, dan Feldman, 2007), apabila pencacatan dilakukan beberapa hari biasanya dilakukan berturut-turut dan tidak lebih dari 7 hari (Thompson & Subar, 2013) yaitu 2-4 hari berturut-turut (Supariasa, 2012). Food record baik dilakukan ketika setelah makan atau minum sehingga hasilnya akurat. Jumlah makanan atau minuman yang dikonsumsi diperkirakan dengan menggunakan Ukuran Rumah Tangga (URT) (Thompson & Subar, 2013).

c. Aktivitas Fisik

Manfaat aktivitas fisik pada lansia DM adalah untuk perbaikan toleransi glukosa, peningkatan kemampuan, konsumsi oksigen maksimum, meningkatan kekuatan otot, penurunan tekanan darah, pengurangan lemak tubuh, perbaikan profil lipid (Kurniawan, 2010).

Aktivitas fisik secara teratur dilakukan 3-5 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit (Sudoyo, 2009). Jenis olahraga yang baik adalah aerobic yang

23

bersifat daya tahan, karena dapat memperkuat otot jantung dan pembuluh darah seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging dan berenang (Sustrani, dkk, 2006). Aktivitas fisik sebaiknya disesuaikan dengan usia dan status kesegaran jasmani serta memperhatikan aktivitas fisik bila menggunakan insulin, untuk lansia DM tipe 2, intensitas aktivitas fisik bisa ditingkatkan kecuali sudah mengalami komplikasi (Perkeni, 2011).

1. Aktifitas Fisik pada pasien DM yang Bergantung Insulin (Waluyo, 2009) : a) Monitor kadar gula darah sebelum dan sesudah beraktivitas fisik. b) Hindari gula darah rendah dengan memakan karbohidrat sebelum

aktivitas fisik.

c) Hindari aktivitas fisik berat selama reaksi puncak insulin.

d) Lakukan suntikan insulin di tempat–tempat yang tidak akan digunakan untuk beraktivitas fisik secara aktif.

e) Ikuti saran dokter untuk mengurangi dosis insulin sebelum melakukan aktivitas fisik yang melelahkan atau lama.

f) Gula darah bisa turun bahkan beberapa jam setelah beraktivitas fisik untuk itu dianjurkan untuk memeriksa gula darah secara periodik. 2. Aktivitas fisik untuk Pasien DM yang Tidak Bergantung Insulin (Waluyo, 2009):

a) Gula darah rendah jarang terjadi selama beraktivitas fisik untuk itu tidak perlu untuk memakan karbohidrat ekstra.

b) Aktivitas fisik untuk menurunkan berat badan perlu didukung dengan pengurangan asupan kalori.

24

c) Aktivitas fisik sedang perlu dilakukan setiap hari. Aktivitas fisik berat mungkin bisa dilakukan tiga kali seminggu.

d) Sangat penting untuk melakukan latihan ringan guna pemanasan dan pendinginan sebelum dan sesudah beraktivitas fisik.

e) Pilihlah aktivitas fisik yang paling sesuai dengan kesehatan dan gaya hidup secara umum.

f) Manfaat aktivitas fisik akan hilang jika tidak beraktivitas fisik selama tiga hari berturut-turut.

g) Aktivitas fisik bisa meningkatkan nafsu makan dan berarti juga asupan kalori bertambah. Sangat penting untuk menghindari makan makanan ekstra setelah beraktivitas fisik.

Melakukan aktivitas fisik sebaiknya dibagi menjadi tiga waktu yaitu satu jam setelah sarapan, satu jam setelah makan siang, dan satu jam setelah makan malam (Waluyo, 2009). Contoh aktivitas fisik yang dapat dilakukan adalah dengan dengan 2 hari libur (Fox & Klivert, 2010):

1. Jalan kaki selama 30-40 menit/hari. 2. Berenang selama 20 menit/hari. 3. Jogging selama 20 menit/hari. 4. Bersepeda selama 20 menit/hari.

Jenis aktivitas fisik untuk DM lainnya adalah senam kaki diabetes. Senam kaki diabetes adalah suatu kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien DM untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki (Padila, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2014)

25

melaporkan dengan melakukan latihan senam kaki diabetes menunjukan terjadinya penurunan kadar gula darah yang dilakukan selama dua kali selama 15 menit dalam seminggu sebelum makan.

Berikut langkah-langkah pelaksanaan senam kaki diabetes (Padila, 2013): 1. Duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai.

2. Dengan tumit yang diletakkan dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.

3. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas. Kemudian sebaliknya pada kaki yang lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dan tumit kaki diangkatkan ke atas. Gerakan ini dilakukan secara bersamaan pada kaki kanan dan kiri bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali. 4. Tumit kaki diletakkan di lantai. Kemudian bagian ujung jari kaki diangkat ke

atas dan buat gerakan memutar pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. 5. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Kemudian tumit diangkat dan buat gerakan

memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

6. Kemudian angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Lalu gerakan jari-jari kaki kedepan kemudian turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan. Ulangi gerakan ini sebanyak 10 kali.

7. Selanjutnya luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan gerakkan ujung jari-jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali ke lantai. Ulangi sebanyak 10 kali. Lakukan pada kedua kaki.

26

8. Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi sama seperti pada langkah ke-7, namun gunakan kedua kaki kanan dan kiri secara bersamaan. Ulangi gerakan tersebut sebanyak 10 kali.

9. Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut. Kemudian gerakan pergelangan kaki kedepan dan kebelakang.

10.Selanjutnya luruskan salah satu kaki dan angkat, lalu putar kaki pada pergelangan kaki, lakukan gerakan seperti menulis di udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian.

11.Letakkan selembar koran dilantai. Kemudian bentuk kertas koran tersebut menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki.

12.Buka kembali bola tersebut menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki.

13.Kemudian robek koran menjadi 2 bagian, lalu pisahkan kedua bagian koran tersebut.

14.Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki.

15.Kemudian pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh tadi.

16.Lalu bungkus semua sobekan-sobekan tadi dengan kedua kaki kanan dan kiri menjadi bentuk bola.

d. Terapi farmakologis

Terapi farmakologis diberikan selama dengan pengaturan makan dan aktivitas fisik. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan. Pemilihan jenis obat disesuaikan dengan kondisi klien dan perkembangan

27

penyakit DM tipe 2 (Perkeni, 2011). Hipoglikemia harus dihindari pada lansia DM tipe 2, oleh karena itu sebaiknya obat-obat yang bekerja jangka panjang tidak dipakai dan diberikan obat-obat yang mempunyai masa yang pendek tetapi bekerja cukup lama (Misnadiarly, 2006).

2.2.5 Kadar Gula Darah pada Lansia DM Tipe 2 1. Pengertian Gula Darah

Glukosa merupakan substrat utama untuk menghasilkan energi di jaringan seperti otak dan sel darah merah (Guyton, 2007). Gula yang diserap dari makanan akan diangkut ke seluruh tubuh melalui aliran darah, kemudian diberikan ke sel-sel organ tubuh yang memerlukan dengan bantuan insulin, hormon yang dihasilkan pankreas. Bila jumlah gula berlebih maka insulin membantu menyimpan kelebihan gula tersebut di dalam organ hati, atau tubuh mengubah gula menjadi glikogen untuk disimpan di otot, atau diubah menjadi trigliserida untuk disimpan di jaringan lemak (Prodia, 2008).

Pasien DM tipe 2 tidak mampu menggunakan atau menyimpan sebagian besar gula yang diserap dari makanan, sehingga gula tersebut tetap berada dalam darah, dan gula dalam darah yang berlebihan dapat menimbulkan berbagai macam masalah yang disebut sebagai komplikasi diabetes (Prodia, 2008). Kadar gula darah dapat diketahui dengan rutin melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan gula darah harus rutin dilakukan pada lansia DM tipe 2. Penelitian Badriah (2012) dilakukan pemeriksaan gula darah pada lansia DM tipe 2 setiap dua minggu sekali setelah dikelola oleh kelompok pendukung. Sudoyo (2009) mengemukakan batasan atas kadar glukosa darah normal seperti pada Tabel 2.4.

28

Tabel 2.4. Kadar Gula darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan Diagnosis DM Tipe 2

Pasien DM yang berusia lebih dari 60 tahun dengan komplikasi, sasaran kendali kadar glukosa darah dapat lebih tinggi dari biasa (puasa 100-125 mg/dl, dan sesudah makan 145-180 mg/dl) (Perkeni, 2011). Berdasarkan data WHO didapatkan bahwa setelah mencapai usia 30 tahun, kadar glukosa darah akan naik 1-2 mg%/tahun pada saat puasa dan akan naik sebesar 5,6-13 mg%/tahun pada 2 jam setelah makan (Kurniawan, 2010).

2. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah pada Lansia a. Diet

Kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji dapat meningkatkan obesitas, makanan-makanan siap saji ini banyak mengandung lemak, kalori, serta kolesterol (Jacken, 2005). Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu karbohidrat : 45-65% total asupan energi, protein: 10-20% total asupan energi, 20-25% kebutuhan kalori (Hartono, 2006).

b. Aktivitas fisik

Terjadi penimbunan zat gula yang tidak terpakai akibat dari kurangnya aktivitas yang dilakukan (Jacken, 2005), bila aktivitas fisik yang melelahkan dapat

Bukan DM Belum Pasti DM DM Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl) Plasma vena <100 100-199 ≥200 Darah Kapiler <90 90-199 ≥200 Kadar guloksa darah puasa (mg/dl) Plasma Vena <100 100-125 ≥126 Darah kapiler <90 90-99 ≥100

29

menyebabkan konsentrasi glukagon dalam darah seringkali meningkat sebanyak empat sampai lima kali lipat (Guyton, 2007).

c. Stres

Stres akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak pada penurunan insulin (Smeltzer and Bare, 2008). Seseorang yang mengalami stres, membuat tubuhnya harus memproduksi adrenalin untuk menenangkannya. Adrenalin yang dipacu terus-menerus akan menyebabkan insulin akan kelabakan mengatur kadar gula yang ideal (Jacken, 2005).

d. Usia

DM tipe 2 dalam perkembangannya hampir diderita oleh semua jangkuan usia, baik anak-anak, remaja, dan orang dewasa apalagi jika memilki berat badan yang tidak seimbang. Namun, DM tipe 2 sering muncul seiring dengan bertambahnya usia, yaitu usia 45 tahun keatas, dimana keadaan fisik mulai menurun (Jacken, 2005).

e. Jenis kelamin

Perempuan memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki untuk terkena DM tipe 2, karena pada perempuan memiliki kadar LDL yang umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (Jacken, 2005).

30

2.3 Keluarga sebagai Kelompok Pendukung

Dokumen terkait